memadai, serta anggotanya telah mencapai lebih 1000 rumah sakit dari
segala jenis kegiatan maupun kepemilikannya.
Untuk kepentingan anggota, PERSI juga mengusulkan dan disetujui oleh
Pemerintah/Departemen Kesehatan dulunya suatu Direktorat Khusus
Rumah Sakit Swasta kemudian berubah menjadi Direktorat Medik dan
Gigi Spesialistik dan saat ini menjadi Direktorat Bina Uapaya Kesehatan
Rujukan.
Hasil lain yang dapat dicapai adalah :
Pemasyarakatan cross subsidy sebagai salah satu cara pembiayaan
kesehatan.
Usulan penjabaran Fungsi Sosial Rumah Sakit.
Tersusunnya Etika Rumah Sakit beserta program implementasinya.
Penyebaran konsep hospital without wall sehingga Rumah Sakit
juga dapat menjangkau pelayanan primer.
Peningkatan tingkat kesadaran mutu layanan dan manajemen
rumah sakit, utamanya diantara para pengelola rumah sakit.
Pembentukan jalur-jalur penyelesaian perselisihan atau beda
penafsiran tentang hal-hal tertentu misalnya soal pajak, tarif, tenaga
kerja dan lain-lain.
Ditingkat internasional PERSI juga mulai diperhitungkan antara lain :
PERSI pernah menjabat President Asian Hospital Federation (AHF)
oleh Dr. Sumardi Katgopranoto tahun 1988 dan Dr. Adib A. Yahya,
MARS tahun 2009.
Kongres Internasional Hospital Federation tahun 1992 di Madrid,
tahun 2003 di San Fransisco California USA, dan tahun 2009 di
Rio de Janeiro-Brazil menetapkan Dr. Samsi Jacobalis, Dr.
Hermansyur Kartowisastro, dan Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
sebagai anggota Council of Management IHF.
Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (saat
itu dijabat oleh Dr. Broto Wasisto, MPH) diminta untuk berbicara
didepan sidang Pleno Kongres IHF mewakili negara berkembang.
Dengan para wakil rakyat (Komisi yang membidangi kesehatan di DPR)
PERSI juga sangat akrab, diundang untuk melakukan dengar pendapat
umum antar DPR R.I dengan PERSI termasuk pada waktu pembahasan
tentang UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No. 16 tahun
2001 tentang Yayasan, UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
pembahasan lain yang berkaitan dengan perumahsakitan.
Pada tahun 1988 Ketua PERSI Dr. Padmo Hoedojo, MHA diangkat
menjadi anggota MPR R.I mewakili PERSI.
Mengingat bahwa Pemerintah Republik Indonesia menganut sistem
terbuka dan global maka PERSI tidak ada pilihan lain kecuali juga harus
mewakili visi global pula (APEC, GATT, GATS, WTO) hal ini tidak lain
adalah upaya peningkatan mutu, baik layanan maupun sumber daya
manusia. Namun demikian tantangan secara nasional masih cukup
banyak, bagaimana agar pemerataan pelayanan rumah sakit dapat
dicapai, bagaimana sistem pembiayaan yang baik dapat direalisasikan,
bagaimana agar program-program pengembangan rumah sakit dapat
sinkron dengan program disiplin lain, semua itu masih memerlukan
waktu, dedikasi dan tenaga yang tidak sedikit, belum lagi masalah
teknologi dan mobilitas penduduk yang semakin meningkat.
Bencana alam tsunami yang melanda Aceh dan Nias Sumatera Utara,
PERSI juga berperan mengorganisasi bantuan obat-obatan, alat
kesehatan, dan tenaga kesehatan juga rumah sakit sebagai rujukan.
Demikianlah keberadaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) sejak berdirinya sampai dengan sekarang ini.
----------------------------Ditulis dan disadur oleh Dr. Soebaryo Mangunwidodo & Partua Sitompul
VISI
PERSI sebagai organisasi perumahsakitan yang handal dan
mampu menjadi induk dan tumpuan bagi rumah sakit di
Indonesia.
1.1
MISI
Memperjuangkan kepentingan anggota PERSI ke seluruh jajaran
yang terkait : pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Membentuk dan mengembangkan networking antara anggota
dengan information technology.
Meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan rumah sakit
menuju masyarakat sehat.
Melakukan aliansi strategis yang meningkatkan mutu anggota
PERSI dan saling menguntungkan.
Mendorong rumah sakit di Indonesia dalam meningkatkan mutu
hingga setaraf dengan rumah sakit di Asia Pasifik
-----------------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI tahun 2003.
ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang telah
ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang-undangan negara
Republik Indonesia.
BAB II
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN ORGANISASI
Pasal 2
1. Organisasi ini disebut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dengan nama singkatan PERSI dan didirikan pada tanggal 11 April
1978 di Jakarta, untuk waktu yang tidak ditentukan.
2. Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua
rumah sakit di Indonesia dan berkedudukan di Ibukota Negara
dengan cabang-cabang di seluruh Indonesia.
BAB III
ASAS, DAN TUJUAN
Pasal 3
PERSI berasaskan Pancasila.
Pasal 4
Tujuan
1. Menghimpun dan mewakili rumah-rumah sakit di Indonesia dengan
menghormati kedaulatan masing-masing.
2. Menyukseskan program Pemerintah dalam bidang kesehatan pada
umumnya dan rumah sakit pada khususnya dalam kaitannya dengan
pengembangan Sistem Kesehatan Nasional.
3. Menyempurnakan pengelolaan rumah sakit demi peningkatan
pelayanan bagi masyarakat.
4. Memperjuangkan kepentingan rumah sakit sebagai suatu lembaga.
10
Pasal 5
Usaha
Untuk mencapai tujuan organisasi berusaha :
1. Menggalang dan mempererat hubungan antar rumah sakit anggota.
2. Membina hubungan dengan Pemerintah dan Badan-badan lainnya.
3. Mengadakan program pendidikan didalam bidang pengelolaan
rumah sakit dan usaha usaha lain yang bersangkutan dengan
masalah rumah sakit.
4. Sebagai wadah tunggal mengadakan hubungan dengan badan
badan di luar negeri dalam bidang perumahsakitan di Indonesia.
5. Mengadakan kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai
tujuan organisasi.
BAB IV
ORGANISASI
Pasal 6
Keanggotaan
Anggota PERSI terdiri dari :
1. Kategori A : adalah rumah sakit yang telah diakui oleh Pemerintah
dan diwakili oleh Direktur/pimpinan rumah sakit atau pejabat
rumah sakit yang diberi wewenang olehnya.
2. Kategori B : adalah Rumah Bersalin atau Klinik 24 jam atau Lembaga
pelayanan kesehatan yang sejenisnya.
3. Kategori C : adalah perorangan yang mempunyai minat dalam
perumahsakitan.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang keanggotaan akan ditetapkan dengan
Peraturan Organisasi.
Pasal 7
Daerah
Di tiap daerah tingkat I hanya dapat didirikan satu PERSI Daerah.
11
Pasal 8
Susunan Pengurus
1. Pengurus PERSI terdiri dari Pengurus Pusat di Ibukota Negara,
Pengurus Daerah di Tingkat Propinsi, dan bila diperlukan dapat
dibentuk Pengurus Cabang di Tingkat Kabupaten atau Kota.
2. Anggota ex officio dalam kepengurusan PERSI Pusat terdiri dari para
Ketua Asosiasi Rumah Sakit atau Perhimpunan Rumah Sakit yang
bersifat khusus.
3. Pengurus mempunyai masa jabatan lamanya 3 (tiga) tahun.
4. Susunan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Ketentuan
pembentukan Pengurus Cabang di Tingkat Kabupaten atau Kota dan
yang termasuk Anggota Ex-Officio ditetapkan dengan Peraturan
Organisasi.
Pasal 9
Rapat-rapat
Rapat PERSI terdiri dari :
1. Kongres yang merupkan Badan Legislatif tertinggi dalam organisasi.
2. Rapat Kerja merupakan rapat antara Pengurus Pusat dengan
Pengurus Daerah.
3. Rapat Pengurus Pusat
4. Rapat Anggota PERSI Daerah.
5. Rapat Pengurus Daerah.
Pasal 10
Dewan Penyantun
Untuk mengembangkan organisasi perlu dibentuk Dewan Penyantun
Pasal 11
Badan-badan Etik Rumah Sakit Indonesia
Guna pembinaan dan penanganan yang menyangkut permasalahan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), perlu dibentuk Badan-badan
Etik Rumah Sakit di tiap tingkat dalam jajaran organisasi PERSI, sebagai
berikut :
12
BAB V
KEUANGAN
Pasal 12
Sumber Keuangan
Keuangan organisasi diperoleh dari :
1. Uang pangkal ;
2. Uang iuran ;
3. Sumbangan dan pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VI
LAIN LAIN
Pasal 13
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat diputuskan dalam Kongres.
2. Usul perubahan Anggaran Dasar harus sudah dibahas pada rapat
kerja sebelumnya, yang diedarkan kepada Daerah sekurangkurangnya 3 bulan sebelum masa Kongres.
3. Usul perubahan Anggaran Dasar dapat diajukan oleh Pengurus
Pusat/Pengurus Daerah.
