W2
S
T
Ptot=W1+W2+W3
LABORATORIUM
W1
SISTEM INSTRUMENTASI
PERCOBAAN IV
OSILOSKOP, TANG AMPERE, DAN EARTH
TESTER
NAMA
NIM
: 1404405084
KELOMPOK
: 19
TANGGAL `
: 26 September 2015
ASISTEN
BAB IV
OSILOSKOP
IV.1
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah pengenalan dan beberapa pemakaian
dan osiloskop.
IV.2
dibawah ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1 Osiloskop 2 channel
1 Audio Generator
1 Soket Panel
1 Resistor 100
1 Induktor 140 mH (Transformator)
1 Kapasitor 10 F
Beberapa Kabel
IV.3
Dasar Teori
IV.3.1
Osiloskop
Osiloskop adalah suatu peralatan elektronik yang dapat memberikan
gambar pada layarnya, dan sinyal listrik yang dihubungkan pada inputnya.
Dengan osiloskop memungkinkan untuk melihat bentuk dari persamaan
gelombang suatu sinyal listrik, dapat mengukur berapa frekuensi, periode,
tegangan dari sinyal, amplitudo, dan beda fase.
Osiloskop terdiri dari dua bagian, yaitu display dan panel control.
Display menyerupai tampilan layar pada televisi yang berfungsi sebgai tempat
tampilan sinyal uji. Pada display osiloskop terdapat garis-garis melintang secara
vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div.
Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu
tegangan.
Panel control berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk
menyesuaikan tampilan di layar. Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain:
1. Tombol power on/off. Tombol ini digunakan untuk menghidupkan
osiloskop dan untuk mengatur intensitas. Dalam mengatur intensitas
jangan terlampau besar karena dapat merusak osiloskop.
2. Tombol Focus. Tombol ini digunakan untuk memperoleh gambar yang
tajam dan jelas.
3. Tombol Horizontal Position. Tombol ini berhubungan dengan
horizontal amplifier dan
Fase gelombang adalah lamanya waktu yang dilalui dimulai dari satu
loop hingga awal dari loop berikutnya, diukur dalam derajat. Phase shift
menjelaskan perbedaan dalam pewaktuan antara dua atau lebih sinyal periodik
yang identik. Salah satu cara mengukur beda fasa adalah menggunakan mode XY,
yaitu dengan memplot satu sinyal pada bagian vertikal (sumbu y) dan sinyal lain
pada sumbu horizontal (sumbu c). Metode ini akan bekerja efektif jika kedua
sinyal yang digunakan adalah sinyal sinusoidal. Bentuk gelombang yang
dihasilkan adalah berupa gambar yang disebut pola.
analog
menggunakan
tegangan
yang
diukur
untuk
menggerakkan berkas elektron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur.
IV.4
Langkah Percobaan
IV.4.1
Kompensasi Probe
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
2. Nyalakan alat audio generator dan osiloskop.
3. Hubungkan ujung probe 1 dan ujung probe 2 pada terminal alat
osiloskop yang sudah dinyalakan.
4. Probe terkompensasi 10x.
5. Tekan tombol auto-set.
6. Sambungkan ujung probe 2 lainnya dan jepitan buaya (aligator
clip) kebagian luar konektor BNC di kanal 2 dan ground.
7. Matikan channel 1 karena hanya channel 2 yang digunakan.
8. Atur kefokusan gambar sinyal dengan tombol fokus.
9. Putarlah sekrup pada probe channel 2 hingga bagian atas dan
bawah gelombang segi empat benar-benar rata.
10. Atur letak sinyal dengan tombol horizontal dan tombol vertikal.
11. Tekan tombol stop untuk menghentikan pergerakan gelombang.
12. Catat dan amati gelombang, frekuensi, T/div, V/div, tinggi
gelombang, dan lebar gelombang yang didapat.
13. Carilah 3 gelombang dengan hasil yang berbeda.
IV.4.2
RL dan RC Seri
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
2. Nyalakan alat audio generator dan osiloskop.
3. Hubungkang ujung probe 1 dan ujung probe 2 pada terminal alat
osiloskop yang sudah dinyalakan.
4. Probe terkompensasi 10x.
5. Tekan tombol auto-set.
6. Rangkai rangakaian menggunakan resistor 100 dan induktor 140
H seperti rangkaian dibawah ini.
