Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH LANCANG KUNING

Cerita Lancang Kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di Bukit Batu.
wilayah Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh Raja yang bernama Datuk
Laksmana Perkasa Alim serta dibantu dua orang Panglima yaitu Panglima Umar dan
Panglima Hasan. Panglima Umar adalah seorang Panglima yang dipercayai Datuk
Laksmana perkasa untuk menyelesaikan sesuatu jika terjadi persoalan dalam kerajaan.
Umpamanya jika terjadi perampokan di perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan
baik.
Pada suatu hari Panglima Umar menghadap Datuk Laksmana perkasa untuk
menyampaikan hasrat hati yaitu untuk mempersunting Zubaidah, seorang gadis negeri
itu. Permohonan Umar disambut dengan baik oleh Datuk Laksmana, dengan persetujuan
Datuk Laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan diadakan pesta dan
keramaian besar-besaran.
Rupanya kepercayaan yang diberikan dan perkawinan Panglima Umar dengan Zubaidah
menimbulkan rasa tidak senang bagi Panglima Hasan, sehingga timbul dendam. Hal ini
timbul dikarenakan rupanya Panglima Hasan juga simpati dan mencintai Zubaidah itu.
Rupanya apa yang diinginkan itu telah di dahului Panglima Umar.
Untuk melepaskan rasa sakit hati Panglima Hasan mencari akal bagaimana agar Zubaidah
dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya Panglima Hasan menyuruh Bomo
menyampaikan kepada Datuk Laksmana bahwa dia bermimpi agar Datuk Laksmana
membuat Lancang Kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang
disampaikan pawang bomo diterima oleh Datuk Laksmana, sehingga Lancang Kuning
dikerjakan siang malam setelah Lancang Kuning hampir selesai tersebar berita bahwa
Bathin Sanggoro telah melarang para nelayan bukit batu untuk mencari ikan di tanjung
jati.
Dengan adanya berita ini Datuk Laksmana memerintahkan agar Panglima Umar
berangkat dan menemui Bathin Sanggoro, sungguh berat hati Panglima Umar untuk
berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi ia akan melahirkan, tapi
karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan yang
tercinta.
Setelah berlayar beberapa hari sampailah Panglima Umar kepada Bathin Sanggoro dan di
ceritakan semua berita yang tersebar di bukit batu. Mendengar cerita itu bathin sangoro
terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang nelayan bukit batu menangkap ikan
di tanjung jati. Mendengar cerita Bathin Sanggoro Panglima Umar termenung dan
berfikir, apakah karangan yang terjadi di balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini lalu
Bathin Sanggoro menganjurkan agar berita ini diselidiki dari mana asal muasalnya, dan
di selidiki sewaktu perjalanan pulang.

Rupanya apa yang disampaikan Bathin Sanggoro dituruti Panglima Umar, sewaktu
perjalanan pulang Panglima berkeliling, guna mencari siapa yang membuat berita ini,
sehingga tidak dirasakannya bahwa perjalanannya sudah satu bulan.
Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu Lancang Kuning akan
diluncurkan ke laut. Dibalai-balai telah banyak pemuka kerajaan dan penduduk negeri
untuk menyaksikan peluncuran Lancang Kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan
rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira terkecualai Zubaidah, karena
suaminya Panglima Umar sudah satu bulan pergi dan sampai saat ini belum juga kembali
dan karena itu ia tidak pergi menghadari acara peluncuran Lancang Kuning kelautan pada
malam itu.
Setelah semua keparluan peluncuran Lancang Kuning di siapkan Pawang Domo
memberikan petunjuk kepada Datuk Laksmana.acara peluncuran di mulai dengan tepung
tawar pada dinding Lancang Kuning, kemudian di lanjutkan Panglima Hasan dan pemuka
masyarakat lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan pengasapan dan baru lah
semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri disamping Lancang Kuning dan semua
bunyi-bunyian di bunyikan dan semua yang telah memegang Lancang Kuning
mendorong, tetapi alangkah anehnya, Lancang Kuning tersebut tidak bergerak sedikit pun
hal ini dikerjakan berulang-ulang bahkan tenaga sudah di tambah, namun Lancang
Kuning tidak juga bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-tanya, muka
Pawang Domo merah padam.
Pawang Domo segera bersembah kepada Datuk Laksmana dan berkata: ampunkan tuan
ku yang mulia! Rupanya Lancang Kuning tidak bisa di luncurkan jika. . . . jika apa wak
domo ? kata Datuk Laksmana, katakan lah! Jika lancang kunning ingin juga di luncurkan
harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang di perlukan wak domo? Tuan ku yang
mulia, bukan kerbau. Wak domo menghampiri Datuk Laksmana dan membisikkan bahwa
kurban yang di perlukan adalah perempuan hamil sulung Datuk Laksmana tertunduk dan
termenung serta berkata kepada Pawang Domo bahwa agar perluncuran Lancang Kuning
di undurkan saja.
Setelah sebagian orang pulang, Panglima Hasan pergi kerumah Zubaidah dan di
dapatinya Zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejutdengan kedatangan
Panglima Hasan sambil berkata: mengapa lagi kau kesini Panglima Hasan? Berkata
Panglima Hasan: Zubaidah apa lagi yang kau tunggu Zubaidah? Suami mu tidak akan
kembali lagi, kerena itu biar akau yang menjadi ayah anak mu itu! Apa kata mu Panglima
pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya bersuamikan kamu! Apa ? jawab Panglima
Hasan. Jika kamu masih menolak permintaan ku, kamu akan saya jadikan gilingan
Lancang Kuning yang akan di luncuran kelaut.
Karena Zubaidah tetp menolak permintaan pangliama Hasan, maka Zubaidah di tarik dan
matanya di tutup dengan di bantu oleh pengawalnya, setelah sampai di Lancang Kuning
yang akan di luncurkan, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah kebawah lancang

