Anda di halaman 1dari 12

NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.

2/DESEMBER/2017

Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia


di Posyandu Lansia Binaan Puskesmas Ngoresan, Surakarta

Relation Between Hypertension and Cognitive Impairment in Elderly at


Posyandu Lansia Developed by Puskesmas Ngoresan, Surakarta

Matius Dimas Reza Dana Ismaya, Ratna Kusumawati, Bhisma Murti


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRAKS

Pendahuluan: Hipertensi merupakan kejadian peningkatan tekanan darah dan


menimbulkan gejala tertentu sehingga mampu membuat kerusakan yang lebih besar pada
tubuh. Lanjut usia atau seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun akan lebih mudah
terkena hipertensi karena terjadi banyak perubahan fungsi dan struktur dalam tubuhnya.
Hipertensi akan memicu terjadinya perubahan struktur vaskular sehingga terjadi
gangguan autoregulasi cerebral, lesi di substansia alba, infark lakunar, dan pada
akhirnya akan menjadi gangguan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada lansia di
posyandu lansia binaan Puskesmas Ngoresan, Surakarta dan faktor apa saja yang ikut
memengaruhi gangguan fungsi kognitif tersebut.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di posyandu lansia dan poli umum Puskesmas Ngoresan, kota
Surakarta pada bulan Oktober-November 2015. Subjek penelitian adalah lansia yang
menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan, Surakarta, berjenis kelamin
pria, berusia ≥ 60 tahun, dan tidak buta aksara. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30
responden hipertensi dan 30 responden tidak hipertensi. Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan sphygmomanometer raksa. Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan
Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina). Data dianalisis
menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda.

Hasil: Hasil uji analisis antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif menunjukkan
hubungan yang signifikan (OR = 7,59; CI 95% = 1.73 – 33,30; p = 0,007). Uji analisis
antara aktivitas merokok dengan gangguan fungsi kognitif menunjukkan hasil yang
signifikan (OR = 0,07; CI 95% = 0,01 – 0,40; p = 0,003). Tingkat pendidikan dan lama
hipertensi menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan gangguan fungsi kognitif
dengan nilai masing-masing adalah p = 0,059; p = 0,697.

Kesimpulan: Hipertensi merupakan faktor yang meningkatkan risiko terjadinya


gangguan fungsi kognitif dan merokok merupakan faktor yang menurunkan risiko
terjadinya gangguan fungsi kognitif.

Kata Kunci: Gangguan Fungsi Kognitif, Hipertensi

33
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

ABSTRACT

Introduction: Hypertension is a condition of increasing blood pressure and it causes


certain symptoms which will further damage the body. Elderly or a person older than 60
years old will be more susceptible to hypertension because there were many changes in
body function and structure. Hypertension will lead to changes in vascular structures,
disruption of cerebral autoregulation, white matter lesion, lacunar infarction, and
eventually result in cognitive impairment. This study aims to determine a relation of
hypertension to cognitive impairment in elderly at Posyandu Lansia developed by
Puskesmas Ngoresan, Surakarta and factors which affect cognitive impairment.

Methods: This was an observational analytic research with a cross sectional study. This
research was done in Posyandu Lansia and general clinic of Puskesmas Ngoresan,
Surakarta. The subject of the research was the elderly with hypertension at Puskesmas
Ngoresan, Surakarta, male, aged ≥ 60 years, and literate. The 60 samples were taken
using purposive sampling technique, which consist of 30 with hypertension and 30
without hypertension. Blood pressure was measured by using mercury
sphygmomanometer. The assesment of cognitive function was done by using the
Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina). The data were
analyzed using chi square and multiple logistic regression.

Results: The result of analytic test between hypertension and cognitive impairment
showed significant relation (OR = 7.59; CI 95% = 1.73 – 33.30; p = 0,007). There was
significant relation between smoking activity and cognitive impairment (OR = 0.07; CI
95% = 0.01 – 0.40; p = 0.003). Level of education and hypertension duration showed
non significant relation to cognitive impairment with each value is p = 0.059; p = 0.697.

Conclusions: Hypertension is a factor that increases the risk of cognitive impairment and
smoking is a factor that decreases the risk of cognitive impairment.

Keywords: Cognitive Impairment, Hypertension

34
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

PENDAHULUAN transmisi saraf di otak yang mengakibatkan


Hipertensi atau yang lebih dikenal melambatnya proses informasi dan banyak
dengan darah tinggi adalah kejadian informasi hilang selama transmisi,
peningkatan tekanan darah dan berkurangnya kemampuan dalam
menimbulkan gejala tertentu sehingga menyerap informasi baru dan mengambil
mampu membuat kerusakan yang lebih informasi dari memori yang pernah ada,
besar pada tubuh seperti stroke, penyakit serta kemampuan mengingat kejadian
jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit masa lalu lebih baik dibandingkan
pembuluh.(1) Seseorang mulai disebut kemampuan mengingat kejadian yang baru
hipertensi apabila terjadi peningkatan saja terjadi.(6) Penelitian memperlihatkan
tekanan darah sistolik lebih dari atau sama adanya faktor yang memengaruhi
dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah terjadinya gangguan fungsi kognitif, yaitu
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 hipertensi, diabetes mellitus, merokok, dan
mmHg yang menetap pada waktu tingkat pendidikan.(7,8,9,10)
tertentu.(2) Gejala yang timbul pada Hipertensi yang kronis akan
hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di membuat sel otot polos pembuluh darah
tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, otak berproliferasi. Proliferasi ini
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga mengakibatkan lumen semakin sempit dan
berdenging, dan mimisan.(3) dinding pembuluh darah semakin tebal
Fungsi kognitif merupakan suatu sehingga nutrisi yang dibawa darah ke
proses mental manusia yang meliputi jaringan otak juga terganggu. Sel neuron di
perhatian, persepsi, proses berpikir, otak akan mengalami iskemik apabila tidak
pengetahuan dan memori. Kurang lebih segera dilakukan penanganan. Saat
75% bagian dari otak manusia merupakan iskemik terjadi, pompa ion yang
area kognitif.(4) Seseorang dengan membutuhkan ATP akan tidak berfungsi
gangguan fungsi kognitif akan mengalami sehingga ion natrium dan kalsium akan
keluhan berupa gangguan memori terjebak dalam sel neuron. Natrium akan
terutama orang yang berusia 50 tahun ke menarik H2O ke dalam sel sehingga
atas.(5) Setiati et al menyebutkan menjadi oedem. Kalsium akan
perubahan kognitif yang terjadi pada lansia mengaktivasi glutamat dan menjadi zat
yaitu berkurangnya kemampuan fungsi yang sitotoksik bagi sel. Natrium dan
intelektual, berkurangnya efisiensi kalsium tersebut pada akhirnya akan

35
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

membuat sel neuron mati dan menjadi responden dalam penelitian.