Yin
Yo
R = 100
L = 140 H
XmaxR
L
Xin
percobaan
tersebut
dengan
menggganti
IV.5
IV.5.1
Kompensasi Probe 1
Tinggi Gelombang
: 5 kotak
V/div
: 10 V
Lebar Gelombang
: 2 kotak
T/div
: 250 s
: 10x
Frekuensi
: 50,0326 Hz
IV.5.2
Kompensasi Probe 2
Tinggi Gelombang
: 2,5 kotak
V/div
: 20 V
Lebar Gelombang
: 2 kotak
T/div
: 250 s
: 10x
Frekuensi
: 50,078 Hz
IV.5.3
Kompensasi Probe 3
Tinggi Gelombang
: 5 kotak
V/div
: 10 V
Lebar Gelombang
: 5 kotak
T/div
: 100 s
: 10x
Frekuensi
: 50,1406 Hz
IV.5.4
RC Seri 90 Hz
Tinggi Gelombang
: 3,4 kotak
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 2,2 kotak
Frekuensi
: 90,5652 Hz
: 10x
: 100
V/div
: 20 V
: 4,7 F
IV.5.5
Tinggi Gelombang
: 0,4 cm
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 0,4 cm
Frekuensi
: 90,5652 Hz
: 10x
: 100
V/div
: 20 V
: 4,7 F
IV.5.6
RC Seri 180 Hz
Tinggi Gelombang
: 2,4 kotak
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 1 kotak
Frekuensi
: 180,552 Hz
: 10x
: 100
V/div
: 20 V
: 4,7 F
IV.5.7
Tinggi Gelombang
: 0,6 cm
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 0,6 cm
Frekuensi
: 180,552 Hz
: 10x
: 100
V/div
: 20 V
: 4,7 F
IV.5.8
RL Seri 90 Hz
Tinggi Gelombang
: 1,2 kotak
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 2,2 kotak
Frekuensi
: 90,4125 Hz
: 10x
: 100
V/div
:1V
: 140 H
IV.5.9
RL Seri 90 Hz Lissajouse
Tinggi Gelombang
: 0,2 cm
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 0,2 cm
Frekuensi
: 90,4125 Hz
: 10x
: 100
V/div
:1V
: 140 H
IV.5.10
RL Seri 180 Hz
Tinggi Gelombang
: 0,8 kotak
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 1 kotak
Frekuensi
: 180,718 Hz
: 10x
: 100
V/div
:1V
: 140 H
IV.5.11
Tinggi Gelombang
: 0,2 kotak
T/div
: 2,50 ms
Lebar Gelombang
: 0,2 kotak
Frekuensi
: 180,718 Hz
: 10x
: 100
V/div
:1V
: 140 H
IV.6
Analisa Data
IV.6.1
Kompensasi Probe
...................................(4.2)
Keterangan :
T = Periode (s)
l = Lebar gelombang
Frekuensi merupakan banyaknya gelombang dalam tiap detik. Untuk
menentukan frekuensi sebuah gelombang dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
f=
1
T
Keterangan :
f = Frekuensi (Hz)
a. Pengukuran kompensasi probe 1
Amplitude = x (t) x probe x volt/div
= x 5 x 10 x 10
= 250
Periode (T) = (l) x Time/div
= 2 x 250 x 10-6
= 500 x 10-6 s
....................................................(4.3)
Frekuensi
= 1/T
= 1/500 x 10-6
= 20 x 103 Hz
b. Pengukuran kompensasi probe 2
Amplitude = x (t) x probe x volt/div
= x 2,5 x 10 x 20
= 250
Periode (T) = (l) x Time/div
= 2 x 250 x 10-6
= 500 x 10-6 s
Frekuensi = 1/T
= 1/500 x 10-6
= 20 x 103 Hz
c. Pengukuran kompensasi probe 3
Amplitude = x (t) x probe x volt/div
= x 5 x 10 x 10
= 250
Periode (T) = (l) x Time/div
= 5 x 100 x 10-6
= 500 x 10-6 s
Frekuensi = 1/T
= 1/500 x 10-6
= 20 x 103 Hz
IV.6.2
Yo
Ym ..............................................(4.4)
Keterangan:
=Sudut fase
Yo = Tinggi gelombang
Ym = Lebar gelombang
Untuk menentukan beda fase dari sebuah rangkaian RC dan sebuah
rangkaian RL secara teori adalah sebagai berikut:
RC = Arc. tan
1
1
1
=tan
CR
2 fCR .............................(4.5)
L
2 fL
=tan 1
R
R ...............................(4.6)
Keterangan:
= Kecepatan sudut
C = Kapasitor
L = Induktor
R = Resistor
Secara teori perhitungan beda fase untuk rangkaian RC dengan
frekuensi 90 Hz dan 180 Hz dan untuk rangkaian RL dengan frekuensi 90 Hz dan
180 Hz adalah sebagai berikut :
Beda fase pada rangkaian RC seri dapat dihitung sesuai dengan persamaan 4.5.