Pasal 14
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang khusus
diadakan untuk maksud tersebut.
13
XI tahun 2009
14
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Macam Anggota
Anggota PERSI seperti yang disebut pada pasal 6 ayat 2 Anggaran Dasar
terdiri dari :
1. Kategori A : adalah rumah sakit yang telah diakui oleh Pemerintah
dan diwakili oleh Direktur/pimpinan rumah sakit atau pejabat
rumah sakit yang diberi wewenang olehnya.
2. Kategori B : adalah Rumah Bersalin atau Klinik 24 jam atau Lembaga
pelayanan kesehatan yang sejenisnya.
3. Kategori C : adalah perorangan yang mempunyai minat dalam
perumahsakitan
Pasal 3
Penerimaan Anggota
Untuk dapat diterima menjadi anggota PERSI, Rumah Sakit yang
memenuhi persyaratan termaktub pada pasal 6 ayat 2 Anggaran Dasar
mengajukan permintaan tertulis kepada Pengurus Daerah dan kemudian
disahkan oleh Pengurus Pusat.
15
Pasal 4
Pemberhentian dan Rehabilitasi Anggota
1. Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri dilakukan secara
tertulis.
2. Pemberhentian sementara terhadap anggota oleh Pengurus Daerah
dapat dilakukan karena yang bersangkutan membuat pelanggaran
berat terhadap ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga
dan dilaporkan oleh Pengurus Daerah kepada Pengurus Pusat.
3. Keputusan pemberhentian dan rehabilitasi anggota hanya dapat
dilakukan dalam Kongres setelah anggota yang bersangkutan diberi
kesempatan untuk membela diri.
Pasal 5
Hak dan kewajiban Anggota
1. Hak Anggota
1.1 Anggota Kategori A : berhak memilih dan dipilih sebagai
Anggota Pengurus Daerah maupun Pengurus Pusat.
1.2 Anggota Kategori B dan Kategori C : berhak mengikuti
pertemuan dan kegiatan organisasi tanpa hak suara, hak memilih
dan dipilih sebagai Anggota Pengurus.
1.3 Setiap anggota berhak untuk membela diri.
1.4 Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan
dari organisasi.
2. Kewajiban Anggota
2.1 Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Keputusan - keputusan serta menjunjung tinggi nama organisasi.
2.2 Membayar uang pangkal dan uang iuran yang besarnya
ditentukan oleh Pengurus Daerah.
2.3 Membantu Pengurus dalam tiap usaha organisasi.
16
BAB III
Pasal 6
Susunan Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat mencerminkan semua jenis rumah sakit.
2. Ketua Umum dipilih oleh kongres.
3. Ketua Umum terpilih adalah sebagai Ketua Formatur, dan bersama 2
(dua) Formatur lain yang dipilih oleh Kongres menyusun Pengurus
Pusat PERSI.
4. Pengurus Pusat terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,
Bendahara, dan Ketua-ketua Kompartemen.
5. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan
Bendahara.
Pasal 7
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat :
1.1 Melaksanakan Keputusan Kongres, menyusun kebijaksanaan dan
mengambil keputusan organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
1.2 Menyusun, melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan rencana
kerja.
1.3 Mewakili organisasi keluar dan kedalam.
1.4 Melaksanakan pengelolaan organisasi dan semua ketentuan tata
laksananya.
1.5 Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
Kongres bersama-sama dengan Panitia Penyelenggara Kongres.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Umum :
2.1. Memimpin dan mengarahkan segala kegiatan Pengurus Pusat.
2.2. Dalam hal Ketua Umum berhalangan, maka tugas dan tanggung
jawab Ketua Umum dilimpahkan kepada Sekretaris Jenderal.
2.3. Dalam keadaan darurat dimana Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal bersama-sama tidak berfungsi lagi, maka Ketua Dewan
Penyantun melaksanakan pimpinan sementara organisasi,
sampai diadakan Kongres Luar Biasa.
17
18
19
BAB IV
Pasal 11
Kongres
1. Kongres diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dengan cara :
1.1 Laporan dan pertanggungjawaban Pengurus Pusat.
1.2 Pemilihan dan Pelantikan Ketua Umum melalui Formatur.
1.3 Menyusun rencana kerja Pengurus Pusat yang baru.
1.4 Membahas dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu
2. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan
Peninjau serta dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu jumlah daerah dan setengah ditambah satu
jumlah suara.
3. Jika quorum tidak tercapai maka rapat diskors paling lama 1 x 24 jam
dan rapat berikutnya dianggap sah setelah skorsing.
4. Keputusan Kongres diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.
5. Dalam hal tidak tercapai keputusan melalui musyawarah dan
mufakat, maka keputusan diambil atas dasar suara terbanyak.
Pasal 12
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa diadakan atas desakan/usul sekurang-kurangnya
75% jumlah daerah dan 75% jumlah suara.
2. Kongres Luar Biasa diadakan kalau timbul keadaan darurat.
Pasal 13
Tata Tertib Kongres
1. Kongres dan Kongres Luar Biasa diadakan atas dasar tata tertib yang
disahkan oleh Kongres.
2. Tempat kongres yang akan datang ditentukan oleh kongres
sebelumnya.
3. Selesai Kongres, keuangan Kongres harus diperiksa oleh Panitia
Verifikasi sebagai pertanggungjawaban Kongres.
20
BAB V
DEWAN PENYANTUN
Pasal 14
Anggota
Dewan Penyantun PERSI terdiri dari para pendiri PERSI, mantan Ketua
Umum serta perorangan lain yang diangkat oleh Pengurus Pusat atas
nama Kongres.
Pasal 15
Tugas Pokok
Tugas pokok
Organisasi.
Dewan
Penyantun
adalah
ikut
mengembangkan
Pasal 16
Susunan Dewan
Dewan beranggotakan sedikitnya 3 (tiga) orang, sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang.
Pasal 17
Tata Laksana Dewan
1. Tata laksana dalam Dewan dapat diatur sendiri, asalkan tidak
bertentangan dengan isi dan makna Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
2. Dalam keadaan darurat dimana pada waktu yang bersamaan Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal tidak berfungsi lagi, maka Ketua
Dewan memimpin sementara organisasi sampai Kongres Luar Biasa
yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga)
bulan.
3. Dalam keadaan demikian seperti tersebut dalam ayat 2 diatas,
pimpinan sementara organisasi tidak boleh mengambil keputusan
yang bersifat principal.
21
BAB VII
BADAN-BADAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
Pasal 18
Organisasi
1. Di tingkat PERSI Pusat dibentuk Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit Indonesia (MAKERSI) Pusat, yang merupakan badan otonom,
berkewajiban menetapkan strategi/kebijaksanaan dan garis-garis
besar program pembinaan KODERSI secara nasional.
2. Di tingkat PERSI Daerah dibentuk Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit Indonesia (MAKERSI) Daerah, yang merupakan badan
otonom, berkewajiban untuk menjabarkan strategi/kebijaksanaan
dan program nasional mengenai KODERSI di tingkat wilayah dan
PERSI Daerah yang bersangkutan, serta mengkoordinasikan
pelaksanaannya di rumah-rumah sakit yang berada diwilayahnya.
3. Di tingkat Rumah Sakit dibentuk Komite Etik Rumah Sakit
Indonesia (KERSI), yang merupakan badan otonom, berkewajiban
membantu Pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan.
Pasal 19
Pemilihan Ketua, Tanggung Jawab, dan Susunan Anggota
1. Ketua MAKERSI Pusat, dipilih dalam Kongres PERSI, untuk selama
Kepengurusan PERSI Pusat, dan bertanggung jawab kepada Kongres
PERSI. Ketua terpilih menyusun anggotanya yang sekurangkurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang Anggota, dengan jumlah
seluruhnya paling banyak 9 (sembilan) orang.
2. Ketua MAKERSI Daerah, dipilih dalam Rapat Pleno anggota PERSI
Daerah, untuk selama Kepengurusan PERSI Daerah, dan
bertanggung jawab kepada Rapat Pleno PERSI Daerah. Ketua
terpilih menyusun anggotanya yang sekurang-kurangnya harus
terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris,
dan 2 (dua) orang Anggota, dengan jumlah paling banyak 7 (tujuh)
orang.
22
23
f.
Segala sesuatu mengenai KODERSI yang belum di atur dalam ART, akan
di atur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia.
BAB VII
Pasal 22
Rapat rapat
1. Rapat kerja tahunan membicarakan pelaksanaan program kerja dan
masalah-masalah baru yang timbul.
2. Rapat Pengurus Pusat diadakan sekurang-kurangnya dua kali
setahun.
3. Rapat Anggota PERSI Daerah diadakan sekurang-kurangnya satu
kali setahun.
4. Rapat Pengurus Daerah diadakan menurut kebutuhan.
BAB VIII
Pasal 23
Sumber Keuangan
24
BAB IX
Pasal 24
Lain lain
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya
dapat diputuskan oleh Kongres dengan disetujui oleh 2/3 (dua per
tiga) jumlah suara yang hadir.
1.1 Pembubaran organisasi hanya dapat di lakukan Kongres yang
khusus diadakan untuk maksud tersebut.