kunung dan ketika itu juga Panglima Hasan memerintahkan supaya Lancang Kuning di
dorong kelaut. Hanya di dorong oleh beberapa orang saja Lancang Kuning itu meluncur
dengan mulus.
Setelah Lancang Kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging Zubaidah berserakan
di tanah dan dan ketika itu turun lah hujan lebat petir dan angin kencang serta bertepatan
waktu itu Panglima Umar merapat ke pelabuhan bukit batu.
Setelah perahu di tambatkan di pelabuhan Panglima Umar langsung kerumah untuk
melihat istri dan anaknya yang telah di tinggalkan selama sebulan, tapi setelah sampai di
rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya Zubaidah tetapi tidak ada jawaban. Hati
Panglima sudah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan, di tengah jalan
berpapasan dengan Panglima Hasan, langsung Panglima Umar bertanya kepadanya,
dimana gerangan istri ku, Panglima Hasan menceritakan, istrinya Zubaidah telah di
jadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana.
Mendengar cerita Panglima Hasan tersebut Panglima Umar langsung pergi ketempat
peluncuran Lancang Kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah sedih hati Panglima
Umar melihat tubuh istrinya itu, di sapunya darah yang ada yang di tanah itu serta di
usapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu
kepada Datuk Laksmana, tetapi baru saja ia berjalan di lihatnya Datuk Laksmana berjalan
kearahnya.
Setelah mereka bertemu pangliama Umar langsung menyerang Datuk Laksmana dengan
pedang yang panjang ke perut Datuk Laksmana, tanpa ada pembicaraan sedikit pun,
akhirnya Datuk Laksmana mati ditangan Panglima Umar, ketika itu juga datanglah
Pawang Domo serta menceritakan segala kejadian yang sebenarnya, bahwa yang
menjadikan Zubaidah untuk gilingan Lancang Kuning adalah Panglima Hasan, tanpa
mengulur waktu Panglima Umar pergi mencari Panglima Hasan.
Dari kejauhan Panglima Umar melihat Panglima Hasan sudah bersiap-siap untuk
melarikan diri menuju Lancang Kuning tapi belum sempat melepaskan talinya Panglima
Umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata: nah. . . malam ini. . . engkau
atau aku akan mati. Dengan di saksikan penduduk mereka berkelahi di atas Lancang
Kuning. Dan akhirnya Panglima Hasan dapat ditikam Panglima Umar dan matinya jatuh
kelaut.
Waktu itu lah Panglima Umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang ada di
pantai bahwa ia telah membunuh Datuk Laksmana karena perbuatan Panglima Hasan dan
Panglima Hasan pun sudah mati di tangannya, karena itu ia akan pergi dengan Lancang
Kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di Tanjung Jati datanglah ombak besar
dan angin topan sehingga Lancang Kuning tersebut karam dan ia bersama Lancang
Kuning terkubur dalam laut Tanjung Jati serta kejayaan Kerajaan Negeri Bukit Batu
berangsur-angsur mundur dan akhirnya tinggal setumpuk rumah saja lagi.

LAGU LANCANG KUNING


Lancang kuning... lancang kuning berlayar malam..
Haii.. berlayar malam...
Lancang kuning... lancang kuning berlayar malam..
Haii.. berlayar malam...
Haluan menuju.... haluan menuju kelaut dalam...
Haluan menuju.... haluan menuju kelaut dalam...
lancang kuning berlayar malam..
lancang kuning berlayar malam..
kalau nakhoda.... kalau nakhoda kuranglah faham
haii.... kuranglah faham
kalau nakhoda.... kalau nakhoda kuranglah faham
haii.... kuranglah faham
alamat lah kapal... alamatlah kapal akan tenggelam...
alamat lah kapal... alamatlah kapal akan tenggelam...
lancang kuning berlayar malam..
lancang kuning berlayar malam..
Lancang kuning... lancang kuning menerkam badai...
Haii.. menerkam badai...
Lancang kuning... lancang kuning menerkam badai...
Haii.. menerkam badai...
Tali kemudi... tali kemudi berpilin tiga..
Tali kemudi... tali kemudi berpilin tiga..
lancang kuning berlayar malam..
lancang kuning berlayar malam..
lancang kuning berlayar malam..

lancang kuning berlayar malam..

Anda mungkin juga menyukai