Yin
V
100
4,7F
Xin
Beda fase pada rangkaian RL seri dapat dihitung sesuai dengan persamaan 4.6.
Yin
V
100
140H
Xin
Kompensas
Tinggi
Lebar
i Probe
Gelomban
Gelomban
5 kotak
2
3
2 kotak
250
500 x 10-6 s
20 x 103 Hz
2,5 kotak
2 kotak
250
500 x 10-6 s
20 x 103 Hz
5 kotak
5 kotak
250
500 x 10-6 s
20 x 103 Hz
1
10
dari
bentuk aslinya. Jika nilai volt/div 2 kali semula, maka tinggi gelombang akan
menjadi kali semula. Jika nilai volt/div kali semula, maka tinggi gelombang
akan menjadi 2 kali semula. Semakin besar nilai time/div yang didapat, maka
lebar gelombang akan semakin rapat. Sebaliknya, semakin kecil nilai time/div
yang didapat, maka lebar gelombang akan semakin lebar.
Dapat dilihat dari tabel 4.1, amplitudo, periode, dan frekuensi memiliki
besar yang antar gelombangnya sama besarnya. Periode dipengaruhi lebar
gelombang dan time/div. Dimana lebar gelombang berbanding lurus dengan
periode, sehingga semakin besar lebar gelombang atau semakin besar time/div
maka semakin besar nilai periodenya. Nilai frekuensi berbanding terbalik dengan
periode, sehingga semakin kecil nilai periode maka semakin besar nilai frekuensi
yang didapat. Nilai amplitudo dipengaruhi oleh tinggi gelombang tersebut.
Semakin besar tinggi gelombang tersebut, maka amplitudo akan semakin besar.
Sebaliknya, semakin kecil tinggi gelombang tersebut, maka amplitudo akan
semakin kecil.
IV.6.2.3 Perhitungan pada Rangkaian RC
a. Rangkaian RC seri 90 Hz
tan1
1
2 fCR
tan1
1
2 ( 90 ) (100 ) ( 4,7 x 106 )
tan
1000
84,6
tan
1000
265,644
tan1 3,76
75,11
1
2 fCR
tan1
1
2 (180 )( 100 ) ( 4,7 x 106 )
tan 1
1000
169,2
tan
1000
531,288
tan 1,88
61,99
praktikum teori
x 100
teori
...................... (4.7)
Kesalahan=
9075,11
x 100 =19,82
75,11
Kesalahan=
9061,99
x 100 =45,18
61,99
Rangkaian
Frekuensi
Praktikum
Teori
% Kesalahan
RC
90 Hz
90
75,11
19,82%
RC
180 Hz
90
61,99
45,18%
IV.6.2.4
2 fL
R
2 (90)(140 x 106 )
tan
( 100 )
1
0,045
2 fL
R
tan 1
tan 504
x 10
0,091
Kesalahan=
900,045
x 100 =199900
0,045
Kesalahan=
900,091
x 100 =98801,1
0,091
Rangkaian
Frekuensi
Praktikum
Teori
% Kesalahan
RL
90Hz
90
0,045
199900%
RL
180Hz
90
0,091
98801,1%
IV.7
Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan apakah tujuan kompensasi probe?
Jawaban :
Tujuan dari kompensasi probe adalah untuk membuat alat ukur atau
osiloskop menjadi presisi pada keadaan yang benar.
Over-convensation
Over convention adalah keadaan dimana ujung-ujung sinyal
menjauhi garis normal.
Under-convensation
Under convention adalah kedaan dimana ujung-ujung sinyal berada
f = 50 Hz
t = 250 s
f = 50 Hz
A = 2,5 kotak
t = 100 s
f=
n
t
1
2 fCR
tan 1
1
2 ( 90 ) (100 ) ( 4,7 x 106 )
tan 1
1000
84,6
tan 1
1000
265,644
tan 1 3,76
75,11
tan
tan 1
1
2 fCR
1
2 (180 )( 100 ) ( 4,7 x 106 )
1000
169,2
1000
531,288
tan 1 1,88
61,99
=Arc . sin
Yo
0,2
=Arc . sin
= Arc . sin1=90
Ym
0,2
2 fL
R
tan 1
2 (90)(140 x 106 )
( 100 )
tan 252 x 10
0,045
2 fL
R
tan 1
tan 504
x 10
0,091
IV.8
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
lebar gelombang.
