Anda di halaman 1dari 4

GAMBANG SEMARANG

A. Asal Usul dan Fungsi Gambang Semarang

Gambang Semarang adalah salah satu kesenian asli dari Kota


Semarang yang mengadopsi kesenian Gambang Kromong dari
Betawi. Gambang Semarang lahir pada tahun 1930 dan diawali oleh
Lie Hoo Soen yang juga merupakan anggota dari Volkstraad atau
Dewan Perwakilan Rakyat pada saat penjajahan Belanda. Kesenian ini
dimulai karena pada saat itu banyak sekali orang yang berbakat
tinggal di Semarang. Contohnya adalah Mak Irah dan Mak Royom.
Mereka berdua adalah seniwati Gambang Kromong Jakarta yang
merantau ke Semarang. Sedang manggung di Semarang, bakat mereka
dilihat oleh Lie Hoo Soen yang kemudian beliau tertarik untuk
mengadakan acara untuk menampilkan kesenian Gambang Kromong
di Semarang. Karena keterbatasan alat musik pada saat itu di kota
Semarang, maka Lie Hoo Soen meminta ijin dari Walikota pada saat
itu untuk mendatangkan alat musik beserta pelatih Gambang
Kromong, Tjiam Bok Wie. Karena satu dan lain hal, Tjiam Bok Wie
harus pulang ke Jakarta, yang kemudian singkatnya digantikan oleh
adik Mak Irah yang bernama Subandi, untuk melanjutkan melatih
komunitas seni ini di Semarang.

Instrumen musik yang digunakan di kesenian Gambang


Semarang adalah bonang, gambang, kendang, dan tehyan hokkian.
Seiring berjalannya waktu, kesenian ini berkembang sehingga
instrumen yang digunakan pun bertambah, seperti ada kenong, gong,
saron, demung, seruling, biola, cak cuk, dan lonceng. Seperti
pendahulunya, Gambang Kromong, kesenian ini juga merupakan
akulturasi budaya Jawa dan Tiongkok. Sebenarnya, pola permainan
kedua kesenian ini hampir sama, tetapi karena seniman seniman yang
berada di Semarang menafsirkan sendiri pola pola musik mereka,
maka Gambang Semarang menjadi khas dibuatnya. Seiring
berjalannya waktu, Gambang Semarang mendapatkan penataan tari
yang menggambarkan bentuk geografis kota Semarang. Selain
dipadukan dengan tarian, Gambang Semarang juga disisipi oleh
kesenian lawak, dan 3 unsur inilah yang menjadikan Gambang
Semarang khas.

Gambang Semarang dipentaskan dalam berbagai acara, dan


hampir sama fungsinya seperti Gambang Kromong, banyak di
mainkan di acara sunatan, khitanan, karnaval, dugderan (perayaan
menyambut bulan suci Ramadhan), perayaan tahun baru Cina di
klenteng, dsb. Adapun urutan dalam penampilan Gambang Semarang
adalah sbb. Lagu yang digunakan untuk pembukaan adalah lagu
instrumentalia seperti Cepret Payung, Kicir Kicir, Jangkrik Genggong
dll. Setelah lagu tersebut, lalu dimainkan lagu dengan Vocal, seperti
Awe Awe, Lenggang Surabaya, Puteri Solo, Aksi Kucing, atau lagu
yang cocok dengan irama Gambang Semarang. Penyajian berikutnya
adalah tari dengan iringan lagu seperti Empat Penari, atau lagu lain.
Selanjutnya akan ditampilkan selingan berupa lawak dengan tema
yang disesuaikan dengan kondisi aktual. Kadang para pelawak juga
menyanyikan beberapa lagu dengan lirik yang diganti atau diplesetkan
sehingga mengundang tawa para penontonnya. Kesenian ini diakhiri
dengan lagu yang mengandung lirik “pulang” seperti Jali Jali,
Keroncong Kemayoran, atau Walang Kekek.

B. Instrumen yang digunakan


Instrumen yang digunakan dalam kesenian ini adalah bonang, gong,
saron, kendang, peking, dan instrumen Cina seperti tehyan, erhu,
guzheng, dll.

C. Tangga Nada yang digunakan

Karena kesenian ini merupakan turunan dari kesenian Gambang


Kromong, maka tangga nada yang digunakan pun hampir mirip yaitu
pentatonis do-re-mi-sol-la. Hal ini terbukti pada pemakaian alat-alat
gamelan pada saat itu, yang merupakan instrument pentatonic.

D. Tari Gambang Semarang

Yang membuat Gambang Semarang adalah sebuah kesenian yang


sedikit berbeda dari Gambang Kromong adalah adanya tarian dalam
rangkaian acara kesenian ini. Adapun beberapa gerakan yang disajikan
dalam kesenian Gambang Semarang adalah sebagai berikut. \Seperti
yang disebutkan diatas, bahwa gerakan-gerakan dari tarian ini seperti
mewakili kondisi geografis dari kota Semarang sendiri. Adapun goyang
pinggul menggambarkan ombak air laut yang menghiasi Semarang.
Kostum penari ini biasanya menggunakan kebaya yang dibuat dari bahan
polos dengan hiasan bordir di tepinya. Ujung kebaya dibuat meruncing.
Kain yang digunakan sebagai bawahan dari kebaya ini biasanya adalah
kain batik pesisiran. Sanggul dibuat dengan memasukkan unsur unsur
sanggul Jawa, Cina, dan Eropa.

Anda mungkin juga menyukai