1.2 Undangan untuk Kongres Pembubaran Organisasi ini diadakan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum Kongres tersebut
dilaksanakan.
BAB X
Pasal 25
Penutup
1. Perbedaan penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
akan diselesaikan oleh Pengurus Pusat untuk kemudian disahkan
oleh Kongres.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan diatur dan diputuskan dalam rapat Pengurus
Pusat yang kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan
Organisasi.
-----------------------------Anggaran Rumah Tangga ini sudah dirubah sesuai dengan Keputusan Kongres
PERSI ke-XI Tahun 2009
25
26
27
BAB I
Kewajiban Umum Rumah Sakit
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI)
Pasal 2
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap
semua kejadian di rumah sakit.
Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu
secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
Pasal 4
Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun
non medik secara baik.
Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
28
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah
sakit.
Pasal 7
Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya
pada harapan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 8
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab
terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan
masyarakat
BAB III
29
BAB IV
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan
tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik
antara seluruh tenaga di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah
sakit untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta
keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan
dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku.
Pasal 18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB V
Hubungan Rumah Sakit Dengan Lembaga Terkait
30
Pasal 19
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik
berdasarkan nilai-nilai, dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Pasal 20
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit
dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
Pasal 21
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi
atau badan lain yang bergerak di bidang kesehatan.
Pasal 22
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kesehatan.
BAB VI
Lain-lain
Pasal 23
Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak
berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
------------------------------
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) ini telah direvisi dan disahkan
pada Kongres PERSI ke-VIII tahun 2000 di Jakarta
31
32
PENJELASAN
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
UMUM
Peristiwa sejarah menunjukkan bahwa peradaban umat manusia
memunculkan kepermukaan berbagai sistem tingkah laku sosial yang
menghablur dalam bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kesadaran
umum dan kecerdasan lahir batin persekutuan hidup ini pada
hakikatnya telah memicu kepedulian sosial yang bersumber pada
kemurnian akhlak insani yang pada gilirannya menggugah tanggung
jawab bersama atas nasib sesama manusia yang ditimpa musibah. Bahkan
telah menjadi buah mulut bahwa hanya di dalam peradaban yang
progresif nampak mencolok keyakinan warga masyarakat perlu
meningkatkan kewajiban berdasarkan amal ibadah menyelenggarakan
kesejahteraan umum.
Kesejahteraan umum tercakup di dalamnya pelayanan medik, termasuk
bedah pada hakikatnya muncul lebih awal dalam sejarah peradaban
manusia dari pada pelayanan rumah sakit dan lembaga-lembaga sosial
lainnya yang menyediakan berbagai kemudahan pengobatan dan
perawatan pasien.
Kisah pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit dimana-mana
disambut sebagai keunggulan peradaban manusia atas berbarisme pada
umumnya, altruisme atas egoisme, malah perilaku watak gotong royong
atas individualisme khususnya. Penyelenggaraan rumah-rumah sakit
sampai dengan saat ini pada dasarnya berlangsung sebagai akibat getaran
jiwa insani yang luhur yakni kasih sayang yang sejati. Kendatipun
pergaulan
hidup
senantiasa
mengalami
perubahan
yang
berkesinambungan, watak dan budi pekerti manusia boleh dibilang
sepanjang masa relatif tetap sama.
33
34
35
36
37
38
harus senantiasa dipantau, bila perlu setiap saat dapat dirubah dan
disesuaikan dengan perkembangan baru. Dengan demikian kwalitas
pelayanan yang baik dapat terjamin, dan perhitungan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna jasa pelayanan rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 13
Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial yang
kondusif bagi pendidikan dan pelatihan kepribadian karyawan. Hal ini
pada dasarnya menandai corak pelayanan rumah sakit sebagai satu
kesatuan, baik dalam hubungan internal maupun eksternal, satu dan lain
dalam upaya rumah sakit memproteksi kepentingan pasien khususnya
dan khalayak ramai umumnya. Dalam hal memenuhi kewajiban rumah
sakit terhadap pimpinan rumah sakit, maka sebagai fihak rumah sakit
bertindak pemilik rumah sakit atau wakilnya. Sedangkan dalam hal
memenuhi kewajiban rumah sakit terhadap staf dan karyawan, maka
yang bertindak sebagai fihak rumah sakit adalah pimpinan/direktur
rumah sakit.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ciri-ciri rumah sakit modern adalah, selain padat karya juga semakin
padat modal, padat teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian
sehingga unsur sumber daya manusia senantiasa perlu diprogram demi
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Pasal 17
Pimpinan rumah sakit harus tetap memantau agar penyelenggaraan
pelayanan dilakukan menurut standar profesi dengan tolak ukur
39
40
Pasal 19
Dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-hari, rumah sakit harus
berhubungan dengan khalayak (publik) internal pada satu pihak dan
khalayak eksternal pada lain pihak. Adalah kewajiban pimpinan rumah
sakit menjaga keselarasan hubungan dengan khalayak-khalayak ini
berdasarkan nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Pada
hakikatnya pemilik rumah sakit disini adalah pemilik yuridis rumah
sakit dan harus berbentuk badan hukum. Guna memelihara hubungan
baik yang dilandasi profesionalisme antara pemilik rumah sakit sebagai
badan hukum dengan rumah sakit sebagai unit sosio ekonomi perlu
dibentuk satu badan independen ialah Dewan Penyantun atau Dewan
Pembina, yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki
berbagai latar belakang profesi, dan yang bertugas menyusun berbagai
kebijaksanaan dalam hal pengelolaan rumah sakit tersebut. Berbagai
peluang mengenai kemungkinan adanya pertentangan kepentingan
(conflict of interest) dalam kolusi, korupsi, croinisme, dan nepotisme
harus dapat dicegah sedini mungkin, dengan menciptakan pembagian
kewenangan dan saling mengontrol yang proporsional diantara unsurunsur pemilik rumah sakit, dewan penyantun/ dewan pembina dan
pimpinan eksekutif dari rumah sakit, liwat penerapan prinsip-prinsip
manajemen yang obyektif dan profesional. Berbagai persyaratan dan
kriteria personalia/keanggotaan dari badan-badan yang memiliki pemilik
rumah sakit, dewan penyantun/dewan pembina dan pimpinan eksekutif
harus ditetapkan secara ketat, juga masa baktinya perlu dibatasi guna
mencegah terjadinya ekses-ekses yang tidak dikehendaki
Pasal 20
Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa
diupayakan, antara lain dengan mencegah adanya persaingan yang tidak
sehat, mengadakan kerja sama dan koordinasi yang saling
menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama peralatan
dan fasilitas, maupun sumber daya manusia, pendidikan dan latihan staf
dan karyawan, dan lain-lain. Semua ini bisa dilakukan dalam wadah dan
koordinasi dari PERSI sebagai organisasi profesi perumahsakitan.
41
Pasal 21
Pada dasarnya pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang
dari upaya kesehatan dasar sampai upaya rujukan yang lebih canggih,
sehingga kerja sama antara rumah sakit dengan badan-badan lain yang
bergerak dalam bidang kesehatan termasuk badan-badan usaha bidang
kesehatan perlu digalang dengan tetap berpegang pada etika/norma yang
berlaku.
Pasal 22
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan
sarana pelayanan kesehatan, juga berfungsi dan digunakan sebagai
sarana atau lahan pendidikan tenaga-tenaga kesehatan dan sebagai
tempat penelitian bidang kesehatan. Pendidikan dan latihan tenagatenaga kesehatan harus diartikan sebagai upaya kelanjutan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan penelitian
bidang kesehatan harus diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adanya kegiatan
pendidikan, latihan dan penelitian di rumah sakit tidak boleh berakibat
menurunnya mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan fihak
penderita. Porsi dan bobot kegiatan pendidikan latihan dan penelitian di
rumah sakit sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya
tersedianya sarana dan fasilitas, sumber daya manusia, orientasi program
rumah sakit, serta adanya afiliasi dengan lembaga-lembaga pendidikan
dan penelitian.
Pasal 23
Dalam pelayanan kesehatan konsep pemasaran (marketing)
nampaknya lebih berkonotasi negatif dari pada positif, karena
membangkitkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan penjualan
(sales), padahal saripati pemasaran adalah komunikasi. Dengan demikian
promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dan lebih
merupakan penyuluhan yang bersifat informatif, edukatif, preskriptif
dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
42
Informatif :
Edukatif
Preskriptif :
Preparatif :
------------------------------
Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini telah direvisi dan disahkan
pada Kongres PERSI ke-VIII tahun 2000 di Jakarta
43
44
PETUNJUK PELAKSANAAN
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Umum
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA (PERSI)
adalah merupakan organisasi perumahsakitan di Indonesia, yang ide
pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4 Februari 1973 di RS
Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sedang pendiriannya telah
diresmikan pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta. Sejak awal
pendiriannya telah dirasakan perlunya PERSI sebagai organisasi
perumahsakitan di Indonesia untuk memiliki Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia untuk dijadikan sebagai Landasan Moral dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia. Hal ini
penting mengingat, bahwa rumah sakit sebagai suatu lembaga
kemanusiaan yang memiliki nilai dan martabat luhur, seyogyanya lebih
mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak hanya berpijak pada nilainilai formal semata, karena nilai formal atau nilai hukum itu sendiri
baru akan bermanfaat bila dilandasi nilai moral.
