Anda di halaman 1dari 9

2.

1 pengertian Metode Krigging


Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu
variabel terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data
yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random
variable), dan keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut
akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural
variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk
mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil dari
nama seorang pakar geostatistik dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah
banyak memikirkan hal tersebut sejak tahun 50an.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto
yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi
conto di sekitar blok serta model variogramnya.
Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu
komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan
cadangan-cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto
yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi
conto di sekitar blok serta model variogramnya.
Nilai estimasi (1) dan variabel estimasi kriging (2) yang ditentukan dengan metoda
geostatistik untuk suatu variabel terregional disetiap support V adalah sebagai
berikut (Gambar 1) ;
a). Blok Teratur
b). Blok Tidak Teratur
Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu
komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan
cadangan-cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Sebagai conto hubungan antara analisa conto dengan harga analisa blok bijih
(harga sebenarnya) yang terpencar membentuk elips (Gambar. 3) kemudian tarik
garis regsresi melalui titik 0 dan titik (},~), selanjutnya bagi elips tersebut dengan

cut off grade zc = Zc = 5 % menjadi empat bagian.


Gbr. 3.
Pencaran data antara kadar conto vs. kadar blok yang
memperlihatkankesalahanPenambangan

Daerah 1 : Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto > cog
ditambang
Daerah 2 : Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto < cog
ditambang
Daerah 3 : Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto > cog
ditambang
Daerah 4 : Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto < cog
ditambang
Jika garis regresi B-B yang menunjukkan hubungan antara conto dan kadar blok
diplot, maka blok-blok dengan kadar 5% juga akan ditambang walaupun kadar
conto kadar 3,5% (Gambar.3). Daerah 4 pada Gambar 1 yang baik tertambang
karena kesalahan informasi menjadi kecil, sementara itu daerah 3 yang ditambang
walaupun berkadar rendah menjadi lebih besar,
walaupun demikian secara keseluruhan daerah dengan blok-blok yang mempunyai
kadar > cut off grade (5%) dan ditambang menjadi lebih besar.
Berdasarkan analisis variogram, Matheron memberikan koreksi perkiraan kadar
pada suatu blok yang tidak hanya dipengaruhi oleh conto di dalam blok saja, tetapi
juga pada conto-conto disekitarnya.
Melalui koreksi ini bentuk elips akan lebih kurus/sempit dengan batas-batasnya
mendeteksi garis regresi yang membentuk sudut 450. Jumlah conto dan pasangan
bloknya pada daerah 3 dan daerah 4 yang menyatakan kadar rendah ditambang
atau kadar tinggi tidak ditambang akan berkurang.

Sumber Daya dan Cadangan


23 September 2006
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan
dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya
berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi
geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini
dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan
dinyatakan layak untuk ditambang.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan
kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan
aspek ekonomi.
Kelas Sumber Daya
1. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yg
diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi
atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada
daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan
batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur.
Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan
informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan
kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).
2. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari
daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak
dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup,
rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam
daerah antara 1,2 km 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau
lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau
lebih.
3. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari
daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari
ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya yang

ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi yang lebih detail
dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank,
dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah
antara 0,4 km 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
4. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari
daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran
ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini
ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan
bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih,
lignit dengan ketebalan 150 cm.
Penghitungan Sumber Daya
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di daerah
penelitian. Pemakaian metode disesuaikan dengan kualitas data, jenis data yang diperoleh, dan
kondisi lapangan serta metode penambangan (misalnya sudut penambangan). Karena data yang
digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan, maka metode yang digunakan
untuk penghitungan sumber daya daerah penelitian adalah metode Circular (USGS) (Gambar).

Aturan Penghitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Circular (USGS) (Wood et al.,
1983)
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya
batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan
dilakukan secara terpisah.
1.

Kemiringan 00 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan
batubara x berat jenis batubara x area batubara

2.

Kemiringan 100 300


Untuk kemiringan 100 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan
lapisan batubara.

3.

Kemiringan > 300


Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan
batubara.

METODE PERHITUNGAN CADANGAN


STANDAR USGS
Perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara merupakan hal yang sangat penting
dalam kegiatan eksplorasi. Dalam hal ini penulis menggunakan metode circular United States
Geological Survey ( USGS, 1983 ) yang merupakan pengembangan dari sistem blok dan
perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan
sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian yang berbentuk
perlapisan ( tabular ) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten.
Sumberdaya yang dihitung dari sumberdaya terukur ( measured coal ) dan sumberdaya terunjuk
( indicated coal ), yang keduanya termasuk kedalam jenis sumberdaya demonstrated coal.
Prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem USGS adalah dengan membuat lingkaranlingkaran ( setengah lingkaran ) pada setiap titik informasi endapan batubara, yaitu singkapan
batubara dan lokasi titik pemboran ( Gambar 1 ).

Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur
dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk (USGS/Wood
dkk, 1983).
Teknik perhitungan seperti diatas hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau
sama dengan 30. Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 30
caranya adalah mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut kepermukaan terlebih
dahulu ( Gambar 2 ).
Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan singkapan
batubara di permukaan, ikut mengontrol perhitungan sumberdaya batubara ( Gambar 3 ).

Untuk perhitungan tonase (w) batubara digunakan rumus sebagai berikut :


W = L x t x Bj
Keterangan :
L

= Luas daerah terhitung (m)

= Tebal rata-rata batubara sejenis (m)

Bj

= Berat jenis batubara (ton/m)

Gambar 1. Teknik perhitungan cadangan batubara berdasarkan sistem United States Geological Survey ( USGS,
1983 )

Gambar 2. Cara perhitungan cadangan batubara dengan kemiringan 30 dan kemiringan >30
( USGS, 1983 )

Gambar 3. Kontrol struktur pada batas sumberdaya batubara ( USGS, 1983 )

Gambar 4. Contoh hasil pembuatan peta sumberdaya dengan metode USGS

Anda mungkin juga menyukai