Disusun Oleh:
Ida Bagus Ram Kalpika Putra Mayun / 01073210144
Pembimbing:
dr. Elizabeth Angeline, Sp.Rad
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Epidimiologi
Studi lain juga mengatakan bahwa sekitar 15–20% bayi baru lahir
prematur terpapar perdarahan intraventrikuler, dan ini berkaitan dengan
komplikasi serius dan kematian tanpa diagnosis dan intrevensi yang tepat pada
waktu. Karena otak bayi bar lahir yang prematur lebih sensitif terhadap fluktasi
tekanan darah, maka dari itu tindakan perwatan rutin tampaknya penting di antara
populasi.
2.3 Etiologi
Perdarahan subarchnoid mememiliki beberapa etiologi, sebanyak 85%
dari perdarahan subarchnoid yang nontraumatik diakibarkan oleh anurisme
yang pecah. Sementara 15-20% etiologi lainnya biasanya beragam, dan
mekanisme perdarahan bisanya tidak bisa di-identifikasi. Mengetahui etiologi
dari perdarahan sangatlah penting. Etiologi yang sering terjadd antara lain
adalah:
2.3.1 Anurisme Subarachnoid Hemmorage (aSAH)
Anurisme yang menyebabkan perdarahan subarachnoid
mempunyai faktor risiko yang sama dengan anurisme yang
diasosiasikan dengan formasi anurisme. Sebagai contoh,
hipertensi, merokok dan faktor keluarga adalah beberapa faktor
risiko yang konsisten yang dapat mengakibatkan anurisme
tersebut. Selain itu, faktor usia juga dikenakal sebagai alasan
terjadinya anurisme pada seseorang, pasien dengan usia yang tua
(>60 tahun) bisanya juga sering mengalami anurisme
subarachnoid. Perdarahan subarchnoid biasanya terjadi di sirkulasi
posterior dan bisa disebabkan oleh atherosclerosis, dan intra-
aterial anurisme yang cukup besa (>5mm). Selain itu pasien
dengan riwayat SAH maupun yang mempunyai autosomal
dominan penyakit ginjal polisistik juga bisa mempengaruhi risiko
meningkatnya ruptur intra-arterial.
a) Usia - insiden SAH meningkat dua kali pada usia lebih dari 55
tahun
b) Jenis Kelamin - wanita yang sedang hamil, premenopause dan
wanita yang sedang menggunakan krontrasepsi oral memilliki
risiko lebih tinggi daripada laki-laki. Pada usia tua, risiko SAH
meningkatpada laki-laki.
c) Genetik - kelinan gen yang berhubungan dengan SAH yaitu :
CADASIL (Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy with
Subcortical Infracts and Leukoencephalopathy), CARASIL
(Cerebral Autosomal Recessive Arteriopathy with Subcortical
Infarcts and Leukoencephalopathy), Penyakit Fabry,
homosistinuria, sickle cell disease, dan kelainan jaringan ikat.
Sebuah studi yang dilaksanakan pada 2019, juga meneliti manifestasi klinis
yang terdapat pada pasien dewasa dengan perdarahan intraventrikular.
Kebanyakan dari pasien menderita gejala yang cukup sama dengan perdarahan
subarchnoid dimana pasien akan biasanya dataang dengan keluhan sakit
kepala tang persistent. Selain sakit kepala, pasien juga menderita mual dan
muntah. Pasien juga akan terlihat mengalami perubahan status mental, pasien
akan terlihat kebingungan dan disorientasi. Beberapa pasien dengan
perdarahan intraventrikular juga dapat mengalami kehilangan kesadaran.
Secara onset, onset terjadi secara tiba-tiba namun beberapa pasien juga dapat
mengalaminya secara progresif. Manifestasi neurologis fokal jarang terjadi
pada pasien dengan perdarahan inraventrikular primer tetapi bila gejala ini
terjadi, kita dapat curiga adanya kelainan sistem saraf kranial. Kelumpuhan
saraf kranial karena peregangan di dasar tengkorak, disfungsi saraf VI dan II.
Kejang juga dapat terjadi tetaapi jarang
2.7 Diagnosis
Penegakkan diagnosis SAH dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan peneriksaan penunjang. Saat pasien datang ke klinik, ada
baiknya untuk melakukan anamnesis secara singkat mengenai keluhan
pasien. Secara klinis, bila pasien datang dengan keluhan ‘thunderclap
headache’ maka kita bisa mencurigai bahwa pasien sedang menderita
perdarahan subarchnoid. Selain itu, bila pasien juga mengeluh adanya mual
muntah dan photopobia maka hal ini juga bisa menjadi bukti yang kuat
bahwa pasien sedang mengalami subarchnoid hemmorage. Biasanya, onset
dari sakit kepala pasien adalah sebuah kunci diagnosis untuk membedakan
sakit kepala SAH dengan sakit kepala lainnya, dimana SAH sendiri akan
terjadi dengan intensitas yang berat, dan mendadak (beberapa menit).