Bahwa dalam perjalanannya KODERSI telah mengalami berbagai
perbaikan dan penyempurnaan. Sesuai dengan perkembangan dan
tantangan yang dihadapinya, maka KODERSI yang baru telah diterima
dan disyahkan dalam Kongres VI PERSI tahun 1993 di Jakarta.
Perubahan dan perkembangan yang cepat dalam bidang perumahsakitan
di Indonesia, telah kembali menuntut perbaikan dan penyempurnaan
dari KODERSI, maka dalam Rapat Kerja PERSI tanggal 15 17 Maret
1999 di Jakarta telah disepakati konsep hasil perbaikan/penyempurnaan
dari KODERSI untuk disyahkan dalam Kongres VIII PERSI di Jakarta.
45
2.
BAB II
LATAR BELAKANG KODERSI,
BATASAN, PENGERTIAN DAN PEMAHAMANNYA
Pasal 3
Etik, Kode Etik
1. Etik adalah norma-norma akhlak atau moral yang berlaku dalam
kehidupan manusia bermasyarakat.
2. Kode Etik adalah rangkuman norma-norma ahklak yang
dikodifikasikan oleh kelompok profesi tertentu dan diberlakukan
secara khusus dikalangan para anggota kelompok tersebut.
Pasal 4
Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI)
KODERSI merupakan rangkuman norma-norma akhlak yang telah
dikodifikasikan oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang
perumahsakitan, yang pengertiannya dapat dipandang dari dua sisi,
ialah:
46
47
48
Pasal 8
Akreditasi Rumah Sakit
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah kegiatan penilaian oleh badan
independen yang dibentuk khusus untuk tujuan ini, mengenai
seberapa jauh suatu rumah sakit telah memenuhi berbagai
persyaratan dan berbagai standar sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh lembaga yang berwenang.
2. Adalah merupakan tugas dan kewajiban PERSI sebagai organisasi
perumah sakitan untuk bersama-sama dengan organisasi-organisasi
profesi kesehatan, berperan aktif dalam kegiatan akreditasi rumah
sakit, dan membawa KODERSI untuk dijadikan bagian dari
instrumen akreditasi rumah sakit.
BAB III
TATALAKSANA KODERSI
Pasal 9
Inti dan Pola Pembinaan KODERSI di Rumah Sakit
1. Pembinaan KODERSI di rumah sakit lebih merupakan upaya-upaya
preventif, persuasif, edukatif, dan korektif terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari norma-norma sebagaimana yang
termuat dalam KODERSI.
2. Pembinaan KODERSI diarahkan kepada dua sisi :
a. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga, lewat
Manajemen rumah sakit.
b. Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit dilaksanakan
secara komprehensif dan berkelanjutan.
Pasal 10
Peran Badan - Badan Etik Rumah Sakit Indonesia Dalam Pelaksanaan
KODERSI di Rumah Sakit
1. Badan badan Etik Rumah Sakit Indonesia untuk ditingkat Pusat
dan Daerah dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit
49
50
51
BAB IV
PENUTUP
Pasal 14
1. Hal hal yang belum tercantum dalam Petunjuk Pelaksanaan
KODERSI ini dapat diputuskan oleh MAKERSI Pusat, dengan
ketentuan tidak boleh bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan
ini dan atau dengan berbagai ketentuan lainnya dari PERSI.
2. Dengan demikian diharapkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan KODERSI di rumah sakit akan membawa hasil,
sehingga pengabdian perumahsakitan di Indonesia akan terus
meningkat.
Petunjuk Pelaksanaan KODERSI ini mulai berlaku sejak tanggal
diputuskan dan hanya dapat diperbaiki dan diubah dalam Rapat Kerja
atau Kongres PERSI.
-----------------------------Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini disahkan pada
Kongres PERSI -VIII tahun 2000 di Jakarta
52
53
54
PERSI
Daerah
55
Pasal 5
Peserta
1. Peserta Sidang Organisasi tidak dipungut biaya, terdiri dari :
a. Pengurus PERSI Pusat dan Makersi Pusat
b. Utusan PERSI Daerah dan Makersi Daerah
c. Peninjau/Undangan
2. Bila ada Sidang Ilmiah, dikenakan biaya pendaftaran yang besarnya
ditentukan oleh Panitia Penyelenggara (PERSI Daerah
Penyelenggara). Utusan PERSI Pusat dibebaskan biaya pendaftaran
dan PERSI Daerah masing-masing untuk 1 (satu) orang dibebaskan
biaya pendaftaran.
Pasal 6
Materi
1.
2.
56
Pasal 8
Sisa Hasil Usaha
Bila terdapat sisa hasil usaha dari penyelenggaraan Rapat Kerja PERSI :
75% untuk PERSI Daerah Penyelenggara, dan 25% untuk PERSI Pusat
(teknis dimusyawarahkan)
---------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
57
58
59
Pasal 4
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Pengurus PERSI Pusat, Makersi Pusat dan Peninjau mempunyai hak
bicara tetapi tidak mempunyai hak suara.
2. Utusan PERSI Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.
3. Jumlah suara utusan PERSI Daerah ditentukan berdasarkan jumlah
anggotanya (ART, pasal 9 ayat 2)
a. setiap 10 anggota memiliki 1 suara.
b. Jumlah suara maksimum 5 suara dan minimum 1 suara.
Pasal 5
Persidangan
1.
2.
3.
60
Pasal 7
Pemilihan Pengurus
1. Pemilihan Ketua Umum (ART, Pasal 11 ayat 1) dan Ketua Makersi
Pusat (ART, Pasal 20 ayat 1) dilakukan melalui formatur.
2. Ketua Umum demisioner bila bersedia dapat menjadi calon formatur
3. Jumlah formatur adalah maksimum 3 orang.
4. Calon formatur diusulkan oleh utusan Daerah.
5. Kriteria calon Ketua Umum :
a. Mempunyai kemampuan visioner dalam organisasi.
b. Mempunyai kemampuan dalam kepemimpinan.
c. Bersedia tidak merangkap jabatan sebagai Ketua Organisasi
profesi kesehatan lainnya bilamana terpilih.
d. Sedapat mungkin pernah menjadi Pengurus PERSI
e. Pimpinan Rumah Sakit (Direktur atau Kepala Rumah Sakit) atau
pernah menjabat Pimpinan Rumah Sakit (Direktur atau Kepala
Rumah Sakit) dan diberi wewenang oleh rumah sakitnya.
6. Kriteria calon Makersi Pusat
a. Mempunyai kemampuan visioner dalam organisasi
b. Mempunyai pengalaman dalam memimpin rumah sakit.
c. Sedapat mungkin pernah menjadi Pengurus PERSI atau Makersi.
7. Pemilihan dilakukan secara bebas dan rahasia berdasarkan suara
terbanyak.
Pasal 8
Keputusan
1. Keputusan Kongres dilakukan secara musyawarah dan mufakat
(ART, pasal 11 ayat 4).
2. Jika musyawarah dan mufakat tidak tercapai, keputusan diambil
melalui suara terbanyak (ART, pasal 11 ayat 5)
--------------------------------------Keputusan Kongres IX Tahun 2003.
61
62
Pasal 4
Acara
Pasal 5
Peserta
1. Peserta Sidang Organisasi tidak dipungut biaya, terdiri dari :
63
64
Pasal 8
Sisa Hasil Usaha
Bila terdapat sisa hasil usaha dari penyelenggaraan Kongres PERSI : 75%
untuk PERSI Daerah Penyelenggara, dan 25% untuk PERSI Pusat
(teknis dimusyawarahkan)
-----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
65
66
67
Pasal 6
Pertanggungjawaban
Pengurus Pusat PERSI bertanggung jawab pada Kongres PERSI.
----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
68
69
Pasal 5
Masa Jabatan
Ketua terpilih menyusun anggotanya untuk selama masa kepengurusan
PERSI Pusat.
Pasal 6
Persyaratan Anggota
Anggota Makersi Pusat harus mewakili profesi-profesi ; Manajemen
Rumah Sakit, Kedokteran, Keperawatan, Hukum Kesehatan, dan profesi
lainnya.
Pasal 7
Pengesahan
Susunan Makersi Pusat disahkan dengan Surat Keputusan Makersi Pusat
yang ditandatangani Ketua dan Sekretaris, ditembusi kepada Ketua
Umum PERSI Pusat dan masing-masing Ketua PERSI Daerah, dan
Makersi Daerah.
Pasal 8
Pembiayaan
Biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan Makersi Pusat menjadi
tanggung jawab PERSI Pusat.
Pasal 9
Pertanggungjawaban
Makersi Pusat bertanggung jawab kepada Kongres PERSI
-------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
70
71
Pasal 6
Pertanggungjawaban
Pengurus PERSI Daerah bertanggung jawab dalam rapat pleno anggota
PERSI Daerah.
