Artikel Remo 02
Artikel Remo 02
lebih terkenal dengan nama Sastra Bolet Amenan dan akrab disapa
dengan Pak Bolet, karena seniman yang satu ini merupakan
pencipta tari Remo gaya Boletan. Ia lahir di Dukuh Tawangsari
Desa Sengon, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Jombang, pada
sekitar tahun 1918-an dan telah meninggal pada tanggal 17 Agustus
1976. Oleh karena prestasi (ketokohannya) dalam mengembangkan
kesenian tradisional Jawa Timur yaitu Ludruk, dan khususnya Tari
Remo, maka pada tahun 2007 Bolet mendapatkan penghargaan dari
Gubernur Jawa Timur bersama 9 tokoh seniman Jawa Timur lainnya
sebagai tokoh pengembang kesenaian tradisional..
Banyak yang berpendapat bahwa gaya Tari Remo Boletan sangat
fenomenal, karena Sastra Bolet Amenan membuatnya berbeda dari gaya
Ngremo Jombangan yang telah ada. Ngremo gaya Bolet eksis dan terkenal
pada sekitar tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an. Sastra Bolet
Amenan yang berangkat dari kesenian Ludruk telah mengantarkan dirinya
dalam mengembangkan tari Remo yang sangat khas khususnya di wilayah
Jombang hingga terkenal di wilayah Jawa Timur pada umumnya.
Pertama ia mulai bergelut dalam dunia kesenian sejak usia muda Parman
(Amenan) sudah berkecimpung di dunia seni khususnya seni tari dan lawak
(Jawa: dagelan). Hal tersebut tidaklah mengherankan sebab di lingkungan
keluarga dan masyarakat yang ada, di sekitarnya merupakan kelompok
masyarakat yang sangat apresiatif terhadap seni. Sehingga perjalanan karier
Sastra Bolet Amenan sangat terdukung dan berkembang secara
professional.
Pada sekitar tahun 1942-an, Amenan sudah menjadi seorang penari Remo
dan pelawak bergabung dengan kelompok Ludruk yang dipimpin oleh Pak
Munthel. Ludruk Pak Munthel ini merupakan perkumpulan para haji yang
senang dengan seni Ludruk. Dalam kelompok ini sebelum memulai
Ngludruk, para anggota mengadakan kegiatan terbangan (memainkan alat
musik terbang) lebih dulu. Pertunjukan Ludruk pada saat itu menggunakan
iringan gamelan Jawa yang dilengkapi instrumen Jedor (terbang besar)
sebagai gongnya. Oleh karena itu, ketukan-ketukan geraknya habis pada
hitungan keempat. Parman (Amenan) pada waktu memerankan sebagai
penari Remo, mendapat julukan Amenan, sedangkan bila tampil sebagai
pelawak diberi julukan Bolet.
Sebagaimana sejarah menginformasikan bahwa salah satu fungsi
kesenian Ludruk yakni sebagai alat perjuangan masyarakat dalam
masa perjuangan bangsa Indonesia, seorang pemuda Sastra Bolet
Amenan juga memiliki bertanggung-jawab akan hal itu yaitu, ikut
berpartisipasi secara aktif melalui bidang seni dan juga ikut
membawa senjata bambu dalam perjuangan. Setelah Indonesia
merdeka Amenan menghentikan perjuangannya, karena waktu itu
harus berangkat ke Kalimantan. Namun, karena terdorong rasa
Ludruk
Ludruk
Ludruk
Ludruk
Ludruk
Ludruk
lain dari pada yang lain. Tari Remo yang diciptakan Amenan Bolet terdapat
perpaduan gerakan yang lincah dan komikal sehingga memunculkan warna
baru dalam pertunjukan tari Remo. Kesan yang muncul dalam tari Ngremo
gaya Bolet memiliki karakter gagah, sigrak, lincah dan gecul.
Karakter tari Remo gaya Bolet ini banyak diakui oleh orang-orang terdekat
yang pernah belajar dan menjadi murid Amenan Bolet. Mujiono sebagai
orang yang lama belajar dan mendapat ilmu dari Amenan Bolet selalu
berpesan bahwa tari Remo gaya Bolet itu geraknya sigrak, harus dapat
membuat penonton ketawa, jangan tegang. Gaya pementasan tari Bolet ini
menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat, sehingga setiap mendengar
akan ada Ludruk dengan penari Remo Amenan Bolet Bolet masyarakat
penonton selalu membanjiri daerah pementasan. Kepopuleran tari Remo
gaya Bolet tidak saja ditemui dalam pertunjukan Ludruk, tetapi dapat
ditemui pada acara-acara hajatan sosial masyarakat seperti, perkawinan,
kaulan, atau khitanan dengan bentuk pertunjukan lepas dari pertunjukan
Ludruk.
Pada tahun 1970-an Ngremo gaya Bolet yang ditarikan sendiri oleh Bolet
mengalami perkembangan pesat dan mengalami kejayaan. Namun sayang,
diusianya ke 58 tahun Bolet meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 17
Agustus 1976. karena perjuangan dan ketokohannya maka pada waktu
pemakaman, Amenan Bolet dinyatakan sebagai pejuang Ludruk daerah
Jombang.