Kompensasi probe bertujuan agar alat ukur menjadi presisi pada
keadaan yang benar. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur
kapasitor yang terdapat dalam probe agar bagian atas dan bawah
RC = Arc. tan
1
1
=tan 1
CR
2 fCR
L
2 fL
=tan 1
R
R
BAB IV
TANG AMPERE
IV.1
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut dibawah ini.
1. Untuk mengetahui sistem pengukuran arus listrik dengan tang
ampere.
2. Untuk mengetahui cara kerja tang ampere dalam mengukur arus
listrik tiga fasa.
IV.2
ampere.
IV.3
Dasar Teori
IV.3.1
Tang Ampere
Tang Ampere atau dapat disebut Clamp Meter merupakan sebuah alat
ukur yang sangat nyaman dipakai dan memberikan kemudahan pengukuran arus
listrik, tegangan, daya, dan tahanan tanpa mengganggu atau memutus sirkit.
Cara menggunakan alat ini ialah masukkan salah satu kabel yang ingin
diukur ke dalam mulut tang ampere. Kemudian pilih hold untuk memberhentikan
pengukuran dan lihat pada skala tang ampere tersebut hasil pengukuran yang
didapat.
Prinsip pengukuran AC/DC Clamp meter. Secara umum hall element
yang digunakan sebagai sensor adalah untuk mendeteksi arus DC karena tidak
mungkin untuk menggunakan metode induksi elektromagnetik seperti yang
Gambar 4.2 Prinsip Pengukuran Tang Ampere dan Pengoperasian Tang Ampere
i=
I
( A) ........................................................(4.1)
N
harus diperhatikan pada saat pemasangan. Hal tersebut di atas diperlukan untuk
mendapatkan kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantar guna keseragaman dan
mempertinggi keamanan.
cokelat.
Pengenal untuk inti atau rel
Untuk kabel dengan isolasi dari bahan poly ethylene disingkat PE, poly vinyl
chloride disingkat dengan PVC, cross linked polyethylene disingkat dengan
XLPE.
Warna untuk kabel berselungung berinti tunggal
Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral, kawat
tengah atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang
terlihat (bagian yang dikupas selubungnya) dibalut isolasi khusus yang
berwarna.
Putih
Hitam
Hitam
Merah
IV.3.3
Kabel RST
RST merupakan kesepakatan umum yang digunakan oleh
R, S, T dan N.
1.
2.
3.
4.
IV.4
IV.4.1
Langkah Percobaan
Tang Ampere
amper.
5. Tekan tombol hold untuk mendapatkan hasil pengukurannya.
6. Catat hasil pengukuran arus tersebut.
7. Lakukan kembali percobaan tersebut dengan mengganti kabel yang
diukur dengan S dan T.
as
il
ru
Pe
ng
ab
el
ur
A
2,
32
an
9,
14
A
0,
08
A
(input).
Sebutan RST digunakan sebagai pengingat semata dan
berfungsi sebagai penanda untuk membedakannya dengan UVW
atau XYZ. Jika disambung akan menjadi RST-UVW-XYZ.
UVW merupakan penanda jumlah beban masuk (input) dan
XYZ sebagai penanda beban yang umumnya ditandai dengan
hubungan Y (bintang) dan delta. Sebagaimana istilah N yang
berarti Netral (kapasitas nol) dan G yang berarti Ground
(pentanahan).
Warna standar kabel untuk listrik satu phase adalah hitam
menandakan phase, biru menandakan netral, kuning-hijau
menandakan ground, BC (kabel tanpa isolasi) GND yang
ditanam ke tanah. Warna standar kabel untuk listrik tiga phase
adalah merah menandakan phase 1 (R atau U), kuning
menandakan phase 2 (S atau V), hitam menandakan phase 3 (T
atau W), biru menandakan netral (N), kuning-hijau menandakan
ground (GND atau PE), dan BC (kabel tanpa isolasi) : GND
as
il
ru
Pe
ng
ab
el
ur
A
2,
32
an
9,
14
A
0,
08
A
IV.6.1
Pengukuran Arus pada Kabel Fasa R
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat, arus yang mengalir
pada kabel fasa R adalah 9,14 A. Arus yang mengalir pada kabel fasa R
lebih besar dari pada arus yang mengalir pada kabel fasa S dan kabel fasa
T. Perbedaan pengukuran arus yang mengalir pada setiap kabel tersebut
disebabkan oleh perbedaan besarnya beban yang tersambung pada kabel
fasa tersebut. Berdasarkan Hukum Ohm, besar arus berbanding terbalik
dengan besar beban atau tahanannya, tetapi besar arus berbanding lurus
dengan daya. Oleh karena itu, penyebab arus yang mengalir pada kabel
fasa R lebih besar dari pada arus yang mengalir pada kabel fasa S dan
kabel fasa T ialah tahanan yang terdapat pada kabel fasa R lebih kecil dari
pada tahanan pada kabel fasa S dan kabel fasa T.
IV.6.2
Pengukuran Arus pada Kabel Fasa S
fasa R.
IV.6.3
Pengukuran Arus pada Kabel Fasa T
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat, arus yang mengalir
pada kabel fasa T adalah 0,08 A. Arus yang mengalir pada kabel
fasa T lebih kecil dari pada arus yang mengalir pada kabel fasa
R dan kabel fasa S. Perbedaan pengukuran arus yang mengalir
IV.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tang ampere adalah suatu alat ukur yang dapat mengukur arus
listrik, tegangan listrik, tahanan listrik, dan daya listrik tanpa
mengganggu atau memutus arus listrik.
2. Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti
penghantar harus diperhatikan pada saat
pemasangan, seperti
disebabkan
oleh
perbedaan
besarnya
beban
yang
PERCOBAAN 4
EARTH TESTER
IV.1
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut dibawah
ini.
1. Untuk mengetahui pengukuran tahanan pentanahan.
2. Untuk mengetahui pengukuran pentanahan.
kesamaan, dan tekstur tanah yang baik. Faktor yang mempengaruhi sistem
pembumian (Grounding System) ialah sebagai berikut :
kandungan mineral dan garam yang tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan
jauh lebih baik mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
3. Derajat keasaman. Semakin asam tanah, maka arus listrik semakin mudah
dihantarkan. Begitu sebaliknya, semakin basa tanah, maka arus listrik sulit
dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi biasanya berwarna terang, misalnya
bukit kapur.
4. Tekstur tanah. Untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori akan sulit
untuk mendapatkan tahanan yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan
mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.
Earth tester mempunyai tiga kabel, diantaranya kabel berwarna
merah, kuning, dan hijau. Hubungkan kabel yang berwarna merah serta berwarna
kuning ke tanah dengan masing-masing jarak kurang lebih 5-10 meter dari
pentanahan atau grounding. Kemudian hubungkan kabel yang berwarna hijau ke
grounding yang sudah terpasang. Kemudian lakukan pengukuran grounding
dengan memilih tahanan yang dibutuhkan tergantung kondisi tanah pada area
setempat yang akan diukur. Kemudian tekan tombol tester untuk mengetahui
resistansi grounding, biasanya berwarna kuning atau merah pada display alat ukur
akan muncul nilai tahanan pentanahan. Kemudian amati hasil nilai resistansi
grounding yang sudah didapatkan.
Metod
e
Pengu
kuran
Meas
Simplif
ied
Meas
IV.6
Analisa Data
Earth Tester adalah alat pengukur resistansi grounding
Metod
e
Pengu
kuran
Meas
Simplif
ield
Meas
IV.6.1
Pengukuran Metode Meas
Berdasarkan hasil data yang didapat, pada saat pengukuran
menggunakan metode meas, hasil yang diperoleh resistansinya
tidak terbaca, hal ini disebabkan karena jenis tanah dibukit ialah
jenis batu karang, maka resistansi yang ideal adalah < 10.000
dm-n. Berdasarkan tabel 4.6, jenis tanah batu karang memiliki
tahanan jenis tanah (RE) sebesar 107 dm-n, maka dari itu jenis
tanah di bukit jimbaran termasuk tanah yang tidak ideal.
Dikarenakan kondisi tanah pada saat melakukan pengukuran
kondisi tanah yang akan mau diukur harus dalam keadaan baik
dan bukan jenis tanah berbatu karang atau berbatu yang tidak
sistem pentanahan.
IV.7
Jawaban Pertanyaan
penggunaannya!
Jawaban :
Earth tester adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kondisi tanah pada area setempat yang akan diukur. Kemudian tekan
tombol tester untuk mengetahui resistansi grounding, biasanya
berwarna kuning atau merah pada display alat ukur akan muncul nilai
tahanan pentanahan. Kemudian amati hasil nilai resistansi grounding
yang sudah didapatkan.
IV.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: