Arteri basilaris dibentuk dari pertemuan dua arteri vertebral pada batas bawah dari
pons. Arteri basilaris terbentang pada garis tengah, bagian ventral dari pons. Arteri ini terbagi
menjadi dua arteri cerebri posterior pada batas atas pons (gambar 14.2 sampai 14.4).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sirkulus Willisi dibentuk oleh :
1. Pada bagian anterior oleh arteri communican anterior yang lebih kecil dan paling tipis
dari semua cabang poligon
2. Pada anterolateral dibentuk oleh arteri cerebri anterior
3. Pada posterolateral oleh arteri communican posterior
4. Arteri cerebri anterior dan arteri communican posterior tidak berhubungan satu sama
lain secara langsung. Keduanya bergabung pada arteri carotis interna pada tingkat yang
lain.
5. Arteri cerebri media tidak ikut membentuk sirkulus Willisi. Arteri ini memberi cabang
yang disebut cabang optic profunda arteri cerebri media. Arteri ini mensuplai darah ke
lingkaran optik. Arteri cerebri media berhubungan dengan arteri calcarina yang
merupakan cabang dari arteri cerebri posterior untuk mensuplai darah ke kortek visual.
6. Pada bagian posterior, arteri basilaris dibagi menjadi dua arteri cerebri posterior untuk
menyempurnakan bentuk poligon.
Terdapat dua tipe cabang yang keluar dari sirkulus Willisi:
i. Sentral (ruptur atau sumbatan pada daerah ini akan menyebabkan gangguan vaskuler
serebral)
ii. Kortikal
Cabang sentral merupakan arteri terminal (end arteri). Arteri tersebut mensuplai struktur
yang lebih dalam dari hemisfer serebral. Arteri-arteri tersebut tersusun dalam enam
kumpulan.
Cabang cortical akan bercabang kembali pada permukaan dan mensuplai bagian kortek.
Sirkulasi silliaris
Sirkulasi silliaris berasal dari arteri silliaris posterior brevis dan arteri silliaris posterior
longus yang beranastomose untuk membentuk sirkulus Zinn pada sklera dekat dengan bagian
depan nervus opticus dan sekitarnya. Arteri ini memberi cabang ke choroid, nervus opticus,
dan pleksus pialis.
Untuk kepentingan suplai darah, bagian kepala depan nervus opticus dibagi menjadi
(gambar 14.5 dan 14.6)
1. Serabut permukaan yang mendapat suplai darah dari arteriole retina central
2. Prelaminar
3. Laminar, keduanya disuplai oleh arteri silliaris posterior brevis
4. Bagian retrolaminar disuplai oleh sirkulasi retinal dan sirkulasi silliaris
5
Kelompok superior berasal dari arteri cerebri anterior dan arteri communican anterior.
Sedangkan kelompok inferior berasal dari arteri cerebral posterior, arteri communican
posterior dan arteri hypofiseal superior cabang arteri carotis interna.
Anastomosis
Carotis eksterna ke carotis interna
Carotis interna ke carotis interna
Carotis interna ke sistem
vertebrobasilar
Diantara arteri cerebri media anterior
dan arteri cerebri posterior
Koneksi arteri
Cabang maksila dari carotis eksterna
untuk cabang arteri ophtalmic
Arteri communican anterior
Arteri communican posterior
Permukaan anastomosis leptomenigial
otak.
5. Degenerasi
Efek tekanan dari aneurisma bersifat lambat, progresif, dan kronis. Tanda dan gejala akut
hanya tampak jika terjadi ruptur aneurisma. Efek dari ruptur dapat berupa pendarahan
merembes atau pendarahan besar.
Perdarahan dapat terjadi sebagai:
1. Perdarahan subarachnoid
2. Perdarahan intraventrikular
3. Perdarahan intraserebral
Tempat tersering terjadinya aneurisma saccular adalah :
I. Carotis Interna (Gambar 14.10 dan 14.11)
a. Intracavernous (subclinoid)
b. Supraclinoid
c. Carotis
II. Arteri comunican posterior
III. Arteri cerebri media
IV. Arteri comunican anterior
Sistem Vertebrobasilar
I.
Arteri basilaris
II.
Arteri cerebri posterior
Tempat tersering terjadinya aneurisma fusiform adalah :
1. Sistem Carotis
i. Carotis Interna
a. Intracavernous
b. Intracerebral
2. Sistem Vertebrobasilar - cabang utama arteri basilaris
10
20% orang dapat memiliki multipel aneurisma. Jika aneurisma terjadi multipel, aneurisma
tersebut akan berkembang dari tempat yang sebelumnya ke tempat yang berlawanan
menyerupai bayangan cermin. Aneurisma manifes setelah masa pubertas. Lebih sering
terjadi pada wanita. Kebanyakan saccular aneurisma tetap asimptomatik selama hidup.
Dekade keempat sampai keenam merupakan usia yang tersering saat terjadinya ruptur
aneurisma saccular.
Karena beberapa faktor yang belum dapat dijelaskan, laki-laki cenderung untuk mengalami
ruptur pada arteri communican anterior dan wanita cenderung akan mengalami ruptur pada
percabangan arteri carotis dan ateri communican posterior.
Mortalitas bervariasi antara 20% sampai 40% jika terjadi ruptur.
Gejala neuro-oftalmik yang paling sering dari aneurisma saccular yang tidak ruptur
adalah palsi nervus cranialis yang dapat melibatkan berbagai saraf dari nervus dua sampai
dengan nervus enam. Selain nervus cranialis, nervus tiga sepertinya berkaitan dengan efek
massa dari aneurisma. Aneurisma yang paling sering menyebabkan palsi nervus tiga yaitu
aneurisma arteri cammunican posterior yang diikuti aneurisma arteri carotis interna.
Karakteristik aneurisma fusiform yaitu :
Lebih jarang terjadi daripada aneurisma saccular.
Jika aterosklerosis sebagai penyebab utama, aneurisma timbul pada orang yang berusia
tua
Aneurisma berbentuk fusiform yang sebenarnya berupa dilatasi berliku dari
aterosklerosis arteri sepanjang axis longitudinal.
Tempat yang biasanya terjadi aneurisma terletak pada arteri basilar pada bifurcatio
pada tempat keluarnya nervus tiga dari batang otak. Hal ini membuat nervus ketiga
lebih rentan terjadi kelumpuhan dibandingkan nervus kranial lain dalam kasus
aneurisma arteri basilar.
Sistem vertebrobasilar lebih sering terjadi daripada sistem carotis.
Aneurisma tersebut cenderung menyebabkan gejala penekanan dan trombosis daripada
ruptur.
Aneurima fusiform sistem carotis dapat terjadi intracavernosus dan intrakranial.
Aneurisma tersebut dapat menekan nervus opticus atau chiasma yang mengakibatkan defek
lapang pandang sesisi dan atropi optik.
Aneurisma fusiform sistem ventrobasilar paling sering terjadi pada orangtua laki-laki
dengan hipertensi dan aterosklerosis. Aneurisma ini menyerupai massa pada fossa posterior
menyebabkan gejala traktus spinothalamicus dan kortikospinal, palsi nervus kranialis, dan
hidrosefalus. Aneurisma ini mungkin berkaitan dengan aneurisma fusiform pada aorta
abdominal.
Gejala Neuro-oftalmik dari aneurisma sistem carotis
Gejala neuro-oftalmik bergantung pada ukuran lokasi aneurisma.
Aneurisma Intracavernous Carotis (Subclinoid)
Aneurisma ini kebanyakan berbentuk saccular. Jarang terjadi dan biasanya unilateral,
tidak berkaitan dengan traktus neural.
12
Gejala klinis
Mengakibatkan kehilangan penglihatan unilateral, proptosis, dan
palsi nervus kranial multipel akibat dari erosi clinoid anterior,
apex orbita dari fissura orbital superior.
Mengakibatkan gejala seperti tumor hipofisis akibat dari
destruksi sella tursica.
Mengakibatkan palsi nervus tujuh dan ketulian, akibat dari erosi
tulang petrous. Dapat terjadi keterlibatan nervus lima.
Mengerosi sinus sphenoidal dan dapat mencapai nasopharing
Pertumbuhan aneurisma dapat melebar dan membesar lebih dari satu arah.
Gejala klinik
Gejala klinis yang terjadi berkembang lambat dengan terjadi diplopia atau nyeri sepanjang
distribusi nervus lima. Nervus enam adalah yang paling sering dan paling awal terkena.
Nervus empat lebih jarang terkena. Keterlibatan nervus tiga bisa terjadi diantaranya.
Keterlibatan nervus cranial multipel lebih sering terjadi dan melibatkan nervus opticus.
Nervus tujuh dan nervus delapan akan terkena jika terjadi kerusakan pada tulang petrous.
Serabut oculosimpatis terdapat didalam dinkding arteri carotis internal, masuk akal jika
akan terjadi miosis jika sistem occulosimpatis terlibat/terkena, akan tetapi tidak semua kasus
mengalami hal demikian. Pupil mata mengalami dilatasi sedang. Fenomena ini dijelaskan
pada dasar paralisis simultan dari parasimpatis nervus tiga.
Diferential diagnosis terdiri dari: sindroma fissura orbital superior, tumor hipofisis,
meningioma, pertumbuhan nasofaring (tumor)
Diagnosis berdasarkan pada pemeriksaan spesifik dan eksklusi (menyingkirkan)
yang harus meliputi :
1. Menyingkirkan diabetes, karena diabetes merupakan penyebab tersering
mengecilnya pupil/palsi nervus tiga.
2. Radiologi sinar X, erosi clinoid anterior, pelebaran fissura orbita superior, dan erosi
sinus sphenoidalis
3. CT menunjukkan pertumbuhan kontras oval pada daerah sinus cavernosus.
Fistula Carotis Cavernous
Semua proses patologi yang mengakibatkan rusaknya dinding intracavernosus dari carotis
internal akan mengakibatkan fistula carotis cavernosus. Penyebab fisula terdiri dari trauma,
aterosklerosis, ruptur aneurisma intracavernosus dan yang lebih jarang malformasi
kongenital. Trauma dapat menyebabkan perlukaan orbitocranial yang bersifat penetrasi,
trauma kepala tumpul atau pembedahan.
Mekanisme yang bertanggungjawab akan terjadinya gejala klinis adalah aliran darah
dibawah tekanan dari carotis sampai tekanan rendah saluran vena contohnya pada sinus
13
cavernosus. Akibat dari aliran balik darah dari berbagai saluran yang keluar dari sinus
cavernosus. Hal ini bertanggungjawab terjadinya gejala klinis yang timbul. Aliran darah yang
tinggi pada vena opthalmic superior bagian anterior mengakibatkan dilatasi vena ophthalmic
superior pada orbita. Pembuluh darah konjungtiva juga mengalami dilatasi.
Gejala klinik biasanya terjadi unilateral tetapi karena hubungan vaskular yang banyak
antara sinus cavernosus pada kedua sisi, keterlibatan bilateral bisa saja terjadi.
Gejala-gejalanya adalah:
1. Bruit yang akan terdengar oleh pasien dan akan terdengar oleh dokter yang
memeriksa pada auskultasi. Bruit akan menghilang dengan penekanan carotis di leher.
2. Proptosis dalam berbagai tingkat keparahan
3. Pelebaran vena konjungtiva yang dapat terlihat
4. Hiperemia dan kemosis dari konjunctiva
5. Diplopia
6. Kehilangan penglihatan
7. Nyeri unilateral di mata dan di sekitar mata
8. Papiledema
9. Glaukoma sekunder
10. Sindrom okular hipoksi
Sindrom okular hipoksi
Kondisi ini akan timbul saat suplai darah ke bola mata tidak sepenuhnya tertutup akan tetapi
hanya berkurang. Reduksi ini tidak cukup mengakibatkan infark. Dibawah suplai darah yang
optimal akan menyebabkan hipoksia pada semua lapisan bola mata. Hipoksia akan
merangsang terjadinya inflamasi sama seperti terjadinya vasoproliferasi.
Gejala ini biasanya unilateral dan didiagnosis awal sebagai uveitis kronis atau glaukoma
neovaskular. Gejala-gejala ini dapat timbul secara simultan pada sindrom okular hipoksi
Gejala-gejala terdiri dari sakit pada mata, sakit kepala, kehilangan penglihatan mencolok
episkleral vena, diplopia.
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
1. Vena episklera menonjol, sirkumkoroneal sejajar
2. Edema korneal, kerutan pada membran descemen dan keratik presipitat
3. Kilatan cahaya dan tampak bayangan sel pada ruang anterior mata
4. Semi dilatasi dan pupil ireguler
5. Neovaskularisasi iris, hifema, atropi iris
6. Kenaikan tekanan intraokular/hipotony
7. Katarak berat
8. Arteri retinal menipis
9. Dilatasi arteri retina-retinopati vena statis
10. Berbagai macam pendarahan retina
Aneurisma arteri carotis supraclinoid
Aneurisma ini hanya melibatkan oftalmik tanpa melibatkan traktus yang lain, biasanya
timbul pada perempuan dekade 5-6. Aneurisma ini biasanya berupa aneurisma saccular yang
besar yang jarang sekali ruptur. Aneurisma ini berasal dari carotis interna sebelum arteri
ini masuk ke arteri communican posterior. Tempat timbulnya aneurisma ini terdapat pada asal
arteri opthalmic dari arteri carotis, lateral sampai pada processus clinoid. Aneurisma ini juga
dapat berasal dari pada percabangan dari arteri communican anterior dengan arteri cerebri
anterior. Aneurisma timbul dibawah nervus opticus dan diperluas ke atas, mendorong nervus
14
opticus ke atas. Hal ini dapat menggeser chaisma dan jika aneurisma ini sangat besar dapat
menekan traktus opticus. Struktur ini dapat terjadi secara tunggal atau dengan beberapa
kombinasi.
Gejala yang biasanya terjadi berupa kehilangan fungsi penglihatan uniokuler secara
perlahan yang dapat berakhir dengan kebutaan total pada sisi yang terkena.
Jika mengenai chiasma dapat menyebabkan kehilangan lapangan pandang kontralateral,
jika mengenai trakus opticus akan mengakibatkan hemianopia homonim nonkongruen
kontralateral.
Aneurisma ini dapat menjadi cukup besar untuk dapat mempengaruhi hipotalamus dan
lobus frontalis.
Difrensial diagnosis terdiri dari tumor hipofisis yang dapat disingkirkan dengan CT dan
angiografi. Sinar X dapat menunjukkan adanya erosi dari clinoid anterior dan sella. Terdapat
bukti terjadinya kalsifikasi pada dinding sella tursika.
Aneurisma arteri oftalmic carotis
Aneurisma jenis ini jarang terjadi. Paling sering terjadi pada jalur visual anterior. Posisi
aneurisma ini sama dengan aneurisma supraclinoid dimana aneurisma ini memiliki gejala
hilang penglihatan monokular dan atrofi optik yang diakibatkan karena melibatkan nervus
opticus. Aneurisma ini dapat mengenai chiasma yang akan mempengaruhi perubahan
lapangan pandang.
Aneurisma arteri communican posterior
Aneurisma pada lokasi ini merupakan penyebab tersering pupil unilateral terisolasi
kelumpuhan nervus tiga (unilateral isolated pupillary), terjadi lebih sering pada orangtua.
Bentuk aneurisma ini saccular. Aneurisma ini terjadi lebih sering pada percabangan arteri
communican posterior dan arteri carotis interna. Berkembang lambat. Diawali tanpa gejala,
dengan semakin besarnya ukuran akan menekan nervus tiga dan bagian yang lebih dekat.
Kemudian dapat terjadi ruptur aneurisma.
Gejala yang biasa terjadi secara perlahan-lahan akan meningkat sakit kepala, ptosis, dan
diplopia. Gejalanya dapat terjadi akut jika ruptur aneurisma. Palsi nervus tiga menjadi
lengkap yang akan melibatkan otot-otot yang disuplai oleh pembuluh darah ini, midriasis dan
sikloplegia.
Adanya midriasis sesuai dengan aneurisma arteri communican posterior yang hampir selalu
tidak termasuk palsi nervus tiga diabetik tetapi tidak menderita diabetes.
Tidak terjadi kehilangan sensasi karena nervus kelima tidak terkena yang berlawanan
dengan aneurisma intracavernosus yang biasanya terjadi kehilangan sensasi.
Sekali aneurisma ini ruptur, cairan cerebro spinal akan memperlihatkan darah
Frank. Beberapa penyembuhan dari fungsi gerak biasanya dapat terjadi. Regenerasi yang
menyimpang sering terjadi.
Diferensial diagnosis terdiri dari diabetes dan palsi nervus tiga akibat kompresi
Aneurisma arteri cerebri media
Aneurisma ini tidak memiliki manifestasi neuro-oftalmik kecuali aneurisma mengalami
ruptur. Saat ruptur, dapat menyebabkan perdarahan intracerebral yang mengakibatkan defek
lapang pandang homonim dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Dapat juga terjadi
hemiplegia bilateral dan hilang sensori.
15
16
17
3. Arteri vertebralis
I.
II.
Ciri Ofthalmik
Tanpa gejala
Hemianopsia homonim
I.
Hemianopsia homonim
I. Nistagmus.
II. Sindrom Horner
I.
II.
III.
I.
II.
I.
II.
III.
4. Arteri cerebelli
posterior inferior
5. Arteri cerebelli
anterior inferior
6. Arteri basilaris
a. Cabang utama
b. Cabang
Penetrating
7. Arteri cerebri
posterior
-doI.
II.
Ciri Saraf
Hemiplegia kontralateral
Hilangnya sensasi kontralateral
Afasia, agrafia, ataksia.
Hemiplegia kontralateral
Hemianestesia kontralateral.
Disfagia, disartria
Perubahan sensasi nyeri dan
suhu pada wajah ipsilateral
Gangguan
rasa
nyeri
kontralateral
-do-
Palsi Facial
Sindrom Horner
I.
18
19
bentuk edema retina dan pendarahan retina. Setelah beberapa jam mungkin tidak
ditemukan bukti emboli pada fundus.
Meskipun faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan amaurosis fugak juga dimiliki
oleh infark cerebri, insidensi tepat dari amaurosis fugax yang diikuti infark cerebri masih
belum diketahui.
Diferensial diagnosis terdiri dari penyebab lain penurunan penglihatan uniokular
sementara, antara lain migraine, hipotensi, papil edema.
Investigasi harus mencakup pengecualian hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung
koroner. Penyelidikan khusus meliputi doppler ultrasonografi, carotid phonoangiography,
B scan, USG, angiografi.
Manajemen dari amaurosis berada di luar domain dokter mata. Bahkan mereka harus
diselidiki dan diobati oleh neuroradiologis dan ahli bedah saraf
2. Anomali pandangan supranuklear
i. Kelumpuhan pandangan horizontal - kelainan ini tergantung pada lokasi dan
perluasan lesi secara umum disebabkan pendarahan pada lobus frontal dan parietal
daripada infark. Hal ini menyebabkan kelumpuhan penglihatan kontralateral. Mata
dan kepala menoleh ke arah lesi akibat aksi berlawanan dari bidang mata frontal
kontralateral. Selama dolls eye movement dan tes kalori, mata akan bergerak
menjauhi lesi karena jalur vestibular yang intak. Setelah tes selesai, kedua mata
berdeviasi ke arah lesi. Setelah satu minggu, mata akan mendapatkan kembali
pergerakan mata secara sadar menjauhi lesi. Pasien yang koma akan terlihat di
bangsal neurologis.
ii. Pandangan konjugat spastis - selama mata dipaksa menutup, mata akan bergerak ke
atas dan lateral akibat fenomena Bells. Pada lesi vaskular di lobus parietal dan
temporal, mata akan bergerak ke atas dan menjauhi lesi. Kejadian ini tidak memiliki
nilai dalam menentukan lokasi, hanya dapat melateralisasikan lesi.
3. Sindrom iskemik yang berhubungan dengan sistem arteri carotis.
i. Sindrom vena statis - sindrom ini dikenal pula sebagai slow flow retinopathy dan
partial central retinal vein occlusion dan dibingungkan sebagai retinopati diabetik.
Penyakit ini disebabkan oleh penurunan tekanan perfusi pada arteri carotis interna
akibat perubahan ateromatous pada carotis interna. Biasanya hal ini terjadi pada salah
satu mata dengan penurunan pandangan. Gambaran fundus menyerupai retinopati
diabetik. Perbedaan paling penting yakni bahwa retinopati diabetik biasanya
berkembang pada pole posterior lalu menyebar ke perifer. Sindrom vena statis
berjalan dari perifer dan menyebar ke arah pole posterior. Gambaran fundus meliputi
dilatasi vena, vena menjadi lebih berliku-liku, perdarahan superficial, dan
eksudat. Neovaskularisasi merupakan gambaran terakhir. Neovaskularisasi dapat
menyebar ke iris dan menyebabkan glaukoma neovaskular yang membutuhkan
fotokoagulasi retina. Sindrom vena statis dapat diikuti oleh sindrom hipoksia okular.
ii. Hipoksia okuli kronik - arteri carotis interna merupakan satu-satunya sumber
perdarahan bagi mata. Sumbatan carotis interna pada satu sisi biasanya dikompensasi
secara parsial dengan pembentukan kolateral dari sisi yang lain. Pembentukan
kolateral mencegah infark pada mata tetapi status hipoksia kronis mengawali
perubahan pada seluruh struktur pembuluh darah intraokular. Hipoksia menyebabkan
reaksi inflamasi pada uvea dan retina dan gambaran menyerupai sindrom vena
stasis pada fundus.
20
Nilai perubahan lapang pandang sebaiknya menguatkan tanda-tanda neurologis. Hanya lesi
pada lobus occipital yang memiliki hemianopia homonim yang tipikal dengan macula sparing
dan tanpa tanda neurologis.
iii.
Buta kortikal
Buta kortikal terjadi tiba-tiba, kehilangan pandangan tanpa rasa nyeri pada kedua mata
pada orang yang tampaknya memiliki penglihatan normal.
22
1. Sella tursica dan sinus sphenoid berada pada bagian tengah sinus
2. Uncus dan lobus temporal terletak lateral dari sinus.
3. Bagian ekstracavernosus dari carotis interna, arteri communican posterior dan
tractus opticus berada di atas sinus.
4. Bagian intracavernosus dari carotis interna bersama dengan rangkaian simpatiknya
berada dalam substansi sinus cavernosus.
5. Bagian lainnya dari sinus cavernosus adalah nervus 3 dan 4, divisi ophthalmic
nervus 5 dan 6.
6. Nervus 6 berada dalam substansi sinus cavernosus, lateral terhadap carotis interna.
7. Nervus 3,4,5 melekat pada dinding lateral sinus.
8. Dasarnya merupakan bagian yang tersempit dibentuk oleh pertemuan antara dinding
lateral dan medial.
Sinus cavernosus dialirkan secara pasif karena pulsasi arteri carotis interna. Darah
dialirkan melalui sinus petrosal superior dan inferior ke sistem jugular. Vena emmisaria
dialirkan menuju plexus pterygoideus, sebagian darah dialirkan ke plexus vertebralis.
Aliran vena dari bidang neuro-oftalmik secara klinis dibagi menjadi :
1. Yang berhubungan dengan sinus cavernosus (Gambar 14.13 dan 14.14)
25
2. Neoplasma
(a) Penyebaran dari pertumbuhan primer pada struktur di dekatnya
i. Tumor Hipofisi
ii. Meningioma
iii. Neurofibroma
iv. Neuroma
v. Craniopharyngioma
vi. Tumor Nasopharyngeal
(b) Penyebaran dari organ lain
3. Trauma
Trombosis sinus cavernosus dapat merupakan trombosis aseptik yang didahului
trauma dari kecelakaan atau dapat juga trauma pembedahan, dimana keduanya dapat
terinfeksi dan menghasilkan proses infeksi. Penyebaran infeksi secara akut atau kronis dari
area yang dialiri sinus terutama bakteri lebih sering terjadi. Infeksi bakteri dapat akut akibat
organisme piogenik atau kronis akibat organisme penghasil granuloma. Infeksi akut lebih
sering terjadi. Herpes zoster opthalmicus kadang merupakan penyebab peradangan sinus
cavernosus. Infeksi jamur jarang terjadi tapi terbukti mematikan.
Infeksi dimulai unilateral, diawali dengan rasa nyeri di dalam dan sekitar mata, nyeri
kepala ipsilateral, malaise, dan demam. Hal ini tampak pada semua umur dan dalam jumlah
yang sama antara kedua jenis kelamin.
Tanda-tanda okular antara lain kongesti konjungtiva, kemosis konjungtiva, edema
palpebral, proptosis. Pada kasus lanjut, terdapat tanda-tanda kehilangan kemampuan
pergerakan akibat terlibatnya beberapa nervus cranialis dalam kombinasi yang berbeda,
kehilangan sensasi kornea akibat keterlibatan nervus lima. Ciri-ciri terakhir antara lain
opthalmoplegi internal, dan edema discus.
Rasa nyeri pada mastoid ipsilateral merupakan tanda yang tidak menyenangkan, yang
melibatkan sinus cavernosus kontralateral. Tanda-awal keterlibatan sinus cavernosus
kontralateral antara lain paralisis rectus lateralis.
Inflamasi kronis dari sinus cavernosus anterior, dapat tampak sebagai sindrom fissure
orbital superior atau sindrom apek orbita apex, sedangkan lesi yang terletak posterior
akan menyerupai infeksi apek petrosus.
Trombosis sinus cavernosus merupakan keadaan emergency yang membutuhkan evaluasi
neuro-opthalmic segera dan terapi antibiotik spectrum luas aksi cepat.
Differensial diagnosis meliputi sellulitis orbita, endoptalmitis, dan panoptalmitis.
Emboli tidak dapat berkembang dalam saluran vena. Saluran vena disumbat oleh
pembentukan thrombus
Efek dari sumbatan vena intrakranial dan sinus dura antara lain:
1. Dilatasi vena bagian proximal
2. Peningkatan tekanan intravena
3. Penurunan aliran vena dari jaringan intrakranial
4. Edema Intracortical, iskemi dan perdarahan
5. Penurunan absorbsi CSF dan menghasilkan peningkatan tekanan intrakranial.
Hasil sumbatan vena antara lain :
1. Kehilangan motorik dan sensorik di tungkai
2. Paralisis otot ekstraokular
3. Papilledema
27
4. Hemianopsia homonim
5. Kejang
6. Gangguan bicara
Sumbatan vena yang sering antara lain
1. Trombosis sinus cavernous
2. Trombosis sinus sagitalis superior
3. Trombosis sinus lateral
4. Trombosis sinus petrosal inferior
5. Trombosis vena kecil
6. Trombosis vena retina central
Trombosis sinus sagitalis superior
Merupakan satu dari sinus dura yang besar, yang tidak hanya menerima darah vena dan
mengalirkannya ke sistem jugular, tetapi juga mengabsorbsi CSF. Merupakan salah satu sinus
yang lebih sering tersumbat dibanding yang lainnya. Penyebab tersering sumbatan adalah
trombosis aseptic. Saat ditemukan, trombosis infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi dari
sinus transversus
Gejala klinis yang umumnya ditemukan yakni kelumpuhan saraf keenam bilateral
nonlocalizing dan papiledema.
Diagnosis dikonfirmasi dengan cerebral angiography dan CT
Trombosis Sinus Lateral
Trombosis sinus lateral lebih sering bersifat septik akibat penyebaran infeksi dari mastoid dan
telinga tengah. Trombus dapat meluas ke sinus cavernosus menyebabkan tanda dan gejala
trombosis sinus cavernosus. Ini merupakan penyebab abses otak yang sering. Penyebaran
infeksi ke sinus petrosus inferior menyebabkan kelumpuhan terisolasi nervus enam
ipsilateral.
Trombosis Sinus Petrosal Inferior
Trombosis sinus petrosus inferior merupakan penyebab tersering sindrom Gradenigo
menyebabkan kelumpuhan nervus VI unilateral, nyeri pada wajah, dan kelemahan pada sisi
yang sama akibat perluasan infeksi ke tulang petrosus. Penyebab tersering adalah otitis
media
Gangguan perdarahan pada bidang neuro-oftalmik
Lesi perdarahan yang bertanggung jawab untuk ciri-ciri neuro-oftalmik sebagian besar
intrakranial, dapat berupa
1. Intraserebral (parenkim)
2. Extraserebral
i. Subdural
ii. Subarachnoid
iii. Intraventricular
Penyebab perdarahan dapat :
1. Mikroangiopati
i. Hipertensi
ii. Diabetes
2. Ruptur dari
28
i. Aneurisma
ii. Sinus Vena/dural sinus
iii. Malformasi Kongenital
3. Trauma
4. Perdarahan
i. Diskrasia darah
ii. Keganasan
iii. Terapi Antikoagulan
iv. Kenaikan tekanan intrakranial
v. Infark
vi. Penyakit Autoimune
a. Poliarteritis
b. Lupus eritromatosis
Manifestasi neuro-oftalmik selalu berhubungan lebih luas menyebar ke defek
sistemik.
Berat dan durasi ciri-ciri yang terjadi tergantung pada:
1. Lokasi lesi
2. Ukuran lesi
3. Evolusi lesi (cepat atau lambat)
4. Hubungan dengan penyakit lain
Perdarahan intraserebral
Penyebab tersering perdarahan intraserebral adalah hipertensi sistemik. Kondisi tersebut
tampak sebagian besar setelah dekade ke 5 pada orang-orang yang memiliki peningkatan
sistematik selama bertahun-tahun yang menyebabkan degenerasi hialin dan nekrosis fibrinoid
dari dinding arteri dengan formasi mikroaneurisma. Sisi tersering yang mengalami
perdarahan adalah pada kapsula interna. Perdarahan pada pons dan cerebellum tidak sering
terjadi tapi bukan pengecualian. Ciri-ciri klinis dipengaruhi oleh ukuran perdarahan yang
berkisar antara perdarahan berbentuk garis hingga perdarahan masif. Penyebaran darah
berbentuk masa intraserebral yang meluas akan menyebabkan ciri-ciri klinis. Perdarahan
masif akan mematikan.