Grade Deskripsi
V Coma
Selain itu, terdapat beberapa imaging yang bisa membantu mendiagnosis
SAH Kemajuan dalam teknologi pencitraan telah menandai tonggak besar
dalam sejarah diagnosis dan pengelolaan perdarahan subarachnoid aneurisma
(SAH) dan komplikasinya. Perkembangan angiografi serebral memungkinkan
visualisasi in vivo dari aneurisma sakular, dilakukan untuk pertama kalinya
oleh Egas Moniz pada tahun 1933. Baru pada tahun 1951 Ecker dan
Riemenschneider mencapai bukti angiografi pertama dari vasospasme yang
tertunda Sejak diperkenalkan pada tahun 1970an, dihitung tomografi (CT) scan
telah menjadi alat yang paling dapat diandalkan untuk diagnosis akut SAH.
Tidak butuh waktu lama sebelum diketahui bahwa jumlah darah dalam tangki
subarachnoid sangat memprediksi risiko vasospasme selanjutnya Transcranial
Doppler (TCD) kemudian terbukti bermanfaat untuk skrining dan pemantauan
noninvasif. Baru-baru ini, teknik magnetic resonance imaging (MRI) telah
meningkatkan pemahaman kita tentang kerusakan iskemik setelah SAH7 dan
mungkin merupakan alat yang berharga untuk diagnosis akut iskemia yang
sedang berlangsung dari vasospasm kita mungkin melihat transformasi lain
dalam pengelolaan SAH dipimpin oleh teknologi pencitraan dalam waktu
dekat.
Diagnosis SAH yang tepat waktu dan akurat bergantung pada penggunaan
pencitraan otak. CT scan tetap menjadi teknik yang paling banyak diterapkan.
Sensitivitasnya untuk diagnosis SAH akut melebihi 95%.11 Namun, CT scan
paling dapat diandalkan pada awal setelah perdarahan (terutama dalam 24-48
jam pertama) dan hasil negatif palsu menjadi mungkin setelah beberapa hari.
Gradient-recall echo T2* MRI memiliki sensitivitas yang sebanding dengan
CT scan untuk diagnosis hiperakut SAH,12 dan fluid-attenuated inversion
recovery (FLAIR) MRI memiliki sensitivitas yang lebih besar daripada CT
scan pada kasus subakut.
Saat ini, penggunaan MRI terbatas karena teknologi MR sering tidak tersedia
dalam keadaan darurat, dan pemindaian CT memungkinkan perolehan gambar
yang lebih cepat (yang menjadi faktor penting pada pasien dengan SAH akut
yang secara neurologis atau hemodinamik tidak stabil) dan visualisasi darah
ekstravasasi yang lebih mudah. (setidaknya untuk pemeriksa tanpa pelatihan
radiologi ekstensif). Diagnosis positif palsu SAH (pseudo-SAH) dengan CT
scan dapat disebabkan oleh peningkatan kongesti vena, seperti yang terlihat
pada pasien dengan edema serebral masif atau hematoma subdural bilateral.
Berikut adalah skala Fisher yang digunakan pada pasien dengan SAH.
pencitraan yang lebih baru saat ini memungkinkan rekonstruksi tiga dimensi
aneurisma, yang sangat meningkatkan definisi anatomi penelitian.21 Setelah
diagnosis, penggulungan endovaskular dapat dilakukan selama kateterisasi
yang sama. Angiografi konvensional juga dianggap sebagai standar emas
untuk diagnosis vasospasme dan memungkinkan pengobatannya dengan
angioplasti atau infus vasodilator intra-arterial superselektif pada kasus
tertentu.
1. Pedoman Tatalaksana
- Identifikasi yang dini dari nyeri kepala yang hebat merupakan petunjuk
untuk upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
- Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 ̊ dalam ruangan dengan
lingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu berikan oksigen 2-3
L/menit
- Pasang infuse i.v. diruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan-
kelainan neurologis yang timbul
o Dengan plastik resin atau polymer lain: lebih baik daripada otot
atau kassa. Satu penelitian dengan follow up yang panjang
menunjukkan tidak ada perdarahan ulang pada satu bulan pertama,
namun setelahnya resiko lebih rendah daripada alat lain. Studi-studi
lain menunjukkan tidak ada perbedaan dari penggunaan alat-alat
yang biasa digunakan.
- Teknik Endovaskular
o Trombosis Aneurisma
o Onxy HDA
5. Antifibrinolitik
6. Antihipertensi
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mgHg atau tekanan
darah sistolik tidak lebih 160 dan tekanan darah diastolik 90
mmHg.
