Anda di halaman 1dari 5

Dalam beberapa tulisan seperti tulisan 

KENAPA NEGARA BARAT MAJU ? maupun


bacot-bacot saya lainnya, seringkali saya terinspirasi oleh buku ini, tapi gak pernah
secara khusus membahasnya. Sebagai catatan inspirasi disini bukan berarti saya
menyetujui semua isi buku ini, tetapi yang menarik buku ini adalah buku pertama yang
men-trigger saya untuk berfikir setuju namun tidak setuju. Gimana itu? Setuju namun
tidak 100% setuju, sebagai contoh saya setuju bahwa Sharing Economy, macem E-
commerce, driver online mampu meningkatkan perekonomian suatu negara karena
mengurangi pengangguran tetapi saya tidak setuju jika mampu mengurangi
kesenjangan sosial, kira-kira begitu analoginya. Dan dalam ketidak setujuan saya, saya
tidak menyalahkan karena dengan sudut pandang yang lain, itu benar. Kok jadi ruwet ya
penjelasan saya? hahahaha

Kembali ke buku ini, Daron Acemoglu, di dalam buku ini, menjelaskan alasan mengapa
ketidaksetaraan ekonomi (inequality) sangat umum terjadi di dunia saat ini dan secara
lanjut, buku ini menjelaskan bahwa akar dari masalah kemiskinan suatu negara berakar
dari keputusan yang salah yang diambil suatu golongan yang mempunyai kekuasaan
atau pengaruh politik yang sangat besar di suatu negara.

Beberapa dekade lalu, kita percaya dengan narasi bahwa kemiskinan suatu negara itu
ada hubungannya dengan lokasi, budaya, atau kurangnya pengetahuan suatu negara.
Saya masih ingat, saat kecil saya beberapa kali mendapatkan jawaban ngasal dari
pertanyaan, kenapa negara eropa kaya? dan dijawab dengan “Karena negara bersalju,
sehingga orang-orangnya sangat terbiasa untuk beradaptasi”. Pada kenyataannya,
Serbia adalah negara bersalju tetapi GDP per capitanya ($3,741) tidak lebih tinggi dari
Indonesia ($3,922)

Dalam buku yang telah membuka mata saya, Daron Acemoglu menjelaskan bahwa yang
menentukan negara itu sejahtera atau tidak sangat tergantung pada keputusan strategis
yang dibuat oleh institusi ekonomi dan politik dalam menghadapi perkembangan
“zaman”. Dan berikut 3 poin yang telah membuka mata saya

1. Cara terbaik untuk menjelaskan perbedaan kesejahteraan negara satu


dengan negara lainnya adalah dengan melihat perbedaan kebijakan
strategis institusional mereka.
2. Tidak jarang satu keputusan strategis sangat mempengaruhi keseluruhan
perekonomian suatu negara
3. Suatu negara tidak pernah mudah keluar dari lingkaran kemiskinan, tetapi
tentu saja bisa dilakukan

Kebijakan strategis pemerintahan / institusi negara


tersebut memegang peranan besar dalam
menentukan kesehjateraan
Acemoglu dan Robinson menyatakan alasan sebenarnya di balik perangkap kemiskinan
terletak pada peran lembaga-lembaga politik dan ekonomi. Secara sederhana, Acemoglu
dan Robinson membagi institusi politik dan institusi ekonomi ke dalam dua bentuk: (1)
institusi politik dan ekonomi yang inklusif dan (2) institusi politik dan ekonomi yang
ekstraktif. Mereka berpendapat bahwa hanya dalam suatu sistem politik yang inklusif
maka negara-negara tersebut akan mencapai kemakmuran. Negara dengan institusi-
institusi politik dan ekonomi ekstraktif cenderung miskin, sedangkan negara-negara
dengan institusi politik dan ekonomi yang inklusif cenderung kaya.

Institusi politik yang inklusif didefinisikan sebagai sebuah institusi yang tidak hanya
menguntungkan segelintir elit yang berkuasa namun sebuah institusi yang dimana
masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam proses politik. Dengan kata lain, institusi
politik yang dapat menciptakan kemakmuran adalah institusi politik yang bersifat plural.
Tidak hanya akses politik yang mudah, institusi politik yang inklusif ditandai dengan
adanya batasan kekuasaan terhadap elite penguasa melalui mekanisme checks and
balances, serta adanya rule of law yang melindungi segenap warga negara.

Institusi politik yang inklusif, menurut Acemoglu dan Robinson akan menciptakan
institusi ekonomi yang inklusif pula. Institusi ekonomi yang inklusif ini ditandai dengan
adanya jaminan akan hak milik dan patent, kemudahan berbisnis dan akses terhadap
pasar yang terbuka serta adanya dukungan negara untuk memberikan akses yang
mudah terhadap pendidikan dan kesempatan yang sama bagi semua warga negara
untuk berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi.

Skenario sebaliknya akan terjadi dalam institusi politik ekstraktif di mana kekayaan akan
diakumulasikan hanya untuk elit penguasa saja.  Institusi politik yang ekstraktif ditandai
dengan terkonsentrasinya kekuasaan politik di tangan segelintir orang tanpa
adanya checks and balances, serta lemahnya rule of law. Institusi politik ekstraktif akan
menghadirkan institusi ekonomi yang ekstraktif pula dimana segala sumber daya yang
ada digunakan untuk kepentingan elit penguasa. Institusi ekonomi yang ekstraktif
ditandai dengan lemahnya proteksi terhadap hak milik, adanya entry barrier terhadap
aktor pasar yang menciptakan level of playing field berbeda bagi setiap aktor, serta
adanya hambatan yang mencegah fungsi pasar berjalan dengan sempurna.

Untuk mendukung argumen mereka, Acemoglu dan Robinson menyuguhkan berbagai


macam ilustrasi dari sejarah berbagai macam bangsa-bangsa di dunia. Mereka
mencontohkan kolonialisasi Eropa atas Amerika Utara dan Amerika Latin yang
menghasilkan dua trajektori kemakmuran yang berbeda. Amerika Utara lebih makmur
ketimbang Amerika Selatan. Jawaban dari ketimpangan ini adalah institusi yang
dibangun oleh para pendatang Eropa di benua Amerika.

Tatkala para penakluk Spanyol membangun koloni di Amerika Latin, mereka


membangun institusi politik yang ekstraktif dimana para elit penakluk Spanyol berada
pada posisi penguasa dan para penduduk pribumi sebagai budak yang melayani kelas
penguasa. Institusi ekonomi yang dibangun pun adalah institusi yang ekstraktif dimana
sumber daya alam digunakan untuk kepentingan elit penguasa. Hal ini berbeda dengan
institusi yang dibangun di Amerika Utara yang lebih inklusif akibat ketidakmampuan
orang Eropa untuk menundukkan kaum Indian di Amerika Utara dan sedikitnya sumber
daya alam yang ditemukan di wilayah tersebut.

Bila institusi politik dan ekonomi yang inklusif dapat menciptakan kemakmuran,
mengapa hanya sedikit bangsa yang memilih membangun institusi ini? Menurut
Acemoglu dan Robinson, perubahan institusi dari yang bersifat ekstraktif menuju inklusif
merupakan sebuah proses perubahan kecil yang terus menerus dan
bersifat endegenous.

Inggris merupakan contoh nyata bagaimana sebuah bangsa mampu melakukan


pergeseran institusi dari ekstraktif menuju inklusif yang diawali dengan keinginan
masyarakat akan proteksi hak milik yang lebih dan partisipasi politik. Munculnya Magna
Charta yang mengikat Raja untuk tidak sewenang-wenang terhadap para tuan tanah di
bawahnya serta Glorious Revolution dimana peran raja tidak lagi absolut yang ditandai
dengan kuatnya peran parlemen adalah institutional drift atau pergeseran institusi yang
membuat Inggris memiliki institusi yang inklusif.Institutional drift tentu tidak disukai
oleh elite penguasa karena institusi yang inklusif selalu menghasilkan apa yang disebut
Acemoglu dan Robinson sebagai “creative destruction”.

Masa depan suatu negara bisa berubah karena suatu


kejadian besar yang melibatkan suatu keputusan
besar
Pada pertengahan abad keempat belas, Black Death telah membunuh hampir setengah
dari populasi Eropa. Hal ini menyebabkan ekonomi jatuh dan telah mengubah masa
depan ekonomi Eropa. Black Death cukup berpengaruh untuk menggulingkan
keseimbangan sosial politik suatu bangsa atau benua.

Sebelum Black Death, sebagian besar sistem ekonomi dan politik di Eropa sangat
ekstraktif. Raja suatu negara memiliki tanah, dan dia memberikan tanahnya kepada para
bangsawan yang berjanji memberikan dukungan militer sebagai imbalannya. Petani
kemudian akan mengurus tanah. Mereka bekerja keras untuk mencari nafkah tetapi
membayar sebagian besar dari apa yang mereka peroleh dalam bentuk pajak. Bisa
dipastikan, mereka tidak memiliki kebebasan.

Tetapi ketika Black Death melanda, tiba-tiba terjadi kekurangan tenaga kerja yang
sangat besar. Para petani di Eropa Barat memanfaatkan kesempatan ini untuk menuntut
pajak yang lebih rendah dan lebih banyak hak.
Namun, para petani Eropa Timur tidak seberuntung itu. Mereka kurang terorganisir, dan
pemilik tanah berhasil memanfaatkan ini dan mulai menaikkan pajak lebih tinggi dan
membuat sistem lebih ekstraktif.

