Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Zakariya

NIM : 125020100111048
Kelas :
AA
Peranan Amartya Sen Terhadap Ekonomi
Amartya Kumar Sen adalah seorang ekonom India yang menjadi terkenal karena
karyanya tentang kelaparan, teori perkembangan manusia, ekonomi kesejahteraan,
mekanisme dasar dari kemiskinan, dan liberalisme politik. Ia menerima Penghargaan Nobel
dalam bidang ekonomi atas karyanya dalam ekonomi kesejahteraan pada 1998.
Di dalam risalahnya, Beyond the Crisis: the Development Strategies in Asia, yang
diterbitkan oleh Institute of South East Asian Studies, 1999, yang kemudian diterjemahkan
menjadi Demokrasi Bisa Memberantas Kemiskinan oleh penerbit Mizan (2000), ia bicara
tentang pentingnya kebebasan. Dengan antusias ia menulis, walau tak ada korelasi yang
konklusif antara pertumbuhan ekonomi dan demokrasi, sejarah menunjukkan bahwa
kelaparan yang dahsyat tak pernah terjadi di negara merdeka, demokratis, dan memiliki pers
yang bebas. Sen menunjukkan betapa pentingnya kebebasan dan hak politik masyarakat.
Keduanya dapat mencegah terjadinya petaka politik dan ekonomi yang lebih buruk. Ketika
semuanya berjalan lancar, kebebasan dan hak politik mungkin tak terasa memikat. Tetapi,
dalam kesulitan sosial dan ekonomi, institusi ekonomi dan politik yang baik menjadi begitu
penting. Karena itu, pembangunan haruslah dilihat sebagai sebuah proses peningkatan
berbagai jenis kebebasan manusia yang secara intrinsik penting bagi dirinya. Kebebasan
membutuhkan beragam lembaga yang baik.
Dalam konteks ini, kebebasan harus dilihat sebagai tujuan akhir sekaligus instrumen
dari pembangunan. Dengan perspektif inilah krisis keuangan di Asia harus diinterpretasikan.
Di dalam buku itu, Sen mengungkapkan bahwa krisis ekonomi Asia datang dengan pesan
betapa rentannya sebuah negeri yang dilanda krisis ketika kekuatan protektif demokrasiyang mampu mencegah terjadinya bencana kelaparan di negeri demokratis-absen
Pesan yang disampaikan Sen lewat buku itu memang seperti membantu kita
menjelaskan krisis ekonomi di Asia. Walau begitu, agaknya kita juga harus menempatkan
analisis dalam buku ini dengan lebih kritis. Krisis Asia tampaknya harus dilihat dalam
perspektif
faktor
penyebab
dan
faktor
yang
memperburuk
krisis.
Beberapa studi kuantitatif tentang krisis ekonomi di Asia menunjukkan adanya
karakteristik yang sama pada negara-negara yang dilanda krisis: apresiasi nilai tukar riil,
sistem perbankan yang lemah, dan meningkatnya porsi investasi portfolio. Lalu, di mana
peran institusi dan demokrasi seperti yang disinggung Sen? Barangkali benar bahwa KKN
atau sistem otoritarian bukan pemicu krisis, tetapi sulit dibantah bahwa krisis yang ada
menjadi lebih buruk karena adanya KKN dan absennya demokrasi. Di sini ada beda antara
faktor pemicu krisis dan faktor yang memperburuk krisis.
Dalam refleksi jangka panjang tentang hal yang memperburuk krisis ini, pemikiran
Sen terasa relevan bagi Indonesia. Sen memang tak membicarakan penyebab krisis, tetapi ia
mengutarakan bagaimana krisis menjadi begitu buruk ketika institusi dan demokrasi absen.
Apa yang terjadi di negeri ini seperti menjadi pendukung buku Demokrasi Bisa Memberantas

Kemiskinan karya Amartya Kumar Sen ini. Sen, yang lahir di Santiniketan, 3 November
1933, memang seperti memiliki obsesi dengan kebebasan dan keadilan. Ini tecermin dari
benang merah pemikirannya. Ia menunjukkan begitu banyak orang di bumi ini yang
menderita akibat ketidakbebasan ekonomi. Kelaparan, misalnya, adalah sebuah pengingkaran
terhadap kebebasan orang untuk hidup.
Sen menunjukkan bahwa persamaan hak (equality) memegang peranan yang amat
penting dalam semua filsafat po-litik. Bahkan mereka yang tergolong sebagai anti-egalitarianseperti yang kerap diasosiasikan dengan libertarian-juga menempatkan soal equalitydalam
persamaan penting matematika pemikiran mereka. Libertarian, misalnya, bicara tentang
pentingnya equality in libertarian rights, sementara utilitarian berbicara tentang bobot
yang equaldalam tiap utility individu.
Bagi Sen sendiri, equality harus dipahami dalam konteks bagaimana ia mampu
meningkatkan kapabilitas untuk memperoleh hidup yang layak (well being). Di sini elemen
kebebasan menjadi sangat penting karena-seperti yang dijelaskan dengan sangat teknis oleh
Sen-kapabilitas (capability) harus merefleksikan kebebasan yang memungkinkan orang
menjalankan berbagai fungsi dalam hidupnya (functionings). Sen memberi contoh: melek
huruf, misalnya, memungkinkan orang untuk membaca. Karena itu, kemiskinan pun harus
dipandang dalam konsep ini. Orang miskin itu menjadi miskin karena ruang kapabilitas
mereka kecil, bukan karena mereka tidak memiliki barang. Dengan kata lain, orang menjadi
miskin karena mereka tidak bisa melakukan sesuatu, bukan karena mereka tidak memiliki
sesuatu. Implikasinya: kesejahteraan tercipta bukan karena barang yang kita miliki,
melainkan karena aktivitas yang memungkinkan kita memiliki barang tersebut.
Di dalam ekonomi pembangunan, Sen datang dengan konsep entitlement, yang mencoba menjawab persoalan klasik dalam ilmu ekonomi mengenai masalah kurang pangan (famine). Lewat buku Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation, ia
menjawab bahaya dari suatu hal yang disebutnya optimisme Malthusian. Dalam konsep
Malthus, dikatakan bahwa kelaparan akan terjadi jika jumlah makanan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Karena itu, indikator produksi pangan per kapita,
seperti yang kerap disampaikan pemerintah kita, menjadi indikator yang sangat penting.
Tetapi studi Sen menunjukkan, dalam kasus Bengal tahun 1943, kurang pangan terjadi justru
ketika jumlah produksi pangan per kapita meningkat, seperti juga yang terjadi di Cina tahun
1958-1961. Sen menunjukkan bahwa soalnya bukanlah pada jumlah produksi pangan per
kapita, melainkan lebih pada masalah akses terhadap makanan itu. Kelaparan adalah kondisi
ketika orang tidak bisa memiliki makanan dan bukan sekadar kondisi tidak adanya makanan.

Sejarah pemikiran ekonomi juga mencatat kontribusi Sen di dataran teoretis dalam
teori Social Choice (Teori Pilihan Sosial). Satu pertanyaan terbesar dalam Teori Pilihan Sosial
adalah bagaimana preferensi individu yang beragam dapat diubah menjadi satu preferensi
masyarakat yang tetap konsisten dengan preferensi individu.

Anda mungkin juga menyukai