menimbulkan gangguan fungsi Pengambilan sampel dilakukan dengan
kognitif.(11) menggunakan teknik purposive sampling
World Health Organization (WHO) sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30
tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar responden hipertensi dan 30 responden
40% penduduk dunia berusia lebih dari 25 tidak hipertensi.
tahun menderita hipertensi.(12) Survey Skrining yang digunakan untuk
yang dilaksanakan oleh Riskesdas tahun mendeteksi seseorang mengalami
2013 menyebutkan bahwa penderita gangguan fungsi kognitif bisa digunakan
hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% Montreal Cognitive Assesment versi
jiwa atau sekitar 65 juta jiwa.(13) Data dari Indonesia (MoCA-Ina) atau Mini Mental
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta State Examination (MMSE). MoCA-Ina
menyebutkan penderita hipertensi pada sudah valid dan reliabel untuk pemeriksaan
tahun 2010 terdapat 35.750 kasus di fungsi kognitif dengan nilai r = 0,529 dan
seluruh wilayah Kota Surakarta.(14) p = 0,046, sedangkan untuk uji reliabilitas
Puskesmas Ngoresan merupakan salah satu didapatkan nilai p = 0,027.(15) Lalu
Puskesmas yang memiliki wilayah kerja dengan test-retest menggunakan uji
yang cukup luas di Kecamatan Jebres, korelasi Pearson didapatkan nilai r = 0,963
Surakarta. Hipertensi merupakan salah satu dan p =0,000. MoCA memiliki sensitivitas
penyakit yang cukup menjadi kendala bagi yang lebih baik daripada MMSE dalam
Puskesmas Ngoresan ini. mendeteksi adanya gangguan fungsi
SUBJEK DAN METODE kognitif yaitu 90%. MoCA juga memiliki
Penelitian ini bersifat observasional spesifisitas yang sangat baik yaitu
analitik dengan pendekatan cross 87%.(16)
sectional. Penelitian ini dilakukan di Tekanan darah diukur dengan alat
posyandu lansia dan poli umum Puskesmas sphygmomanometer raksa. Hipertensi
Ngoresan, kota Surakarta pada bulan definisikan sebagai peningkatan tekanan
November 2015. Subjek penelitian adalah darah sistolik lebih dari sama dengan 140
masyarakat yang menderita hipertensi di mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
wilayah kerja Puskesmas Ngoresan, lebih dari 90 mmHg yang diukur lebih dari
Surakarta, berjenis kelamin pria, berusia ≥ satu kali pengukuran dan tercatat di rekam
60 tahun, tidak buta aksara, dan bersedia medis pasien posyandu lansia.(3)

36
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Data dianalisis dengan uji analisis Tabel 2. Analisis bivariat hipertensi dengan
gangguan fungsi kognitif.
bivariat menggunakan chi square dan
Gangguan Kognitif
analisis multivariat menggunakan regresi Hipertensi Tidak Ya Total OR p
logistik ganda. Tidak 16 14 30 3,14 0,035
Ya 8 22 30
HASIL
Total 24 36 60
Penelitian mengenai hipertensi
Sumber: Data Primer, 2015.
dengan gangguan fungsi kognitif telah
dilakukan di kecamatan Jebres, Surakarta Tabel 2 menunjukkan bahwa

pada bulan Oktober-November 2015 dan hipertensi akan meningkatkan risiko

didapatkan hasil sebagai berikut: terjadinya gangguan fungsi kognitif

Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian sebesar 3,14 kali dibandingkan yang tidak
No. Kategori Jumlah hipertensi.
1. Hipertensi 60
Tabel 3. Hasil analisis bivariat tingkat
a. Ya 30
b. Tidak 30 pendidikan dengan gangguan fungsi kognitif.
2. Tingkat Pendidikan 60 Gangguan Kognitif
a. < 12 tahun 35 Tingkat Tidak Ya Total OR p
b. ≥ 12 tahun 25 Pendidikan
3. Lama Hipertensi 30 < 12 tahun 11 24 35 0,42 0,109
a. < 2 tahun 13
≥ 12 tahun 13 12 25
b. ≥ 2 tahun 17
4. Aktivitas Merokok 60 Total 24 36 60
a. Merokok 14 Sumber: Data Primer, 2015.
b. Tidak Merokok 46
5 Gangguan Fungsi Kognitif 60
a. Ya 36
Tabel 3 menunjukkan bahwa
b. Tidak 24 hubungan antara tingkat pendidikan dan
Sumber: Data Primer, 2015.
gangguan fungsi kognitif didapatkan hasil
Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek yang tidak signifikan karena memiliki nilai
penelitian sebagian besar memiliki tingkat p = 0,109.
pendidikan < 12 tahun, tidak merokok, Tabel 4. Hasil analisis bivariat aktivitas
merokok dengan gangguan fungsi kognitif.
lama hipertensi ≥ 2 tahun, dan sebanyak 36
Gangguan Kognitif
subjek penelitian mengalami gangguan Aktivitas Tidak Ya Total OR p
Merokok
fungsi kognitif. Hasil akan disajikan
Tidak 14 32 46 0,17 0,006
dengan tabel kontingensi 2 x 2 dan Ya 10 4 14
dianalisis dengan chi square. Total 24 36 60
Sumber: Data Primer, 2015.

37
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Tabel 4 menunjukkan bahwa


Tabel 5. Hasil analisis regresi logistik ganda
terdapat hubungan yang signifikan antara CI 95%
Batas Batas
merokok dengan gangguan fungsi kognitif Variabel OR Bawah Atas P
dengan odds ratio sebesar 0,17 dan p = Hipertensi 7,59 1,73 33,30 0,007

0,006. Hal ini menunjukkan bahwa Tingkat 0,29 0,08 1,05 0,059
merokok merupakan salah satu faktor Pendidikan

protektif untuk mencegah terjadinya Merokok 0,07 0,01 0,40 0,003

gangguan fungsi kognitif. n observasi 60


Terdapat 30 subjek penelitian Sumber: Data Primer, 2015.

hipertensi yang dibagi berdasarkan lama Tabel 5 menunjukkan bahwa


hipertensinya yaitu kurang dari dua tahun penderita hipertensi memiliki risiko
dan lebih besar sama dengan dua tahun. mengalami gangguan fungsi kognitif 7,59
Tiga belas subjek penelitian dengan lama kali lebih tinggi daripada yang tidak
hipertensi kurang dari dua tahun, terdapat memiliki hipertensi (OR = 7,59; CI 95% =
3 subjek tidak mengalami gangguan fungsi 1,73 – 33,30; p = 0,007). Nilai p ini
kognitif dan 10 subjek mengalami bermakna pada taraf kepercayaan 95%,
gangguan fungsi kognitif. Lama hipertensi odds ratio dinyatakan signifikan atau
lebih dari sama dengan dua tahun terdapat bermakna yang berarti dapat mewakili
17 subjek penelitian, 12 subjek mengalami keseluruhan populasi.
gangguan fungsi kognitif dan 5 subjek Hasil analisis regresi logistik ganda
tidak mengalami gangguan fungsi kognitif. untuk tingkat pendidikan menunjukkan
Hubungan lama hipertensi dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05, artinya
gangguan fungsi kognitif didapatkan odds tidak terdapat hubungan yang signifikan
ratio sebesar 0,72 kali, namun hubungan secara statistik antara tingkat pendidikan
ini tidak signifikan secara statistik karena dan gangguan fungsi kognitif. Subjek
nilai p = 0,697. penelitian dengan tingkat pendidikan lebih
Berdasarkan hasil di atas dapat besar sama dengan 12 tahun lebih tidak
disimpulkan bahwa variabel independen berisiko untuk terkena gangguan fungsi
yang masuk dalam perhitungan analisis kognitif dibandingkan subjek penelitian
regresi logistik ganda adalah hipertensi, dengan tingkat pendidikan kurang dari 12
tingkat pendidikan, dan merokok karena tahun (OR = 0,29; CI 95% = 0,08 – 1,05; p
didapatkan nilai p < 0,25. = 0,059).

38
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

Hasil analisis regresi logistik ganda gangguan fungsi kognitif didapatkan hasil
untuk merokok menunjukkan adanya yang tidak signifikan yaitu p = 0,109 dan
hubungan yang signifikan secara statistik odds ratio 0,42 kali. Hasil ini berbeda
antara merokok dan gangguan fungsi dengan penelitian Meng dan D’Arcy yang
kognitif dengan nilai p = 0,003 dan odds mendapatkan hasil signifikan antara
ratio sebesar 0,07 kali. Odds ratio ini pendidikan yang tinggi dengan penurunan
menunjukkan subjek penelitian yang prevalensi dan insidensi demensia.(10)
merokok lebih tidak berisiko untuk terkena Tamin juga menyebutkan gangguan
gangguan fungsi kognitif dibandingkan kognitif lebih banyak terjadi pada
yang tidak merokok sebesar 0,07 kali (OR kelompok tingkat pendidikan kurang dari
= 0,07; CI 95% = 0,01 – 0,40; p = 0,003). 12 tahun atau setara dengan SMA.(18)
PEMBAHASAN Hasil analisis bivariat antara lama
Tabel 2 menunjukkan bahwa hipertensi dengan gangguan fungsi
hipertensi akan meningkatkan risiko kognitif didapatkan hasil yang tidak
terjadinya gangguan fungsi kognitif signifikan secara statistik dengan p = 0,697
sebesar 3,14 kali. Hasil ini sesuai dengan dan odds ratio sebesar 0,72 kali. Hasil ini
penelitian Manolio et al yang menyebutkan berbeda dengan penelitian Baars et al yang
bahwa hipertensi berhubungan dengan menyebutkan bahwa hipertensi selama
gangguan kognitif terutama dalam fungsi lebih dari enam tahun menunjukkan
eksekutif. Perubahan yang terjadi di otak penurunan kognitif yang besar
terkait dengan hipertensi adalah adanya dibandingkan dengan yang tidak
remodeling vascular sehingga terjadi hipertensi.(19) Tzourio et al menyebutkan
gangguan autoregulasi cerebral, lesi di dalam follow-up pasien hipertensi selama
substansia alba, infark lakunar, dan dua tahun menunjukkan penurunan
perubahan otak yang mirip penderita kognitif sebesar enam kali bila tidak
demensia alzheimer seperti angiopati diterapi dan 1,30 kali bila pasien
amiloid dan atropi cerebral.(17) Hasil diterapi.(20)
dalam analisis bivariat ini belum Tabel 4 menunjukkan hasil analisis
mempertimbangkan faktor perancu bivariat antara merokok dengan gangguan
lainnya. fungsi kognitif didapatkan hasil yang
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis signifikan secara statistik dengan p = 0,006
bivariat antara tingkat pendidikan dan dan odds ratio sebesar 0,175 kali. Odds

39
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

ratio ini menunjukkan bahwa ternyata hipertensi akan mempercepat terjadinya


merokok merupakan faktor yang penurunan fungsi kognitif sebesar 1,40
mencegah terjadinya gangguan fungsi kali.(8) Penelitian Tzourio et al tahun 1999
kognitif. Hal ini berbeda dengan penelitian juga menyebutkan bahwa hipertensi akan
Rahmawati yang menyebutkan bahwa mempercepat penurunan fungsi kognitif.
merokok pada usia pertengahan Hipertensi yang tidak diterapi dalam dua
berhubungan dengan kejadian gangguan tahun akan membuat risiko tersebut
fungsi kognitif yang berujung pada meningkat menjadi 6,0 kali, dan apabila
demensia dan alzheimer.(21) Swan dan diterapi akan menurunkan risiko menjadi
Lessove juga menyebutkan bahwa 1,3 kali.(20)
penggunaan rokok dalam jangka waktu Hasil analisis multivariat antara
singkat memiliki efek yang bagus terhadap tingkat pendidikan dengan gangguan
fungsi kognitif, namun penggunaan jangka fungsi kognitif didapatkan hasil yang tidak
panjang akan meningkatkan risiko signifikan secara statistik dengan nilai p =
gangguan fungsi kognitif lewat respons 0,059 dan odds ratio sebesar 0,29 kali. Hal
inflamasi.(7) ini menunjukkan bahwa variabel tingkat
Tabel 5 menunjukkan hasil analisis pendidikan tidak cukup kuat untuk
multivariat dengan regresi logistik ganda. memengaruhi terjadinya gangguan fungsi
Hasil analisis multivariat antara hipertensi kognitif apabila dianalisis bersama-sama
dengan gangguan fungsi kognitif dengan variabel independen lainnya (OR =
didapatkan nilai p = 0,007 dan odds ratio 0,29; CI 95% = 0,08 – 1,05; p = 0,059).
7,59 kali. Hal ini menunjukkan dengan Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
mempertimbangkan variabel tingkat penelitian Vadikolias et al yang
pendidikan dan aktivitas merokok menyebutkan bahwa pendidikan yang
didapatkan hasil yang signifikan antara lebih tinggi (> 12 tahun) membuat subjek
hipertensi dengan gangguan fungsi dalam penelitiannya memiliki performa
kognitif dimana risiko menderita gangguan kognitif yang baik di bidang verbal dan
fungsi kognitif pada penderita hipertensi non-verbal selama tes yang dilakukan
sebesar 7,59 kali lebih besar daripada yang berulang-ulang selama satu tahun
tidak hipertensi (OR = 7,59; CI 95% = 1,73 dibandingkan dengan kelompok tingkat
– 33,30; p = 0,007). Hasil ini sesuai dengan pendidikan yang lebih rendah (< 12 tahun).
penelitian Reitz et al yang menyebutkan Hasil penelitiannya juga menunjukkan

