Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN KONDISI HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI

KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT JALAN USIA 18-45 TAHUN DI


RUMAH SAKIT UMUM SILOAM TANGERANG TAHUN 2022

Disusun oleh :

Vincent Christianto

01071190035

Pembimbing :

dr. Jeremia Immanuel Siregar, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

JUNI 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN KONDISI HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI


KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT JALAN USIA 18-45 TAHUN DI
RUMAH SAKIT UMUM SILOAM TANGERANG

Disusun oleh :
NAMA : VINCENT CHRISTIANTO
NIM : 01071190035

Telah disetujui untuk diujikan

dr. Jeremia Immanuel Siregar, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
JUNI 2022

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Vincent Christianto
NIM : 01071190035

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul :


HUBUNGAN KONDISI HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI
KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT JALAN USIA 18-45 TAHUN DI RUMAH
SAKIT UMUM SILOAM TANGERANG

ditulis dan diselesaikan sendiri.

Skripsi saya bukan merupakan terjemahan dari buku text, dan bukan merupakan
duplikasi dari jurnal yang telah diterbitkan.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia untuk dituntut dan diproses berdasarkan ketentuan yang
berlaku dan skripsi saya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.

Karawaci, 10 Juni 2022


Yang membuat pernyataan

Vincent Christianto

ii
ABSTRAK

Vincent Christianto (01071190035)


HUBUNGAN KONDISI HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI
KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT JALAN USIA 18-45 TAHUN DI
RUMAH SAKIT UMUM SILOAM TANGERANG

Latar belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronik vaskular yang
semakin meningkat prevalensinya di dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018, dilaporkan setidaknya 34,1% dari 260 juta penduduk Indonesia
menderita hipertensi. Kondisi hipertensi ini juga kerap mempengaruhi kualitas
fungsi kognitif seseorang. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan
bahwa kondisi hipertensi dapat menurunkan fungsi kognitif seseorang terutama
pada usia lanjut di atas 60 tahun, namun belum banyak yang meneliti hal ini pada
kelompok usia dewasa muda 18-45 tahun.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kondisi hipertensi dengan penurunan


fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Umum
Siloam Tangerang.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis studi analitik


komparatif kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian cross sectional.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah
Sakit Umum Siloam Tangerang. Peneliti menggunakan kuesioner Montreal
Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCa-Ina). Hasil penelitian kemudian
diolah menggunakan software SPSS 25 yang kemudian dianalisis dengan metode
chi-square dengan alternatif analisis fisher.

Hasil : Sebanyak 122 responden dimasukkan kedalam analisis penelitian. Kondisi


hipertensi memiliki hubungan dengan penurunan fungsi kognitif (PR 1,61; 95%
CI; P = 0,003 < 0,05). Setelah analisis multivariat, kondisi hipertensi masih
berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif (Sig. 0,028 < 0,05).

Simpulan : Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan


penurunan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah
Sakit Umum Siloam Tangerang.

Kata kunci : Hipertensi, fungsi kognitif, Montreal Cognitive Assessment versi


Indonesia (MoCa-Ina).

iii
ABSTRACT

Vincent Christianto (01071190035)


CORRELATION BETWEEN HYPERTENSION CONDITION AND
COGNITIVE FUNCTION DECLINE IN OUTPATIENTS AGE 18-45 AT
SILOAM GENERAL HOSPITAL, TANGERANG

Background : Hypertension is on of the most common chronic vascular disease


with increasing prevalence in the world. Which is in 2018, according to Riset
Kesehatan Dasar Indonesia, reported that at least 34.1% from 260 million
population of Indonesia, suffered from hypertension. This condition of
hypertension also affects the quality of a person's cognitive function. Several
previous studies have proven that hypertension can cause mild cognitive decline,
especially in the elderly over 60 years, but not many have investigated this in the
young adult age group of 18-45 years.

Objective : to determine the correlation between hypertension and cognitive


function decline in outpatients aged 18-45 years at Siloam General Hospital,
Tangerang.

Methods : This research is a unpaired categorical comparative analytical study


with a cross-sectional observation study design. This research was conducted on
outpatients aged 18-45 years at Siloam General Hospital, Tangerang.
Researchers used the Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment
questionnaire. The result of this research were then processed using SPSS 25
software which was then analyzed using the chi-square method with an
alternative fisher analysis.

Results : A total of 122 respondents were included in the research analysis.


Hypertensive conditions were associated with cognitive function decline (PR 1.61;
95% CI; P = 0.003 < 0.05). After multivariate analysis, hypertension was still
associated with cognitive function decline (Sig. 0.028 < 0.05).

Conclusion : The condition of hypertension has a significant relationship with


cognitive function decline in outpatients aged 18-45 years at Siloam General
Hospital, Tangerang.

Key word : hypertension, cognitive function, Indonesian version of the Montreal


Cognitive Assessment (MoCa-Ina)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala bentuk karunia dan
berkat-Nya selama ini yang telah diberikan, sehingga pembuatan Tugas Akhir
Skripsi ini dapat diselesaikan.

Tugas akhir yang berjudul “ HUBUNGAN KONDISI HIPERTENSI


DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN RAWAT
JALAN USIA 18-45 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
TANGERANG ” ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik saat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Pelita Harapan, Tangerang,
Banten.

Terimakasih atas bimbingan dan doa dari berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Dr. dr. Eka Julianta Wahjoepramono, Sp.BS, Ph.D, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.
2. Dr. dr. Allen Widysanto, Sp.P, CTTS, FAPSR, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Pelita Harapan.
3. dr. Jeremia Immanuel Siregar, Sp.PD, selaku dosen pembimbing tugas akhir
dan dosen pembimbing statistik yang telah banyak membantu penulis mulai
dari awal penulisan hingga penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
4. Dosen pengajar FP I, dan II yang senantiasa membimbing materi terkait
pembuatan tugas akhir skripsi ini.
5. Keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan serta doa dalam
pengerjaan tugas akhir ini.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, dukungan, dan
bantuan selama pengerjaan tugas akhir ini.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

v
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis kedepannya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya. Sekian. Terimakasih

Tangerang, 7 Juni 2022

Vincent Christianto

vi
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ............................................................................ i


Surat Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ................................................................. ii
Abstrak ................................................................................................................... iii
Abstract .................................................................................................................. iv
Kata Pengantar .........................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
1.3. Pertanyaan Penelitian......................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................3
1.4.1. Tujuan Umum .....................................................................................3
1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
1.5.1. Manfaat akademik...............................................................................4
1.5.2. Manfaat praktis ...................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................5
2.1. Hipertensi ........................................................................................................5
2.1.1. Definisi................................................................................................5
2.1.2. Epidemiologi .......................................................................................5
2.1.3. Klasifikasi ...........................................................................................5
2.1.4. Faktor Risiko ......................................................................................6
2.1.4.1. Faktor Genetik .....................................................................6
2.1.4.2. Umur ....................................................................................7
2.1.4.3. Jenis Kelamin .......................................................................7
2.1.4.4. Obesitas ................................................................................8
2.1.4.5. Merokok ...............................................................................8

vii
2.1.5. Patogenesis .........................................................................................9
2.1.6. Patofisiologi ......................................................................................10
2.1.6.1. Renin-Angiotensin-Aldosterone-System (RAAS) .............10
2.1.6.2. Sistem Saraf Simpatis ........................................................11
2.2. Fungsi Kognitif .............................................................................................12
2.2.1. Definisi..............................................................................................12
2.2.2. Anatomi ............................................................................................12
2.2.3. Evaluasi Klinis ..................................................................................13
2.3. Instrumen Penelitian .....................................................................................13
2.3.1. Instrumen untuk Fungsi Kognitif ......................................................13
2.3.1.1. Kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCa-Ina) .......................................................................................13
2.3.1.2. Validasi Kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi
Indonesia (MoCa-Ina).. .....................................................................14
BAB III ..................................................................................................................16
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ...............16
3.1. Kerangka Teori .............................................................................................16
3.2. Kerangka Konsep..........................................................................................17
3.3. Hipotesis .......................................................................................................17
3.4. Variabel Penelitian........................................................................................17
3.4.1. Variabel Independen .........................................................................17
3.4.2. Variabel Dependen ...........................................................................17
3.4.3. Variabel Perancu ...............................................................................18
3.5. Definisi Operasional .....................................................................................19
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................21
4.1. Desain Penelitian ..........................................................................................21
4.2. Lokasi dan Waktu .........................................................................................21
4.3. Bahan dan Cara .............................................................................................21
4.3.1. Bahan ................................................................................................21
4.3.2. Cara ...................................................................................................21
4.4. Populasi Penelitian........................................................................................22

viii
4.5. Sampel Penelitian .........................................................................................22
4.6. Cara Pengambilan Sampel ............................................................................22
4.7. Cara Penghitungan Jumlah Sampel ..............................................................22
4.8. Kriteria Inklusi ..............................................................................................24
4.9. Kriteria Eksklusi ...........................................................................................25
4.10. Alur Penelitian ..............................................................................................26
4.11. Pengolahan Data ...........................................................................................27
4.12. Uji Statistik ...................................................................................................27
4.13. Dana Penelitian .............................................................................................28
4.14. Jadwal Penelitian...........................................................................................29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................30
5.1. Karakteristik Responden .................................................................................30
5.2. Deskripsi Responden Penelitian......................................................................31
5.3. Hasil Analisis Data ..........................................................................................32
5.3.1. Analisis Bivariat antara Hipertensi dengan Gangguan Fungsi
Kognitif ......................................................................................................33
5.3.2. Analisis Bivariat antara Tingkat Pendidikan dengan Gangguan
Fungsi Kognitif ..........................................................................................34
5.3.3. Analisis Bivariat antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Gangguan Fungsi Kognitif .........................................................................34
5.3.4. Analisis Bivariat antara Status Gula Darah dengan Gangguan Fungsi
Kognitif ......................................................................................................35
5.3.5. Analisis Bivariat antara Status Merokok dengan Gangguan Fungsi
Kognitif ......................................................................................................36
5.3.6. Analisis Bivariat antara Status Konsumsi Alkohol dengan Gangguan
Fungsi Kognitif ..........................................................................................37
5.4. Analisis Multivariat.........................................................................................37
5.5. Pembahasan .....................................................................................................42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................46
6.1. Kesimpulan .....................................................................................................46
6.2. Saran................................................................................................................46

ix
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Informed Consent ....................................... xii
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Informed Consent .................................... xiv
Lampiran 3 Format Kuesioner .........................................................................xv

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi ............................................................................. 6


Tabel 3.5. Definisi Operasional ............................................................................ 19
Tabel 4.13. Dana Penelitian .................................................................................. 28
Tabel 4.14. Jadwal Penelitian ............................................................................... 29
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden ..................................................... 31
Tabel 5.3.1. Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif ................ 33
Tabel 5.3.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Gangguan Fungsi Kognitif . 34
Tabel 5.3.3. Hubungan IMT dengan Gangguan Fungsi Kognitif ......................... 34
Tabel 5.3.4. Hubungan Status Gula Darah dengan Gangguan Fungsi Kognitif ... 35
Tabel 5.3.5. Hubungan Status Merokok dengan Gangguan Fungsi Kognitif ....... 36
Tabel 5.3.6. Hubungan Status Konsumsi Alkohol dengan Gangguan Fungsi
Kognitif ................................................................................................................ 37
Tabel 5.4.1. Uji Kelayakan Model ........................................................................ 38
Tabel 5.4.2. Nilai -2 Log Likelihood awal ............................................................ 38
Tabel 5.4.3. Nilai -2 Log Likelihood akhir ............................................................ 38
Tabel 5.4.4. Omnibus Tests of Model Coefficients ............................................... 39
Tabel 5.4.5. Hasil Uji Regresi Logistik ................................................................ 39
Tabel 5.4.6. Cox & Snell and Nagelkerke ............................................................. 41
Tabel 5.4.7. Classification Plots ........................................................................... 41

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi atau yang biasa disebut darah tinggi adalah suatu kondisi
terjadinya peningkatan tekanan darah melewati batas normal yaitu melebihi
140/90 mmHg setelah setidaknya 2 pengukuran berdasarkan Tatalaksana
untuk kondisi hipertensi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia.1

World Health Organization tahun 2021 menyebutkan bahwa sekitar


1,28 miliar penduduk dunia dengan usia melebihi 30 tahun menderita
hipertensi.2 Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk
sekitar 260 juta adalah sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan
dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar
25,8%.3 Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2017 menyebutkan
penderita hipertensi pada tahun 2018 terdapat 105.488 kasus atau sekitar
56,41% dari gambaran penyakit tidak menular di seluruh wilayah Kabupaten
Tangerang.4

Fungsi kognitif atau dapat disebut dengan kemampuan seseorang untuk


mengerti akan suatu hal yang dicapai dari sejumlah fungsi kompleks yang
disebut dengan domain.5 Menurut kuesioner MoCa-Ina, terdapat 8 domain,
yaitu visuospasial / eksekutif, penamaan, atensi, kemampuan berbahasa,
abstraksi, memori, delayed recall, dan orientasi.6 Seseorang dapat
mengeluhkan gangguan fungsi kognitif ringan berupa gangguan memori
terutama pada usia 45 tahun ke atas atau bahkan lebih muda dikarenakan
lifestyle pada zaman sekarang ini.7 Hal ini dapat diakibatkan berkurangnya
efisiensi transmisi neuron pada otak yang menghasilkan lambatnya proses
penerimaan maupun pengolahan informasi bahkan banyak informasi yang

1
hilang juga selama transmisi. Menurunnya kemampuan menyerap informasi
inilah yang akan mempengaruhi penurunan fungsi kognitif. Adapun faktor lain
yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif, yaitu
hipertensi, diabetes melitus, merokok, tingkat pendidikan, obesitas, dan masih
banyak lagi.8 Adanya penurunan fungsi kognitif ringan dapat memberikan
dampak seperti kesulitan dalam mengingat, mempelajari hal-hal baru,
berkonsentrasi, dan membuat keputusan yang pastinya mempengaruhi
aktivitas sehari-hari seseorang, dalam jangka panjang, jika penurunan fungsi
kognitif ringan ini tidak di kontrol maka dapat mengakibatkan dampak yang
lebih buruk dari penurunan fungsi kognitif berat seperti, kehilangan
kemampuan memahami dan berbicara ataupun menulis sehingga seseorang
akan menjadi bergantung pada orang lain di kehidupan sehari-harinya.9

Hipertensi akan memicu terjadinya perubahan struktur vaskular yang


jika tidak dikontrol akan menyebabkan gangguan autoregulasi serebral, lesi di
substansia alba, infark lakunar yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan
fungsi kognitif.10

Penilaian fungsi kognitif akan dilakukan dengan teknik wawancara


menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCa-Ina) yang telah diuji validitas serta reliabilitasnya untuk mendeteksi
gangguan fungsi kognitif ringan dengan nilai sensitifitas 90% - 96% dan nilai
spesifisitas sebesar 87% - 95%.11 Waktu pengerjaan kuesioner ini juga hanya
berkisar 10 menit serta sangat sensitif dalam mendeteksi gangguan fungsi
kognitif ringan.6

Meskipun di Indonesia sudah banyak dilakukan penelitian mengenai


kondisi hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif, namun belum banyak
yang meneliti pada populasi dewasa muda atau dengan umur 18 – 45 tahun,
dikarenakan memang pada umumnya penurunan fungsi kognitif dialami pada
usia geriatri atau usia di atas 60 tahun. Oleh karena itu, peneliti akan mencari
tahu pengaruh kondisi hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif pada

2
pasien rawat jalan usia 18 – 45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang.

1.2.Rumusan Masalah

Salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif adalah kondisi


hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi yang sering kali ditemukan di
Indonesia. Terlebih lagi di era sekarang ini di mana lifestyle juga sudah
banyak berubah sehingga meningkatkan prevalensi hipertensi bahkan pada
usia yang lebih muda. Usia juga menjadi faktor risiko terbesar dalam
penurunan fungsi kognitif, dan pada umur 45 tahun fungsi kognitif terutama
pada memori objektif suatu individu mulai menurun.12 Beberapa penelitian
yang telah dilakukan di Indonesia sudah menyatakan bahwa adanya pengaruh
kondisi hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif pada kelompok umur
geriatri atau usia 60 tahun ke atas, namun belum banyak penelitian yang
meneliti pada kelompok usia dewasa muda (18 – 45 tahun), yaitu pada
kelompok yang seharusnya belum mengalami penurunan fungsi kognitif.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai pengaruh kondisi hipertensi dengan penurunan fungsi
kognitif pada pasien rawat jalan usia 18 – 45 tahun di Rumah Sakit Siloam
Tangerang.

1.3.Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Apakah terdapat hubungan antara hipertensi dengan penurunan


fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18 – 45 tahun di Rumah
Sakit Umum Siloam Tangerang ?

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara kondisi hipertensi dengan


penurunan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18 – 45 tahun

3
di Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah pada pasien dengan hipertensi


terdapat penurunan skor Montreal Cognitive Assessment versi
Indonesia (MoCa-Ina).

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru


mengenai hipertensi maupun fungsi kognitif.

1.5.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk


meningkatkan kesadaran akan petingnya menjaga tekanan darah
dan juga lebih memperhatikan fungsi kognitif bagi masyarakat
umum khususnya pada usia dewasa muda di bawah umur 45 tahun,
selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi
bagi praktisi maupun klinisi dalam mengedukasi masyarakat agar
lebih waspada terhadap kondisi hipertensi dini maupun penurunan
fungsi kognitif pada usia dewasa muda.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Hipertensi

2.3.1 Definisi

Hipertensi atau yang biasa dikenal dengan darah tinggi merupakan


suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah melewati batas
normal, sebagai akibatnya menyebabkan tanda-tanda tertentu seperti
kerusakan yang lebih besar pada tubuh dan organ spesifik seperti diabetes
melitus, stroke, penyakit jantung koroner, serta gagal ginjal.13 TD dalam
hipertensi biasa di definisikan sebagai tekanan darah sistolik dan / atau
diastolik yang meningkat lebih dari 140/90 mmHg setelah setidaknya 2
pengukuran berdasarkan Tatalaksana untuk kondisi hipertensi dari
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.1

2.3.2 Epidemiologi

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) angka


kejadian hipertensi di Indonesia yang berpenduduk sekitar 260 juta adalah
sebesar 34,1%.3 Ini mengalami peningkatan dibandingkan angka kejadian
hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 dengan angka 25,8%. Diperkirakan
hanya 1/3 masalah hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak
terdiagnosis.14

2.3.3 Klasifikasi

Seseorang akan dikatakan hipertensi apabila memiliki tekanan


darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg, pada lebih dari 1 kali pemeriksaan. Tekanan darah sistolik
merupakan pengukuran primer yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada

5
seseorang menurut ESH/ECH Guidelines 2018.15

Tabel sebagai berikut :

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120 – 129 80 - 84
Prehypertension (High Normal) 130 – 139 85 – 89
Stage 1 Hypertension 140 – 159 90 - 99
Stage 2 Hypertension 160 – 179 100 – 109
Stage 3 Hypertension ≥ 180 ≥ 110
Isolated Systemic Hypertension ≥ 140 < 90

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi

2.3.4 Faktor Risiko

Faktor risiko untuk hipertensi dibagi menjadi yang bisa


dimodifikasi dan yang tidak bisa dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak
bisa dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, serta
etnis. Sedangkan faktor yang bisa dimodifikasi meliputi obesitas,
kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.16

2.3.4.1. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga akan


menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler serta rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium,16 dikarenakan gen yang berperan pada
hipertensi juga berperan pada homeostasis natrium pada
ginjal. 17

6
2.3.4.2. Umur

Pada usia antara 30 sampai 65 tahun, tekanan


sistolik meningkat rata-rata sebesar 20 mmHg dan terus
meningkat setelah usia 70 tahun.18 Prevalensi hipertensi
sebesar 31,61% pada usia 25-44 tahun, pada usia 45-64
tahun sebesar 55,23% dan pada usia > 65 tahun sebesar
69,53%.3

Tekanan darah akan meningkat seiring


bertambahnya usia. Menginjak usia 45 tahun, dinding arteri
akan mengalami penebalan yang dikarenakan adanya
penumpukan zat kolagen di lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan perlahan menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah yang meningkat disebabkan kakunya
pembuluh darah besar seiring bertumbuhnya usia sampai
dekade ke lima dan ke enam kemudian menetap atau
cenderung menurun.19

2.3.4.3. Jenis Kelamin

Prevalensi hipertensi menurut Riskesdas 2018 untuk


wanita dan Pria memiliki prevalensi yang tidak jauh
berbeda yaitu 31,34% pada Pria, dan 36,85% pada wanita.3

Pria memiliki risiko 2,3 kali lebih banyak untuk


mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan wanita, dan setelah memasuki fase
menopause, angka kejadian hipertensi pada wanita
meningkat, khususnya sesudah memasuki usia 65 tahun,
dikarenakan faktor hormonal pada wanita, maka angka
kejadian kembali meningkat.20

7
Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon esterogen yang memiliki fungsi
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung untuk mencegah adanya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen diperkirakan
sebagai penjelasan adanya kekebalan wanita pada usia pre-
menopause. Pada post-menopause, hormon esterogen
wanita akan berkurang terus menerus sehingga tidak bisa
lagi melindungi pembuluh darah dari kerusakan, sehingga
akan meningkatkan angka kejadian hipertensi pada wanita
post-menopause.16

2.3.4.4. Obesitas

Seseorang yang mengalami obesitas memiliki risiko


2,2 kali lebih banyak untuk menderita hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai IMT normal.
Obesitas menyebabkan hipertensi karena timbunan lemak
memicu penyempitan pembuluh darah sehingga aliran
darah terhambat dan jantung harus bekerja lebih keras
untuk meningkatkan aliran darah yang menyebabkan
terjadinya hipertensi.21

2.3.4.5. Merokok

Komponen yang terkandung di dalam rokok, yaitu


nikotin dan karbondioksida akan merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri sehingga pembuluh darah berkurang
menjadi kaku dan mengganggu aliran darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat.22

8
Berdasarkan penelitian Lina, dkk (2013) di wilayah
kerja Puskesmas Mulyorejo Kota Surabaya yang
menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki risiko
menderita hipertensi 1,37 kali dibandingkan yang bukan
perokok pasif. Sedangkan untuk perokok aktif memiliki
risiko 1,20 kali untuk menderita hipertensi. 23

2.3.5 Patogenesis

Perjalanan hipertensi biasanya dimulai dari hipertensi


esensial yang akan berkembang menjadi hipertensi persisten jika
tidak dikontrol. Kekuatan pompa jantung (Cardiac output),
tekanan perifer (Peripheral resistance), Renin-angiotensin-
aldosteron system (RAAS), Inflamasi, perubahan dari struktur
mikrovaskular seperti menurunnya elastisitas, terbentuknya
atherosclerosis yang dapat menghambat peredaran darah sehingga
mekanisme – mekanisme tersebut jika mengalami abnormalitas
akan berkontribusi dalam efek kaskade yang selanjutnya
memperparah daripada kondisi hipertensi.24

Adanya faktor herediteri dan faktor lingkungan


menyebabkan perubahan homeostasis kardiovaskular (Pre-
Hypertension), tetapi belum cukup untuk meningkatkan tekanan
darah sampai batas abnormal. walaupun demikian hal tersebut
dapat memulai efek kaskade, setiap langkah yang diakibatkan oleh
langkah yang sebelumnya, efek kaskade inilah yang berakumulatif
selama bertahun-tahun, kemudian menyebabkan tekanan darah
yang meningkat (Early Hypertension). Pada fase ini, seseorang
dapat menghentikan kaskade dan kembali ke normotensi dengan
adanya perubahan gaya atau pola hidup.

Sebagian orang yang tidak merubah gaya atau pola hidup


berisiko mengubah early hypertension menjadi Established

9
Hypertension (hipertensi menetap), yang jika dibiarkan dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan komplikasi pada organ
lainnya.25

2.3.6 Patofisiologi

Tekanan darah akan dipengaruhi oleh beberapa faktor


seperti Cardiac output (CO) dan Total Peripheral resistance
(TPR). Apabila terjadi peningkatan salah satu dari kedua variabel
tersebut, maka akan menimbulkan kondisi hipertensi. Namun
tubuh pastinya memiliki berbagai cara untuk dapat
mempertahankan tekanan darah pada batas normal yang disebut
homeostasis. Homeostasis yang dilakukan tubuh dapat dibagi
menjadi 2 yaitu, akut dan jangka panjang atau kronis. Homeostasis
secara cepat dilakukan melalui sistem saraf seperti refleks
kemoreseptor dan baroreseptor. Sedangkan homeostasis secara
jangka panjang bekerja melalui perpindahan cairan antar sirkulasi
kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol oleh hormon
angiotensin dan vasopressin. Kemudian dilanjutkan dengan sistem
poten yang bekerja dalam jangka waktu lama dan akan
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan dalam tubuh
yang melibatkan berbagai organ.16

2.3.6.1 Renin-Angiotensin-Aldosterone-System (RAAS)

Mekanisme terjadinya hipertensi dapat terjadi


melalui terbentuknya angiotensin II hasil konversi
angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE).
Peran fisiologis sangat vital dalam mengatur tekanan darah
terutama peran yang disusun oleh ACE. Hati akan
mensekresikan angiotensinogen ke dalam darah yang
nantinya akan bereaksi dengan angiotensin I dari ginjal.
Hormon renin yang disekresikan oleh ginjal akan diubah

10
menjadi angiotensin I dan juga akan disalurkan melalui
darah. Hormon ACE yang terdapat di paru-paru mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci untuk meningkatkan tekanan
darah.26

Mekanisme pertama adalah meningkatkan sekresi


hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi
di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja di organ
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis) akan jauh berkurang, sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang menyebabkan adanya peningkatkan
tekanan darah.

RAAS juga akan menstimulasi sekresi dari hormone


aldosteron yang berasal dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler atau
meningkatkan retensi air yang akan mengakibatkan
meningkatkan volume darah sehingga tekanan darah pun
ikut meningkat.16

11
2.3.6.2 Sistem Saraf Simpatis

Stimulasi sistem saraf simpatik bisa menyebabkan


penyempitan ataupun dilatasi (pelebaran) arteriol. Dengan
demikian, sistem saraf otonom memiliki fungsi penting
untuk menjaga tekanan darah normal. Hal ini juga penting
dalam mediasi perubahan jangka pendek tekanan darah
dalam respon terhadap stres dan latihan fisik. Penyebab lain
dari hipertensi adalah pengaturan ulang dari barorefleks dan
penurunan sensitivitas baroreseptor. Sistem renin-
angiotensin terlibat setidaknya dalam beberapa bentuk
hipertensi (misalnya hipertensi renovaskular) dan ditekan
dengan adanya hiperaldosteronisme primer.27

2.2.Fungsi Kognitif

2.2.1. Definisi

Fungsi kognitif dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu


fungsi penerimaan, fungsi memori dan pembelajaran, fungsi
berpikir, dan fungsi ekspresif. Fungsi – fungsi ini pada akhirnya
dapat diukur berdasarkan 4 aspek kognitif, yaitu atensi, memori,
bahasa, dan fungsi eksekutif.28

2.2.2. Anatomi

Sistem saraf yang berperan dalam fungsi kognitif akan


menjalankan fungsinya dalam satu kesatuan yang disebut sistem
limbik. Sistem limbik ini akan berperan dan terlibat di dalam
pengendalian emosi, perilaku, serta memori.

Secara anatomis, struktur limbik tersusun atas gyrus


subcallosus, gyrus cinguli, dan gyrus parahippocampalis,
formation hoppicampi, nuleus amygdala, corpus mammillare, dan

12
nucleus anterior thalami. Sistem tersebut dihubungkan oleh jaras –
jaras yang terdiri dari alveus, fimbria, fornix, tractus
mammillothalamicus, dan stria terminalis.29

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

2.2.3.1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang, dimana akan


diminimalisir dengan adanya penambahan 2 poin pada total
skor jika invididu memiliki tingkat pendidikan < 9 tahun
atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP atau
sederajat) dan penambahan 1 poin pada total skor jika
individu memiliki tingkat pendidikan 10 – 12 tahun atau
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA atau sederajat).

2.2.3.2. Kebiasaan Merokok

Merokok pada usia dini berhubungan dengan


terjadinya gangguan fungsi kognitif yang berujung pada
demensia dan alzheimer dini,30 serta pemakaian rokok
dalam jangka waktu singkat memiliki efek yang baik
terhadap fungsi kognitif, namun penggunaan dalam jangka
waktu yang lama akan meningkatkan risiko gangguan
fungsi kognitif melalui respons inflamasi yang pada
akhirnya berpengaruh pada penurunan fungsi kognitif
vaskular.31

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh


Ismaya et al yang menyebutkan bahwa merokok
merupakan salah satu faktor protektif untuk mencegah
terjadinya gangguan fungsi kognitif.8

13
2.2.3.3. Obesitas

Kondisi Obesitas secara tidak langsung dapat


mempengaruhi serta menurunkan fungsi kognitif seseorang
terutama pada obesitas sentral. Obesitas sendiri akan
meningkatkan risiko dari hipertensi yang nantinya akan
berpengaruh pada fungsi kognitif seseorang serta secara
langsung, obesitas dapat menyebabkan atrofi serebral dan
substansia alba yang memiliki faktor inflamatori sebagai
pencetus penurunan fungsi kognitif.

2.2.3.4. Kebiasaan Meminum Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol ataupun kandungan alkohol itu


sendiri bersifat neurotoksik sehingga jika dikonsumsi dalam
jangka waktu panjang akan menghasilkan kerusakan neuron
terutama pada anatomi sistem limbik seperti hipokampus
yang berperan dalam pembentukan memori harian.

2.2.3.5. Diabetes

Diabetes memiliki dampak yang sama dengan


tingkat obesitas seseorang, dimana kondisi diabetes akan
mempengaruhi fungsi kognitif secara tidak langsung
melalui mekanisme hipertensi.

2.2.4. Evaluasi Klinis

Hal yang dapat dievaluasi dari fungsi kognitif berupa


memori, kemampuan visuospasial dan konstruksional, serta
kemampuan membaca, menulis, dan menghitung. Sekitar 75%
bagian dari otak manusia adalah area yang menjalankan fungsi
kognitif ini.32 Seseorang yang mengalami gangguan fungsi kongitif
akan mempunyai keluhan utama berupa gangguan memori.

