Makalah Radiasi
Makalah Radiasi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang fisika radiasi untuk
membantu dalam proses pengukuran sebuah dosis, pengukuran untuk diagnosis
dan sebagainya. Begitu banyak bentuk aplikasi dari bidang ini termasuk dalam
bidang kesehatan yaitu kedokteran dan juga dalam bidang kedokteran nuklir. Hal
tersebut tentunya terus berkembang dengan disesuaikannya teknologi yang
berkembang dengan pesat. Tentunya hal tersebut sangatlah berkaitan.
Radiasi merupakan sebuah proses dimana energi yang bergerak melalui
media atau melalui ruang dan akhirnya diserap oleh benda lain. Sebagian orang
awam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi, tapi juga dapat merujuk
kepada radiasi elektromagnetik, radiasi akustik dan proses lainnya.
Dalam bidang kedokteran hal ini sangatlah memberikan kemudahan dalam
proses pemeriksaan penyakit seorang pasien. Berbagai macam alat yang
menggunakan radiasi dalam kedokteran diantaranya yaitu X-ray, CT Scan, dan
lain sebagianya.
Dengan uraian diatas, selanjutnya dalam makalah ini akan dicari apa saja
aplikasi radiasi dalam medis, bagaimana sistem kerjanya, berbagai manfaat untuk
masyarakat luas.
1.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Radiasi
Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang
karena energi yang demikiannya mampu mengionisasi media yang dilaluinya.
Radiasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana energi dilepaskan oleh
atom-atom. Radiasi ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok yakni
Radiasi korpuskuler (corpuscular radiation), adalah suatu pancaran atau aliran dari
atom-atom dan atau partikel-partikel sub-atom, yang mempunyai kemampuan
untuk memindahkan energi geraknya atau energi kinetiknya (kinetic energy) ke
bahan-bahan yang mereka tumbuk/bentuk. Radiasi Elektromagnetis adalah suatu
pancaran gelombang (gangguan medan elektris dan magnetis) yang bisa
menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari bahan-bahan yang dilaluinya
(medium).
Radiasi adalah energi yang dihantarkan, dipancarkan dan diserap dalam
bentuk partikel atau gelombang.
Berdasarkan sumbernya radiasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
1. Radiasi alam
Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi,
peluruhan radom dan thorium di udara, serta radionuklida yang ada
dalam bahan makanan. Berikut sumber radiasi dari alam :
Radiasi benda-benda langit
Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang
di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa.
Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan
menerima radiasi yang lebih besar karena semakin tipis lapisan udara
yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang
berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak
daripada yang di permukaan laut. Begitupula orang yang bepergian
dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.
Radiasi dari kerak bumi
Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah Kalium40, Rubidium-87, unsur turunan dari Uranium-238 dan turunan
Thorium-232. Besarnya radiasi dari kerak bumi ini berbeda-beda
karena konsentrasi unsur-unsur di tiap lokasi berbeda, tetapi
biasanya tidak terlalu berbeda jauh. Penelitian di Perancis, Jerman,
Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira 95
persen populasi manusia tinggal di daerah dengan tingkat radiasi
rerata dari bumi antara 0,30,6 milisievert (mSv ) per tahun. Sekitar
3 persen populasi dunia menerima dosis 1 mSv per tahun atau lebih.
2. Radiasi buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhunbungan
dengan aktivitas manusia, seperti penyinaran dengan sinar-X di
bidang medis (radiodiagnostik dan radioterapi), radiasi diperoleh di
pembangkit tenaga nuklir, radiasi yang diperoleh di bidang industri
dll. Berikut sumber radiasi dari buatan :
Radiasi dari tindakan medik
Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat
pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pemindai
sinar-X atau Roentgen merupakan alat diagnosis yang paling
banyak dikenal dan dosis radiasi yang diterima dari roentgen ini
merupakan dosis tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari
radiasi buatan manusia. Tindakan medik ini menyumbang 96%
paparan rata-rata radiasi buatan pada manusia sehingga jumlah
dan jenis sinar-X yang diterima harus dibatasi. Mesin pemindai
sinar-X, mammografi dan CT (Computerized Axial Tomography)
Scanner meningkatkan dosis radiasi buatan pada manusia. Untuk
kepentingan tindakan medik yang menggunakan cobalt-60,
dinding kamar tempat penggunaan zat radioaktif jenis ini harus
memiliki ketebalan khusus. Dalam sekali penyinaran sinar-X ke
dada, seseorang dapat menerima dosis radiasi total sejumlah 3590 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran sinarX untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari
jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk
penyembuhan kanker nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari
yang diterima dari alam. Meskipun dosis radiasi yang diterima
3
Radiasi Neutron
Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari neutron bebas.
Neutron ini bisa mengeluarkan selama baik spontan atau induksi fisi nuklir, proses
fusi nuklir, atau dari reaksi nuklir lainnya. Ia tidak mengionisasi atom dengan cara
yang sama bahwa partikel bermuatan seperti proton dan elektron tidak (menarik
elektron), karena neutron tidak memiliki muatan. Namun, neutron mudah bereaksi
dengan inti atom dari berbagai elemen, membuat isotop yang tidak stabil dan
karena itu mendorong radioaktivitas dalam materi yang sebelumnya nonradioaktif. Proses ini dikenal sebagai aktivasi neutron.
Radiasi elektromagnetik
Cahaya
Radiasi termal
Planck. hukum Wien memberikan frekuensi paling mungkin dari radiasi yang
dipancarkan, dan hukum Stefan-Boltzmannmemberikan intensitas panas.
2.2 Kedokteran Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk
mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada
kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi
invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah,
cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih
dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh
pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya
maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:
1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat
diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun
kamera positron (teknik imaging)
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu
dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam
organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang
diperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron.
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine
dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang
dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging
memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan
(imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan
dalam radiologi.
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan
biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian
direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemanfaatan Sumber Radiasi dalam Medis
Pemanfaatan sumber radiasi pengion di bidang kesehatan dari waktu ke
waktu mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah maupun jenis
penggunaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya pengakuan yang baik dan
indikasi kebutuhan terhadap manfaat dari sumber radiasi pengion bagi kesehatan
seseorang. Selain sisi manfaat dari penggunaan sumber radiasi pengion juga
memberikan potensi risiko radiasi bagi pekerja atau personil, pasien dan anggota
masyarakat. Semakin besar pemanfaatan maka semakin besar pula potensi risiko
yang akan diterimanya. Apalagi ditunjang dengan meningkatnya ketergantungan
seseorang akan teknologi kedokteran dan vonis dokter dalam hal menentukan
kondisi kesehatan.
Secara garis besar, pemanfaatan sumber radiasi pengion di bidang kesehatan
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: radiologi diagnostik, radiologi
intervensional, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Paparan radiasi pada individu
(pasien) yang menjalani pemeriksaan dengan sumber radiasi pengion selain
memiliki manfaat dari radiasi yang diterimanya juga berpotensi terhadap risiko
radiasi yang memicu munculnya efek deterministik maupun efek stokastik dan
dapat menaikkan komplikasi penyakit yang diderita oleh pasien. Selain paparan
radiasi pada pasien, pelaksana kegiatan seperti staf atau personil yang terlibat,
pendamping pasien, keluarga dekat (pada tindakan kedokteran nuklir), petugas
magang, dan sukarelawan dalam penelitian biomedik juga memiliki potensi
terpapar radiasi karena hamburan dari pasien.
3.2.1 Pemanfaatan Radiasi dalam Bidang Radioterapi
Radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan (radiodiagnosis) dan
pengobatan (radioterapi) pertama kali ditemukan oleh Prof. WC. Roentgen pada
bulan Nopember 1895. Radiasi ini berasal dari sinar X, yang karena sifat-sifatnya
mampu menembus jaringan tubuh manusia untuk mendeteksi kelainan dan
Diagnosa
Terapi
gamma seperti Co-60, atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma
atau beta yang kecil seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan
kanker kelenjar tiroid.
11
Sebagai alat untuk pemeriksa pasien pesawat sinar-X perlu dapat diatur dalam
menghasilkan sinar-X. Untuk itu ada tiga parameter yang harus diatur yaitu
tegangan tinggi (kV), Arus (mA) dan waktu expose (S). Pada saat melakukan
pencitraan pada pasien tiga parameter tersebut harus diatur, karena dalam
pencitraan tiap-tiap orang berbeda. Pencitraan anak-anak beda dengan orang
dewasa. Pencitraan orang kurus beda dengan orang gemuk. Pengaturan pencitraan
ini bertujuan supaya hasil gambar yang dihasilkan pada film baik dan memenuhi
kriteria kedokteran. Untuk meningkatkan kualitas gambar dalam radiodiagnostik
digunakan media kontras dengan cara memasukkan subtansi yang bisa menyerap
sinar-X lebih banyak kedalam tubuh yang sedang di diagnosis. Bahan yang biasa
digunakan media kontras adalah Barium (Ba) dan Iodium (I). Faktor-faktor yang
mempengaruhi gambar pada pencitraan antara lain :
1. Pengaruh Arus (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X, sehingga semua
intensitas sinar-X atau derajat terang (brightness) akan bertambah sesuai
dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-X. Oleh sebab itu derajat
terang dapat di atur dengan mengubah mA.
2. Pengaruh jarak
Jarak tabung sinar-X dengan obyek juga akan berpengaruh pada intensitas
sinar-X.
3. Pengaruh waktu (S)
Waktu juga akan berpengaruh pada kualitas gambar, karena jika waktunya
panjang maka radiasi yang di terima obyek semakin banyak dan
sebaliknya.
4. Pengaruh kiloVolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Perubahan kV
menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-X dan juga total
intensitas berkas sinar-X akan berubah.
Sejalan dengan perkembangan teknologi terutama setelah ditemukanya image
prosesing (proses bayangan pencitraan) dengan komputer, maka memungkinkan
proses pembentukan gambar pada film di ubah dengan cara merekontruksi gambar
dengan komputer. Dengan teknik ini gambar dapat diperoleh dengan segera.
Teknik image prossing mampu membedakan antara jaringan yang satu dengan
12
lainnya, misal jaringan yang sangat mirip dalam otak manusia, yaitu antara
substansia grisea dengan substansia alba. Perangkat yang mampu mengolah
gambar ini disebut Computed tomography scanner (CT-Scan). Perangkat radiologi
yang melengkapi dalam kedokteran nuklir adalah :
a. Pesawat sinar-X
b. Pesawat Cobalt
c. Akselerator linier (Linac)
d. CT- Scan
3.3 Manfaat dan Kerugian
3.3.1 Pemanfaatan Radiasi
Sinar-X telah dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagaI salah satu sarana
penunjang diagnostik dan terapi, diantaranya digunakan pada bagian radiologi,
radioterapi dan kedokteran nuklir.
Proses pembentukan sinar-X dihasilkan oleh suatu pesawat melalui proses
fisika. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa sinar-X dihasilkan oleh tabung
sinar-X yaitu tabung gelas hampa udara yang dilengkapi dengan dua buah
elektroda, anoda atau target dan katoda. Sebagai akibat interaksi antara elektron
cepat yang dipancarkan dari katoda ke target dipancarkan sinar-X dari permukaan
target, hasil dari sinar-X tersebut digunakan untuk menghasilkan suatu gambaran
untuk mendiagnosa dan mengevaluasi bagian dari suatu penyakit atau kelainan.
Radiasi dan zat radioaktif digunakan untuk diagnosis, pengobatan,
dan penelitian. sinar X, misalnya, melalui otot dan jaringan lunak lainnya tapi
dihentikan oleh bahan padat. Properti sinar X ini memungkinkan dokter untuk
menemukan tulang rusak dan untuk menemukan kanker yang mungkin tumbuh
dalam tubuh. Dokter juga menemukan penyakit tertentu dengan menyuntikkan zat
radioaktif dan pemantauan radiasi yang dilepaskan sebagai bergerak melalui
substansi tubuh.
Pemanfaatan radiasi dibidang medis untuk salah satu keperluan diagnosa
terdapat dua teknik pemanfaatan yaitu teknik radiografi dan teknik fluoroskopi.
13
14
hambur yang rendah pula. Namun hubungan risiko radiasi antara pekerja dan
pasien tidak sesederhana itu, banyak faktor yang dapat menyebabkan dosis pada
pekerja. Salah satu faktor utama adalah peralatan proteksi yang memadai dan
penggunaannya yang tepat dalam ruang tindakan dan pengetahuan pekerja
mengenai proteksi radiasi.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat prinsip dasar proteksi dan
keselamatan radiasi yang harus diprogram dan dilaksanakan yaitu justifikasi
pemanfaatan, optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi, dan limitasi dosis. Pada
konteks paparan radiasi yang telah disampaikan di atas, dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) paparan yaitu paparan medik, paparan pekerja, dan paparan
publik. Paparan medik tersebut terkait paparan terhadap pasien, pendamping
pasien, dan sukarelawan. Sedangkan paparan pekerja itu terkait paparan yang
diterima oleh pekerja atau personil, dan paparan publik adalah terkait dengan
paparan pada anggota masyarakat ataupun individu yang tidak terindikasi klinis
(mediko-legal). Pada paparan medik, diperlukan penerapan prinsip justifikasi dan
optimisasi, sedangkan pada paparan pekerja dan paparan publik diperlukan
penerapan ketiga prinsip proteksi radiasi tersebut.
Pemanfaatan sumber radiasi pengion harus selalu dikontrol atau dikendalikan
oleh badan pengawas. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai
badan pengawas yang memiliki tugas dan kewajiban dalam pengawasan
pemanfaatan tenaga nuklir yang di dalamnya termasuk penggunaan sumber radiasi
pengion di bidang kesehatan.
Pengawasan yang dilakukan oleh BAPETEN tidak dapat dilaksanakan jika
tidak ada koordinasi dan kerjasama yang baik diantara para pemangku
kepentingan. Misalnya dalam hal pengawasan sumber radiasi pengion di bidang
kesehatan. Penggunaan radiasi secara garis besar dilakukan oleh rumah sakit,
klinik ataupun puskesmas. Institusi pengguna radiasi juga ada yang dari pihak
swasta dan pemerintah yang pemiliknya disebut dengan pengusaha instalasi atau
pemegang izin atau pemohon izin. Instansi milik pemerintah ataupun swasta
dalam hal pelayanan kesehatan dibina oleh Kementerian Kesehatan.
16
Selain itu juga ada institusi pelaksana sebagaimana amanat UU No. 10 Tahun
1997 sebagai badan pelaksana, BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional), juga
memiliki tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan penggunaan radiasi
dibidang kesehatan.
Ada institusi pendidikan seperti Politeknik Kesehatan, Universitas, dan
lembaga profesi, seperti dokter spesialis, perawat, radiographer, fisikawan medik,
dll. Kesemua institusi tersebut adalah yang berkaitan dengan penggunaan sumber
radiasi pengion di Indonesia.
Dalam rangka memenuhi kerangka hukum pengawasan, maka sampai saat ini
pemerintah melalui BAPETEN telah memiliki perangkat peraturan yang telah
disesuaikan dengan standar internasional IAEA seperti BSS 115 dan standar lain
sebagai turunannya.