Gejala timbul tiba-tiba, sebagian besar saat pasien terbangun dan aktif, disertai
kehilangan kesadaran yang cepat. Hal ini dapat disertai kehilangan penglihatan, hemianopia
konjugat atau deviasi diskonjugat dari mata, disertai kepala yang menoleh secara
bersamaan, pupil tidak sama. Pupil pada sisi perdarahan akan tampak lebih besar. Reflek
cahaya tetap terdapat pada sisi kontralateral. Sensasi kornea berkurang pada sisi ipsilateral
perdarahan.
Tanda-tanda okular terdiri dari :
1. Deviasi okular dapat horizontal atau vertikal. Mungkin konjugat atau
diskonjugat pada dasarnya. Deviasi mungkin pada sisi yang mengalami
perdarahan atau menjauhi sisi perdarahan.
2. Visus - berkurang, tidak memungkinkan untuk dicatat.
3. Perubahan lapang pandang - bervariasi, sebagian besar tampak pada lobus
frontal, perdarahan dalam bentuk hemianopia homonim.
4. Kelumpuhan otot extraokular- Oftalmoplegi nuklear atau internuklear tampak pada
perdarahan di dalam
5. Pupilpin poin, bereaksi terhadap cahaya.
6. Gejala lain - Ocular bobbing dan mioclonus
29
Lokasi Lesi
Lobus Frontal
Pons
Cerebellum
Thalamus
Sisi Bidang
Horisontal sisi sama
Horisontal jauh
Horisontal jauh
Vertikal turun
Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid merupakan satu dari penyebab kematian pada orang tua di atas
dekade ke 5 yang sering terjadi. Namun, dapat terjadi pada semua umur.
Penyebab tersering dari perdarahan subarachnoid adalah rupture dari aneurisma saccular
pada sirkulus Wilissi pada subarachnoid. Selain itu, aneurisma pada setiap pembuluh darah
intrakranial dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid
Penyebab lain perdarahan subarachnoid antara lain malformasi vaskular kongenital,
hipertensi, cedara kepala, kelainan perdarahan akibat cedera saat proses melahirkan,
neoplasma intrakranial. Pada banyak kasus, tidak dapat ditemukan penyebab definitif.
Gejala-gejala antara lain :
1. Nyeri kepala - pada sebagian besar gejala ada nyeri kepala hebat.
2. Kaku kuduk - akibat iritasi meningeal
3. Iritabilitas penurunan tingkat kesadaran, kejang, fotofobi, dan koma.
Tanda-tanda :
Sistemik
i. Kaku kuduk
ii. Paresis dari satu atau kedua extremitas
iii. Hemiparesis dengan afasia
Tanda-tanda oftalmik
1. Visual
Penyebab kehilangan pandangan unilateral dapat berupa :
i. Perdarahan retina
ii. Perdarahan pada lapisan nervus opticus
iii. Penekanan pada jalur visual anterior
iv. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Juling
Setiap nervus cranialis yang berperan dalam pergerakan bola mata dapat terlibat. Dua
nervus cranialis yang sering terlibat antara lain nervus oculomotor dan abducens.
3. Perdarahan ekstraokular dalam bentuk :
i. Subkonjunctival
ii. Intraorbital
iii. Selubung saraf optik
4. Perdarahan intraocular dapat berupa :
i. Perdarahan Retinal
ii. Perdarahan Preretirial
iii. Sindrom Terson
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter JE. Carotid artery disease and its ocular manifestation. Oph Cl NA 1992;5:425-33.
2. Gupta A, Rao VA, Pandian DG, Das AK. Cortical blindness with absent visually evoked
potential in nonkeratic hyperglycemia. Ind Jr Oph 2008;56:88-89.
3. Hayreh SS. Central artery of retina. Its role in blood supply of the optic nerve. BJO
1963;47:6.
4. Hayreh SS. Chronic ocular ischemia. BJO 1985;69:633-34.
5. Hayreh SS. Ischemic optic neuropathy.Ind Jr Oph 2000;48:171-94.
6. Hussain N, Jalasi S. Kaul K. Carotid artery disease and ocular vascular disease. md Jr Oph
2001;49:5-14.
32