14
Evaluasi formal untuk gangguan kognitif sendiri
memerlukan konsultasi yang cukup rumit, namun ada beberapa
skrining yang dapat dilakukan seperti Mini Mental State
Examination (MMSE) atau yang akan digunakan pada penelitian
ini yaitu, Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCa-
Ina). MoCa-Ina akan mengevaluasi 8 domain dari fungsi kognitif
yaitu, fungsi eksekutif, kemampuan visuospasial, atensi dan
konsentrasi, memori, bahasa, konsep berfikir, kalkulasi, dan
orientasi.6

2.3. Instrumen Penelitian

2.3.1 Instrumen untuk Fungsi Kognitif

2.3.1.1 Kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi


Indonesia (MoCa-Ina)

Kuesioner Montreal Cognitive Assessment


dikembangkan sebagai alat skrining cepat terhadap MCI
atau Mild Cognitive Impairment dan early Alzheimer’s
Dementia. Seperti yang sudah dijelaskan pada evaluasi
klinis fungsi kognitif, kuesioner ini akan mengevaluasi 8
ranah dari fungsi kognitif yang nantinya akan dijabarkan
melalui 30 butir soal dengan total 30 skor.

Cut-off yang akan digunakan juga akan mengikuti


kuesioner MoCa original dari Kanada yaitu 26 di mana jika
skor <26 (di bawah) mengindikasikan adanya gangguan
fungsi kognitif, dan dengan skor 26-30 mengindikasikan
fungsi kognitif yang normal.6 Namun tentu fungsi kognitif
akan dipengaruhi dengan latar pendidikan seseorang, maka
dari itu untuk individu dengan pendidikan rendah (<9
tahun) akan ditambahkan 2 poin pada total skor MoCa

15
individu tersebut dan untuk individu dengan pendidikan
sekitar 10 – 12 tahun akan ditambahkan 1 poin pada total
skor MoCa, sehingga bias dari latar belakang pendidikan
dapat diminimalisir.11

2.3.1.2 Validasi Kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi


Indonesia (MoCa-Ina)

Skrining yang digunakan pada penelitian ini merupakan


Kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCa-Ina) yang telah diuji validitas serta reliabilitasnya untuk
mendeteksi gangguan fungsi kognitif ringan dengan nilai
sensitifitas 90% - 96% dan nilai spesifisitas sebesar 87% -
95%.11

MoCa dalam versi Indonesia (MoCa-Ina) ini juga telah


diuji oleh Husein et al., (2010). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sensitivitas MoCa-Ina terhadap MMSE dengan cut-off
point 26 untuk skrining MCI atau Mild Cognitive Impairment
adalah 90%, angka ini lebih tinggi dibandingkan MMSE
(18%), sedangkan spesifisitas MoCa-Ina terhadap MMSE
untuk skrining MCI adalah 87%. Dikarenakan sensitifitas dan
juga spesifisitas MoCa-Ina yang cukup tinggi dibandingkan
kuesioner MMSE, dan juga waktu pengerjaan yang cukup
cepat, yaitu sekitar 10 menit. Maka peneliti akan menggunakan
kuesioner MoCa-Ina.6

16
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori

17
3.2.Kerangka Konsep

Bagan 2. Kerangka Konsep

3.3.Hipotesis

3.3.1. Terdapat hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi


kognitif pada pasien rawat jalan usia 18 – 45 tahun di Rumah Sakit
Umum Siloam Tangerang.

3.4.Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Hipertensi.

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini


adalah penurunan fungsi kognitif, dimana penurunan ini dapat
dilihat dari penurunan skor Montreal Cognitive Assessment versi
Indonesia (MoCa - Ina).

18
3.4.3. Variabel Perancu

Variabel perancu yang digunakan di dalam penelitian ini adalah


tingkat pendidikan, riwayat merokok, riwayat meminum alkohol,
komorbid diabetes dan juga obesitas.

3.5.Definisi Operasional

No Variabel Definisi Metode Indikator Referensi


15
1. Hipertensi Peningkatan tekanan Aneroid  Normal
darah sistolik dan/atau Sphygmoma < 140/90
diastolik di atas atau nometer
sama dengan 140/90  Hipertensi
mmHg setelah minimal ≥ 140/90
dua kali pengukuran.
33
2. Fungsi Proses berjalannya Kuesioner  Normal
Kognitif pikiran seseorang yang MoCa-Ina Skor ≥ 26
melibatkan aspek (Montreal  Gangguan
memori, perhatian, dan Cognitive fungsi
pengamatan. Assessment kognitif
versi Skor < 26
Indonesia)
34
3. Tingkat Jenjang pendidikan Kuesioner Rendah : Tamat
Pendidikan terakhir yang ditempuh, SD, SMP, dan
pendidikan seseorang SMA atau
juga merupakan waktu sederajat
untuk menambah
pengalaman hidup dan Tinggi : Tamat
juga merupakan proses perguruan tinggi
stimulasi intelektual (D3,S1,S2,dst)
yang akan
mempengaruhi kognitif
seseorang.
31 35
4. Riwayat Kebiasaan merokok Kuesioner Perokok ringan ;
Merokok seseorang yang akan dan Indeks 0 – 199 poin
ditentukan skalanya Brinkman
menggunakan Indeks Perokok sedang
Brinkman 200 – 599 poin

Perokok berat
> 600 poin
36
5. Alkohol Alkohol adalah Kuesioner Konsumsi cukup
senyawa kimia organik alkohol

19
yang memiliki < 6 bulan
karakteristik unik, yaitu
terdapat gugus hidroksil Konsumsi
(-OH) yang berikatan alkohol
dengan salah satu gugus berlebihan
karbon dalam rumus > 6 bulan
kimia suatu molekul
37
6. Obesitas Obesitas atau Kuesioner Derajat IMT
penumpukan lemak IMT ≤ 25 Normal
yang berlebihan dalam (Indeks > 25 Obesitas
jangka waktu lama Massa
karena Tubuh)
ketidakseimbangan
asupan energi dengan
energi yang dikeluarkan
38 39
7. Diabetes Diabetes terutama Kuesioner  Gula darah ;
diabetes melitus (DM) gula darah puasa
adalah suatu penyakit < 100 mg/dL
metabolisme kronis
 Gula darah
dengan berbagai
setelah
penyebab, ditandai
makan
dengan tingginya kadar
< 140 mg/dL
gula darah dan juga
gangguan metabolisme  Diabetes
karbohidrat, lipid, dan > 200 mg/dL
protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi
hormon insulin

Tabel 3.5.Definisi Operasional

20
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis studi analitik


komparatif kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian cross
sectional.

4.2.Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang


dalam jangka waktu pengambilan data kurang lebih 4 bulan yaitu pada
Januari 2022 – April 2022.

4.3.Bahan dan Cara

4.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan oleh peneliti berupa


kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCa-Ina) dengan 30 butir pertanyaan yang terdiri atas 5
pertanyaan mengenai visuospasial/eksekutif, 3 pertanyaan
mengenai penamaan, 6 pertanyaan mengenai
atensi/perhatian, 3 pertanyaan mengenai kemampuan
berbahasa, 2 pertanyaan mengenai abstraksi, 5 pertanyaan
mengenai memori, dan 6 pertanyaan mengenai orientasi.

Peneliti juga membutuhkan aneroid


sphygmomanometer serta sebuah stetoskop untuk
melakukan prosedur pengukuran tekanan darah.

21
4.4.2. Cara

Peneliti melakukan kalibrasi aneroid


sphygmomanometer terlebih dahulu sebelum digunakan.
Pengukuran tekanan darah akan dilakukan dengan keadaan
pasien rileks dan nyaman. Setelah pengukuran tekanan
darah selesai, maka akan dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner. Peneliti akan membagikan kuesioner kepada
sample dengan penjelasan mengenai cara mengisi kuesioner
tersebut dan setelah selesai mengisi kuesioner maka dapat
dihitung skor MoCa-Ina yang akan menunjukkan ada atau
tidaknya penurunan fungsi kognitif.

4.4.Populasi Penelitian

4.4.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh


pasien usia 18-45 tahun yang akan melakukan kontrol
tekanan darah.

4.4.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah


seluruh pasien usia 18-45 tahun yang akan melakukan
kontrol tekanan darah di Rumah Sakit Umum Siloam
Tangerang.

4.5.Sampel Penelitian

Sampel yang peneliti ambil adalah seluruh pasien yang akan


melakukan kontrol tekanan darah di Rumah Sakit Umum Siloam
Tangerang, yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria
eksklusi penelitian.

22
4.6.Cara Pengambilan Sampel

Peneliti mengambil sampel dengan metode teknik non-probability


sampling (purposive sampling/judgemental sampling) dimana sampel yang
diperoleh merupakan hasil dari pertimbangan peneliti sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel
yang memiliki karakteristik tertentu.

4.7.Perhitungan Jumlah Sampel

Berdasarkan pengkategorian, hipotesis penelitian saya termasuk


dalam penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan, yang
dapat ditentukan jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan
rumus berikut.

(𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 )2
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2

Keterangan
𝑛 = Besar sampel
𝑍𝛼 = Kesalahan tipe I, 5%, maka 𝑍∝ = 1,64
𝑍𝛽 = Kesalahan tipe II, 20%, maka 𝑍𝛽 = 0,84
𝑃1 = Proporsi penurunan fungsi kognitif pada kelompok hipertensi
𝑃2 = Proporsi penurunan fungsi kognitif pada kelompok tidak
hipertensi

Perhitungan Sampel

(𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 )2
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2

(1,64√2 × 0,37 × 0,63 + 0,84√0,45 × 0,55 + 0,29 × 0,71)2


𝑛=
(0,45 − 0,29)2

23
(1,64 × 0,71 + 0,84 × 0,66)2
𝑛=
(0,16)2

2,84
𝑛=
0,0256

𝑛 = 110,95815603 ≈ 111

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah


sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 111 sampel. Namun, perlu
dipertimbangkan apabila terdapat sampel eksklusi yang telah mengikuti penelitian
ataupun ada kesalahan dalam pengisian kuesioner. Oleh karena itu jumlah sampel
yang dibutuhkan akan ditambah 10% dari jumlah 111 sampel.

Penambahan jumlah sampel

10% × 111 = 11,1


𝑛 = 111 + 11,1 = 122,1 ≈ 122 sampel

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel yang


dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 122 sampel.

4.8.Kriteria Inklusi

Beberapa kriteria inklusi yang peneliti gunakan :

 Usia 18 – 45 Tahun.

 Sampel berlatar belakang pendidikan minimal sekolah dasar atau


setingkat.