Inilah sebabnya mengapa Acemoglu menyebut Black Death sebagai titik balik sejarah.
Bagi Eropa Barat, ini berarti akhir feodalisme ekstraktif. Tapi di timur, itu tumbuh lebih
buruk. Pergeseran institusional yang berbeda ini mengarahkan ke hasil yang berbeda. Di
situlah dua wilayah yang berdekatan, tumbuh ke arah yang berbeda.

Sangat sulit menghilangkan lingkaran setan


kemiskinan, tetapi bukan berarti tidak mungkin
Kita tahu bahwa peristiwa dalam sejarah dapat mengubah arah masa depan suatu
negara. Tetapi apa yang dapat dilakukan negara-negara untuk memperbaiki institusi
yang terlanjur ekstraktif ?

Pertama, Acemoglu menjelaskan bahwa sejarah tidak serta merta otomatis


menghancurkan masa depan sebuah negara. Kita tahu bahwa institusi inklusif dan
ekstraktif dapat tumbuh dari saat-saat kritis.

Jadi apa yang bisa kita lakukan? Hal pertama yang harus dilakukan suatu negara adalah
mendorong lembaga-lembaga inklusif untuk terus bergerak lebih agresif, sehingga hal
ini ini dapat menumbuhkan kemakmuran dengan sendirinya. Yang kedua, kelompok-
kelompok yang dikucilkan oleh institusi yang berkuasa harus memiliki cara untuk
melawan institusi yang menindas.

Misalnya, di Brasil, gerakan akar rumput dari orang-orang yang diberdayakan berhasil
menggulingkan kediktatoran militer negara itu pada tahun 1985. Gerakan sosial yang
dipimpin oleh orang-orang ini membuka jalan bagi koalisi yang menentang kediktatoran
di masa yang akan datang.

Sejak Brasil memutus siklus itu, kemakmurannya meningkat pesat. Faktanya, antara
tahun 2000 dan 2012, Brasil adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi
tercepat di dunia. Ini menjadi bukti bahwa memutus rantai kemiskinan tidak ada kata
terlambat.

Penutup
Sebagaimana teori-teori sosial lainnya, teori Acemoglu dan Robinson bukannya tanpa
kritik. Terdapat berbagai macam kelemahan di dalam teori yang mereka bangun.
Pertama, teori Acemoglu dan Robinson meskipun memiliki kekuatan eksplanasi
(explanative power), tidak memiliki kekuatan memprediksi (predictive power). Hal ini
disebabkan karena teori mereka berdasarkan kepada konsepsi critical juncture  yang
tidak mudah atau bahkan mustahil untuk diprediksi karena critical juncture merupakan
kejadian sejarah yang acak yang dapat berakibat besar bagi evolusi institusional sebuah
bangsa.

Kedua, teori Acemoglu dan Robinson tidak mampu menjelaskan kemunculan institusi
ekonomi yang inklusif dari rahim institusi politik yang ekstraktif. Munculnya institusi
ekonomi yang inklusif di Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura terjadi pada saat negara-
negara ini berada dibawah rezim yang otoriter. Pertanyaan pun muncul, mungkinkah
institusi ekonomi yang inklusif muncul dari institusi politik yang ekstraktif?

Ketiga, teori Acemoglu dan Robinson tidak mampu memberikan pengukuran yang rigid
mengenai apa itu institusi politik yang inklusif atau ekstraktif. Di negara-negara yang
yang dianggap oleh Acemoglu dan Robinson memiliki institusi politik yang inklusif pada
dasarnya tidak pula terlalu inklusif. Penelitian terakhir mengenai kondisi politik di
Amerika Serikat memperlihatkan bahwa Pemerintah AS tidak mewakili kepentingan
mayoritas warga negara, melainkan hanya segelintir orang kaya yang berkuasa. Tidak
hanya itu, politik Amerika Serikat juga lebih banyak didominasi oleh orang-orang kaya.

Keempat, Acemoglu dan Robinson tidak mampu memberikan eksplanasi mengapa


Indonesia yang relative memiliki institusi yang inklusif tidak memiliki pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang tinggi sebagaimana negara-negara yang memiliki institusi
politik yang ekstraktif seperti Malaysia, Kolombia, maupun Meksiko.

Terlepas dari berbagai kelemahan dalam teori Acemoglu dan Robinson, Why Nations
Fail memberikan sebuah pelajaran penting bagi para pengambil kebijakan yakni
pentingnya sebuah institusi politik serta ekonomi yang inklusif untuk menciptakan
akumulasi kekayaan yang terdistribusi dengan baik ke seluruh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai