Program Kerja Tim KPRS Tahun 2010
Program Kerja Tim KPRS Tahun 2010
I.
PENDAHULUAN
Tim keselamatan pasien sebagai wadah untuk menmantau program Keselamatan
pasien dalam sebuah rumah sakit, dalam melaksanakan pemantauan Keselamatan
pasien makan dalam system kerja tim Keselamatan pasien perlu dibuat program
kerja .
II.
LATAR BELAKANG
Dengan samakin berkembangnya ilmu dan teknologi serta semakin banyaknya
jumlah kujungan pasien ke RS PB Charitas Belitang, maka semakin banyak pula
hal hal yang memungkinkan atau bahkan sudah terjadi kejadian yang tidak
diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan pelaporan dan system pelaporan yang
lebih teroganisir agar kejadian yang tidakdiharapkan tidak terulang kembali. Oleh
karena itu makin banyak kegiatan yang harus dilakukan oleh Tim keselamatan
pasien, untuk itu perlu disusun suatu Program Kerja sebagai rambu-rambu dalam
melaksanakan kegiatan pada tahun 2010 bersama seluruh anggota tim Keselamatan
pasien dan didukung oleh jajaran petugas yang menjabat structural di RS PB
Charitas Belitang untuk dapat melaksanakan program kerjanya ditahun 2010.
III.
IV.
TUJUAN.
Umum
Khusus
KEGIATAN POKOK
1. Melaporkan kejadian tak diharapkan dan kejadian nyaris cedera kepada tim
Keselamatan pasien rumah sakit dan KKPRS pusat.
2. Kegiatan Rapat tim keselamatan pasien
3. Progam pemecahan masalah tim Keselamatan pasien
4. Mencari data yang dapat memungkintkan atau data KTD (kejadian tak
diharapkan )
5. Pengembangan tim Keselamatan pasien..
V.
SASARAN
Tercapainya kegiatan tim keselamatan pasien 100 %.
VI.
JADWAL KEGIATAN
NO
KEGIATAN
Kegiatan Rapat Tim keselamatan
WAKTU
Terlampir
pasien
Pecarian data KTD, Membuat SOP
Maret 2010
pelaporan KTD
Membagi tim KTD di setiap unit.
Prioritas KTD
Presentasi IV Cateter dari PT B
Maret 2010
April 2010
15 April 2010
Braund
Membuat leaflet tin Keselamatan
April 2010
pasien
Solusi Pemecahan masalah KTD
In House Training
Membuat laporan tim Keselamatan
Mei 2010
6 Mei 2010
Juni 2010
pasien
Sosialisi Tim PS Ke Unit-unit
Juli 2010
PENJABARAN KEGIATAN
1. Kegiatan Rapat Tim Keselamatan pasien
Kegiatan rapat rutin tim Keselamatan pasien dilaksanakan 1 bulan sekali, dalam
kegiatan
rapat
rutin
masing-masing
unit
tim
Keselamatan
pasien
akan
mengumpulkan data kejadian tak diharapkan dan Kejadian nyaris cedera ke tim
Keselamatan pasien RS PB Charitas Belitang, disini para anngota tim Keselamatan
pasien
memberikan
keterangan
mengenai
laporan,
format
laporan
sudah
VII.
Laporan KTD atau KNC ke direksi dilakukan tiap semester sedang evaluasi
dilakukan setiap akhir tahun.
PENDAHULUAN
Untuk dapat melaksanakan kegiatan secara berkesinambungan dan terarah serta
adanya koordinasi satu dengan yang lain, maka diperlukan suatu pertemuan rutin
dimana masing-masing personil dalam Tim keselamatan pasien dapat saling
berinteraksi dan berkomunikasi.
Tujuan Khusus :
- Agar kegiatan Tim keselamatan pasien dapat berkesinambungan dan terarah,
-
Agar ada koordinasi antar anggota Tim keselamatan pasien maupun antara
Tim keselamatan pasien dengan SMF, Sub Tim keselamatan pasien maupun
Direksi.
V.
Membuat undangan,
Pelaksanaan rapat.
VI. SASARAN
WAKTU PELAKSANAAN
1 X tiap bulan
1 X tiap bulan
1 X tiap bulan
1 X per 3 bulan
IX.
TAHUN 2010
I.
PENDAHULUAN
Berdasarkan KepMenKes No.631/MENKES/SK/IV/2005 dalam lampiran II tentang
pengorganisasian Staf Medis dan Tim keselamatan pasien disebutkan bahwa
Kelompok Staf Medis minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter yang memiliki
spesialisasi yang sama.
dengan
peraturan
KepMenKes
No.631/MENKES/SK/IV/2005.
Tujuan Khusus :
-
Agar kegiatan kelompok staf medis di RS. PB. Charitas Belitang lebih
terarah sesuai dengan spesialisasinya.
Agar lebih memudahkan dalam koordinasi dan komunikasi anatr staf medis
yang memiliki keahlian yang sama.
V.
VI. SASARAN
Tercapainya pembagian SMF menjadi 6 kelompok SMF.
VIII.
JANUARI
X
FEBRUARI
X
X
I.
PENDAHULUAN
Salah satu aturan yang berlaku bagi staf medis adalah memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi/standar pelayanan medis yang berlaku.
Standar Pelayanan Medis (SPM) atau Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat
oleh kelompok SMF yang bersangkutan.
V.
VI. SASARAN
Tercapainya pembuatan dan pemberlakuan Standar Pelayanan Medis RS. PB.
Charitas Belitang.
VII. JADWAL KEGIATAN
NO
KEGIATAN
JANUARI
FEBRUARI
1.
MARET
2.
3.
VIII.
SMF
Penetapan SPM
Sosialisasi SPM
X
X
I.
PENDAHULUAN
Sebuah rumah sakit akan semakin baik mutunya jika pelayanan yang disediakan
semakin lengkap. Dalam hal ini Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
akan melakukan pengembangan pelayanan Spesialistik Anak dan Penyakit Dalam
untuk tahun 2010. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga dapat lebih
memudahkan staf medis lainnya dalam memberikan pelayanan misalnya dalam hal
rawat bersama ataupun jika hendak melakukan konsultasi medis. Untuk itu perlu
dibuat suatu Program Pengembangan Pelayanan Spesialistik Anak dan Penyakit
Dalam.
VI. SASARAN
Pengembangan pelayanan spesialistik sebanyak 20 %.
KEGIATAN
1.
2.
3.
X
X
I.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan institusi unik dengan suatu sistem terbuka yang rumit.
II.
LATAR BELAKANG
Rumah sakit dihadapkan pada dilema antara desakan komersialisasi dan persaingan
di satu pihak, tetapi mempunyai kewajiban fungsi sosial di pihak lain.
V.
VI. SASARAN
Anggota Sub Komite Etika dan Kedokteran Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
VII. JADWAL KEGIATAN
-
Rapat dan konsultasi dengan Tim keselamatan pasien 6 (enam) bulan sekali.
I.
PENDAHULUAN
Masalah etik medis adalah setiap kejadian atau perilaku tenaga-tenaga medis/SMF
yang bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang yang diduga
melanggar Kode Etik Kedokteran yang berlaku. Kasus etis medis merupakan
sesuatu
yang
sangat
kompleks
dan
riskan
sehingga
diperlukan
suatu
II.
LATAR BELAKANG
Di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang juga bisa terjadi kasus etis
medis. Maka mengacu pada Peraturan Kode Etik Kedokteran Indonesia (2002),
Sub Komite Etika Kedokteran dan Medikolegal membuat rencana untuk menyusun
Panduan Penanganan Masalah Etik Medis yang sesuai dengan situasi di Rumah
Sakit Panti bhaktiningsih Charitas Belitang.
III. TUJUAN
Tujuan Umum : supaya ada pedoman/acuan dalam penanganan etik medis.
Tujuan Khusus : supaya etik medis yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang dapat diselesaikan dengan baik
dan tuntas.
V.
VI. SASARAN
Kasus etik medis yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
Maret 2010
TAHUN 2010
I.
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia di suatu lembaga kesehatan mempunyai peran yang sangat
penting dalam menentukan mutu lembaga tersebut. Ilmu Kesehatan terutama ilmu
yang berkaitan dengan medis terus mengalami perkembangan. Selalu ada
penemuan ilmu dan metode baru dalam pelayanan medis. Maka melalui UndangUndang Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004, pemerintah mengatur bahwa
tenaga medis harus selalu memperbaharui ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini.
II.
LATAR BELAKANG
Untuk dapat terus memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
perkembangan ilmu dan pengetahuan kedokteran terbaru, maka staf medis
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang harus terus memperbaharui
ilmunya dengan berbagai macam kegiatan keilmuan di bidang kedokteran, baik
dengan mengikuti kegiatan di dalam maupun di luar rumah sakit.
III.
Tujuan Khusus :
-
IV.
PIN
Simposium
V.
Kongres
Seminar
Pelatihan
VI.
SASARAN
Semua tenaga medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
VII.
JADWAL KEGIATAN
Terlampir
IX.
I.
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pengetahuan/mutu tenaga medis
adalah dengan melaksanakan pembahasan suatu kasus, dimana dari pembelajaran
sebuah kasus, staf medis diharapkan bisa memperoleh ilmu bagaimana
penanganan yang terbaik untuk suatu kasus penyakit tertentu. Selain itu dengan
pembahasan kasus, staf medis dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman untuk
menambah pengetahuan staf medis yang lainnya.
II.
LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang sebagai rumah sakit yang
sedang berkembang, harus terus menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya
dimana salah satu cara adalah dengan melaksanakan kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusianya. Maka Sub Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan Medis, memprogramkan kegiatan pembahasan kasus sebagai
suatu proses pembelajaran bagi staf medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
III.
Tujuan Khusus : untuk menambah ilmu dan pengetahuan staf medis di Rumah
Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.
IV.
V.
membuat jadwal,
VI.
SASARAN
Kasus-kasus yang menarik yang ditemukan oleh staf medis dalam pelayanannya.
VII.
JADWAL KEGIATAN
Terlampir
IX.
TAHUN 2010
I.
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia di suatu lembaga kesehatan mempunyai peran yang
sangat penting dalam menentukan mutu lembaga tersebut. Ilmu Kesehatan
terutama ilmu yang berkaitan dengan medis terus mengalami perkembangan.
Selalu ada penemuan ilmu dan metode baru dalam pelayanan medis. Maka
melalui Undang-Undang Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004, pemerintah
mengatur bahwa tenaga medis harus selalu memperbaharui ilmu pengetahuan dan
tekhnologi terjini. Setiap dokter hanya mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR)
yang berlaku 5 tahun. Pembaharuan STR tersebut memerlukan persyaratan
tertentu yang didapatkan melalui beberapa kegiatan seorang dokter.
II.
LATAR BELAKANG
Untuk mendapatkan beban 250 SKP yang disyaratkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI), tidak hanya memerlukan satu kegiatan ilmiah saja,
namun memerlukan kegiatan pengabdian masyarakat, pelatihan dan kegiatan
profesi. Pendaftaran untuk dokter umum juga bersifat online di internet dan
semua hasil SKP yang didapat, bisa difax ke panitia P2KB online IDI untuk
disahkan.
Karena sebagian besar dokter umum di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang belum mengetahui system ini, maka Sub Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan Medis (PMPM) akan melakukan sosialisasi pelaksanaan P2KB.
III.
Tujuan Khusus :
-
IV.
Kegiatan pokok adalah sosialisasi P2KB online dokter umum dan pengadaan
kegiatan pengabdian masyarakat bagi dokter umum di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Rincian kegiatan :
- Sosialisasi bulan April 2010, pendaftaran P2KB online bagi dokter umum
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang, pengiriman data-data
yang diminta Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang,
- Pengadaan bakti social dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
- Melaporkan jumlah pasien rawat jalan, rawat inap dan tindakan yang
dilakukan dokter tiap tahunnya, bekerja sama dengan bagian rekam medis.
V.
Pelaporan jumlah pasien dan tindakan medis, dilakukan oleh bagian rekam
medis atas perintah Direktris Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang.
VI.
SASARAN
Semua tenaga medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih, khususnya dokter
umum. Dokter spesialis dibantu secara dokumentasi, tetapi pendaftaran dan
pengajuan persyaratannya sesuai dengan petunjuk tekhnis kolegium masingmasing.
VII.
JADWAL KEGIATAN
No
Kegiatan
4
5
1. Sosialisasi
2. Pendaftaran
3. Bakti Sosial
4. Penyuluhan
5. Laporan kegiatan profesi
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan
7
8
9
10
11
12
Setiap akhir tahun akan diadakan evaluasi berapa SKP yang sudah didapat per
item kegiatan dan berapa kekurangannya bagi masing-masing dokter, untuk
menjadi rencana kegiatan tahun berikutnya.
IX.
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit merupakan tanggung jawab semua
personil yang ada di suatu rumah sakit. Mutu pelayanan medis merupakan bagian
dari mutu pelayanan rumah sakit, dimana dalam hal ini yang dinilai mutunya
adalah staf medis. Salah satu upaya peningkatan mutu adalah dengan
mendengarkan masukan, saran dan kritik daripengguna jasa.
II.
LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang sebagai rumah sakit yang
sedang berkembang membutuhkan banyak masukan, kritik dan saran untuk
mengetahui apakah mutu pelayanan di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang, terutama mutu staf medisnya, sudah baik atau belum. Salah satu
kegiatan yang paling efektif untuk mendapat masukan adalah dengan
mengadakan survey kepuasan pelanggan dengan metode kuesioner
Karena pelaksanaan survey ini menjadi kegiatan Panitia Peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang, dimana salah satu
point survey adalah Kepuasan Atas Pelayanan Dokter, maka Tim keselamatan
pasien hanya menerima hasil survey dari panitia tersebut dan kemudian Sub
Komite Peningkatan Mutu Pelayanan Medis bersama Tim keselamatan pasien
melakukan analisa untuk hasil survey kepuasan atas pelayanan dokter.
III.
Tujuan Khusus :
-
IV.
V.
laporan.
VI.
SASARAN
Tercapainya 100 % kegiatan analisa survey kepuasan pasien atas pelayanan
dokter secara rutin.
VII.
JADWAL KEGIATAN
No
Kegiatan
1
1.
2.
3.
Menerima
laporan hasil
survey
Pembuatan
analisa dan
rekomendasi
Laporan
10
11
12
TAHUN 2010
I.
PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis perlu diadakan pemantauan
kegiatan yang dilakukan di setiap instalasi pelayanan. Salah satu pemantauan
yang perlu dilakukan di bagian pelayanan medis adalah pemantauan infeksi luka
operasi, terutama pasca operasi bersih.
II.
LATAR BELAKANG
Kamar operasi Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang baru mulai
dioperasionalkan pada bulan dengan kegiatan awal hanya untuk operasi
yang berkaitan dengan kebidanan. Untuk menjagfa mutu kegiatan operasi, maka
perlu diadakan pemantauan apakah operasi bersih yang telah dilakukan terjadi
infeksi atau tidak.
Karena pelaksanaan pengumpulan indicator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkata Mutu Pelayanan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang,
maka Tim keselamatan pasien hanya menerima hasil rekap data tentang jumlah
operasi bersih dan data infeksi luka operasi yang terjadi pasca operasi bersih tiap
tiga bulan dari panitia tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data
tersebut.
III.
Tujuan Khusus :
IV.
menerima data operasi bersih dan infeksi luka operasi pasca operasi bersih
per triwulan,
V.
SASARAN
-
VII.
JADWAL KEGIATAN
No
1.
2.
3.
Kegiatan
Menerima laporan
data
Pengolahan dan
Analisa
Rekomendasi
1
X
4
X
Waktu Pelaksanaan
5
6
7
8
X
10
X
IX.
11
12
PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis perlu diadakan pemantauan
kegiatan yang dilakukan di setiap instalasi pelayanan. Mutu pelayanan medis
dapat juga ditinjau dari catatan rekam medis yang wajib diisi oleh staf medis
dengan diagnosa, rencana tindakan dan terapi yang akan diberikan, serta tindak
lanjut/perkembangan dari penyakit yang didiagnosa. Pengisian berkas rekam
medis dengan lengkap juga dapat menjadi bukti apabila di kemudian hari terjadi
masalah/kasus medikolegal. Maka staf medis wajib mengisi dengan lengkap
berkas
rekam
medis
dan
pemantauan
kelengkapan/ketidaklengkapannya
II.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan analisa petugas rekam medis, sebagian berkas rekam medis masih
belum lengkap. Padahal sebagian besar staf medis di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang adalah staf medis purna waktu. Untuk itu perlu
adanya pemantauan rutin terhadap berkas rekam medis apakah sudah diisi dengan
lengkap oleh staf medis mulai dari diagnosa, rencana tindakan dan terapi yang
akan diberikan, serta tindak lanjut/perkembangan dari penyakit yang didiagnosa.
Karena pelaksanaan pengumpulan indicator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, maka tim keselamatan pasien hanya
menerima hasil rekap data tentang ketidaklengkapan rekam medis setiap tiga
bulan dari panitia tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data tersebut.
III.
Tujuan Khusus :
IV.
V.
VI.
SASARAN
-
VII.
JADWAL KEGIATAN
No
1.
2.
3.
Kegiatan
Menerima
laporan data
Pengolahan dan
Analisa
Rekomendasi
1
X
4
X
Waktu Pelaksanaan
5
6
7
8
X
10
X
IX.
11
12
PENDAHULUAN
Salah satu indikator mutu klinis di rumah sakit adalah respons time di IGD,
dimana pasien gawat darurat harus mendapat tindakan life saving kurang dari 15
menit sejak kedatangan.
II.
LATAR BELAKANG
Pemantauan respons time ini juga dapat digunakan untuk memantau mutu
pelayanan medis, terutama untuk melihat bagaimana kesigapan seorang dokter
dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dalam keadaan gawat darurat.
Karena pelaksanaan pengumpulan indikator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, maka tim keselamatan pasien hanya
menerima hasil rekap data tentang respons time IGD setiap tiga bulan dari panitia
tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data tersebut.
III.
Tujuan Khusus :
IV.
V.
VI.
VII.
SASARAN
-
JADWAL KEGIATAN
No
1.
2.
3.
Kegiatan
Menerima
laporan data
Pengolahan dan
Analisa
Rekomendasi
1
X
4
X
Waktu Pelaksanaan
5
6
7
8
X
10
X
IX.
11
12
PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit dan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, terutama mutu pelayanan
medis, maka diperlukan tenaga medis yang cakap sesuai kompetensi dan
kualifikasinya sehingga dapat memberikan pelayanan medis yang akuntabel dan
sesuai harapan masyarakat.
II.
LATAR BELAKANG
Menyadari bahwa organisasi staf medis saat ini semakin berkembang jumlah dan
jenis spesialisasinya, maka dibutuhkan review bagi staf medis yang berkeinginan
menjadi staf medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang guna
mendapatkan tenaga dokter yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
III.
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance.
B. Tujuan Khusus
Terpenuhinya kebutuhan staf medis yang professional dan kompeten dengan
kualifikasi sesuai kebutuhan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang.
IV.
V.
Komite
Kredensial
mulai
melakukan
proses
review
melalui
seleksi/kredensial, yaitu :
Wawancara.
Psikotes.
Wawancara.
SASARAN
A. 1 orang dokter umum purna waktu.
B. 1 orang dokter bedah paruh waktu.
C. 1 orang dokter anestesi paruh waktu.
D. 1 orang dokter obgin tamu.
E. 1 orang dokter syaraf paruh waktu.
VII.
Dokter/Staf
Medis
Dr. Umum purna
waktu
Dr. Bedah paruh
waktu
Dr. Anestesi
paruh waktu
Dr. Obgin tamu
Dr. Syaraf paruh
waktu
1
X
Bulan
6
7
10
X
X
X
X
IX.
11
12
PENDAHULUAN
Dalam mewujudkan tanggung jawab sebagai pemberi layanan kesehatan, rumah
sakit wajib menyediakan staf medis/dokter yang professional sehingga pelayanan
yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), memenuhi harapan
penderita dan tentunya untuk menjaga keselamatan pasien.
II.
LATAR BELAKANG
Menyadari bahwa staf medis/dokter wajib mengamalkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki, untuk menolong pasien sesuai kompetensinya, maka dalam masa 1
(satu) tahun pertama bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang perlu dilihat apakah staf medis tersebut sudah bekerja secara
professional sesuai kompetensinya untuk dapat memberikan layanan yang
akuntabel.
III.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Terpenuhinya kebutuhan rumah sakit akan staf medis yang professional
dan kompeten melalui kegiatan rekredensial.
Menghasilkan rekomendasi Clinical Privileges Sub Komite Kredensial
kepada Tim keselamatan pasien.
IV.
V.
sekaligus
meminta
masukan
dari
Ketua
SMF
(Bedah/Non
VI.
SASARAN
Dr. Sylvia
VII.
JADWAL KEGIATAN
NO
1.
DOKTER
Dr. Sylvia
WAKTU
30 Juni 2010
KETERANGAN
1 bulan menjelang
berakhirnya masa kerja
1 tahun pertama
IX.
PENDAHULUAN
Seperti diketahui rumah sakit mempunyai fungsi sosio ekonomi dengan beragam
persoalan yang kompleks, tetapi harus tetap mampu memberikan pelayanan
medis yang bermutu, akuntabel dan memenuhi harapan masyarakat, untuk itu
diperlukan staf medis yang professional dan kompeten.
II.
LATAR BELAKANG
Mengingat beragamnya dokter yang bekerja di rumah sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang, baik sebagai dokter penitip rawat maupun dokter praktik di
rawat jalan yang terikat dalam Surat Perjanjian Kemitraan dengan rumah sakit,
maka selayaknya ada keteraturan dalam hal administratif.
III.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Tercapainya tertib administratif Surat Perjanjian Kemitraan/Surat Persetujuan
Kerja antara dokter tamu/paruh waktu dengan Direktur Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
IV.
V.
VI.
SASARAN
Dr. Martin R. S. Napitupulu
VII.
1.
DOKTER/STAF
MEDIS
WAKTU
Berakhirnya Surat Perjanjian
Rekredensial Secara
Kemitraan/Surat Persetujuan
Administratif
Kerja
Dr. Martin. R. S.
Napitupulu
IX.
PENDAHULUAN
Berdasarkan kriteria staf medis yang bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang yang terdiri dari dokter purna waktu, dokter paruh waktu dan
dokter tamu yang masing-masing terdiri atas dokter (umum dan spesialis) dan
dokter gigi dengan kewenangan klinis yang tentu saja tidak sama dan disesuaikan
dengan kompetensinya.
II.
LATAR BELAKANG
Mengingat Sub Komite Kredensial melalui Tim keselamatan pasien harus
menentukan Clinical Privileges masing-masing staf medis dan kurangnya
pengetahuan Sub Komite Kredensial untuk menentukan Clinical Privileges yang
baik dan benar, maka perlu mengikuti pelatihan/seminar/symposium/workshop
dengan materi Clinical Privileges baik di dalam maupun di luar kota Palembang.
III.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Mampu menentukan Clinical Privileges masing-masing staf medis yang
bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang secara baik dan
benar.
IV.
V.
VI.
SASARAN
Workshop/Seminar/Simposium Clinical Privileges dari Perdhaki/PERSI/dll.
VII.
IX.
PENDAHULUAN
Suatu rumah sakit diperlukan suatu fungsi pemantauan farmasi dan terapi yang
mencakup :
1. Pengembangan kebijakan dan prosedur mengenai seleksi, distribusi,
penanganan penggunaan dan pemberian obat.
2. Pengembangan dan pemeliharaan formularium obat.
3. Evaluasi dan apabila tidak ada mekanisme demikian, persetujuan protocol,
berkaitan dengan penggunaan obat.
4. Penetapan dan pengkajian semua reaksi obat yang merugikan.
Fungsi pemantauan Farmasi dan Terapi tersebut dilakukan oleh suatu komite
dalam rumah sakit yang disebut Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Dengan
adanya Komite Farmasi dan Terapi yang berdaya, system formularium dapat
diterapkan dengan baik. Dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu,
pengelolaan peredaran dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana
dengan baik. Keseragaman produk obat yang tersedia dan kerumitan di sekeliling
keamanan dan keefektifan penggunaannya mengakibatkan suatu rumah sakit
memerlukan suatu program yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat
rasional.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) difungsikan oleh rumah sakit untuk mencapai
terapi yang rasional. Hubungan antara apoteker komunitas dan dokter dalam
daerahnya adalah bentuk langsung orang ke orang, dalam komunitas ada
hubungan dokter-apoteker-penderita yang tidak dirumitkan oleh garis organisasi.
Sebaliknya apoteker rumah sakit memelihara hubungan yang baik dengan dokter
dari berbagai SMF. Hal ini semakin diperumit oleh masuknya profesi perawat ke
dalam hubungan dokter-apoteker-penderita. Oleh karena itu pembentukan KFT
diperlukan agar hubungan antara IFRS dan semua professional kesehatan di
rumah sakit dapat dipelihara dengan baik.
II.
LATAR BELAKANG
KFT berwenang sepenuhnya melaksanakan system formularium, merumuskan
dan mengandalikan pelaksanaan semua kebijakan, ketetapan, prosedur, aturan
yang berkaitan dengan obat. KFT juga mempunyai wewenang penuh
mengadakan, mengembangkan, merevisi, dan mengubah formularium, dan
III.
3. Manfaat
Adanya hubungan komunikasi dan hubungan organisasi yang formal antara
staf medis IFRS dalam mencapai terapi obat yang rasional.
IV.
KEGIATAN
Penyediaan saran/prasarana dan penambahan tenaga administrasi dalam Sub
KFT.
Melengkapi
ketersediaan
obat-obat
generic
di
Rumah
Sakit
Panti
V.
KESIMPULAN
Sub Komite Farmasi dan Terapi meningkatkan penggunaan obat secara rasional
melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat,
pengadaan obat, penggunaan obat dengan adanya system formularium. Sistem
formularium dapat diterapkan dengan baik apabila dengan adanya pemberdayaan
KFT, dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan,
peredaran, dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana dengan tertib
yang akan memberikan keuntungan bagi penderita, rumah sakit, dan staf medis.
Penderita akan mendapat obat yang paling rasional, bermanfaat, aman dan
dengan harga terjangkau sehingga penderita tidak perlu terlalu lama tinggal di
rumah sakit.
PENDAHULUAN
Suatu rumah sakit diperlukan suatu fungsi pemantauan farmasi dan terapi.
Pemantauan Farmasi dan Terapi tersebut dilakukan oleh suatu komite dalam
rumah sakit yang disebut Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Dengan adanya
Komite Farmasi dan Terapi yang berdaya, system formularium dapat diterapkan
dengan baik. Dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan
peredaran dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik.
Keseragaman produk obat yang tersedia dan kerumitan di sekeliling keamanan
dan keefektifan penggunaannya mengakibatkan suatu rumah sakit memerlukan
suatu program yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat rasional.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) difungsikan oleh rumah sakit untuk mencapai
terapi yang rasional, dengan demikian kepada Komite Farmasi dan Terapi,
pimpinan rumah sakit wajib menyediakan sarana fisik seperti ruang kantor/rapat,
computer, telepon dan lainnya untuk membantu operasional KFT.
II.
LATAR BELAKANG
Langkah pertama dalam pengadaan suatu system formularium yang berhasil
adalh memastikan bahwa kewajiban, kewenangan, tugas, hak, dan tanggung
jawab Komite Farmasi dan Terapi tercantum dalam anggaran dasar/anggaran
rumah tangga atau dalam dokumen peraturan rumah sakit. KFT menerapkan
seluruh kebijakan, ketetapan, prosedur yang berkaitan dengan obat.
III.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencapai hasil kerja yang efektif sesuai dengan program kerja yang
direncanakan.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya tenaga dan sarana dalam penyusunan formularium dan
mengadakan revisi tetap.
b. Adanya system formularium.
IV.
V.
CARA PELAKSANAAN
Mengajukan permohonan pengadaan fasilitas kerja.
Mengajukan permohonan penambahan tenaga administrasi dalam Sub KFT
ke direksi rumah sakit.
VI.
SASARAN
Terbentuknya formularium Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih CharBelitang.
VII.
JADWAL KEGIATAN
NO
KEGIATAN
1. Mengajukan permohonan
pengadaan fasilitas kerja seperti :
ruang kerja/rapat, computer,
telepon, dan lainnya.
2. Mengajukan penambahan tenaga
administrasi dalam Sub KFT ke
Direksi RS Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang
WAKTU
16 Februari 2010
KETERANGAN
20 Juni 2010
IX.
PENDAHULUAN
Nama obat generik adalah obat resmi tanpa memperhatikan manufaktur
produsennya. Dukungan pembelian dan penulisan obat generic menunjukkan
bahwa :
a. Generik lebih informatif daripada nama dagang dan memberi kemudahan
pembelian produk dari berbagai pemasok baik sebagai nama dagang atau
sebagai produk generik.
b. Produk generic sering kali lebih murah dan penulisan resep/order generic
mempermudah subsitusi produk.
Obat generic dari pemasok yang handal adalah aman, manjur, dan tinggi dalam
mutu. Dan untuk pengusulan suatu obat baru termasuk obat generic dan paten
untuk foemularium rumah sakit harus diajukan dengan menggunakan formulir
permohonan untuk evaluasi status formularium. KFT akan mengevaluasi
permohonan dan memberi tahu pengusul tentang keputusan diterima atau ditolak.
II.
LATAR BELAKANG
Obat yang telah tersedia secara komersial, yang direkomendasikan Sub KFT
sebagai obat yang baik untuk perawatan penderita dengan penggunaan yang telah
ditetapkan dengan baik setelah diterima sebagai suatu obat formularium maka
obat itu dapat ditulis oleh semua staf medis rumah sakit.
III.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menertibkan penyediaan/pemakaian obat di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas dan tetap memperhatikan mutu/kualitas obat.
b. Tujuan Khusus
- Meniadakan duplikasi/penggandaan persediaan obat.
- Penghematan biaya.
IV.
ketersediaan
obat-obat
generic
di
Rumah
Sakit
Panti
V.
VI.
SASARAN
Terbentuknya formularium Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.
VII.
JADWAL KEGIATAN
NO
KEGIATAN
1. Menseleksi obat yang diperlukan
2. Mengajukan permohonan penyediaan
obat-obat generic
3. Menyusun kebijakan dan prosedur
tetap pengusulan obat baru dan
mengajukan usulan ke direksi
WAKTU
Maret 2010
Maret 2010
KETERANGAN
Mei 2010
IX.
PENDAHULUAN
Formularium dari suatu rumah sakit adalah dokumen kumpulan obat dan
informasi yang benar-benar dipertimbangkan staf professional rumah sakit
sebagai yang paling berguna dalam perawatan penderita. Pengembangan,
pemeliharaan, dan persetujuan formularium sepenuhnya tanggung jawab KFT
yang merupakan panitia dari staf medis.
II.
LATAR BELAKANG
Sistem formularium adalah sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan
obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan,
penulisan, dispensing dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat
dengan nama generic apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut.
III.
TUJUAN
Tujuan umum : penggunaan obat yang rasional pada pasien Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Tujuan Khusus : Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang dapat
mempertahankan suatu pembelian dan system pengendalian
penyediaan obat yang lebih efisien.
IV.
KEGIATAN POKOK
Penyusunan formularium.
V.
VI.
SASARAN
Terbentuknya formularium Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.
VII.
JADWAL KEGIATAN
NO
KEGIATAN
1. Menyusun obat berdasarkan
penggolongan obat, jenis terapi, dan
dosis.
2. Mengajukan permohonan pembentukan
formularium ke Direksi.
3. Melaporkan hasil kerja KFT ke Tim
keselamatan pasien.
WAKTU
Maret 2010
KETERANGAN
April 2010
Mei 2010
IX.
PENDAHULUAN
Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan komponen penunjang penting
dalam setiap program, termasuk program pengendalian infeksi nosokomial.
Informasi yang dihasilkan dari kegiatan pencatatan dan pelaporan berguna untuk
mengarahkan strategi program baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
maupun dalam tahap evaluasi. Dengan kegiatan pencatatan dan pelaporan yang
baik dan benar dapat dibuktikan bahwa program dapat berjalan lebih efektif dan
efisien.
Sehubungan dengan pentingnya peranan system pencatatan dan pelaporan dalam
manajemen kegiatan pengendalian infeksi nosokomial, maka perlu dibuat suatu
kerangka acuan agar pencatatan dan pelaporan tersebut berjalan dengan baik dan
terarah.
II.
LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang merupakan rumah sakit yang
sedang dalam tahap berkembang, maka pengendalian infeksi nosokomial
merupakan salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian. Untuk bisa
melakukan kegiatan pengendalian infeksi nosokomial maka dibutuhkan data
tentang infeksi nosokomial yang terjadi di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
III.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi guna mengerahkan strategi program pengendalian infeksi
nosokomial baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam tahap
evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data dasar kegiatan pengendalian infeksi nosokomial.
b. Mengidentifikasi adanya permasalahan.
IV.
V.
Persiapan,
Pencatatan,
Analisis Data,
Pembuatan laporan,
Rekomendasi,
Tindak lanjut.
data
yang
diperoleh
dilakukan
analisis
apakah
ada
5. Rekomendasi
Berdasarkan laporan tersebut Ketua Tim keselamatan pasien, Kepala Bagian
terkait
atau
Direktur
memberikan
rekomendasi
untuk
upaya
VI.
SASARAN
Semua biaya dibebankan pada anggaran rutin rumah sakit.
VII.
JADWAL KEGIATAN
No
Kegiatan
Target
1.
Persiapan Formulir
2.
Pencatatan
3.
Analisis data
Memenuhi
semua
kebutuhan
Teratur, rapi,
akurat
-
4.
Laporan bulanan/tahunan
Tepat waktu
5.
Rekomendasi
Sesuai
permasalahan
6.
Tindak Lanjut
Permasalahan
teratasi
Waktu
Pelaksanaan
Setiap akhir
bulan
Setiap hari
Pelaksana
Petugas bagian
terkait
Petugas bagian
terkait
Kepala Ruangan
Terkait
Antara tanggal
1-5 bulan
berikutnya
Sebelum
Kepala Ruangan
tanggal 10
Terkait
bulan
berikutnya/awal
Januari tahun
berikutnya
Segera
Ketua Tim
keselamatan
pasien
Kepala Bagian
Terkait
Direktur
Segera
Kepala Ruangan
Terkait
IX.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai adanya kesenjangan antara hasil
pelaksanaan program dengan target dan criteria keberhasilan. Evaluasi dilakukan
bulanan maupun tahunan. Apabila dalam evaluasi ditemukan permasalahan harus
segera dilakukan perbaikan.
I.
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup mikroorganisme nosokomial di rumah sakit bergantung
pada factor host, mikroorganisme itu sendiri dan factor lingkungan. Infeksi
nosokomial dapat disebabkan baik flora endogen (kuman yang secara normal
berada di saluran pernafasan, saluran pencernaan, atau saluran genitourinaria),
reaktivasi kuman laten (contohnya mikobakterium tuberculosis, virus herpes) atau
flora eksogen (kuman-kuman yang ditularkan dari reservoir di lingkungan atau dari
orang lain).
Peran lingkungan dalam infeksi nosokomial dapat sebagai reservoir yaitu
tempat dimana kuman tinggal, hidup, dan berkembang biak atau sebagai sumber
(source) yaitu tempat dimana kuman berpindah kepada host baik melalui kontak
langsung maupun tidak langsung. Reservoir dari bakteri gram positif biasanya
manusia, sedangkan untuk bakteri gram negative reservoirnya bisa manusia, hewan
(spesies Salmonella) maupun benda mati (Spesies Pseudomonas, spesies
Acinetobacter, spesies Legionella). Sumber (source) dari infeksi nosokomial terdiri
dari benda-benda mati dan benda hidup di lingkungan rumah sakit misalnya pasien
lain atau petugas rumah sakit.
Mikroorganisme dapat ditularkan dari benda-benda mati di lingkungan rumah
sakit melalui rute udara (TBC), vehikulum/pembawa (makanan, minuman,
darah/produk-produk
darah,
dan
bahan-bahan
yang
diinfuskan),
kontak
II.
LATAR BELAKANG
Salah satu cara mencegah penularan infeksi nosokomial adalah dengan menjaga
kebersihan lingkungan. Maka RS. PB. Charitas Belitang memberi perhatian khusus
pada kebersihan lingkungan rumah sakit.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mencegah penularan infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengendalikan dan mengawasi berbagai factor lingkungan.
b. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan indah.
V.
VI. SASARAN
Seluruh lingkungan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang baik yang
di dalam maupun di luar gedung.
4.
5.
6.
7.
Pengendalian serangga
8.
Pengendalian tikus
9.
Pencatatan
10. Pelaporan
Target
Bersih, rapi,
indah
Bersih, tidak ada
infeksi
nosokomial
Bersih, tidak bau,
tidak ada infeksi
nosokomial
Bersih, tidak ada
infeksi
nosokomial
Bersih, tidak ada
infeksi
nosokomial
Memenuhi syarat
mutu air bersih
Waktu
2 kali/hari
Populasi serangga
berkurang
Populasi tikus
berkurang
Teratur, rapi
2
kali/minggu
Setiap hari
Teratur, rapi,
akurat, tepat
waktu
Setiap bulan
2 kali/hari
Pelaksana
Petugas
Sanitasi
Petugas
Sanitasi
2 kali/hari
Petugas
Sanitasi
2 kali/hari
Petugas
Sanitasi
Setiap hari
Pelaksana
distribusi air
bersih
Kontraktor
Kontraktor
Semua
pelaksana
Kepala seksi
sanitasi
PENDAHULUAN
Lingkungan rumah sakit dapat merupakan sumber kuman penyebab infeksi
nosokomial. Salah satu faktor lingkungan yang dapat menjadi sumber infeksi
nosokomial adalah air. Air dapat bertindak sebagai reservoir, yaitu tempat dimana
mikroorganisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak, maupun sebagai
sumber kuman. Di antara air di rumah sakit yang terpenting menjadi reservoir
adalah air minum, air pada bak cuci, shower, toilet, air dialysis, es dan mesin es, air
kamar mandi, vas bunga dan lain sebagainya.
Untuk mencegah infeksi nosokomial yang berhubungan dengan factor
lingkungan, hal yang penting dilakukan adalah melakukan pementauan
(surveilans), penanganan apabila ada permasalahan, pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi alat-alat medis dan non medis.
Untuk mengetahui mutu air bersih/air minum yang digunakan di rumah sakit,
maka perlu dilakukan pemeriksaan mutu air secara berkala baik pada sumbersumbernya maupun pada saluran keluar sebelum digunakan, terutama pada air yang
digunakan di kamar bedah, dapur, dan CSSD. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut, selanjutnya dilakukan tindakan sedemikian rupa sehingga air memenuhi
syarat dan kontaminasi kuman dapat dihindari.
II.
LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang menggunakan air PDAM
sebagai sumber air bersih yang digunakan untuk berbagai keperluan rumah sakit.
Tetapi meskipun sudah menggunakan air dari PDAM, tetap perlu dilakukan
pemeriksaan kualitas air untuk mencegah terjadinya berbagai infeksi yang melalui
air.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah infeksi nosokomial melalui air.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mutu air bersih yang digunakan di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
VI. SASARAN
Semua sumber air yang berasal dari PDAM.
VII. JADWAL KEGIATAN
Pemeriksaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan sekali, yaitu bulan Maret, Juni,
September, dan Desember 2010. Jadwal kegiatan pada tiap pemeriksaan dapat
dilihat pada halaman berikut :
No
1.
2.
3.
4.
Kegiatan
Persiapan alat
Pengambilan sample
Pengiriman sample
Evaluasi hasil
Tepat Waktu
Minggu I
Minggu I
Minggu I
Minggu II-III
5.
Penatalaksanaan
Minggu II-III
6.
7.
Pembuatan laporan
Minggu IV
Rekomendasi dan tindak lanjut Minggu IV
Pelaksana
Bagian Sanitasi
Bagian Sanitasi
Bagian Sanitasi
Bagian Sanitasi dan
Sub Komite Infeksi
Nosokomial
Bagian Sanitasi dan
Sub Komite Infeksi
Nosokomial
Bagian Sanitasi
Direktur dan unit
terkait
VIII. TARGET
1. Semua sumber air dank ran pemakaian yang telah ditentukan dapat diperiksa.
2. Pelaksanaan sesuai jadwal.
3. Didapatkan data hasil pemeriksaan mutu air bersih.
4. Air bersih yang diperiksa memenuhi syarat baku mutu.
IX. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai ada/tidak kesenjangan antara rencana dan
target dengan realisasi/hasil kegiatan.
I.
PENDAHULUAN
Rekam Medik (RM) diartikan sebagai keterangan tertulis dan terekam tentang
identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, dan pengobatan.
Tujuan RM adalah penunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Demi terselenggaranya tertib administrasi sebagaimana disebut diatas maka
diperlukan upaya pengendalian mutu rekam medik. Tugas pengendalian tersebut
dibebankan kepada Sub Komite Rekam Medik, yang dalam pelaksanaannya
bertanggung jawab kepada Tim keselamatan pasien.
Adapun tugas dan fungsi Sub Komite Rekam Medik adalah : (1). Memberikan
saran-saran dan pertimbangan dalam hal penyimpanan RM dan menjamin bahwa
semua informasi dicatat sebaik-baiknya, (2). Menjamin telah dijalankannya dengan
baik filing records, pembuatan indeks, penyimpanan RM dan tersedianya RM dari
semua pasien, (3). Mengajukan usul-usul kepada Direktur RS tentang perubahan
dalam isi ukuran RM, (4). Membina kerja sama dengan penasehat hokum dalam hal
hubungan-hubungan keluar dan pengeluaran data/keterangan untuk badan-badan di
luar rumah sakit.
Demi terwujudnya tugas Sub Komite Rekam Medik sebagaimana telah disebut
di atas maka perlu disusun program kerja yang dapat digunakan sebagai arah dan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan.
II.
LATAR BELAKANG
Mengingat pentingnya kegiatan di Rekam Medik maka perlulah tersedianya
kebijakan di Rekam Medik untuk penyusunan buku pedoman penyelenggaraan
Rekam Medik, penyusunan SOP/Protap.
V.
VI. SASARAN
Seluruh petugas para medis dan perawat serta petugas Instalasi Rekam Medik.
No
1.
2.
3.
4.
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Keterangan
Pengumpulan Makalah
Pembuatan Kebijakan
Koreksi dan tanda tangan Direktur
Koreksi
PENDAHULUAN
Rekam Medik (RM) diartikan sebagai keterangan tertulis dan terekam tentang
identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, dan pengobatan.
Tujuan RM adalah penunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk mencapai pelayanan medis
rumah sakit yang akurat dibutuhkan benar-benar partisipasi dari para dokter,
perawat, maupun non medis dalam mendukung pelayanan di rumah sakit dalam
melengkapi berkas-berkas Rekam Medis sehingga tercapainya pelayanan secara
akurat dan Up To Date.
II.
LATAR BELAKANG
a.Mengingat pentingnya pelayanan medis rumah sakit yang akurat dan Up to date
maka haruslah perlu menjadi perhatian para medis maupun non medis jika
sewaktu-waktu dihadapkan dengan kejadian yang menyangkut medico legal.
b. Perlu data-data yang akurat dan benar sehingga laporan dapat tersaji sesuai
dengan kenyataan.
VI. SASARAN
-
PENDAHULUAN
Diperlukannya koordinasi antara Instalasi Rekam Medik dengan SMF guna
menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Hubungan antara Instalasi Rekam Medik dengan SMF sangat diperlukan mengingat
jika adanya kebijakan yang mengatur DPJP siapa yang harus mengisi diagnosa
maupun dengan kasus-kasus tertentu jika ada 2 dokter yang merawat maupun jika
ada kasus-kasus dokter tidak melihat tetapi pasien sudah pulang dan lain
sebagainya.
II.
LATAR BELAKANG
Pentingnya koordinasi dan konsekuensi antara Instalasi Rekam Medik dengan SMF
juga dapat membantu mengatur lembar-lembar yang harus diisi maupun lembarlembar yang harus diperlukan untuk kemajuan perkembangan rumah sakit tentang
lembar-lembar pasien.
V.
VI. SASARAN
Anggota Sub Komite Rekam Medik dan SMF mentaati aturan-aturan Rekam
Medik.