40
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

terjadinya perlambatan gangguan kognitif signifikan pada penderita penyakit


pada individu dengan tingkat pendidikan demensia alzheimer.(24)
lebih dari 12 tahun.(22). Semakin tinggi Terdapat dua variabel independen
pendidikan, maka akan meningkatkan yang memiliki hasil signifikan yaitu
densitas dari sinaps di otak dan mengurangi hipertensi dan aktivitas merokok karena
keluhan gangguan kognitif. Dementia kedua variabel memiliki nilai p < 0,05.
jarang terjadi pada orang dengan tingkat Tingkat pendidikan ternyata tidak
pendidikan yang tinggi karena hal signifikan apabila dianalisa bersama-sama
tersebut.(23) dengan variabel hipertensi dan aktivitas
Analisis regresi logistik ganda merokok karena memiliki nilai p > 0,05.
dengan variabel independen aktivitas Hasil analisis multivariat ini dapat
merokok menunjukkan hasil yang disimpulkan bahwa hipertensi dan aktivitas
signifikan dengan p = 0,003 dan odds ratio merokok merupakan variabel yang
sebesar 0,07 kali. Odds ratio ini memengaruhi gangguan fungsi kognitif.
menunjukkan responden yang merokok Hipertensi akan meningkatkan risiko
lebih tidak berisiko untuk terkena terjadinya gangguan fungsi kognitif,
gangguan fungsi kognitif dibandingkan sedangkan aktivitas merokok akan
yang tidak merokok sebesar 0,07 kali (OR menurunkan risiko terjadinya gangguan
= 0,07; CI 95% = 0,01 – 0,395; p = 0,003). fungsi kognitif.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Dengan diketahui faktor-faktor
Newhouse et al yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif
rokok merupakan faktor yang pada pasien hipertensi, diharapkan
meningkatkan fungsi kognitif. Kandungan gangguan kognitif tersebut dapat dideteksi
nikotin dalam rokok akan dimediasi oleh secara dini dan dapat segera dilakukan
neurotransmitter katekolaminergik, tindakan pencegahan dan pengobatan
kolinergik, dan atau glutaminergik yang dengan baik.
akan disebarkan luas ke korteks Penelitian ini hanya mengontrol
prefrontalis, korteks parietalis, ganglia faktor tingkat pendidikan, lama hipertensi,
basalis, dan thalamus. Aktivasi dari dan aktivitas merokok saja sehingga hasil
reseptor nikotin di regio otak tersebut akan yang diperoleh belum dapat
meningkatkan perhatian seseorang secara menggambarkan dengan pasti faktor yang
sebenarnya paling memengaruhi terjadinya

41
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

gangguan kognitif. Terdapat beberapa meneliti tentang lama merokok, jenis


keterbatasan dalam penelitian ini sehingga rokok, jumlah batang rokok yang dihisap
ada variabel yang secara statistik memiliki dalam satu hari, dan pergantian jenis rokok
ketelitian yang rendah. Penelitian ini sehingga tidak dapat diketahui secara pasti
mempunyai beberapa kelemahan yaitu : 1) hal yang memengaruhi gangguan fungsi
tidak dilakukan randomisasi pada kognitif.
pemilihan responden dan posyandu lansia SIMPULAN
sehingga kurang representatif untuk Subjek penelitian yang hipertensi
menggambarkan keadaan lansia di wilayah memiliki risiko mengalami gangguan
Puskesmas Ngoresan, 2) hasil penelitian ini fungsi kognitif 7,59 kali lebih besar
tidak menganalisis variabel perancu yang daripada yang tidak hipertensi (OR = 7,59;
mungkin memengaruhi hasil dari CI 95% = 1,73 – 33,30; p = 0,007).
penelitian, seperti kadar kolesterol, Merokok merupakan faktor protektif bagi
obesitas, pemakaian obat-obat, asupan gangguan fungsi kognitif. (OR = 0,07; CI
nutrisi, pola tidur, olahraga, stres, alkohol, 95% = 0,01 – 0,40; p = 0,003). Hasil
riwayat keluarga, dan lain-lain sehingga penelitian ini telah mengontrol tingkat
tidak diketahui pengaruhnya terhadap pendidikan, lama hipertensi, dan aktivitas
gangguan fungsi kognitif, 3) lingkungan merokok.
tempat dilaksanakan pemeriksaan MoCA- SARAN
INA kurang representatif karena sebaiknya Dapat dilakukan penelitian lebih
dilakukan di tempat yang tenang dan lanjut mengenai dampak hipertensi dengan
nyaman sehingga responden dan gangguan fungsi kognitif dengan jumlah
pewawancara dapat berkonsentrasi dengan sampel yang lebih besar dan
baik, 4) ada beberapa pertanyaan pada mempertimbangkan faktor-faktor lain yang
MoCA-Ina yang harus diulang berkali-kali memengaruhi gangguan fungsi kognitif
yang membuat pewawancara tidak tahu sehingga dapat semakin memperkuat
apakah subjek paham dengan simpulan dan memperkecil bias. Peneliti
pertanyaannya atau tidak, 5) peneliti hanya juga menyarankan bagi penderita
membagi berdasarkan lama pendidikan hipertensi agar melakukan screening
dan tidak membagi tingkat pendidikan tekanan darah dan menjalani pengobatan
berdasarkan jenjang pendidikannya seperti hipertensi secara teratur. Hal ini perlu
SD, SMP, atau SMA, 6) peneliti tidak supaya bisa dilakukan pencegahan dan

42
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

pengobatan lebih dini sehingga dapat Kedokteran Universitas Indonesia, pp


1335-1340.
mencegah gangguan kognitif yang lebih
berat. 7. Swan GE, Lessov-Schlaggar CN
(2007). The effects of tobacco smoke
UCAPAN TERIMA KASIH
and nicotine on cognition and the
Penulis mengucapkan terima kasih brain. Neuropsychol Rev, 17(3), pp:
259–273.
kepada Arif Suryawan, dr., Lilik
Wijayanti, dr., M.Kes, Sp.Ak., dan Dra. Sri 8. Reitz Christiane, Tang Ming-Xin,
Manly Jennifer, Mayeux Richard.
Haryati, M.Kes. yang telah memberikan
Luchsinger, Jose´ A (2007).
kritik dan saran dalam proses penelitian ini. Hypertension and risk of mild
cognitive impairment. Arch Neurol,
DAFTAR PUSTAKA
64(12), pp:1734-1740.
1. Sugiharto A (2007). Faktor-faktor
risiko hipertensi grade II pada 9. Williamson R, McNeilly A,
masyarakat (studi kasus di kabupaten Sutherland C (2012). Insulin
karanganyar).Universitas Diponegoro. resistance in the brain: An old-age or
Thesis. new-age problem. Biochem
pharmacol, 84, pp: 737-745.
2. American Heart Association (2014).
Undertanding and managing heart 10. Meng X, D’Arcy C (2012). Education
blood pressure. www.heart.org- and dementia in the context of the
Diakses Agustus 2015. cognitive reserve hypothesis: a
systematic review with meta-analyses
3. Kemenkes RI (2014). Pusdatin and qualitative analyses. PLoS ONE,
hipertensi. www.depkes.go.id/downlo 7(6), e38268.
ad.php?file=download/pusdatin/infod
atin/... – Diakses Agustus 2015. 11. Heros RC (1994). Special report
stroke: early pathophysiology and
4. Saladin K (2007). Anatomy and treatment. Stroke.25, pp:1877-1881.
physiology the unity of form and
function. Edisi ke 4. New York: 12. World Health Organization (2003).
McGraw-Hill Companies inc, pp: 513- World Health Organization
561. (WHO)/International Society of
Hypertension (ISH) statement on
5. Widjojo S (2014). Mild Cognitive management of hypertension. J
Impairment. Dalam: Neurologi untuk Hypertens, 21, pp: 1983-1992.
Dokter Umum. Surakarta: UNS Press.
13. Riset Kesehatan Dasar (2013).
6. Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG Laporan nasional 2013. terbitan.litban
(2006). Proses menua dan implikasi g.depkes.go.id/penerbitan/index.php/b
klinisnya. Dalam: Sudoyo AW, lp/catalog/.../29-2 – Diakses Agustus
Setiyohadi B, Alwi L, Simadibrata M, 2015.
Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam ed. 5. Jakarta: Pusat Penerbitan 14. Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas (2013). Statistik daerah kota surakarta.