-------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
72
73
Pasal 5
Pengesahan
Susunan lengkap Makersi Daerah disampaikan kepada Makersi Pusat
untuk disahkan dengan Surat Keputusan Makersi Pusat yang
ditandatangani Ketua dan Sekretaris, ditembusi kepada Ketua Umum
PERSI Pusat dan masing-masing Ketua Makersi Daerah.
Pasal 6
Persyaratan
Anggota Makersi Daerah harus mewakili profesi-profesi ; Manajemen
Rumah Sakit, Kedokteran, Keperawatan, Hukum Kesehatan, dan profesi
lainnya.
Pasal 7
Pelantikan
Pelantikan Makersi Daerah bersamaan dengan pelantikan Pengurus
PERSI Daerah oleh Ketua Umum PERSI Pusat.
Pasal 8
Pembiayaan
Biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan Makersi Daerah menjadi
tanggung jawab PERSI Daerah.
Pasal 9
Pertanggungjawaban
Makersi Daerah bertanggung jawab dalam rapat pleno anggota PERSI
Daerah.
-----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
74
75
3. PELAKSANAAN PELANTIKAN
a. Pembukaan oleh MC
b. Pembacaan Surat Keputusan oleh Pendamping dari PERSI Pusat
Catatan :
Pada saat dibacakan SK, anggota Pengurus Daerah yang
disebutkan namanya maju ke mimbar (tempat pelantikan)
c. Pernyataan Pelantikan oleh Ketua Umum PERSI.
d. Penyematan Pin kepada Ketua PERSI Daerah yang dilantik
e. Pemberian selamat kepada Pengurus Daerah yang dilantik.
f. Sambutan :
- Ketua PERSI Daerah
- Unsur Pemerintah Daerah
- Ketua Umum PERSI
g. Doa
h. Penutup : MC
4. ACARA TAMBAHAN
Dapat diadakan :
a. Seminar
b. Pertemuan Anggota
c. Hiburan
d. Dan lain-lain
-------------------------Keputusan PP. PERSI Nomor : 50A Tahun 2008
76
SERAGAM PERSI
Warna
: Biru Tua
Pria/Wanita
: Jas
PERSI Pusat
IRSJAM
PERSI Daerah
77
78
79
Pasal 4
Bendera
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Cap / Stempel
PERSI Pusat
Cap / Stempel
IRSJAM
80
81
Logo
Daerah
PERSI DAERAH ..
Benderah PERSI Daerah
--------------------------------Keputusan Kongres V PERSI tahun 1990
82
MARS PERSI
83
84
PEDOMAN PEMBERIAN
PENGHARGAAN PERSI
PENDAHULUAN
Di dalam perkembangan negara dan bangsa Indonesia, perumahsakitan
telah membuktikan peran aktifnya. Demikian pula dalam masa
pembangunan bangsa saat ini, dan diharapkan pula untuk masa
mendatang, peran profesi ini akan tetap menonjol. Peran ini diharapkan
tidak hanya bersifat peran kearah kesejahteraan masyarakat yang sangat
erat kaitannya dengan konsep dan pelaksanaan profesi bidang
perumahsakitan, tetapi bahkan lebih dari itu, perumahsakitan di
Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam mempelopori
perjuangan bangsa dalam hampir setiap segi kehidupannya. Kita kenal
beberapa tokoh perumahsakitan dalam perjuangan ini, oleh karena itu
untuk menghargai setiap karya dan kepeloporan perumahsakitan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara juga dalam pengembangan
organisasi rumah sakit sendiri, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia telah menetapkan beberapa nama tokoh dibidang
perumahsakitan dari negara kita sebagai nama Penghargaan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Penghargaan ini
diberikan kepada Rumah Sakit (Anggota PERSI), Lembaga/Instansi,
Pengurus atau mantan Pengurus PERSI Pusat/Daerah, PERSI Daerah
dan masyarakat yang telah membuktikan prestasi dan pengabdiannya
dalam pengembangan rumah sakit serta peningkatan mutu rumah sakit
dan peningkatan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat,
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dibidang perumahsakitan
dan pengembangan organisasi PERSI.
Sebagai pedoman dalam pemberian penghargaan Perhimpunan Rumah
Sakit Indonesia ini, maka disusun petunjuk sebagai berikut :
85
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Pengertian dan Batasan
1. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) adalah penghargaan yang diberikan sebagai pengakuan dan
penghormatan atas prestasi yang ditentukan berdasarkan penilaian
oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh Pengurus PERSI Pusat.
2. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) diberikan kepada Rumah Sakit (Anggota PERSI),
Lembaga/Instansi, Pengurus atau mantan Pengurus PERSI
Pusat/Daerah, PERSI Daerah dan masyarakat yang telah
membuktikan prestasi dan pengabdiannya dalam pengembangan
perumahsakitan serta peningkatan mutu rumah sakit dan
peningkatan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat,
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dibidang
perumahsaitan dan pengembangan organisasi PERSI.
3. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) dilaksanakan pemberiannya pada saat Kongres PERSI.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Tujuan Pemberian Penghargaan
1. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas jasa rumah sakit
(Anggota PERSI) dan tokoh masyarakat/lembaga/Instansi terhadap
pengembangan perumahsakitan di Indonesia.
2. Mendorong rumah sakit (Anggota PERSI) untuk selalu
meningkatkan prestasi dan pengabdiannya.
86
BAB III
JENIS PENGHARGAAN
Pasal 3
Jenis Tanda Penghargaan
1. Tanda penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
tokoh masyarakat/lembaga/ instansi atas perhatian yang besar serta
prakarsa dalam pengembangan upaya dibidang perumahsakitan pada
umumnya dan rumah sakit pada khususnya.
2. Tanda penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
Rumah Sakit Anggota PERSI yang telah menunjukkan prestasi
kemasyarakatan yang menonjol dalam pengamalan pelayanan.
3. Tanda penghargaan PARAMAKARYA SATYA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
Pengurus atau mantan Pengurus PERSI Pusat/Daerah, yang berjasa
dalam mengembangkan organisasi PERSI.
4. Tanda penghargaan PARAMAKARYA ADIKA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
PERSI Daerah telah berjasa mengembangkan organisasinya,
meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit anggotanya,
dan bekerjasama dengan instansi terkait lainnya dalam memberikan
pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam bidang pelayanan
kesehatan.
Pasal 4
Bentuk Penghargaan
Bentuk Penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) :
1. Penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA diberikan
dalam bentuk : Piagam dan Medali Emas.
2. Penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA HUSADA
diberikan dalam bentuk : Piagam dan Pataka.
87
BAB IV
TATA LAKSANA PEMILIHAN CALON PENERIMA
DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN
Pasal 5
Tata Laksana Pemilihan Penerima Penghargaan
1. Pemilihan calon penerima penghargaan PERSI, PERSI Pusat
membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur-unsur :
a. Dewan Penyantun : Ketua dan Sekretaris
b.Makersi Pusat : Ketua dan Sekretaris
c. Pengurus Pusat PERSI : (Ketua, Sekjen, Bendahara dan Ketuaketua Kompartemen)
d.Tokoh lain yang ditunjuk.
Dengan susunan Panitia terdiri dari : Ketua, Sekretaris dan Anggota
2. Panitia pemilihan calon penerima Penghargaan PERSI, dibentuk
satu tahun menjelang Kongres.
3. Kriteria untuk pemilihan penerima penghargaan yang menjadi
pegangan Panitia antara lain adalah :
a. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA :
i. Tokoh masyarakat/lembaga/instansi
ii. Memberi perhatian yang besar untuk pengembangan upaya
dibidang perumahsakitan.
iii. Memprakarsai suatu upaya besar yang mendorong
pengembangan rumah sakit/perumahsakitan.
iv. Memperlihatkan jasa dan bantuannya yang besar dalam
upaya pengembangan rumah sakit/perumahsakitan
b. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA
HUSADA
i. Rumah Sakit Anggota PERSI, telah membuktikan secara
nyata prestasinya dalam mengabdikan ilmu dan kemampuan
88
89
Pasal 6
Pemberian Tanda Penghargaan
1. Tanda Penghargaan PERSI diberikan kepada penerima penghargaan
pada upacara pembukaan Kongres PERSI.
2. Upacara pemberian Tanda Penghargaan dimaksud dalam ayat 1
dilakukan dalam urutan acara
a. Pembacaan Surat Keputusan Pengurus PERSI Pusat.
b. Pembacaan riwayat hidup dan prestasi menonjol dari penerima
penghargaan.
c. Penyampaian Piagam Penghargaan dan Tanda Penghargaan
3. Biaya transport bagi penerima penghargaan dari tempat asalnya ke
tempat upacara ditanggung oleh PERSI Pusat.
BAB V
PENUTUP
Pasal 7
Pedoman Tata Cara Pemberian Tanda Penghargaan PERSI ini
dimaksudkan untuk menyeragamkan pelaksanaan pemberian
penghargaan PERSI. Untuk itu diminta perhatian bagi seluruh jajaran
PERSI untuk menegakkan pelaksanaannya secara tertib.
