Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN ATEROSKLEROSIS ARTERI SEREBRI MEDIA DENGAN GANGGUAN

FUNGSI KOGNITIF PADA

PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUDZA BANDA ACEH

Farida*, Yuhyi Fajrina**

*Bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin/Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

**PPDS I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRAK

Aterosklerosis merupakan penyebab utama stroke iskemik terutama pada arteri serebri media
yang dapat menimbulkan penurunan fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara aterosklerosis arteri serebri media dengan gangguan fungsi
kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUDZA Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan rancangan cross sectional pada bulan Agustus hingga September
2013. Penelitian ini menggunakan instrumen Transcranial Doppler (TCD), Montreal
Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia (MoCA-Ina), dan rekam medis. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 34 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil uji analisis
alternatif Chi Square yaitu uji Fisher yang menunjukkan terdapat hubungan antara
aterosklerosis arteri serebri media dengan gangguan fungsi kognitif (p = 0,05) pada pasien
stroke iskemik di RSUDZA Banda Aceh. Proporsi gangguan fungsi kognitif didapatkan
sebesar 91,2% dan domain kognitif yang dominan terganggu adalah memori sebesar 70,6%.
Pasien stroke iskemik yang paling banyak mengalami gangguan fungsi kognitif berada pada
kelompok usia 55-65 tahun (95%), tamatan SMA (100%), dan memiliki lesi subkorteks
(85,7%). Proporsi gambaran TCD arteri serebri media yang paling tinggi adalah
aterosklerosis arteri serebri media kanan dan kiri yaitu sebesar 32,4%. Pasien stroke iskemik
yang paling banyak memiliki gambaran TCD abnormal adalah pasien dengan lesi subkorteks
(92,9%) dan lesi multipel (92,3%).

Kata kunci: Transcranial Doppler, Montreal Cognitive Assessment, aterosklerosis arteri


serebri media, gangguan fungsi kognitif, stroke iskemik
ABSTRACT

Atherosclerosis is the major cause of ischemic stroke, especially in the middle cerebral artery,
which leads to cognitive decline. The purpose of this study was to determine the relation
between middle cerebral artery atherosclerosis and cognitive impairment in patients with
ischemic stroke at RSUDZA Banda Aceh. This research was analytic survey with cross
sectional design which conducted from August to September 2013. This study used
Transcranial Doppler (TCD), Montreal Cognitive Assessment with Indonesian version
(MoCA-Ina), and medical records as instruments. The subjects of this study were 34 people.
Based on the results of alternative analysis of Chi Square test which is Fisher's exact test
showed there is a relation between middle cerebral artery atherosclerosis and cognitive
impairment (p = 0,05) in patients with ischemic stroke at RSUDZA Banda Aceh. The
proportion 1 of cognitive impairment was obtained by 91,2% and the dominant impaired
cognitive domain was memory by 70,6%. Most ischemic stroke patients with cognitive
impairment were in age group of 55-65 years old (95%), high school graduates (100%), and
patients with subcortical lesions (85,7%). The highest proportion of middle cerebral artery
TCD view was right and left middle cerebral artery atherosclerosis (32,4%). Most ischemic
stroke patients with abnormal TCD view were patients with subcortical lesions (92,9%) and
multiple lesions (92,3). cognitive domain was memory by 70,6%. Most ischemic stroke
patients with cognitive impairment were in age group of 55-65 years old (95%), high school
graduates (100%), and patients with subcortical lesions (85,7%). The highest proportion of
middle cerebral artery TCD view was right and left middle cerebral artery atherosclerosis
(32,4%). Most ischemic stroke patients with abnormal TCD view were patients with
subcortical lesions (92,9%) and multiple lesions (92,3).

Keywords: Transcranial Doppler, Montreal Cognitive Assessment, middle cerebral artery


atherosclerosis, cognitive impairment, ischemic stroke
PENDAHULUAN

Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian pada orang dewasa.
Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 15,4% dari seluruh kematian dan Aceh
menempati posisi pertama yaitu sebesar 16,6%. (1-3) Stroke iskemik merupakan tipe stroke
yang paling banyak dijumpai (80%) dengan aterosklerosis sebagai penyebab tersering
terjadinya trombosis atau emboli pada stroke iskemik, terutama pada arteri besar intrakranial
yaitu arteri serebri media (middle cerebral (4-6)artery, MCA). Aterosklerosis MCA dapat
dideteksi dengan Transcranial Doppler (TCD), yaitu suatu alat diagnostik noninvasif yang
dapat digunakan untuk menilai perubahan hemodinamik serebral terutama dalam deteksi dini
perkembangan aterosklerosis dan memprediksi pasien-pasien yang berisiko tinggi untuk
penyakit serebrovaskular seperti stroke. TCD memiliki kemampuan diagnosis yang sangat
baik dalam mendeteksi oklusi, stenosis, dan vasospasme dibandingkan dengan pemeriksaan
baku emas (angiografi (7-9) konvensional). Penelitian mengenai TCD di Indonesia masih
sangat terbatas. Stroke iskemik dapat menimbulkan gangguan fungsi kognitif yang jika tidak
dilakukan penanganan secara optimal akan berkembang menjadi demensia. (4, 10) Fungsi
kognitif dapat dinilai dengan menggunakan Montreal Cognitive Assessment (MoCA). MoCA
terbukti lebih sensitif dalam menilai fungsi kognitif dibandingkan dengan tes mental standar
yaitu Mini Mental (11-14) State Examination (MMSE). Telah dikembangkan MoCA dalam
versi bahasa Indonesia sehingga dapat digunakan dalam menilai fungsi kognitif pasien-pasien
di (15) Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aterosklerosis MCA


dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik. Hipotesis penelitian adalah
adanya hubungan antara aterosklerosis MCA dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien
stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.

METODE

Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan terhadap pasien stroke iskemik
yang dirawat di Ruang Geulima I RSUDZA Banda Aceh sejak 19 Februari sampai 26 Maret
2014. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 34 orang. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diperiksa dengan menggunakan
TCD Sonara Viasys Healthcare NCM 109450 untuk melihat gambaran MCA, kemudian
subyek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner MoCA-Ina untuk melihat gangguan
fungsi kognitif. Hasil ukur TCD terdiri atas normal (pulsatility index, PI = 0,6-1,2);
aterosklerosis (PI > 1,2); stenosis (PI < 0,6) yang terbagi menjadi ringan (peak systolic
velocity, PSV < 140cm/s), sedang (PSV = 140-180 cm/s, berat (PSV > 180 cm/s); dan oklusi
(PI normal, minimal flow). Hasil ukur MoCA-Ina terdiri atas normal (skor = 26) dan
terganggu (skor < 26). Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji Chi square untuk mengetahui hubungan antara aterosklerosis MCA dengan
gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik. dengan jumlah sampel sebanyak 34
orang. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diperiksa dengan menggunakan TCD Sonara
Viasys Healthcare NCM 109450 untuk melihat gambaran MCA, kemudian subyek
diwawancarai dengan menggunakan kuesioner MoCA-Ina untuk melihat gangguan fungsi
kognitif. Hasil ukur TCD terdiri atas normal (pulsatility index, PI = 0,6-1,2); aterosklerosis
(PI > 1,2); stenosis (PI < 0,6) yang terbagi menjadi ringan (peak systolic velocity, PSV <
140cm/s), sedang (PSV = 140-180 cm/s, berat (PSV > 180 cm/s); dan oklusi (PI normal,
minimal flow). Hasil ukur MoCA-Ina terdiri atas normal (skor = 26) dan terganggu (skor <
26). Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
Chi square untuk mengetahui hubungan antara aterosklerosis MCA dengan gangguan fungsi
kognitif pada pasien stroke iskemik.

HASIL

Karakteristik sampel penelitian tertera pada Tabel 1. Sebagian besar yang mengalami
stroke iskemik berada dalam rentang usia 55-65 tahun (58,8%), laki-laki (70,6%),
berpendidikan menengah atas (35,3%), memiliki riwayat hipertensi (94,1%), tidak memiliki
riwayat merokok (67,6%), memiliki letak lesi dari CT scan kepala di subkorteks serebri
(41,2%), dan memiliki lesi tunggal (44,1%). Gambar 1 menunjukkan sebagian besar
responden memiliki fungsi kognitif yang terganggu. Gambar 2 menunjukkan domain kognitif
yang dominan terganggu adalah memori sebesar 70,6%.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentase Sampel (n) (%)

Umur

< 45 tahun 5 14,7

45-54 9 26,5

tahun

55-65 20 58,8

tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki 24 70,6

Perempuan 10 29,4

Pendidikan

Terakhir

SD 8 23,5

SMP 6 17,6

SMA 12 35,3

Perguruan 8 23,5
tinggi

Riwayat

Hipertensi

Ya 32 94,1

Tidak 2 5,9

Riwayat

Diabetes

Melitus

Ya 17 50

Tidak 17 50

Riwayat

Merokok

Ya 11 67,6

Tidak 23 32,4

Letak Lesi

Tidak ada 6 17,6

Korteks 9 26,5

Subkorteks 14 41,2

Korteks5

14,7

subkorteks

Jumlah Lesi

Tidak ada 6 17,6

Tunggal 15 44,1

Multipel 13 38,2

Total 34 100
Fungsi Kognitif

Normal Terganggu

Total

n%n%n%

Umur

< 45 tahun 2 40 3 60 5 100

45-54 tahun 0 0 9 100 9 100

55-65 tahun 1 5 19 95 20 100

Pendidikan Terakhir

SD 0 0 8 100 8 100

SMP 0 0 6 100 6 100

SMA 0 0 12 100 12 100

Perguruan Tinggi 3 37,5 5 62,5 8 100

Letak Lesi

Tidak ada 0 0 6 100 6 100

Korteks 1 11,1 8 88,9 9 100

Subkorteks 2 14,3 12 85,7 14 100

Korteks-subkorteks 0 0 5 100 5 100

Aterosklerosis arteri serebri media (MCA)

Normal

Aterosklerosis+stenosis+o

klusi MCA

Total

n%n%n%

Letak Lesi

Tidak ada 1 16,7 5 83,3 6 100

Korteks 2 22,2 7 77,8 9 100


Subkorteks 1 7,1 13 92,9 14 100

Korteks-subkorteks 1 20 4 80 5 100

Jumlah Lesi

Tidak ada 1 16,7 5 83,3 6 100

Tunggal 3 20 12 80 15 100

Multipel 1 7,7 12 92,3 13 100


Normal

2.9% 2.9%

Aterosklerosis MC MCA kanan

Aterosklerosis MC MCA kiri

Aterosklerosis MC MCA kanan & kiri

Stenosis sedang MCA kanan

Stenosis berat MC MCA kanan & kiri

Aterosklerosis MC MCA kanan & Stenosis

berat MCA kiri

Oklusi MCA kiri

Gambar 3. Gambaran Arteri Serebri Media

Tabel 4. Hubungan antara Aterosklerosis MCA dengan Gangguan Fungsi i Kognitif

32.4%

2.9%

5.9%

8 14.7%

20.6%

11.8%

8.8%

Gambaran Arteri

Media (MCA)

ri Serebri
Fungsi Kognitif

Terganggu Normal

n%n%n

Total

value

Aterosklerosis+sten

MCA

Normal

nosis+oklusi

28

96,6

60

3,4

40

29

100

100

0,05

Total 31 3 34

A `eaqas

Berdasarkann Tabel 2 terlihat


bahwa proporsi gangguan fungsi

kognitif tertingg gi didapatkan pada

kelompok usia a 55-65 tahun,

berpendidikan mmenengah atas, dan

memiliki lesi subkorteks. Dari

Gambar 3 terliha at bahwa gambaran

MCA yang paling ng banyak ditemui

adalah aterosklerrosis MCA kanan

dan kiri. Selannjutnya Tabel 3

menunjukkan prproporsi gambaran

MCA abnormall paling banyak

ditemukan pada da subyek yang

memiliki lesi subkorteks dan

multipel. Data taabulasi silang dari

Tabel 4 menun nunjukkan bahwa

responden denga an gambaran MCA

yang abnormal ccenderung memiliki

fungsi kognitif ya ang terganggu. Hasil

analisis bivariat u uji Fisher (alternatif

uji Chi square) d didapatkan nilai p =

0,05; menyatakan Ho ditolak, yang

berarti pada ting ngkat kepercayaan

95% terdapat hubungan yang

signifikan antara ateerosklerosis MCA

dengan gangguan fungsi kognitif

pada pasien stroke iskemik di Ruang


Geulima I RSUDZA A Banda Aceh.

PEMBAHASAN

Hasil penelit tian menunjukkan

sebagian besar pasi ien stroke iskemik

(58,8%) berusia 55-65 tahun.

Berdasarkan ana nalisis deskriptif

terhadap usia respond ponden didapatkan

rerata umur adalah h 54,44 8,822.

Hasil ini berdekattan dengan hasil

penelitian sebelum umnya pada tahun

2011. (16) SSeiring dengan

pertambahan usia, , jaringan tubuh

sudah mulai kurangng fleksibel dan

kaku, termasuk arte eri-arteri otak yang


lebih cenderung terkena

aterosklerosis serebral sehingga

semakin banyak pembuluh darah

yang tersumbat dan menyebabkan

berkurangnya pasokan darah yang

berlanjut ke kerusakan otak. Angka

kejadian stroke berdasarkan jenis

kelamin dilaporkan lebih tinggi pada

laki-laki (68%) daripada perempuan.

aterosklerosis serebral sehingga

semakin banyak pembuluh darah

yang tersumbat dan menyebabkan

berkurangnya pasokan darah yang

berlanjut ke kerusakan otak. Angka

kejadian stroke berdasarkan jenis

kelamin dilaporkan lebih tinggi pada

laki-laki (68%) daripada perempuan.

(17) Pada penelitian ini juga

didapatkan jumlah pasien laki-laki

lebih banyak dari perempuan yaitu

sebesar 70,6%. Stroke iskemik lebih

banyak diderita oleh kaum pria

dibandingkan dengan wanita diduga

karena faktor hormonal seperti

estrogen yang melindungi kontinuitas

pembuluh darah pada wanita


sehingga memperlambat proses

aterosklerosis. (18) Selanjutnya hasil

penelitian menunjukkan proporsi

stroke iskemik paling tinggi

ditemukan pada tamatan SMA

(35,3%), sesuai dengan hasil

penelitian Sulastriyani yang

menyatakan kelompok tingkat

pendidikan tinggi cenderung

memiliki gaya hidup tidak sehat dari

segi pola makan dan aktivitas fisik

maupun tingkat stress yang dialami

sehingga dapat menyebabkan

tingginya angka kejadian stroke

iskemik. (19) Sebagian besar pasien

stroke iskemik memiliki riwayat

hipertensi sebesar 94,1% (n = 32),

sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya pada tahun 2012.

Hipertensi dengan tekanan darah di

atas 160/95 mmHg dapat

merangsang progresivitas

aterosklerosis karena pada tekanan

tersebut dapat menjadi beban pada

dinding arteri dan menstimulasi

peningkatan ketebalan tunika intima-


media arteri. (20-22) Tidak didapatkan

perbedaan proporsi riwayat diabetes

melitus (DM). Hasil ini tidak sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan adanya perbedaan

proporsi dalam kejadian stroke

iskemik berdasarkan riwayat DM. (2325)

Gangguan lipoprotein yang terjadi

pada pasien DM berpengaruh

terhadap pembentukan plak

aterosklerosis. (20) Hasil penelitian

didapatkan sebagian besar subyek

tidak memiliki riwayat merokok. Di

dalam kepustakaan dikatakan

merokok sebagai faktor risiko stroke

berlaku untuk perokok berat ( > 20

batang perhari). (20, 26) Penelitian ini

tidak mengkaji jumlah rokok yang

dikonsumsi yang berkaitan dengan

terjadinya stroke. Berdasarkan letak

dan jumlah lesi dari hasil CT scan

kepala didapatkan sebagian besar

memiliki lesi subkorteks dan tunggal.

Perbedaan hasil penelitian dengan

kepustakaan sebelumnya, yang

mendapatkan lesi kortikal dan


multipel lebih dominan, bisa saja

terjadi karena penelitian ini tidak

melibatkan area posterior yang

secara statistik memberi kontribusi

pada insiden stroke iskemik sebesar

81,9% dibandingkan lesi anterior dan

posterior sebesar 18,1%. Selain itu

sebagian besar area subkorteks

disuplai oleh MCA, sehingga stroke

iskemik berdasarkan area MCA

dominan terjadi di subkorteks. (22, 27

29)

Hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar responden memiliki

gangguan fungsi kognitif. Proporsi

ini lebih tinggi dari penelitian

sebelumnya (22, 30-32), yang bisa terjadi

karena penelitian ini menggunakan

kuesioner MoCA-Ina yang lebih

sensitif dalam mendeteksi gangguan

kognitif. Hasil penelitian

menunjukkan domain kognitif yang


dominan terganggu adalah memori.

Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang didapatkan Ballard

et al. dalam Cristy

Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang didapatkan Ballard

et al. dalam Cristy (30) dan

Pendlebury et al. (12) Hasil penelitian

berdasarkan gambaran TCD MCA

menunjukkan sebagian besar

responden memiliki gambaran

aterosklerosis MCA kanan dan kiri

yaitu sebesar 32,4%. Berdasarkan

gambaran TCD dari sisi kanan

didapatkan 70,58% pasien memiliki

gambaran abnormal. Dilihat dari sisi

kiri, yang memiliki gambaran TCD

abnormal sebanyak 61,76%. Hasil ini

sesuai dengan yang didapatkan

Tugasworo yang mendapatkan

gambaran abnormal sebanyak

64,51% dari sisi kanan, sedangkan

dari sisi kiri sebanyak 56,45% yang

memiliki gambaran abnormal. (26)

Aterosklerosis intrakranial

sering menghasilkan infark


subkortikal dengan mengoklusi

orifisium dari substansia perforata

dalam seperti arteri lentikulostriata.

Sama halnya dengan hasil penelitian

ini yang mendapatkan gambaran

TCD abnormal lebih banyak

dijumpai pada pasien dengan lesi

subkorteks. Bahkan lesi subkortikal

kecil dapat menghasilkan defisit

kognitif berat yang mendadak.

Pencitraan otak fungsional

menunjukkan penurunan perfusi

ipsilateral di lobus frontal atau

temporal, menyebabkan terjadinya

pemutusan jalur kortikal-subkortikal

sebagai mekanisme penurunan fungsi

kognitif. Pasien dengan infark di

nukleus kaudatus sering

menunjukkan defisit dalam atensi,

memori, dan fungsi lobus frontal.

Pasien dengan infark di kaudatus

dorsal umumnya abulia dan apatis,

sedangkan pasien dengan infark di

kaudatus ventral cenderung

disinhibisi, mudah marah, dan

euforia. (33-35) Defisit kognitif yang


lebih parah terjadi ketika lesi berada

di sisi kiri, di mana gejala afasia

tampak. Selain itu, lesi di globus

palidus atau striata juga dapat

menghasilkan defisit kognitif seperti

disfungsi eksekutif, terutama jika lesi

berukuran besar. Keterlibatan bagian

anterior dari kapsula interna turut

berperan terhadap hipoperfusi

frontotemporal. Lesi bilateral dapat

menghasilkan gejala lebih parah

seperti mutisme akinetik.

Aterosklerosis intrakranial juga dapat

membentuk infark kortikal dengan

cara embolisasi arteri ke arteri atau

oklusi di arteri utama. Berbagai

disfungsi kortikal dapat diamati

tergantung pada lokasi atau hemisfer

yang terlibat seperti disfasia,

akalkulia, dispraksia, atau neglect.

Lesi tunggal di MCA atau lobus

temporal medial dapat menyebabkan

disfungsi eksekutif parah dan

kehilangan memori, terutama jika

(36, 37)
lesi berada di sisi kiri.

Berdasarkan sebuah studi di

Hongkong, 29 pasien dengan infark

subkortikal karena stenosis MCA

cenderung memiliki skor MMSE

lebih rendah daripada mereka yang

tidak. Dalam studi tersebut infark

multipel ditemukan lebih banyak

pada pasien dengan aterosklerosis

intrakranial, sama halnya dengan

hasil penelitian ini, dan disfungsi

kognitif yang lebih parah mungkin

berkaitan dengan kerusakan otak

yang lebih besar dibandingkan

kehadiran aterosklerosis ini. (38)


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian,

dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara aterosklerosis MCA

dengan gangguan fungsi kognitif

pada pasien stroke iskemik di

RSUDZA Banda Aceh. Perlu adanya

pengawasan terhadap kejadian

gangguan fungsi kognitif pada pasien

stroke iskemik, faktor-faktor risiko

penyebab terjadinya stroke iskemik,

dan penelitian lebih lanjut mengenai

pendekatan imaging aliran darah otak

dalam diagnosis vascular cognitive

impairment.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Gusev EI, Skvortsova VI. Brain

Ischemia. New York: Kluwer

Academic; 2003.

2.

Global atlas on cardiovascular

disease prevention and control

[database on the Internet]. World


Health Organization. 2011 [cited

March 18, 2013]. Available

from:

http://whqlibdoc.who.int/publicat

ions/2011/9789241564373_eng.p

df.

3.

Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Laporan

Nasional Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2007. Jakarta:

Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI; 2008.

4.

Martono H, Pranaka K. Buku

Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri

(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).

Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

2009.

5.

Setyopranoto I. Stroke: gejala

dan penatalaksanaan. Cermin

Dunia Kedokteran 185.


2011;38(4):247-50.

6.

Japardi I. Panduan Praktis

Pencegahan dan Pengobatan

Stroke. Jakarta: Buana Ilmu

Populer; 2000.

7.

Pinzon R. Transcranial Doppler

untuk deteksi perubahan

hemodinamik serebral pada

stroke akut. CDK 185.

2011;38(4):253-6.

8.

Aaslid R, Huber P, Nornes H.

Evaluation of cerebrovascular

spasm with transcranial Doppler

ultrasound. Journal of

Neurosurgery. 2010;112(2):37

41.

9.

Kassab MY, Majid A, Farooq

MU, Azhary H, Hershey LA,

Bednarcyzk EM, et al.

Transcranial Doppler: an

introduction for primary care


physicians. J Am Board Fam

Med. 2007;20(1):65-71.

10. Rasquin SMC, Verhey FRJ,

Lousberg R, Winkens I, Lodder

J. Vascular cognitive disorders:

memory, mental speed, and

cognitive flexibility after stroke. J

of the Neurol Science. 2002;203204:

115-9.

11. Nasreddine ZS, Phillips NA,

Bedirian V, Charbonneau S,

Whitehead V, Collin I, et al. The

Montreal cognitive assessment,

MoCA: a brief screening tool for

mild cognitive impairment. J Am

Geriatr Soc. 2005;53:695-9.

12. Pendlebury ST, Cuthbertson FC,

Welch SJV, Mehta Z, Rothwell

PM. Underestimation of

cognitive impairment by mini-

mental state examination versus

the Montreal cognitive

assessment in patients with

transient ischemic attack and

stroke: a population-based study.

Stroke. 2010;41:1290-3.
13. Pendlebury ST, Mariz J, Bull L,

Mehta Z, Rothwell PM. MoCA,

ACE-R, and MMSE versus the

national institute of neurological

disorders and stroke-Canadian

stroke network vascular

cognitive impairment

harmonization standards

neuropsychological battery after

TIA and stroke. Stroke.

2012;43:464-9.
14. Godefroy O, Fickl A, Roussel M,

Auribault C, Bugnicourt JM,

Lamy C, et al. Is the Montreal

cognitive assessment superior to

the mini-mental state

examination to detect poststroke

cognitive impairment? A study

with neuropsychological

evaluation. Stroke.

2011;42:1712-6.

15. Husein N, Lumempouw S, Ramli

Y, Herqutanto. Uji validitas dan

reliabilitas Montreal cognitive

assessment versi Indonesia

(MoCA-Ina) untuk skrining

gangguan fungsi kognitif.

Neurona. 2010;27(4):15-21.

16. Radiansyah A. Gambaran

elektrokardiografi pada pasien

stroke akut [Skripsi]. Banda

Aceh: Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala; 2011.

17. Pujarini LA. Dislipidemia pada

penderita stroke dengan

demensia di RS. Dr. Sardjito

Jogjakarta. Biomedika.
2009;1(2):17-23.

18. Tim Penulis FK UI. Buku Ajar

Kardiologi. Jakarta: Gaya Baru;

2004.

19. Sulastriyani. Gambaran

epidemiologi penderita stroke di

Ruang Rawat Inap Neurologi

IRNA B Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo [Skripsi]:

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia; 2004.

20. Misbach J. Stroke: aspek

diagnostik, patofisiologi,

manajemen. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI; 2011.

21. Rahman A. Faktor-faktor risiko

mayor aterosklerosis pada

berbagai penyakit aterosklerosis

di RSUP Dr. Kariadi Semarang

[Artikel ilmiah]. Semarang:

Universitas Diponegoro; 2012.

22. Amalia TQ. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan terjadinya

gangguan fungsi kognitif pada

pasien pasca stroke iskemik di

RSUDZA Banda Aceh [Skripsi].


Banda Aceh: Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah

Kuala; 2013.

23. Lumbantobing SM. Stroke,

bencana peredaran darah di

otak. Jakarta: Balai Penerbit FK

UI; 2007.

24. Bener A, Kamran S, Elouzi EB,

Hamad A, Heller RF.

Association between stroke and

acute myocardial infarction and

its related risk factors:

hypertension and diabetes. 2005.

25. Hamidon BB, Raymond AA. The

impact of diabetes mellitus on in-

hospital stroke mortality. Kuala

Lumpur: Faculty of Medicine

Universiti Kebangsaan Malaysia;

2003.

26. Tugasworo D. Kecepatan aliran

darah arteri serebri media pada

penderita stroke non hemoragik

[Tesis]. Semarang: Fakultas

Kedokteran Bagian Ilmu

Penyakit Saraf Universitas


Diponegoro; 2000.

27. Tampubolon A. Hubungan

antara lokasi infark ditinjau dari

gambaran CT scan otak dengan

timbulnya demensia pasca stroke

[Tesis]. Semarang: Fakultas

Kedokteran Bagian Ilmu

Penyakit Saraf Universitas

Diponegoro; 2008.

28. Agustina L. Hubungan antara

kadar Low Density Lipoprotein-

Cholesterol (LDL-C) dengan

kejadian gangguan kognitif pada

penderita pasca stroke iskemik

[Tesis]. Semarang: Universitas

Diponegoro; 2011.

29. Andriyani UL. Karakteristik

penderita demensia vaskular

pasca stroke di poli saraf

RSUDZA Banda Aceh [Skripsi].

Banda Aceh: Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah

Kuala; 2013.

30. Cristy I. Asosiasi genotipe


Apolipoprotein E dengan fungsi

kognitif pada pasien pasca stroke

iskemik [Tesis]. Semarang:

Fakultas Kedokteran Bagian


Ilmu Penyakit Saraf Universitas

Diponegoro; 2011.

Saraf Universitas

Diponegoro; 2011.

31. Sanjiv KS. Prevalence and

correlates of cognitive

impairment in stroke patients in

a rehabilitation setting. IJOPR. 2006;10(2):37-47.

32. Martini S. Gangguan kognitif

pasca stroke dan faktor

risikonya. J Med Masy.

2002;18(4):24-7.

33. Tatemichi TK, Desmond DW,

Prohovnik I, et al. Confusion and

memory loss from capsular genu

infarction: a thalamocortical

disconnection syndrome?

Neurology. 1992;42:1966-79.

34. Tatemichi TK, Desmond DW,

Prohovnik I. Strategic infarcts in

vascular dementia: a clinical and

brain imaging experience. Drug

Res. 1995;45:371-85.

35. Mendez MF, Adams NL,


Lewandowski KS.

Neurobehavioral changes

associated with caudate lesions.

Neurology. 1989;39:349-54.

36. Donnan GA, Bladin PF,

Berkovic SF, et al. The stroke

syndrome of striatocapsular

infarction. Brain. 1991;114:5170.

37. Giroud M, Lernesle M, Madinier

G, et al. Unilateral lenticular

infarcts: radiological and

clinical syndromes, aetiology,

and prognosis. J Neurol

Neursurg Psychiatry.

1997;63:611-5.

38. Mok VCT, Fan YH, Lam WWM,

Hui ACF, Wong KSL. Small

subcortical infarct and

intracranial large artery disease

in Chinese. J Neurol Sci.

2003;216:55-9.

Anda mungkin juga menyukai