43
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.2/DESEMBER/2017

http://surakartakota.bps.go.i Trianggoro B, eds (2006). Update


d/webbeta/website/pdf_publikasi/stati management of neurological disorders
stik-daerah-kota-surakarta-2013.pdf – in elderly. Semarang: BP UNDIP,
diakses Agustus 2015. 2006, pp: 129-45.

15. Panentu D & Irfan M (2013). Uji 22. Vadikolias K, Tsiakiri-Vatamidis A,


validitas dan reliabilitas butir Tripsianis G, Tsivgoulis G, Ioannidis
pemeriksaan dengan montreal P, Serdari A, Heliopoulos J, et al
cognitive assesment versi indonesia (2012). Mild cognitive impairment:
(moca-ina) pada insan pasca stroke Effect of education on the verbal and
fase recovery. Jurnal fisioterapi, 13 nonverbal tasks performance decline.
(1), pp: 55-67. Brain and Behavior, 2(Ince 2001), pp:
620–627.
16. Nasreddine Z & Phillips N (2005). The
Montreal Cognitive Assessment, 23. Katzman R (1993). Education and the
MoCA: a brief screening tool for mild prevalence of dementia and
cognitive impairment. J Am Geriatr Alzheimer’s disease. Neurology, 43,
Soc 53(4), pp: 695–699. pp: 13-20.

17. Manolio Ta, Olson J, Longstreth WT 24. Newhouse P, Potter A, Corwin J


(2003). Hypertension and cognitive (1996). Effects of nicotinic cholinergic
function: Pathophysiologic effects of agents on cognitive functioning in
hypertension on the brain. Curr Alzheimer’s and Parkinson's disease.
Hypertens Rep, 5(3), pp: 255–61. Drug Dev Res, 38(3-4), pp: 278–289.

18. Tamin A (2011). Hubungan antara


gangguan kognitif dengan retinopati
hipertensi pada penderita pasca stroke
iskemik. Universitas Diponegoro.
Thesis.

19. Baars LMaE, van Boxtel MPJ, Tan FS,


Bekers O, Verhey FRJ, Jolles J (2010).
Effects of hypertension on cognitive
decline: Mediation by exposure
duration, antihypertensive treatment
and APOE-e4 genotype. Alzheimers
Dement, 6(4), p: 110.

20. Tzourio C, Dufouil C, Ducimetie`re P,


Alpe´rovitch A (1999). Cognitive
decline in individuals with high blood
pressure a longitudinal study in the
elderly. Neurology, 53, pp: 1948-1952.

21. Rahmawati D (2006). Diagnosis dan


faktor risiko demensia vaskuler pada
usia lanjut. Dalam: Muhartomo H,

44

Anda mungkin juga menyukai