 Sampel yang bersedia diikutkan dalam penelitian dan sudah


menandatangani informed consent.

24
4.9.Kriteria Eksklusi

Beberapa kriteria eksklusi yang ada :

 Sampel tidak dapat membaca / memiliki gangguan penglihatan.

 Sampel memiliki gangguan pendengaran.

 Sampel dengan riwayat stroke.

 Sampel dengan riwayat gangguan mental organik (retardasi mental,


tumor otak, riwayat trauma kepala, infeksi susunan saraf pusat,
epilepsi, dan parkison).

25
4.10. Alur Penelitian

Bagan 3. Alur Penelitian

26
4.11. Pengolahan data

Pengolahan data pada penelitian ini diolah menggunakan software


Statistical Package for the Social Sciences 25 (SPSS).

4.12. Uji Statistik

Pada penelitian ini memiliki variabel bebas kategorikal dan


variabel terikat kategorik dengan subyek tidak berpasangan, sehingga
dapat dilakukan uji statistik dengan metode uji chi-square (data normal)
atau uji fisher (data abnormal).

27
4.13. DANA PENELITIAN

No Macam Pengeluaran Satuan Harga Total


1. Pengadaan Alat/Bahan Habis Pakai, dan Tenaga Pelaksana

1 Kuesioner (3 hlm.) 130 Kuesioner Rp. 3,000, - Rp. 390,000, -

2 Pensil 2B (1 Lusin) 5 Lusin Rp. 7.500, - Rp. 37,500, -

Aneroid
3 1 Buah Rp. 200,000,- Rp. 200,000,-
Sphygmomanometer

4 Stetoskop 1 Buah Rp. 1,600,000,- Rp. 1,600,000,-

Rp. 2,227,500, -

2. Biaya Perjalanan

1 -

3. Laporan

1 Print Laporan Proposal 4 Laporan Rp. 20.000, - Rp. 80.000, -

2 Jilid 4 Laporan Rp. 5.000, - Rp. 20.000, -

Rp. 100.000, -

4. Publikasi

1 -

Total Anggaran
Rp. 2,327,500, -

Tabel 4.13. Dana Penelitian

28
4.14. JADWAL PENELITIAN

2021 2022
Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Penyusunan
1
Proposal
Pengesahan dan
2
evaluasi
Pengajuan
3
Proposal
4 Pengajuan Etik

5 Pengambilan Data

6 Analisa Data

7 Laporan
Tabel 4.14. Jadwal Penelitian

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan dengan jenis studi analitik komparatif


kategorik tidak berpasangan dengan pendekatan cross-sectional (Studi potong
lintang) dan responden yang menjadi sampel pada penelitian ini merupakan
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang khususnya yang
berusia 18-45 tahun. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari hingga April
2022 dan dilakukan wawancara secara langsung dengan responden
menggunakan kuesioner hardcopy. Setelah melalui pemilahan kriteria inklusi
dan eksklusi, sebanyak 122 responden telah memenuhi kriteria inklusi yang
ditentukan.

30
5.2. Deskripsi Responden Penelitian

Jumlah
No. Kategori
N %
1. Jenis Kelamin
Laki – Laki 65 53,28
Perempuan 57 46,72
2. Usia
18 – 25 29 23,77
26 – 35 66 54,09
36 – 45 27 22,14
3. Tingkat Pendidikan
≤ 12 tahun 84 68,85
> 12 tahun 38 31,15
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Normal 77 63,12
Overweight 45 36,88
5. Hipertensi
Ya 67 53,28
Tidak 55 46,72
6. Gangguan Fungsi Kognitif
Ya 50 40,98
Tidak 72 59,02
7. Aktivitas Merokok
Merokok 47 38,52
Tidak Merokok 75 61,48
8. Minum Minuman Beralkohol
Ya 15 12,3
Tidak 107 87,7
9. Kondisi Diabetes
Ya 18 14,75
Tidak 104 85,25

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden

Hasil penelitian diperoleh dari 122 responden yang terdiri dari pasien
rawat jalan Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang. Jumlah tersebut didapatkan

31
setelah 3 responden dieksklusikan karena usia yang tidak sesuai yaitu usia 17
tahun (1 responden), 51 tahun (1 responden), dan 70 tahun (1 responden).
Berdasarkan tabel 5.2, Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 65
responden (53,28%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 57
responden (46,72%). Usia responden juga dibagi menjadi beberapa rentang yaitu
responden dengan rentang usia 18-25 tahun sebanyak 29 responden (23,77%),
responden dengan rentang usia 26-35 tahun sebanyak 66 responden (54,09%),
responden dengan rentang usia 36-45 tahun sebanyak 27 responden (22,14%).
Responden yang menempuh pendidikan selama 12 tahun atau kurang sebanyak 84
responden (68,85%), sedangkan responden yang menempuh pendidikan lebih dari
12 tahun ada sebanyak 38 responden (31,15%). Responden yang memiliki IMT
dalam batas normal sebanyak 77 responden (63,12%) dan responden yang
mengalami overweight sebanyak 45 orang (36,88%). Responden yang memiliki
hipertensi sebanyak 67 responden (53,28%), sedangkan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 55 responden (46,72%). Responden yang mengalami
gangguan fungsi kognitif sebanyak 50 responden (40,98%), sedangkan responden
yang memiliki fungsi kognitif yang normal adalah sebanyak 72 responden
(59,02%). Responden yang merokok sebanyak 47 responden (38,52%) dan
responden yang tidak merokok sebanyak 75 responden (61,48%). Responden
yang mengonsumsi alkohol sebanyak 15 responden (12,3%) dan responden yang
tidak mengonsumsi alkohol sebanyak 107 responden (87,7%). Responden yang
memiliki diabetes sebanyak 18 responden (14,75%), sedangkan responden yang
tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak 104 responden (85,25%).

5.3. Hasil Analisis Data

Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan variabel


independen dengan variabel dependen. Variabel dependen pada penelitian ini
adalah gangguan fungsi kognitif yang di ukur menggunakan kuesioner MoCa-
Ina.

32
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square yang
akan digunakan untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara
variabel independen yaitu kondisi hipertensi dengan variabel dependen, yaitu
gangguan fungsi kognitif dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Variabel
independen lainnya merupakan variable perancu yang akan di ujikan juga
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan signifikan yang bermakna
dengan variabel dependen secara statistik.

5.3.1. Analisis Bivariat antara Hipertensi dengan Gangguan Fungsi


Kognitif

Gangguan Fungsi Kognitif


Total
Hipertensi Ya Tidak PR (95% CI) p-value
n % n % n %
Ya 36 29,5 31 25,4 67 54,9
1,611
Tidak 14 11,5 41 33,6 55 45,1 0,003
(1,193-2,176)
Total 50 41 72 59 122 100

Tabel 5.3.1. Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif

Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif


menunjukkan responden yang menderita hipertensi dan memiliki fungsi kognitif
normal sebanyak 31 responden (25,4%), sementara itu responden yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 36 responden (29,5%). Responden tanpa
hipertensi dan memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 41 responden (33,6%),
sementara itu responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 14
responden (11,5%). Hasil uji Chi-square memperoleh nilai signifikansi (p = 0,003
< 0,05) dan nilai PR = 1,611 (95% CI = 1,193 – 2,176), menujukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan gangguan fungsi
kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam
Tangerang. Seorang yang menderita hipertensi memiliki risiko mengalami
gangguan fungsi kognitif 1,6 kali lebih besar daripada yang tidak menderita
hipertensi.

33
5.3.2. Analisis Bivariat antara Tingkat Pendidikan dengan Gangguan
Fungsi Kognitif
Gangguan Fungsi Kognitif
Tingkat Total
Ya Tidak PR (95% CI) p-value
Pendidikan
n % n % n %
≤ 12 Tahun 43 35,2 41 33,6 84 68,8
1,671
> 12 Tahun 7 5,8 31 25,4 38 31,2 0,001
(1,281-2,181)
Total 50 41 72 59 122 100

Tabel 5.3.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Gangguan Fungsi


Kognitif

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan gangguan fungsi


kognitif menunjukkan responden dengan pendidikan ≤ 12 Tahun dan fungsi
kognitif normal sebanyak 41 responden (33,6%), sementara itu responden yang
memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 43 responden (35,2%). Responden
dengan pendidikan > 12 Tahun dan fungsi kognitif normal sebanyak 31 responden
(25,4%), sementara itu responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif
sebanyak 7 responden (5,8%). Hasil uji Chi-square memperoleh nilai signifikansi
(p = 0,001 < 0,05) dan nilai PR = 1,671 (95% CI = 1,281 – 2,181), menujukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
gangguan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit
Siloam Tangerang. Respoden dengan latar belakang pendidikan ≤ 12 Tahun
(SD,SMP,SMA dan sederajat) memiliki risiko mengalami gangguan fungsi
kognitif 1,6 kali lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berlatar
belakang pendidikan >12 Tahun.

34
5.3.3. Analisis Bivariat antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Gangguan Fungsi Kognitif

Gangguan Fungsi Kognitif


Indeks Massa Total
Ya Tidak p-value
Tubuh (IMT)
n % n % n %
Overweight 17 14 28 22,9 45 36,9
Normal 33 27 44 36,1 77 63,1 0,719
Total 50 41 72 59 122 100

Tabel 5.3.3. Hubungan IMT dengan Gangguan Fungsi Kognitif

Hasil analisis hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan


gangguan fungsi kognitif menunjukkan responden dengan IMT overweight dan
fungsi kognitif normal sebanyak 28 responden (22,9%), sementara itu responden
yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 17 responden (14%).
Responden dengan IMT normal dan fungsi kognitif normal sebanyak 44
responden (36,1%), sementara itu responden yang memiliki gangguan fungsi
kognitif sebanyak 33 responden (27%). Hasil uji Chi-square memperoleh nilai
signifikansi (p = 0,719 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara IMT dengan gangguan fungsi kognitif pada
pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang.

5.3.4. Analisis Bivariat antara Status Gula Darah dengan Gangguan


Fungsi Kognitif

Gangguan Fungsi Kognitif


Status Gula Total
Ya Tidak p-value
Darah
n % n % n %
Diabetes 7 5,8 11 9 18 14,8
Normal 43 35,2 61 50 104 85,2 1,000
Total 50 41 72 59 122 100

35
Tabel 5.3.4. Hubungan Status Gula Darah dengan Gangguan Fungsi
Kognitif

Hasil analisis hubungan antara status gula darah dengan gangguan fungsi
kognitif menunjukkan responden dengan status diabetes dan fungsi kognitif
normal sebanyak 11 responden (9%), sementara itu responden yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 7 responden (5,8%). Responden dengan status
gula darah normal dan fungsi kognitif normal sebanyak 61 responden (50%),
sementara itu responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 43
responden (35,2%). Hasil uji Chi-square memperoleh nilai signifikansi (p = 1,000
> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara status gula darah dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan
usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang.

5.3.5. Analisis Bivariat antara Status Merokok dengan Gangguan


Fungsi Kognitif

Gangguan Fungsi Kognitif


Status Total
Ya Tidak PR (95% CI) p-value
Merokok
n % n % n %
Ya 27 22,1 20 16,4 47 38,5
1,629
Tidak 23 18,9 52 42,6 75 61,5 0,006
(1,131-2,346)
Total 50 41 72 59 122 100

Tabel 5.3.5. Hubungan Status Merokok dengan Gangguan Fungsi Kognitif

Hasil analisis hubungan antara status merokok dengan gangguan fungsi


kognitif menunjukkan responden yang merokok dan fungsi kognitif normal
sebanyak 20 responden (16,4%), sementara itu responden yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 27 responden (22,1%). Responden yang tidak
merokok dan fungsi kognitif normal sebanyak 52 responden (42,6%), sementara
itu responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 23 responden

36
(18,9%). Hasil uji Chi-square memperoleh nilai signifikansi (p = 0,006 < 0,05)
dan nilai PR = 1,629 (95% CI = 1,131 – 2,346), menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status merokok dengan gangguan fungsi kognitif
pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang.
Respoden yang merokok memiliki risiko mengalami gangguan fungsi kognitif 1,6
kali lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak merokok.

5.3.6. Analisis Bivariat antara Status Konsumsi Alkohol dengan


Gangguan Fungsi Kognitif
Gangguan Fungsi Kognitif
Status Konsumsi Total
Ya Tidak p-value
Alkohol
n % n % n %
Ya 5 4,1 10 8,2 15 12,3
Tidak 45 36,9 62 50,8 107 87,7 0,717
Total 50 41 72 59 122 100

Tabel 5.3.6. Hubungan Status Minum Minuman Beralkohol dengan


Gangguan Fungsi Kognitif

Hasil analisis hubungan antara status minum minuman beralkohol dengan


gangguan fungsi kognitif menunjukkan responden yang minum minuman
beralkohol dan fungsi kognitif normal sebanyak 10 responden (8,2%), sementara
itu responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 5 responden
(4,1%). Responden yang tidak minum minuman beralkohol dan fungsi kognitif
normal sebanyak 62 responden (50,8%), sementara itu responden yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 45 responden (36,9%). Hasil uji Chi-square
memperoleh nilai signifikansi (p = 0,717 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status konsumsi alkohol dengan
gangguan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit
Siloam Tangerang.

37
5.4.Analisis Multivariat

Analisis multivariat akan dilakukan pada seluruh variabel independen yang


memiliki nilai signifikansi p < 0,25 yaitu variabel tingkat pendidikan (p = 0,001),
status merokok (p = 0,006) dan status hipertensi (p = 0,003). Hal pertama yang
dilakukan dalam analisis multivariat adalah menilai kelayakan model regresi
logistik dalam memprediksi faktor risiko kondisi hipertensi terhadap gangguan
fungsi kognitif. Uji Chi-square Hosmer dan Lemeshow dapat digunakan untuk
menguji kelayakan model seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.4.1. Uji Kelayakan Model

Step Chi-Square Df Sig.

1 6,952 7 0,434

Dari tabel 5.4.1. menunjukkan nilai dari uji kelayakan model Hosmer and
Lemeshow Test adalah 0,434 (p > 0,05), hal ini menunjukkan bahwa model
persamaan uji regresi logistik layak untuk dipakai pada analisis selanjutnya.

Penilaian selanjutnya untuk model regresi logistik akan menggunakan nilai


-2 Log Likelihood dengan melihat apakah ada selisih nilai -2 Log Likelihood pada
blok pertama dan kedua, hasilnya terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4.2. Nilai -2 Log Likelihood awal


Iteration --2 Log Likelihood Constant
Step 0 1 165,139 -0,361

2 165,139 -0,365
3 165,139 -0,365

38
Tabel 5.4.3. Nilai -2 Log Likelihood akhir
Iteration --2 Log Likelihood Constant
Step 1 1 138,095 -0,376

2 137,141 -0,473
3 137,133 -0,484
4 137,133 -0,484

Dari tabel 5.4.2. dan tabel 5.4.3. terlihat bahwa terdapat penurunan nilai -2
Log Likelihood blok pertama dan kedua sehingga dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model regresi logistik kedua, dimana variabel independen
telah dimasukkan, lebih baik dalam memprediksi faktor risiko terjadinya
gangguan fungsi kognitif.

Besarnya selisih -2 Log Likelihood yang didapatkan pada blok 0 dan blok
1 akan digunakan untuk menguji signifikansi secara simultan menggunakan
Omnibus Test of Model Coefficients, dalam penelitian ini model Chi-Square yang
diperoleh dari selisih -2 Log Likelihood adalah 165,139 – 137,133 = 28,006,
sesuai dengan output yang ditampilkan oleh Omnibus Test, sebagai berikut :

Tabel 5.4.4 Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 28,0006 3 0,000
Block 28,0006 3 0,000
Model 28,0006 3 0,000

Dari tabel 5.4.4 selisih antara -2 Log Likelihood sebelum dan sesudah
dimasukkan variabel bebas yaitu 28,0006 (X2 28,0006 > X2 tabel pada derajat
kebebasan 3) dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti variabel
independen berpengaruh terhadap gangguan fungsi kognitif.

39
Tabel 5.4.5 Hasil Uji Regresi Logistik
Chi-square
Variabel Exp (B) Sig.
B S.E.
Tingkat Pendidikan -0,592 0,195 0,553 0,002
Status Merokok 1,126 0,425 3,085 0,008
Status Hipertensi 0,948 0,431 2,580 0,028
Constant -0,484 0,489 0,616 0,323

Dari tabel 5.4.5 dapat dilihat pengaruh variabel tingkat pendidikan


memiliki nilai Sig. 0,002 (< 0,05) sehingga signifikan, nilai variabel status
merokok memiliki nilai Sig. 0,008 (< 0,05) sehingga signifikan, dan nilai variabel
status hipertensi memiliki nilai Sig. 0,028 (< 0,05) sehingga signifikan juga.
Dengan ini dinyatakan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan
terhadap gangguan fungsi kognitif adalah variabel tingkat pendidikan, status
merokok, dan status hipertensi.

Berdasarkan tabel 5.4.5 juga dapat diketahui bahwa model analisis regresi
logistik dapat ditransformasikan ke dalam model persamaan berdasarkan nilai B,
sebagai berikut :

𝐺𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓


1
=
1 + 𝑒 −(−0,484+(−0,592×𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛)+(1,126×𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑀𝑒𝑟𝑜𝑘𝑜𝑘)+(0,948×𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝐻𝑖𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖))

Keterangan :

𝑒 = 2,7183

Tingkat Pendidikan = > 12 Tahun = 0

= ≤ 12 Tahun = 1

40
Status Merokok = Tidak =0

= Ya =1

Status Hipertensi = Tidak =0

= Ya =1

Berdasarkan model persamaan di atas akan dilakukan simulasi untuk


menentukan probabilitas gangguan fungsi kognitif dengan sampel berlatar
pendidikan S1 (> 12 Tahun), merokok, dan memiliki hipertensi, maka :

𝐺𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓


1
=
1+ 2,7183−(−0,484+(−0,592×0)+(1,126×1)+(0,948×1))

1
𝐺𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 =
1+ 2,7183−(−0,484+1,126+0,948)

1
𝐺𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 =
1 + 2,7183(−1,59)

𝐺𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 = 0,83

Hasil di atas menunjukkan bahwa seorang yang berlatar pendidikan S1,


merokok dan menderita hipertensi memiliki probabilitas mengalami gangguan
fungsi kognitif sebesar 0,83.

Tabel 5.4.6. Cox & Snell and Nagelkerke


Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log Likelihood
Square Square.
1 137,133a 0,205 0,277

Dari tabel 5.4.6. dapat dilihat kemampuan variabel independen dalam


menjelaskan variabel dependen dilihat dari nilai Nagelkerke R Square yaitu 0,277
yang berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

41
dependen adalah sebesar 27,7% dan terdapat 100% - 27,7% = 72,3% faktor lain di
luar model yang menjelaskan variabel dependen.

Tabel 5.4.7. Classification Plots


Predicted Group
Percentage
Observed Gangguan Fungsi
Normal Correct.
Kognitif
Normal 61 11 84,7
Gangguan Fungsi
23 27 54,0
Kognitif
Overall Percentage 72,1

Berdasarkan tabel Classification Plots di atas, jumlah sampel yang tidak


mengalami gangguan fungsi kognitif 61 + 11 = 72 orang dan yang pada data awal
tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan dari klasifikasi fungsi logistik tetap
pada kelompok tidak mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 61 orang dan
yang seharusnya tidak mengalami gangguan fungsi kognitif namun mengalami,
sebanyak 23 orang, sedangkan jumlah sampel yang mengalami gangguan fungsi
kognitif 23 + 27 = 50 orang dan yang pada data awal termasuk dalam gangguan
fungsi kognitif dan dari klasifikasi fungsi logistik tetap mengalami gangguan
fungsi kognitif ada sebanyak 27 orang dan yang seharusnya mengalami gangguan
fungsi kognitif namun tidak mengalami, sebanyak 11 orang.

Intepretasi regresi logistik berdasarkan tabel di atas memberikan nilai


overall percentage sebesar 72,1%, yang berarti ketepatan model penelitian ini
adalah sebesar 72,1%.