----------------------------------------------Keputusan Kongres VIII PERSI Tahun 2000
90
91
92
3) Mengedarkannya.
d. Pengarsipan dilakukan dengan tata cara arsip sebagaimana yang
dijelaskan dalam V berikut.
e. Persiapan jawaban/edaran disampaikan kepada Ketua atau
Sekretaris
untuk
persetujuan/koreksinya
dan
setelah
memperoleh persetujuan dilaksanakan proses lebih lanjut.
2. Surat Keluar
a. Surat keluar dapat berupa tanggapan/tindak lanjut surat masuk,
dapat pula merupakan proses tersendiri.
b. Dalam kedua hal tersebut nomor surat diberikan dengan cara
seperti pada contoh III.2.
c. Setelah konsep dibuat, disetujui oleh Ketua atau Sekretaris dan
telah menjadi surat yang telah final prosesnya dikirimkan
dengan sasarannya.
d. Sebelum dikirim diekspedisikan
Ekspedisi pos
Ekspedisi melalui kurir
e. Surat yang dikirim dengan pos, tanda bukti berupa resi,
pos/stempel pos, sedangkan yang melalui kurir adalah nama dan
tanda tangan yang menerima surat tersebut disertai dengan
catatan tanggal penerimaannya.
Pasal 5
Pengarsipan
1. Pengarsipan berdasarkan pada kode surat dan dokumen yang
terdapat pada Petunjuk Penggunaan File PERSI yang disusun oleh
PERSI maupun PERSI Daerah.
2. masing-masing kode surat dan dokumen akan memperoleh box yang
mewadahi surat-surat yang bersangkutan.
3. pengambilan berkas dari arsip harus melalui cara pengisian formulir
yang tersedia. Formulir ini akan ditinggalkan pada map yang
bersangkutan setelah berkas/surat kembali bon pinjaman
dimusnahkan.
93
Pasal 5
Penutup
Dengan ditentukannya tata cara pengelolaan surat/dokumen ini maka
memudahkan Sekretariat dalam mengelola surat/dokumen PERSI secara
tertib sesuai dengan yang diharapkan.
---------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 14 Tahun 1991
94
SISTEM PENGELOLAAN
KEUANGAN PERSI
Pasal 1
Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.
95
Pasal 3
Laporan Keuangan
1. Pada tiap awal periode kepengurusan harus dibuatkan posisi neraca
awal.
2. Pada tiap akhir tahun, Ketua dan Bendahara melakukan kas dan
stock opname serta melakukan penyelesaian sesuai dengan
ketentuan yang ada.
3. Pada tiap akhir periode kepengurusan, harus dibuat laporan
pertanggungjawaban keuangan selama periode berjalan.
Pasal 4
Uraian Tugas Bidang Keuangan
1. Ketua
a. Bersama
Bendahara memberikan persetujuan dengan
menandatangani bukti-bukti penerimaan uang maupun
pengeluaran uang yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi
di PERSI.
b. Menandatangani cek dan urusan bank lainnya bersama dengan
Bendahara.
2. Sekretaris Jenderal
a. Bersama
Bendahara memberikan persetujuan dengan
menandatangani bukti-bukti penerimaan uang maupun
pengeluaran uang yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi
di PERSI, jika Ketua berhalangan.
b. Bersama bendahara menandatangani cek, jika ketua
berhalangan.
3. Bendahara
a. Mengkoordinir penyusunan anggaran penerimaan dan
pengeluaran rutin PERSI.
b. Mengkoordinir penggalian sumber-sumber penerimaan,
menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Mengkoordinir pembukuan transaksi dan penyusunan laporan
keuangan.
96
97
98
99
100
101
102
STATUTA
RUMAH SAKIT XYZ
BAGIAN PERTAMA : UMUM
BAB I
MUKADIMAH
Mukadimah memberi gambaran mengenai sejarah RS XYZ sejak saat
sebelum didirikan, falsafah dan ideologi serta sistem nilai para pendiri,
untuk apa ia didirikan (reason for being), tahap-tahap dalam
perkembangannya, masa pasang surut yang pernah dialami, dan apa
harapan untuk masa depan.
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal ini adalah glosari yang memuat penjelasan tentang istilah-istilah
dan konsep-konsep yang digunakan dalam Statuta.
BAB III
JATIDIRI
Pasal s/d
Pasal-pasal dalam Bab ini memuat tentang jatidiri RS XYZ: Nama,
jenis dan kelas, lokasi, tanggal didirikan, pemilik, akte pendirian oleh
103
berwenang,
logo,
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN STATUTA
Pasals/d
Pasal-pasal dalam Bab ini memuat ; Pedoman dasar dan pernyataan
tentang tugas, kewenangan, hubungan fungsional dan tanggung jawab
bagi organ-organ utama yang berkedudukan puncak di rumah sakit ;
Menjadi bingkai atau rambu-rambu yang di dalam cakupannya pihakpihak yang bertanggung jawab menjalankan corporate governance dan
clinical governance melakukan itu sesuai dengan kaidah dan ketentuan
hukum dan keprofesian dalam menjaga dan meningkatkan mutu
layanan kepada pasien ; Sebagai perangkat hukum internal yang sampai
batas-batas tertentu mengakui kemandirian profesi medis untuk
mengatur dan mendisiplinkan sendiri anggotanya ; Memberi landasan
hukum yang pasti bagi para klinisi untuk mengambil keputusan klinis
dan menjalankan tindakan pada pasien sesuai dengan ijin yang diberikan
kepadanya ; Sebagai perangkat hukum internal untuk mencegah dan
menyelesaikan konflik antara para profesional atau kelompok-kelompok
profesi yang bekerja di rumah sakit ; Memberi kepastian dan
perlindungan hukum bagi pasien bahwa haknya dihormati dan ia akan
mendapat layanan yang profesional dan bermutu tinggi.
BAB V
LANDASAN HUKUM UNTUK PENYUSUNAN STATUTA
Pasal s/d
UU No: 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU tentang PT, UU
tentang Perlindungan Konsumen, UU tentang Yayasan, Produk-produk
hukum Depkes, Perda, AD dan ART Perkumpulan/Yayasan/Perjan/PT
104
BAB VI
ASAS DAN TUJUAN RS XYZ
Pasal s/d
Dalam Bab ini diuraikan secara lebih rinci daripada dalam
MUKADIMAH tentang asas-asas dan tujuan (goal) umum serta tujuan
khusus RS XYZ. Dalam Bab tentang ASAS DAN TUJUAN inilah
terutama dimuat tentang Core Contents dan Local Specifics.
Core content adalah nilai-nilai fundamental yang dianut secara universal
dalam menjalankan profesi pelayanan kesehatan, seperti asas-asas etika
medis, asas-asas profesionalisme (kompetensi, efikasi, aman bagi pasien),
pelayanan yang bermutu (quality, efficiency, equity), akuntabilitas, dan
sebagainya. Local specifics adalah hal-hal yang khusus berlaku dalam
lingkungan rumah sakit tertentu, misalnya : rumah sakit dengan latar
belakang agama tertentu berbeda dengan rumah sakit milik pemodal
yang bertujuan laba.
BAB VII
VISI DAN MISI
Pasal s/d
Substansi Bab ini adalah rumusan tentang Visi dan Misi RS XYZ.
BAB V III
FUNGSI DAN KEGIATAN
105
Pasal s/d
Dalam Bab ini diuraikan tentang fungsi dan kegiatan-kegiatan RS
XYZ untuk mempraktekkan ASAS-ASAS dan mencapai TUJUAN
seperti yang disebut dalam BAB VI.
BAB IX
PENGORGANISASIAN
Pasal s/d
Dalam Bab ini diuraikan tentang kekhususan organisasi pada tingkat
puncak, yaitu tentang keberadaan organ Wakil Pemilik, Direksi, dan
Staf Klinik. Tiga organ ini adalah tritunggal yang harus secara
intregatif memantapkan organisasi rumah sakit (Falsafah a threelegged stool atau tiga tungku sejerangan).
Pasal:
Dewan
Penyantun/Pengawas/Komisaris/
Pengurus
Harian/Organ Pengurus Yayasan (pilih
sesuai dengan bentuk
badan hukum Pemilik) adalah organ yang berfungsi,
berwenang, dan bertanggung jawab menentukan kebijakan
umum rumah sakit, menyiapkan dan menentukan Direksi,
menjaga mutu
layanan profesional kepada publik,
dan
melakukan
pengendalian serta pengawasan terhadap
manajemen rumah sakit secara keseluruhan.
Pasal: Direksi adalah pimpinan eksekutif puncak yang bertugas,
bewenang, dan bertanggung jawab menjalankan corporate
governance di RS XYZ.
Pasal...:
Staf Klinik adalah para profesional yang bertugas,
berwenang, dan bertanggung jawab melaksanakan clininical
governance dan asuhan klinis (clinical care) di RS XYZ.
Pasal: Tiga pengemban kewenangan seperti tersebut pada Pasal..,
Pasal.. , dan Pasal.. di atas secara bersama-sama bertanggung
jawab atas pelaksanaan corporate governance dan clinical
governance secara terpadu, efisien, dan efektif untuk
menghasilkan layanan dan asuhan klinis yang profesional,
aman, dan memenuhi kepuasan pasien.
