DOI: 10.1183/09031936.00034410
Copyright_ERS 2011
Gangguan nafas terkait tidur berkaitan dengan peningkatan pada morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler secara umum [1-3], dan gangguan nafas terkait tidur
sering terjadi pada pasien stroke [4-6]. Telah terbukti bahwa obstructive sleep
apnoea (OSA) merupakan faktor risiko untuk stroke [7,8], dan merupakan
prediktor independen dari luaran terkait dengan pemulihan fungsional [9] dan
mortalitas [10,11]. Karena terdapat data pada yang menyokong patofisiologi
hubungan ini [12-15], tampak beralasan untuk melakukan penelitian intervensi
pada tatalaksana dengan continuous positive airway pressure (CPAP) pada pasienpasien stroke. CPAP nasal (nCPAP) merupakan tatalaksana paling efektif untuk
OSA [16,17] dan untuk hipertensi terkait OSA [18-21], yang diperkirakan
berperan pada mekanisme yang mendasari OSA meningkatkan risiko stroke [2224].
Karena stroke dan gangguan nafas terkait tidur merupakan kondisi yang sering
dan saling berhubungan dengan dampak yang mengganggu pada orang yang lebih
tua [25], kemungkinan yang menunjukkan pengaruh baik dari tatalaksana dengan
nCPAP dapat menjadi berguna untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Faktanya,
data klinis sampai saat ini yang ada terkait penggunaan nCPAP pada manajemen
pasien-pasien stroke dengan OSA masih jarang dan kontroversial [26-28], dengan
keduanya memiliki hasil yang memberi harapan [29] dan mengecewakan [30-33].
Dalam penelitian follow-up 5 tahun ini pada pasien stroke dengan apneu tidur
sedang-berat, tatalaksana nCPAP yang dimulai pada fase stabil penyakit berkaitan
dengan penurunan pada peningkatan risiko mortalitas yang ditemukan pada pasien
OSA dengan stroke [34].
Untuk menyoroti ketidaksesuaian literatur, peneliti menggali ketahanan
penemuan-penemuan sebelumnya pada pasien-pasien dengan stroke iskemik
pertama dan OSA dengan menggunakan desain randomised controlled. Tujuan
dari penelitian ini adalah: 1) untuk memperkirakan manfaat 2 tahun dari
tatalaksana nCPAP dini pada luaran fungsional, kualitas hidup, kejadian
kardiovaskuler baru dan mortalitas; serta 2) untuk memperkirakan feasibilitas
penggunaan nCPAP pada fase awal stroke.
berdasar
pada
Kelompok
Studi
Serebrovaskuler
dari
sumber yang tidak biasa atau tidak dapat ditentukan) dan stroke hemoragik
intraparenkimatosa. Untuk tujuan penelitian ini, pasien-pasien dengan stroke
iskemik dipilih.
Kemampuan fungsional diperkirakan dengan menggunakan indeks Barthel [37],
kuesioner skala yang menilai morbiditas dan aktivitas keseharian (skor memiliki
rentang dari 0 (disabilitas maksimal) sampai 100 (tidak ada disabilitas)), dimana
skor <20 mengindikasikan bahwa orang tersebut dependen total, skor antara 40
dan 55 tingkat disabilitas sedang, skor 60 tingkat disabilitas ringan dan 100 tidak
ada disabilitas atau bahwa orang tersebut independen total/tidak tergantung.
Beratnya
stroke
atau
gangguan
neurologi
maksimal
dihitung
dengan
menggunakan skala Canadian [38] (Skor total memiliki rentang dari 0 (gangguan
maksimal) sampai 10 (tidak ada gangguan)). Skala Rankin yang dimodifikasi [39]
digunakan untuk memperkirakan outcome (rentang skor dari 0 (tidak ada gejala)
sampai 6 (mati)). Status kesehatan yang dilaporkan-sendiri diperkirakan dengan
Kuesioner kualitas hidup formulir pendek (short form/SF)-36 [40]; rangkuman
komponen fisik dan mental dihitung.
Penelitian pada tidur
Kuesioner kebiasaan dan gejala tidur-bangun yang terdiri dari 15 poin, yang
meliputi mengorok, apneu yang terobservasi dan hipersomnia pada situati yang
berbeda-beda, digunakan dalam 48-72 jam pertama. Jawaban yang mungkin
adalah tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu. Detail kuesioner
telah dilaporkan sebelumnya [6]. Mengantuk di siang hari juga diperkirakan
dengan Skala Mengantuk Epworth [41]. Jawaban-jawaban diperoleh dari pasien
sendiri atau dengan bantuan keluarga, jika diperlukan.
Sebuah penelitian pada pernafasan saat tidur dilakukan di bangsal selama 48-72
jam pertama setelah masuk RS dengan alat perekam pernafasan portable (Hypno
TT Digital Recorder; Tyco/ Healthcare/Puritan Bennett, Villers-le`s-Nancy,
Prancis) yang telah divalidasi sebelumnya dengan menggunakan polisomnografi
penuh dan digunakan pada pasien stroke [6]. Aliran udara pernafasan nasal
(sensor aliran nasal), pergerakan dinding dada (elektroda EKG), saturasi oksigen
arterial diukur dengan pulse oxymetry (SpO2; oksimeter pulsasi jari) dan posisi
tubuh (sensor posisi) diukur. Gangguan pernafasan terkait tidur diklasifikasikan
sebagai obstruktif atau apneu sentral, dengan apneu mempertimbangkan
penghentian aliran udara untuk 10 detik dengan pemeliharaan pergerakan thorak
atau
tanpa
adanya
pergerakan
thorak,
secara
berurutan.
Hipopneu
(Autoset
Portable Plus II; ResMed, Sydney, Australia) [42]. Tekanan optimal ditentukan
secara visual pada data kasar dari alat auto-CPAP (gambaran profil malam)
dengan menganalisis tekanan yang meliputi 90% periode dengan kebocoran <0,4
L/s (persentil 90), yang memberikan tekanan yang menormalisasi indek gangguan
respirasi [43]. Oleh karena itu, nCPAP tetap yang diresepkan diperoleh dari
pemeriksaan profil dari tekanan yang digunakan selama CPAP autotitrasi.
Pada semua pasien yang ditugaskan untuk intervensi tangan, nCPAP dimulai
selama masuk Rumah Sakit antara hari ketiga dan keenam setelah onset stroke.
Pada semua kasus, nCPAP diberikan oleh perawat yang terlatih dari unit tidur
Rumah Sakit yang berpartisipasi.
Pada fase akut stroke, pasien-pasien diatur sesuai dengan rekomendasi Kelompok
Penelitian Serebrovaskuler Spanyol dari Perhimpunan Neurologi Spanyol,
skala
Rankin
dan
SF-36
diberikan.
Tatalaksana
nCPAP
dipertimbangkan adekuat saat sistem counter registered >4 jam (70% dari hari)
per malam, dicek selama semua kunjungan medis yang dilakukan selama
penelitian. Kejadian kardiovaskuler yang meliputi kejadian iskemik jantung,
stroke rekuren dan mortalitas kardiovaskuler dicatat selama kunjungan penelitian,
dan ditanyakan melalui telpon pada saat akhir penelitian untuk tiap pasien.
Analisis statistik
Analisis per-protokol dilakukan, sehingga pasien yang menolak nCPAP selama
rawat inap dieksklusikan. Penelitian deskriptif dari karakteristik dasar sampel
penelitian dilakukan. Untuk mengecek homogenitas kelompok penelitian, peneliti
melakukan perbandingan antar-kelompok (kelompok OSA dengan nCPAP vs
kelompok OSA tanpa nCPAP) dengan perhatian pada data demografis, data
terkait-tidur, data polisomnografi respirasi dan neurologis, dengan menggunakan
one-factor ANOVA dan uji Pearsons Chi-squared. Skor rata-rata dari indek
Barthel, Skala Canadian, Skala Rankin dan SF-36 pada 1,3,12 dan 24 bulan
follow-up dibandingkan dengan data dasar (kecuali untuk SF-36, dimana tiga
kunjungan terakhir dibandingkan dengan kunjungan pada 1 bulan) dibandingkan
dengan t-test untuk sampel berpasangan, dan antar kelompok dengan one-factor
nCPAP
adalah
5,31,9
jam/hari
selama
rata-rata
6,80,6
malam/minggu. Rata-rata tekanan nCPAP adalah 8,61,5 cmH 2O. Masker wajah
diperlukan hanya pada empat pasien karena kebocoran, utamanya terkait facial
palsy.