5.5.Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien
rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang. Hal ini sesuai
dengan hasil dan kesimpulan dari penelitian Gloria V. Pandean et al.40, yang

42
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi baik tekanan darah
sistolik maupun diastolik dengan fungsi kognitif. Perubahan yang terjadi di
otak berkaitan dengan hipertensi yaitu adanya remodeling vascular sehingga
terjadi gngguan autoregulasi cerebral, lesi di substansia alba, infark lakunar,
dan perubahan otak yang mirip dengan penderita demensia alzheimer seperti
angiopati amiloid serta atropi cerebral, hal ini juga sesuai dengan penelitian
Matius dimas et al.8, yang menyatakan bahwa hipertensi akan meningkatkan
risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif sebesar 3,14 kali dibandingkan
dengan yang tidak hipertensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan antara tingkat pendidikan dengan gangguan fungsi kognitif pada
pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang. Hal ini
berbeda dengan penelitian Matius Dimas et al, dimana hasil analisis
multivariat antara tingkat pendidikan dengan gangguan fungsi kognitif
didapatkan hasil yang tidak signifikan secara statistik dengan nilai p = 0,059.8
Namun hal ini sesuai dengan penelitian Tamin A et al yang menyebutkan
bahwa gangguan fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada kelompok tingkat
pendidikan kurang dari 12 tahun atau setara dengan SMA.41 Vadikolias et al
juga menyebutkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi (>12 tahun) akan
membuat subjek memiliki fungsi kognitif yang baik di bidang verbal dan non-
verbal selama wawancara dilakukan dibandingkan dengan kelompok tingkat
pendidikan yang lebih rendah (≤ 12 tahun). Hasil penelitiannya juga
menunjukkan adanya perlambatan gangguan fungsi kognitif pada individu
dengan tingkat pendidikan lebih dari 12 tahun.42 Secara biologis juga
membuktikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan
meningkatkan densitas dari sinaps di otak dan mengurangi adanya keluhan
gangguan fungsi kognitif.43

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan


yang signifikan antara IMT dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien
rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang. Hal ini

43
memang sesuai dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa
penurunan fungsi kognitif yang akan menyebabkan peningkatan ataupun
penurunan terhadap indeks massa tubuh (IMT). Hal ini disebabkan karena
subjek dengan penurunan fungsi kognitif cenderung kesulitan dalam memilih
asupan gizi yang diperlukan sehingga akan mengalami ketidakadekuatan
intake pada nutrisi yang diperlukan tubuh dan menyebabkan peningkatan
maupun penurunan pada IMT.44

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan


yang signifikan antara status gula darah dengan gangguan fungsi kognitif pada
pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian Nariswari Putri W et al yang menyebutkan
bahwa terdapat korelasi antara kadar gula darah puasa maupun 2 jam post
prandial dengan fungsi kognitif, hal ini disebabkan akibat kadar glukosa yang
membentuk radikal bebas sehingga memicu terjadinya stres oksidatif. Stres
oksidatif ini yang akan menyebabkan kerusakan pada berbagai sel di dalam
tubuh dan salah satunya adalah otak, sehingga fungsi kognitif dapat
terganggu.45 Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
demografis sampel, di mana pada penelitian Nariswari et al memiliki variasi
kelompok usia yang mendekati kelompok lansia yaitu usia 45-60 tahun,
sedangkan penelitian ini hanya meneliti kelompok usia 18-45 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan antara status merokok dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien
rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit Siloam Tangerang. Hal ini sesuai
dengan penelitian Gary E. Swan et al yang menyebutkan bahwa pengunaan
rokok dalam jangka waktu yang singkat akan memiliki efek yang baik
terhadap fungsi kognitif, namun penggunaan jangka panjang akan
meningkatkan risiko gangguan fungsi kognitif melalui respons inflamasi yang
akhirnya berpengaruh pada penurunan fungsi kognitif vaskular.31 Namun juga
hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Ismaya et al yang menyebutkan
bahwa merokok merupakan salah satu faktor protektif untuk mencegah

44
terjadinya gangguan fungsi kognitif.8 Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena
adanya perbedaan demografis sampel, di mana pada penelitian Ismaya et al
memiliki variasi usia ≥ 60 tahun, sedangkan penelitian ini hanya meneliti
kelompok usia 18-45 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan


yang signifikan antara status minum minuman beralkohol dengan gangguan
fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di Rumah Sakit
Siloam Tangerang. Hal ini berbeda dengan penelitian Christika et al yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan
gangguan fungsi kognitif. Subjek yang mengkonsumsi alkohol khususnya
dalam jangka waktu ≥ 6 bulan akan mengalami penurunan daya ingat,
kerusakan otak, perubahan kepribadian, dan penurunan kualitas tidur.36
Perbedaan hasil ini dapat terjadi dikarenakan sebagian besar subjek pada
penelitian ini tidak mengkonsumsi alkohol sehingga tidak terlihat dampak
signifikan konsumsi alkohol terhadap penurunan fungsi kognitif.

Hasil analisis regresi logistik ganda untuk ketiga variabel


independen berbeda dengan penelitian Matius Dimas et al yang menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan tidak terdapat hubungan yang signifikan secara
statistik. Namun untuk kedua variabel lainnya yaitu hipertensi dan merokok
tetap memiliki hubungan signifikan. Hal ini memang berbeda karena faktor
usia, variasi usia pada penelitian Matius et al adalah kelompok lansia yang
berusia ≥ 60 tahun sehingga pada dasarnya memang akan mengalami
penurunan fungsi kognitif secara biologis.8

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan antara kondisi hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif. Pada
penelitian ini juga diujikan beberapa variabel yang menurut peneliti akan
mempengaruhi hasil penelitian seperti tingkat pendidikan, indeks massa tubuh
(IMT), status merokok, konsumsi alkohol, dan status kadar gula darah. Hasil
penelitian ini juga telah dianalisis menggunakan model regresi logistik ganda

45
untuk melihat kemampuan variabel independen yang signifikan terhadap
penurunan fungsi kognitif (p < 0,25) untuk mempengaruhi tingkat keparahan
penurunan fungsi kognitif.

5.6. Kelebihan dan keterbatasan penelitian

Kelebihan dari penelitian ini adalah merupakan penelitian offline


sehingga seluruh data didapat dengan interview secara langsung terhadap
responden. Penelitian ini juga menganalisis cukup banyak variabel sehingga
mengurangi bias pada hasil. Penilaian penurunan fungsi kognitif pada
penelitian ini menggunakan kuesioner MoCa-Ina yang sudah divalidasi di
Indonesia, sehingga penggunaannya dapat diaplikasikan pada masyarakat di
Indonesia.

Keterbatasan penelitian ini adalah metode penelitian yang


digunakan, yaitu potong-lintang, dimana metode ini memang kurang tepat
untuk digunakan dalam analisis klausal, sehingga masih banyak variabel
ataupun faktor lain yang belum diketahui hubungannya dengan penurunan
fungsi kognitif seperti hipertensi terkontrol dan lama hipertensi. Penelitian ini
juga memiliki keterbatasan yang dapat menurunkan keakuratan hasil
penelitian. Komplikasi penyakit lain yang diderita responden dan tidak bisa di
kontrol oleh peneliti dapat menghasilkan bias dalam hasil penelitian. Beberapa
variabel confounding yang dapat berubah sewaktu-waktu seperti indeks massa
tubuh, tekanan darah, dan status gula darah juga dapat mempengaruhi skor
MoCa-Ina yang diperoleh responden.

46
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan signifikan antara kondisi hipertensi dengan
penurunan fungsi kognitif pada pasien rawat jalan usia 18-45 tahun di
Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang.
2. Terdapat penurunan skor Montreal Cognitive Assesment versi
Indonesia (MoCa-Ina) pada pasien dengan hipertensi.

6.2. Saran
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk mengklasifikasikan
hipertensi menjadi beberapa stage sesuai referensi yang digunakan
sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih spesifik serta dapat
mewakili setiap kasus hipertensi dari setiap responden.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
mengenai gangguan fungsi kognitif dengan tingkat keparahan severe.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penilaian
dengan laboratorium agar kriteria seseorang memiliki Diabetes
mellitus (DM) dan hiperkolesterolemia lebih jelas.

47
48
DAFTAR PUSTAKA

1. Farrar GR, Zhang H. Soenarta A, Erwinanto, Mumpuni A, Barack R,


Lukito A, Hersunarti N, et al. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada
Penyakit Kardiovaskular [Internet]. inaheart.org. 2015 [cited 8 August
2021]. Available from:
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaksna_hipertensi

2. Hypertension Worldwide Prevalence [Internet]. WHO. 2021 [cited 21


September 2021]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hypertension

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil utama Riskesdas 2018.


Kementrian Kesehatan RI [Internet]. Riskesdas RI. 2018 [cited 5
September 2021]. Available from :
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasi
l-riskesdas-2018_1274

4. Kesehatan D. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2017; 2017.

5. Sukma A. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif [BAB


II]. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP; 2019.

6. Husein N, Lumempouw S, Ramli Y, Herqutanto. Uji Validitas dan


Reliabilitas Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina)
untuk Skrining Gangguan Fungsi Kognitif. Neurona [Internet]. 2010 [cited
22 September 2021]. Available from:
http://www.neurona.web.id/paperdetail.do?id=734

7. Rahmawati, Siti Nurul Sya’diyah. Perbandingan Kemampuan Kognitif


Berdasarkan Kelompok Usia pada Lansia di Desa Bakung Kecamatan
Kanot Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014; 2014.

49
8. Ismaya DRD, Kusumawati R, Murti B. Hubungan Hipertensi dengan
Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Binaan
Puskesmas Ngoresan, Surakarta : Nexus Kedokt Komunitas; 2017.

9. States U, Boomer B, States U. “ The average Medicaid payment for a


person aged 65 or older with Alzheimer’s or other dementias is nine times
higher than that for other beneficiaries in the same age group.” —. 2010;1–
4.

10. Apriani. BAB II Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif [BAB II ]; 2014.

11. Doerflinger DMC. Mental Status Assessment in Older Adults : Montreal


Cognitive Assessment : MoCA Version 7.1 (Original Version) [Internet].
hartford Inst Geriatr Nurs. 2012 [cited 11 October 2021]. Available from:
https://consultgeri.org/try-this/general-assessment/issue-3.2.pdf

12. Zimmerman M. Hospital-Level Psychiatric Emergency Department Models


[Internet]. Vol. 36, Psychiatric Times. 2019 [cited 10 October 2021].
Available from:
https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ccm&AN=14094
6001&site=ehost-live&scope=site

13. Sugiharto A, Hadisaputro S, Adi S, Chasani S. Faktor-Faktor Risiko


Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
Karanganyar) Risk Factors of Grade II Hypertension in Community (Case
Study at Karanganyar District) [Internet]. Tesis Semarang Univ
Diponegoro. 2006 [cited 11 September 2021]. Available from:
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN/article/vi
ew/226%0Ahttps://core.ac.uk/download/pdf/11716395.pdf

14. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementerian
Kesehatan RI; 2018.