7. Kejang
8. Hidrosefalus
A. Akut
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari
pertama. Dianjurkan untuk ventrikulostomi (drainase eksternal
ventricular), walaupun resikonya dapat terjadi perdarahan berulang dan
infeksi amino-caproid
B. Kronik
2.9 Prognosis
Faktor yang paling penting dalam mempengaruhi hasil pada pasien dengan
perdarahan subarachnoid adalah keadaan neurologis pada pasien tersebut ketika
tiba di rumah sakit. Perubahan kondisi mental adalah kelainan yang paling umum,
sebagian pasien tetap sadar, yang lain bisa kebingungan, aatau bahkan koma. Hunt
and Hess grading scale yang telah dimodifikasi berfungsi sebagai alat untuk
mengukur resiko tingkat keparahan pada perdarahan subarachnoid yang didasari
dari pemeriksaan neurologi yang pertama. Pasien yang diklasifikasikan sebagai
perdarahan subarachnoid grade I atau II memiliki prognosis yang lumayanbaik,
grade IIIgrade IV dan jelek. Tanda-tanda neurologis fokal terjadi pada sedikit
pasien tetapi dapat menunjukkan letak perdarahan, hemiparese atau afasia
menunjukkan aneurisme pada arteri dan pada cerebral arteri proximal anterior.
Tanda-tanda fokal ini biasanya dikarenakan adanya hematom fokal yang besar,
yang mungkin memerlukan tindakan gawat darurat
BAB III
KESIMPULAN
1. Aminoff, M.J., Greenberg, D.A, dkk. Clinical Neurology. 2015. 9th ed., p366-
395.
2. Kenneth W, Lindsay, dkk. Neurology and Neurosurgery Illustrated. 5th ed.
3. Aho K, Harmsen P, Hatano S, Marquardsen J, Smirnov VE, Strasser T.
Cerebrovascular disease in the community: results of a WHO collaborative
study. Bull World Health Organ. 1980; 58:113–30
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes
RI.
5. de Rooij NK, Linn FH, van der Plas JA, Algra A, Rinkel GJ. Incidence of
subarachnoid haemorrhage: a systematic review with emphasis on region,
age, gender and time trends. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2007
Dec;78(12):1365-72.
6. Ikawa F, Michihata N, Matsushige T, Abiko M, Ishii D, Oshita J, Okazaki T,
Sakamoto S, Kurogi R, Iihara K, Nishimura K, Morita A, Fushimi K,
Yasunaga H, Kurisu K. In-hospital mortality and poor outcome after surgical
clipping and endovascular coiling for aneurysmal subarachnoid hemorrhage
using nationwide databases: a systematic review and meta-analysis.
Neurosurg Rev. 2020 Apr;43(2):655-667.
7. Schwartz TH, Solomon RA. Perimesencephalic nonaneurysmal subarachnoid
hemorrhage: review of the literature. Neurosurgery. 1996 Sep;39(3):433-40;
discussion 440.
8. Kowalski RG, Claassen J, Kreiter KT, Bates JE, Ostapkovich ND, Connolly
ES, Mayer SA. Initial misdiagnosis and outcome after subarachnoid
hemorrhage. JAMA. 2004 Feb 18;291(7):866-9.
9. Gallas S, Tuilier T, Ebrahiminia V, Bartolucci P, Hodel J, Gaston A.
Intracranial aneurysms in sickle cell disease: Aneurysms characteristics and
modalities of endovascular approach to treat these patients. J Neuroradiol.
2020 May;47(3):221-226.
10. Vlak MH, Rinkel GJ, Greebe P, van der Bom JG, Algra A. Trigger factors for
rupture of intracranial aneurysms in relation to patient and aneurysm
characteristics. J Neurol. 2012 Jul;259(7):1298-302.
11. Rinkel GJ, Wijdicks EF, Vermeulen M, Ramos LM, Tanghe HL, Hasan D,
Meiners LC, van Gijn J. Nonaneurysmal perimesencephalic subarachnoid
hemorrhage: CT and MR patterns that differ from aneurysmal rupture. AJNR
Am J Neuroradiol. 1991 Sep-Oct;12(5):829-34
12. Canhão P, Ferro JM, Pinto AN, Melo TP, Campos JG. Perimesencephalic and
nonperimesencephalic subarachnoid haemorrhages with negative
angiograms. Acta Neurochir (Wien). 1995;132(1-3):14-9
13. Lindsay KW. Sub Arachnoid Haemmorhage. In: Neurology and
Neurosurgery Illustrated, 4th ed. Churchill Livingstone,Elsevier;2004: 273-
298
14. Siasios J, Kapsalaki E, Fountas K. Surgical Management in Subarachnoid
Hemmoraghe. International Journal of Pediatrics 2012;1-10