Gambar1. Bagan alur studi populasi. AHI: Apnoe-hypopnoea index; nCPAP: nasal
continues positive airway pressure
tidak diobservasi (tabel 2). Meskipun hampir semua skor rata-rata dari skala
neurologis, dan PCS serta MCS dari SF-36 lebih baik pada kelompok nCPAP pada
semua kunjungan follow-up, perbedaan yang secara statistik signifikan tidak
terobservasi (tabel 3).
Gambar 2. Perubahan pada nilai rata-rata dari a). Barthel Index b). Canadian Scale c).
Rankin score berdasar penelitian - - grup kontrol, --- nasal continues positive airway
pressure
10
Luaran untuk mortalitas dan kejadian kardiovaskuler baru (yang meliputi stroke
rekuren dan kematian kardiovaskuler) ditunjukkan pada tabel 4. Angka kematian
kardiovaskuler adalah 0% pada kelompok nCPAP (n=0) dibandingkan dengan
4,3% pada kelompok kontrol (n=3) (p=0,161). Angka kejadian kardiovaskuler
(yang meliputi kejadian iskemik jantung, stroke rekuren dan kematian
kardiovaskuler) adalah 12,3% (tujuh dari 57 subjek) pada kelompok nCPAP dan
11,6% (delapan dari 69 subjek) pada kelompok kontrol (p=0,560). Waktu rata-rata
dari onset stroke sampai munculnya kejadian kardiovaskuler lebih lama secara
signifikan pada kelompok nCPAP dibandingkan pada kelompok kontrol (14,9 vs
7,9 bulan, p=0,044). Angka kelangsungan hidup/survival bebas kejadian
kardiovaskuler secara keseluruhan setelah 24 bulan adalah 87,7% (50 dari 57
subjek) pada kelompok nCPAP dan 88,4% (61 dari 69 subjek) pada kelompok
kontrol (uji log-rank 0,01; p=0,911, gambar 3).
11
Pada analisis univariat dan multivariat dari faktor-faktor yang berkaitan dengan
kejadian kardiovaskuler atau mortalitas pada follow-up, tidak ada variabel yang
dianalisis, yang meliputi jenis kelamin, usia, BMI, mengorok, apneu yang
terobservasi, riwayat hipertensi, penyakit jantung iskemik, merokok, dislipidemia,
skala Mengantuk Epworth, indek Barthel, skala Canadian, skala Rankin, IAH,
CT90 atau nCPAP, berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi (rasio hazard variabel
nCPAP 0,62, 95% CI 3,46-0,11; p=0,586).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan awal nCPAP pada
pasien-pasien dengan stroke iskemik pertama dan OSA sedang-berat berkaitan
dengan perbaikan signifikan pada assessment skala neurologis pada 1 bulan
setelah stroke pada kelompok nCPAP dibandingkan dengan kontrol, sedangkan
12
pada kunjungan follow-up selanjutnya, meskipun hasil lebih baik diperoleh pada
kelompok nCPAP, perbedaan tidak signifikan, mungkin karena pasien pada kedua
kelompok telah pulih dari fase akut stroke. Penerimaan terapi nCPAP dan
ketaaatan untuk terapi sangat dapat diterima, meskipun fakta bahwea nCPAP
dimulai lebih awal pada fase akut stroke. Setelah follow-up 24 bulan, peningkatan
signifikan pada lama waktu sampai munculnya kejadian kardiovaskuler (hampir
dobel) terlihat pada kelompok nCPAP, juga mortalitas rendah (tidak ada kasus
kematian kardiovaskuler vs tiga kematian pada kelompok kontrol), meskipun
tanpa perbedaan yang secara statistik signifikan, dan kelangsungan hidup bebas
kejadian kardiovaskluer sama dengan pada pasien-pasien kontrol. Sepengetahuan
peneliti, ini merupakan penelitian pertama untuk nCPAP dini dilakukan pada
kelompok homogen pasien dengan stroke iskemik akut pertama. Pasien-pasien
dengan stroke rekuren akan menampakkan kondisi klinis yang lebih berat,
mungkin terkait dengan defisit neurologis sebelumnya, yang akan mempengaruhi
follow-up kasus-kasus tersebut, dan untuk alasan tersebut, pasien-pasien dengan
stroke sebelumnya dieksklusikan. Akan tetapi penelitian randomised controlled
trial pada terapi nCPAP pada pasien-pasien stroke akut yang diketahui dalam hari
pertama onset stroke dan memperkirakan kualitas hidup, juga luaran neurologis,
rekurensi kejadian kardiovaskuler dan mortalitas belum pernah dilaporkan
sebelumnya.
Penelitian yang berbeda telah menganalisis pengaruh gangguan pernafasan terkait
tidur sebagai faktor risiko kardiovaskuler [1-3] dan serebrovaskuler [7-8], serta
implikasi prognostik OSA [9-11]. Dalam penelitian ini, peneliti memilih IAH 20
kejadian/jam, karena banyaknya mortalitas telah sebelumnya dijelaskan pada
lansia
[44]
dan
karena
menggunakan
poligrafi
respirasi,
IAH
dapat
13
14
15
16
penelitian kami secara umum rendah karena pasien stroke yang lebih berat
dieksklusikan. Dalam masalah ini, persentase pasien dengan disfungsi neurologis
minimal atau dapat diabaikan tinggi (hampir 30% pada beberapa skala).
Semuanya tampak dijelaskan sebagian dengan seleksi terkait dengan kriteria
inklusi: usia <75 tahun, episode pertama stroke dan stroke iskemik, dan kesadaran
untuk bekerjasama. Oleh karena itu, karakteristik tidak berat pada pasien-pasien
stroke dan periode follow-up yang terbatas dapat dihitung untuk morbiditas dan
mortalitas yang rendah yang diobservasi pada penelitian saat ini. Selain itu,
lemahnya power statistik mungkin menjadi masalah yang perlu diperhatikan,
meskipun perbedaan pada mortalitas antara nCPAP dan kelompok kontrol akan
dicapai jika 100 pasien diinklusikan dalam tiap kelompok.
Efek positif nCPAP dalam jangka panjang tidak dapat dieksklusikan. Selain itu,
terapi nCPAP dini pada pasien-pasien stroke iskemik mungkin bermanfaat untuk
mencegah kejadian kardiovaskuler jangka panjang. Pada penelitian ini, nCPAP
dimulai setelah rata-rataSD 4,62,8 hari setelah onset stroke yang mengikuti
selesainya pemeriksaan diagnostik. Apakah pendekatan nCPAP lebih awal dapat
mendorong pada hasil yang lebih positif pada kelompok nCPAP masih tidak
diketahui.
Dalam sebuah pilot study pada 12 pasien stroke yang dalam 48 jam memiliki
onset stroke akut, menjalani pemeriksaan tidur, pemeriksaan tekanan darah
nokturnal non ivasif selama CPAP dan pernafasan spontan, serta pengukuran
kecepatan aliran darah serebral pada arteri cerebri media dengan Doppler
transkranial selama pernafasan spontan dan CPAP, efek hemodinamik berbahaya
yang mungkin terjadi dari CPAP telah dilaporkan pada tekanan yang lebih tinggi
[54]. Akan tetapi, dalam penelitian kami, tidak ada nilai hemodinamik sistemik
maupun sirkulasi serebral yang dilaporkan.
Derajat hipoksemia dilaporkan lebih besar pada kelompok nCPAP dibandingkan
pada kontrol, yang pada faktanya mungkin mempotensiasi efek positif dari
nCPAP meskipun terdapat tindakan pada subset pasien yang secara hipotesis lebih
berat. Akan tetapi, pada penelitian sebelumnya [10], CT90 tidak dipilih sebagai
prediktor independen mortalitas pada analisis regresi logistik pada pasien-pasien
17
stroke dengan gangguan pernafasan saat tidur. CT90 yang lebih tinggi pada
kelompok nCPAP mungkin berkaitan dengan IMT yang lebih besar dan persentase
penyalahgunaan alcohol yang lebih tinggi pada kelompok ini.
Secara ringkas, penggunaan nCPAP lebih awal pada pasien stroke iskemik
pertama diikuti dengan follow-up 24 bulan tampak mempercepat pemulihan
neurologi dan menghambat munculnya kejadian kardiovaskluer, meskipun
perbaikan pada kelangsungan hidup atau pada kualitas hidup pasien tidak terbukti.
18