106
BAB X
MANAJEMEN
Pasal s/d
Dalam Bab ini diuraikan tentang struktur manajemen RS XYZ yang
terdiri atas Corporate Governance dan Clinical Governance yang keduaduanya berfokus pada pasien (patient-centered).
Pasal: Direksi bertanggung jawab (accountable) tentang Corporate
Governance dan Clinical Governance. Staf Klinik bertanggung
jawab (accountable) tentang Clinical Governance.
107
BAB XII
DIREKSI RUMAH SAKIT
Pasal s/d
Bab ini a.l. .memuat tentang: Syarat-syarat untuk menjadi Direktur
Utama dan anggota Direksi, komposisi dan jumlah anggota Direksi,
Prosedur perekrutan calon, fit and proper test, lama masa bakti,
pengangkatan dan pemberhentian, uraian tugas-tanggung jawabwenang-kewajiban-hak (lihat tentang uraian tentang CEO), hubungan
fungsional dengan Wakil Pemilik dan Staf Klinik.
108
BAB XIV
STAF MEDIK FUNGSIONAL (SMF)
Pasal s/d
Bab ini memuat tentang: Definisi SMF, Klasifikasi SMF, Tugas dan
kewajiban umum SMF, Pengorganisasian SMF, Pemilihan Ketua SMF,
Masa bakti Ketua SMF, Persyaratan penerimaan SMF, Persyaratan
tentang pemberian clinical previleges, Pengangkatan ulang SMF dan
penilaian ulang tentang clinical previleges, Peer Review terhadap SMF,
Kewajibaan dan tanggung jawab khusus SMF adalah: menghadiri
pertemuan-pertemuan rutin yang diselenggarakan KK, memelihara
rekam medik secara akurat dan lengkap sesuai dengan ketentuan,
memeriksa semua pasien pada waktu masuk rawat dan mencatat
diagnosis pra-bedah,
kewajiban
konsultasi sesuai ketentuan,
menerapkan informed consent oleh pasien, kewajiban mengirim
jaringan yang diangkat pada waktu operasi untuk pemeriksaan patologi,
kewajiban SMF untuk memberikan instruksinya secara tertulis.
Akhirnya, sanksi terhadap pelanggaran oleh SMF.
Pasal s/d
Bab PENUTUP ini memuat hal-hal yang belum diatur dalam Bab-bab
sebelumnya. Pasal terakhir : Statuta ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di: .
Pada tanggal : .
KETUA DEWAN .RS XYZ
Ttd.
(...................................................)
--------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 29 Tahun 2003
109
110
PEDOMAN
ETIKA PROMOSI RUMAH SAKIT
I.
PENDAHULUAN
Promosi rumah sakit saat ini masih dirasakan tabu karena kata promosi
tersebut dikonotasikan dengan arti membujuk serta mengarahkan
seseorang agar mengunjungi rumah sakit tertentu. Padalah sebagaimana
yang telah kita ketahui, promosi merupakan salah satu media yang
sangat baik bila promosi tersebut tersebut sesuai dengan kondisi
sesungguhnya rumah sakit tersebut, jujur, informatif, mendidik, dan
dapat membuat seseorang lebih jelas dan memahami tentang pelayanan
kesehatan yang akan mereka dapatkan.
Di sisi lain Indonesia sudah dijadikan ajang promosi bagi rumah sakit
dari negara lain. Selain menerapkan kampanye periklanan di Indonesia,
rumah sakit tersebut juga melakukan beragam cara berkomunikasi
melalui kegiatan-kegiatan kehumasan (public relations) dan lini bawah
(below the line) secara gencar dan berkelanjutan, untuk memdapatkan
sebanyak mungkin konsumen di Indonesia.
Berubahnya nilai-nilai secara global dan masuknya negara kita ke alam
persaingan global, mengharuskan kita merubah paradigma tentang
rumah sakit. Saat ini, rumah sakit tidak bisa lagi kita pandang hanya
sebagai institusi sosial belaka, tetapi sudah menjadi institusi yang bersifat
sosio-ekonomis.
Dengan paradigma baru ini maka kaidah-kadiah bisnis juga berlaku bagi
industri rumah sakit, tanpa harus meninggalkan jatidiri rumah sakit
sebagai institusi sosial yang sarat dengan norma, moral dan etika.
Saat ini, di Indonesia belum ada pedoman pengiklanan yang jelas bagi
rumah sakit sementara kebutuhan akan pedoman pengiklanan tersebut
111
II.
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan promosi rumah sakit adalah salah satu bentuk
dari pemasaran rumah sakit (Hospital Marketing), dengan cara
penyebarluasan informasi tentang jasa pelayanan rumah sakit serta
kondisi rumah sakit itu sendiri secara jujur, mendidik, informatif dan
dapat membuat seseorang memahami tentang pelayanan kesehatan yang
akan didapatkannya.
112
III.
DASAR HUKUM
IV.
TUJUAN
Mewujudkan pedoman promosi rumah sakit sesuai dengan tata cara dan
tata krama periklanan Indonesia yang berlandaskan kepada Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) untuk ditaati dan dilaksanakan oleh
seluruh rumah sakit yang berada di wilayah Republik Indonesia.
113
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ASAS UMUM
114
Edukatif :
Preskriptif :
Preparatif :
115
(d)
2.
3.
116
a)
(2)
(3)
VI.
1.
2.
3.
VII.
1.
ASAS KHUSUS
MEDIA PROMOSI
117
CCTV ;
CD ;
Spanduk ;
Umbul-umbul ;
Seminar untuk awam ;
Ceramah/pertemuan ;
Poster ;
Audiovisual ;
Majalah rumah sakit ;
Pameran ;
Gathering pasien ;
Kemasan produk (paket melahirkan & mendapatkan tas
bayi).
Promosi dilakukan diluar rumah sakit.
a)
Media cetak ;
b)
Kegiatan sosial ;
c)
Website ;
d)
Pameran perdagangan ;
e)
Press release ;
f)
Advertensi ;
g)
Billboard ;
h)
Telepon, sms, e-mail, direct mail .
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
2.
118
(2)
119
(3)
2.
120
(2)
3.
Hal-Hal Lain :
(1) RS luar negeri berpromosi dengan pembicara dokter luar
negeri tanpa kerjasama dengan IDI, PERSI, DEPKES,
Instansi terkait, tidak diperkenankan hal ini untuk
melindungi masyarakat.
(2) Agensi rumah sakit asing bila ingin berpromosi di Indonesia
harus bekerja sama dengan sepengetahuan organisasi profesi
dan PERSI.
(3) Pembuatan film disekitar rumah sakit ;
a)
personil rumah sakit tidak terlibat
b)
nama rumah sakit hanya dicantumkan pada bagian
akhir film.
IX.
121
2.
Perusahaan periklanan
3.
Pihak-pihak lain
dengan tetap mengacu kepada pedoman ini.
X.
1.
2.
PELANGGARAN
122
123
B. Bagi Unit/Tim :
Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat
2.
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung
jawab atas Keselamatan Pasien
Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi motor penggerak dalam gerakan
Keselamatan Pasien
Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya
124
B. Untuk Unit/Tim :
Nominasikan motor penggerak dalam Tim anda sendiri untuk
memimpin gerakan Keselamatan Pasien
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf
Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien
B. Untuk Unit/Tim :
Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan
isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen yang terkait
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut
Pastikan penilaian-penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit
125
126
6.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
atau Failure-mode, Effect and Criticality Analysis /FMECA atau
metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang
telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses
resiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim :
Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
Identifikasi unit/bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta
analisis, untuk menentukan solusi setempat
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
127
B. Untuk Unit/Tim :
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan
pastikan pelaksanaannya
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan
LOGO KKP RS
Keterangan :
o Bentuk lingkaran adalah bentuk penyederhanaan dari Manusia
yang sedang memeluk, berarti menjaga melindungi, memperhatikan.
- Warna hijau memberikan kesan safety serta kenyamanan dengan
harapan masyarakat merasakannya ketika melihat logo ini.
128
PANDUAN NASIONAL
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga
untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena
itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kirakira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no
harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
- KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan
prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam
terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
129
130
BAB II
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengapa Keselamatan Pasien ?
Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan
mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan
bermacam-macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang
misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit,
penerapan Quality Assurance, Total Quality Management, Countinuos
Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit
Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya.
Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output
dan outcome. Namun harus diakui, pada pelayanan yang telah
berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir
dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih
memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat merupakan
kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
131
132
BAB III
STANDAR
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang
perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan
standar keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi
rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu
pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA,
tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan
di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1.
2.
3.
4.
Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
133
Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
Standar II.
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
134
4).
5).
6).
7).
Standar III.
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.
Standar IV.
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
135
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit .
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
136
137
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan
dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII.
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
138
BAB IV
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
139
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit :
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,
bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan
dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit.
Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim :
Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di rumah sakit anda.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang
bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang
dapat diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan
Keselamatan Pasien
140
141
142
6. BELAJAR
DAN
BERBAGI
PENGALAMAN
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup
semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per
tahun untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim :
Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut
secara lebih luas.
143
7. CEGAH
CEDERA
MELALUI
IMPLEMENTASI
SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit
serta analisis, untuk menentukan solusi setempat
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang
menjamin keselamatan pasien.
Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS PERSI
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan
B. Untuk Unit/Tim :
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara
untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih
aman.
Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda
dan pastikan pelaksanaannya.
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan
yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh
langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap
rumah sakit.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan
tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan
144
BAB V
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter,
Anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan
dan pelaporan internal tentang insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah
sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan
medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai
tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.
B. Di Propinsi/Kabupaten/kota
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit
- rumah sakit di wilayahnya
2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit..
145
C. Di Pusat
1. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien
ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah
dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan
4. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan
pasien.
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Di Rumah Sakit
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit.
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit.
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar
penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit
kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan
mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan
rumah sakit
5. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi
masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar
masalah yang bersifat rahasia.
146
B. Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produkproduk dari Komite Keselamatan Rumah Sakit
C. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
merekapitulasi laporan dari rumah sakit dan menjaga
kerahasiannya.
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis
hasil analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit.
3. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis
laporan insiden.bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan
dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai laboratorium uji coba
keselamatan pasien rumah sakit.
4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan sosialisasi
hasil analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan
PERSI Daerah, rumah sakit terkait dan rumah sakit lainnya.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
A. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit kerja-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja
B. Di Propinsi
Dnas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit
di wilayah kerjanya.
147
C. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
rumah sakit - rumah sakit
2. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun satu
kali.
BAB VIII
PENUTUP
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan di rumah sakit maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien
rumah sakit sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit di Indonesia. Program
Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secara berkesinambungan
dan berkelanjutan.
GLOSARIUM
No
1
Istilah
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient
safety)
Definisi / Penjelasan
Suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko
pasien;
pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi
solusi
untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh
148
Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
(Adverse event)
149
Kesalahan Medis
(Medical errors)
Insiden Keselamatan
Pasien (Patient Safety
Incident)
Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
150
10
Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
151
Keterangan :
- Menggunakan warna hijau, hitam, dan putih (disamakan dengan
warna logo PERSI agar tetap menjadi satu kesatuan)
- Menggunakan bentuk atap mempunyai arti bahwa IMRS merupakan
tempat yang memberikan jasa layanan pendidikan, pelatihan, dan
konsultansi manajemen rumah sakit yang praktikal dan tepat guna.
------------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 65 Tahun 2008
152
153
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
154
Anggota
155
Ketua
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
Anggota
156
Ketua Umum
Ketua Eksekutif
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Hukum dan Perundang-undangan :
Prof. Dr. Rukmono (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Organisasi/Hubungan Luar-Dalam Negeri :
Dr. Budihartono (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Khusus/Swasta :
Dr. Winarso Soemardjo (RS Jakarta)
Umum/Logistik/Hospex :
Dr. Sumardi Katgopranoto (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
157
Ketua Kehormatan
Ketua
Sekretaris Jenderal
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Organisasi/Hubungan Luar Dalam Negeri :
Dr. Budihartono, MHA (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
Litbang/Pendidikan/Penerbitan :
158
Penasehat
Ketua Umum
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
:
Kompartemen-kompartemen
Organisasi/Hubungan Luar Dalam Negeri :
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
Litbang/Pendidikan/Penerbitan :
Dr. H. Poernomo Sidi (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
159
Ketua IRSJAM
Ketua PERSI Cabang Jawa Timur
Wakil-wakil wilayah
Kompartemen-kompartemen
Organisasi :
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
160
161
Ketua Umum
Kompartemen-kompartemen
Organisasi :
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber Waras, Jakarta)
Dr. H. Hernawan, DSA (RS Pelni Petamburan, Jakarta)
Hukum dan Perundang-undangan :
162
163
Penasehat
Ketua Umum
Ketua Eksekutif
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Hubungan Internasional :
Dr. Samsi Jacobalis, DSB (RS Islam, Jakarta)
Dr. Nico A. Lumenta, MM (RS Mediros, Jakarta)
Dr. Sugiat AS, SKM (RS Islam, Jakarta)
Dr. Padmo Hoedojo, DSB, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
Organisasi & Manajemen :
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber Waras, Jakarta)
164
165
166
Pelindung
Penyantun
Penasehat
Ketua Umum
Sekretaris Jenderal
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Hubungan Internasional :
Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM, MM
Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Organisasi & Manajemen :
Dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
167
Ketua IRSJAM
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua As. RS TNI/POLRI
Ketua ARSSI
Ketua MUKISI
Ketua PELKESI
168
Wakil Ketua
Sekretaris
: Dr. A. Mariono
Anggota
Sekretaris
Anggota
169
Pelindung
Penyantun
Penasehat
Ketua Umum
Sekretaris Jenderal
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Hubungan Internasional :
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
170
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
171
172
Anggota :
Dr. Adib A. Yahya, MARS
Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Farid Husain, SpBD
Dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ
Dr. Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
INSTITUT MANAJEMEN RUMAH SAKIT PERSI
Direktur
Dr. Budhi HW Utoyo, MARS
Kepala Divisi Konsultasi Manajemen
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Kepala Divisi Pendidikan
Dr. Sutoto, MKes
Kepala Divisi Pelatihan dan Pengembangan SDM
DR. Rokiah K, SKM, MHA
Kepala Divisi Sertifikasi
Drs. Heru Kusumanto, SKM, MM
Anggota
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Supriyantoro, SpP(K), MARS
DR. Dr. Bambang Darwono, SpB, SpBO
173
Penasehat
Ketua Umum
Sekretaris Jenderal
Bendahara
Kompartemen-kompartemen
Komunikasi Organisasi :
Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Dr. Mus Aida, MARS
Drg. Edi Sumarwanto, MM
Hukum & Advokasi :
DR. Dr. Herkutanto, SpF, SH, FACLM
Dr. Budi Sampurna, SpF, SH
Riati Anggriani, SH, MARS
Penelitian & Pengembangan :
DR. Dr. Sutoto, MKes
174
Hubungan Internasional :
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Dr. Agung P. Sutiyoso, SpBO, MM, MARS
Mutu & Akreditasi :
Dr. Supriyantoro, SpP, MARS
Dr. Nico A. Lumenta, MM
Dr. Luwiharsih, MSc
Dr. Grace Frelita, MM
Dr. Paulus Kangean, MSc
Widaningsih, SKp, MKep
Dr. Arjaty W. Daud, MARS
Perpajakan & Asuransi :
Drs. Syarifuddin UH, MM
Drs. S. Eko Priyono, MM
Dr. Chandra Rahardja
Ketenagakerjaan :
Dr. Adji Suprajitno, SpPD
Dr. Soekirman Soekin, SpTHT, MKes
Zulnasri, SE, MSi
Pengabdian Masyarakat :
Dr. Sri Rachmani, MKes
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Marius Widjajarta, SE
Dr. H. Nur Abadi
Keperawatan :
DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
Misparsih, SKp, MKes
175
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua As. RS TNI/POLRI
Ketua ARSSI
Ketua MUKISI
Ketua PELKESI
176
Sekretaris II
177
178
SEKRETARIS JENDERAL
BENDAHARA
DEWAN PEMBINA :
dr. Supriyantoro, SpP, MARS
(Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I)
DEWAN PENYANTUN :
dr. Samsi Jacobalis, SpB
dr. Adib A. Yahya, MARS
dr. Umar Wahid, SpP
dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
DEWAN PAKAR :
Prof. dr. Laksno Trisnantoro, MSc, PhD
Prof. dr. Amal Sjaaf, PhD
Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, PhD
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi
Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, PhD
Prof. dr. Budi Sampurna, SpF, SH
ANGGOTA EX OFFICIO :
Ketua ARSADA
Ketua ARSPI
Ketua As. TNI/POLRI
179
180
2. KETUA KOMPARTEMEN HUKUM dan PERUNDANGUNDANGAN : Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF, SH, LLM
a. Divisi Hukum, Advokasi dan Mediasi :
Riati Angriani, SH, MARS
dr. Wresti Indriari, MM
dr. Sugeng E. Suryat, MSc
b. Divisi Pajak :
Drs. Syarifuddin UH, MM
Drs. S. Eko Prijono, MM
Yosen Danum, SE, MM
c. Divisi Akuntansi dan Keuangan :
Hikmati Syaifi, SE
Drs. Chamdani Tauchid, MM, MKes, MBA
Drs. Widartoyo, Msi, Ak, CPA
Drs. Wartono, MSi, Ak, CPA
d. Divisi Ketenagakerjaan dan Remunerasi :
dr. dr. Faisal Baraas, SpJP
Mochamad Mufied, SH, SE, MARS
dr. Nanang W. Astarto, SpOG(K), MARS
dr. Sandra Dewi, MARS
3. KETUA KOMPARTEMEN PENELITIAN dan PENGEMBANGAN :
dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
a. Divisi Akreditasi Nasional :
dr. Kemas M. Akib, SpRad, MARS
dr. Judiwan Maswar, MARS
drg. Susy Setiawati, MARS
Widaningsih, SKp, MKep
b. Divisi Akreditasi Internasional :
dr. Grace Frelita, MM
dr. Ayi Djembarsari
dr. Andry, MM, MHKes
c. Divisi Manajemen Mutu :
181
182
183
184