15. Ramzy I. Definition of Hypertension and Pressure Goals During Treatment

50
(ESC-ESH Guideline) [Internet]. E-Journal Cardiol Pract. 2019 [cited 12
September 2021]. Available from:
https://www.escardio.org/Journals/EJournal-of-Cardiology-
Practice/Volume-17/definition-of-hypertension-andpressure-goals-during-
treatment-esc-esh-guideline

16. Nuraini B. Risk Factors of Hypertension. J Major; 2015.

17. Kalangi JA, Umboh A, Pateda V. Hubungan Faktor Genetik dengan


Tekanan Darah pada Remaja. e-CliniC; 2015.

18. Aristoteles. Korelasi Umur dan Jenis Kelamin dengan Penyakit Hipertensi
di Emergency Center Unit Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
2017. Indonesia Jurusan Perawat; 2018.

19. Muharam MH, Achmad S, Rahimah S. Karakteristik Usia dan Jenis


Kelamin Penderita Hipertensi dengan Kejadian Stroke atau Coronary
Artery Disease di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan pada Tahun 2019
[Internet]. Universitas Islam Bandung. 2019 [cited 12 September 2021].
Available from: http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/25886

20. Kemenkes RI. Faktor Risiko Penyebab Hipertensi - Direktorat P2PTM.


2019 [Internet]. Kemenkes RI. 2019 [cited 12 September 2021]. Available
from: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakitjantung-dan-pembuluh-darah/page/14/faktor-risiko-penyebab-
hipertensi

21. Ningsih, Dwi LA. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Pekerja Sektor Informal di Pasar Beringharjo Kota
Yogyakarta [Naskah Publikasi]; 2017.

22. Haendra F, Anggara D, Prayitno N. Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni. Jln Ilmu Kesehatan;
2013.

51
23. Nurwidayanti L, Wahyuni CU. The Analysis of Secondhand Smoke Effect
at House on Women toward Hypertension. J Berk Epidemiol; 2013.

24. Batool A, Sultana M, Gilani P, Javed T. Risk Factors, Pathophysiology and


Management of Hypertension [Internet]. Int J Pharma Sci Sci Res. 2018
[cited 13 September 2021]. Available from: 32
https://www.biocoreopen.org/ijpsr/Risk-factors-pathophysiology-
andmanagement-of-hypertension.php

25. Nathan AJ, Scobell A. Perbedaan Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita
Pekerja dan Bukan Pekerja [Internet]. Foreign Aff. 2012 [cited 13
September 2021]. Available from: http://repository.unimus.ac.id

26. Delacroix S, Chokka RG. Hypertension: Pathophysiology and Treatment. J


Neurol Neurophysiol; 2014

27. Yonata A, Satria A, Pratama P.Hipertensi sebagai Faktor Pencetus


Terjadinya Stroke Majority [Internet]. Vol. 5, Jurnal Majority 2016 [cited
13 September 2021]. Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1030

28. Djajasaputra ADR, Halim MS. Fungsi Kognitif Lansia yang Beraktivitas
Kognitif Secara Rutin dan Tidak Rutin. J Psikologi; 2019.

29. Annet N. Fungsi Kognitif. UMM Institutional Respository; 2014.

30. Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia.


Perdossi; 2015.

31. Swan GE, Lessov-Schlaggar CN. The effects of tobacco smoke and
nicotine on cognition and the brain. Vol. 17, Neuropsychology Review;
2007. p. 259–73.

32. Saladin KS, Gan CA, Cushman HN. Essentials of Anatomy & Physiology
(2nd edition); 2018.

52
33. Wahyuni A, Nisa K. Pengaruh Aktivitas dan Latihan Fisik terhadap Fungsi
Kognitif pada Penderita Demensia [Internet]. Universitas Lampung. 2016
[cited 10 October 2021]. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/873

34. Al Rasyid I, Syafrita Y, Sastri S. Hubungan Faktor Risiko dengan Fungsi


Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang
Panjang.Universitas Andalas; 2017.

35. Kerja EPT. Epidemiologi Merokok dengan Penyakit Degeneratif. Angew


Chemie Int Ed 6(11); 2019.

36. Kalengkongan C, Ratag BT, Kalesaran AFC. Hubungan antara Konsumsi


Alkohol dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Masyarakat Desa Tambun
Kecamatan Likupang Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi; 2019.

37. Obesitas - Direktorat P2PTM [Internet]. Kementerian Kesehatan RI 2018


[cited 6 November 2021]. Available from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas

38. Penyakit Diabetes Melitus - Direktorat P2PTM [Internet]. Kementerian


Kesehatan RI 2020 [cited 6 November 2021]. Available from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus

39. Normal and Diabetic Blood Sugar Level Ranges - Blood Sugar Levels for
Diabetes [Internet]. Diabetes.co.uk 2019 [cited 6 November 2021].
Available from: https://www.diabetes.co.uk/diabetes_care/blood-
sugarlevel-ranges.htm

40. Pandean G V., Surachmanto EE. Hubungan hipertensi dengan fungsi


kognitif di Poliklinik SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. e-CliniC. 2016;4(1).

53
41. A T. Hubungan antara gangguan kognitif dengan retinopati hipertensi pada
penderita pasca stroke iskemik. Universitas Diponegoro. Thesis. Phys Rev
E. 2011;4(June):53.

42. Vadikolias K, Tsiakiri-Vatamidis A, Tripsianis G, Tsivgoulis G, Ioannidis


P, Serdari A, et al. Mild cognitive impairment: Effect of education on the
verbal and nonverbal tasks performance decline. Brain Behav.
2012;2(5):620–7.

43. Katzman Robert M. Education and the prevalence of Dementia and


Alzheimer ’ s Disease : A Review. Neuropsychology. 2005;15(3):13–20.

44. Layla JI, Wati DNK. Penurunan Fungsi Kognitif Dapat Menurunkan
Indeks Massa Tubuh Lansia Di Pstw Wilayah Dki Jakarta. J Keperawatan
Indones. 2017;20(2):128–32.

45. Widyandhini NP. Pengaruh Kadar Glukosa Darah Terhadap Fungsi


Kognitif Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Grha Diabetika
Surakarta. 2015;1–14. Available from:
http://eprints.ums.ac.id/39503/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf

54
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Informed Consent

SURAT PERNYATAAN INFORMED CONSENT

“Hubungan Kondisi Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kongitif pada Pasien Rawat Jalan
Usia 18-45 Tahun di Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang”

Saya Vincent Christianto yang berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan yang
sedang melakukan penelitian untuk memenuhi syarat kelulusan S1 pendidikan kedokteran
mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, keikutsertaan Anda dalam penelitian ini
bersifat sukarela, jadi Anda dapat memutuskan untuk berpartisipasi atau sebaliknya.

Tujuan Penelitian :

Mengetahui adanya hubungan antara kondisi hipertesi dengan penurunan fungsi kognitif dengan
melihat adanya penurunan skor Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCa-Ina)

Mengapa Subjek Terpilih :

 Pasien berusia 18-45 Tahun.

 Pasien berlatar belakang pendidikan minimal sekolah dasar atau setingkat.

 Pasien bersedia diikutkan dalam penelitian dan sudah menandatangani informed consent.

Tata Cara/Prosedur :

Data yang akan diambil berupa angka tekanan darah pasien, data demografis serta kuesioner Montreal
Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCa-Ina). Pasien akan terlebih dahulu diukur tekanan
darahnya dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner yang akan dipandu oleh peneliti secara
langsung.

Risiko dan ketidaknyamanan :

Pengisian kuesioner yang membutuhkan waktu setidaknya 10 menit

Manfaat (langsung untuk subjek dan umum) :

Manfaat langsung ke subjek adalah subjek mendapat pengetahuan mengenai risiko penurunan fungsi
kognitif yang dikarenakan kondisi hipertensi yang tidak terkontrol.

xii
Manfaat umum adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk keberlangsungan penelitian.

Prosedur alternative :

Tidak ada.

Kerahasiaan data :

Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner ini bersifat anonym dan akan dijaga kerahasiaannya,
hanya peneliti yang akan menyimpan data responden.

Perkiraan jumlah subjek yang akan diikut sertakan :

Berdasarkan penghitungan yang rasional dan disesuaikan dengan jenis dan metode penelitian, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 122 sampel.

Kesukarelaan :

Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela, maka anda dapat memutuskan untuk
berpartisipasi atau sebaliknya.

Periode keikutsertaan subjek :

Pengambilan data serta pengisian kuesioner akan dilaksanakan kurang lebih 15 menit, 5 menit untuk
pengukuran tekanan darah serta 10 menit untuk pengisian kuesioner yang diperlukan.

Subjek dapat dikeluarkan/mengundurkan diri dari penelitian :

Apabila subjek tidak berkenan mengikuti atau melanjutkan penelitian, subjek berhak untuk menolak
pengisian kuesioner selama periode penelitian ini.

Kemungkinan timbulnya pembiayaan dari perusahaan asuransi kesehatan atau peneliti :

Tidak ada asuransi yang diberika kepada subjek dalam penelitian ini.

Insentif dan kompensasi :

Tidak ada.

Pertanyaan :
Contact person peneliti yang dapat dihubungi :
Vincent Christianto
085972777779

xiii
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informed Consent

SURAT PENYATAAN PERSETUJUAN (PSP)


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami
tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta telah diberi
kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat
mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini,
yang berjudul :

Hubungan Kondisi Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kongitif pada


Pasien Rawat Jalan Usia 18-45 Tahun di Rumah Sakit Umum Siloam Tangerang

Saya dengan sukarela memiliki untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa tekanan/paksaan siapapun.
Saya akan diberikan Salinan lembar penjelasan dan formulir persetujuan yang telah saya tandatangani
untuk arsip saya.
Saya setuju :
Ya/Tidak*)

Tgl.: Tanda tangan (bila tidak bias


dapat digunakan cap jempol)
Nama Peserta :
Usia :
Alamat :

Nama Peneliti :

Nama Saksi

*) coret yang tidak perlu

xiv
Lampiran 3. Format Kuesioner

o Kuesioner Variabel Perancu

xv
o MoCa-Ina

xvi

Anda mungkin juga menyukai