Selain itu juga secara internasional telah keluar rekomendasi dan standar baru
seperti ICRP No. 103 Tahun 2007 dan IAEA General Safety Requirement (GSR)
Part 3 Tahun 2011. Perkembangan standar dan rekomendasi internasional
merupakan wujud dari perkembangan pengawasan yang terjadi di internasional,
diantaranya rekomendasi baru mengenai nilai batas dosis ekivalen untuk lensa
mata, yaitu 20 mSv per tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut dan
tidak boleh dalam setahun melebihi 50 mSv. Rekomendasi tersebut akan
memberikan implikasi yang sangat besar untuk para pekerja radiologi
intervensional, karena sebelumnya nilai batas dosis untuk lensa mata sebesar 150
mSv/tahun.
Selain itu perubahan terminologi pekerja radiasi menjadi lebih luas dan perlu
identifikasi kembali. Menurut IAEA GSR Part 3, definisi pekerja radiasi adalah
setiap otang yang bekerja, penuh waktu, paruh waktu atau temporer, untuk
majikan yang mengakui hak dan kewajibannya dalam hal proteksi radiasi bagi
pekerja. Definisi tersebut sungguh luas ruang lingkupnya, termasuk orang yang
berwiraswasta juga termasuk sebagai pekerja radiasi. Karena orang yang
berwiraswasta dapat bertindak sebagai majikan maupun karyawan, sehingga perlu
diberikan informasi yang cukup, instruksi dan pelatihan proteksi radiasi.
17
Seseorang dapat disebut sebagai pekerja radiasi jika berpotensi menerima paparan
radiasi dari tingkat yang paling rendah sampai yang paling besar.
Teknologi modalitas yang menggunakan sumber radiasi pengion sampai saat
ini menunjukkan berkembangan yang sangat pesat, seperti: perubahan dari
teknologi pencitraan manual ke digital, penggunaan pencitraan radiasi untuk
panduan terapi secara realtime, perubahan teknik radioterapi yang bergeser ke
arah volumetrik atau 3D, penggunaan radiasi untuk pemeriksaan manusia yang
terkait dengan medico-legal, perkembangan teknologi dari terpasang tetap
menjadi mobile, dll. Sebagai Badan Pengawas, BAPETEN harus peka dan mampu
menghadapi perkembangan dan pemanfaatan teknologi baru tersebut.
Dari yang diuraikan tersebut di atas dapat diperoleh beberapa poin mengenai
tantangan nasional pengawasan pemanfaatan sumber radiasi pengion di bidang
kesehatan, yaitu:
lingkungan.
Adanya perkembangan teknologi peralatan yang menggunakan
Indonesia.
Pemenuhan terhadap kelengkapan peraturan keselamatan radiasi
terutama tingkat pedoman dan panduan teknis.
18
Radon
Perubahan teknologi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan
paparan medik.
Adanya paparan radiasi ke pasien yang tidak perlu atau kejadian over
intervensi
Fisikawan Medis merupkan tenaga kesehatan yang memiliki
20
21
22
23
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aplikasi radiasi dalam bidang medis yaitu X-ray, CT Scan, USG, MRI,
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) dll.
2. Sinar-X dihasilkan oleh tabung sinar-X yaitu tabung gelas hampa udara
yang dilengkapi dengan dua buah elektroda, anoda atau target dan katoda.
Sebagai akibat interaksi antara elektron cepat yang dipancarkan dari
katoda ke target dipancarkan sinar-X dari permukaan target, hasil dari
sinar-X tersebut digunakan untuk menghasilkan suatu gambaran untuk
mendiagnosa dan mengevaluasi bagian dari suatu penyakit atau kelainan.
3. Beberapa manfaat dari aplikasi ini yaitu :
Radiasi memungkinkan pengukuran jumlah (dosis) radiasi yang
diserap tubuh dan arah radiasi dengan tepat sasaran sehingga
membantu dalam mendiagnosis suatu penyakit dan pemberian
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi ; Radiasi
25