Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
yang tidak terkendali dan tidak berguna bagi tubuh. Tumor rongga mulut adalah
suatu pertumbuhan abnormal di dalam dan di sekitar rongga mulut yang
pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan
tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi,dasar mulut,gusi, palatum, lidah, dan di
dalam tulang rahang. Seperti halnya dibagian tubuh lainnya tumor rongga mulut
dapat di golongkan menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Penyebab tumor rongga
mulut sampai saat ini belum diketahui. Kombinasi kelainan genetik, Oral hygiene
yang buruk serta nikotin merupakan hal yang mendukung terjadinya tumor ganas
rongga mulut.
Insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan
pasti. Frekwensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker.
Insidens kanker rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu
13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedang pada
perempuan yang tinggi di India yaitu 5.8 per 100.000 dan yang rendah di
Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988). Angka kejadian kanker
rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari seluruh kanker,
sedangkan di Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per
100.000 atau 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering
mengenai lidah (40%), kemudian dasar mulut (15%), dan bibir (13%).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal
dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut.
Batas-batas rongga mulut ialah :

Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah


Atas : palatum durum dan molle
Lateral : bukal kanan dan kiri
Bawah : dasar mulut dan lidah
Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula, arkus
glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata
lidah.

Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini :

bibir
lidah 2/3 anterior
mukosa bukal
dasar mulut
ginggiva atas dan bawah
trigonum retromolar
palatum durum
palatum molle

Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu
proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan
perkembangan tumor.
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu

2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik.
Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja 'secara terpisah, kombinasi
dari berbagai faktor sering dijumpai bersama-sama. Pada dasawarsa terakhir,
patogenesis molekular neoplasma menunjukkan bahwa neoplasma merupakan
penyakit genetik. Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan
genetik yang disebabkan oleh faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan
gel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan
genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti onkogen
(gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur apoptosis
(Scully,1992).
Penemuan dini kanker rongga mulut merupakan faktor penting, bertujuan
untuk terapi kuratif, prognosa yang makin baik, kepentingan kosmetik dan
mengurangi kecacatan serta kelangsungan hidup yang lebih lama. Tetapi
sayangnya hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam
stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-bulan
atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya prognosa dari kanker rongga
mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali
prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat. Yang dapat
menimbulkan keterlambatan ini adalah perkembangan kanker pada tahap awal
seringkali tidak menimbulkan keluhan
Gambaran klinis.
Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi/keadaan
prakanker mulut sebelumnya, seperti leukoplakia, eritrplakia, submukus fibrosis
dan lain-lain.
Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, diameter
kurang dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai

komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minima. Seringkali
awal dari keganasan ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai
sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari ulkus proses keganasan
meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari sekitarnya dan
indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan
endofitik . Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan yang
eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah
berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki
prognosa lebih baik.
Kanker pada lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai
bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau
endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus. Lamakelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi
sekunder.
Kanker pada bibir.
Kanker bibir dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas
diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam
Datogenese kanker bibir.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa modul kecil atau ulkus yang
tidak sembuh-sembuh. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk papillari, ulseratif
atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan
sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan
infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi
lebih dalam . Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat
pada pinggiran ulkus.

Kanker dasar mulut.


Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila
lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman.
Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual.
Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang
tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia. Pada kanker tahap lanjut dapat
terjadi pertumbuhan eksofitik atau infiltratif.
Kanker pada mukosa pipi.
Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi
dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur
dan tembakau. Susur tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan
selama beberapa jam.
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu
daerah eritematus, ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadangkadang dihubungkan dengan leukoplakia tipe nodular.
Kanker pada gingiva.
Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur tembakau
ditempatkan pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini.
Lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma yang kecil atau sebagai nodul. Sekilas
lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hiperplasia
inflamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau
pertumbuhan infiltratif yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik seperti bunga
kol, mudah berdarah. Pertumbuhan infiltratif biasanya tumbuh invasif pada tulang
mandibula dan menimbulkan desdruktif.
Kanker pada palatum.

Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok


secara terbalik, kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum
terjadi dari semua kanker mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang
dihubungkan dengan menghisap rokok secara terbalik adalah adanya ulserasi,
erosi, daerah nodul dan bercak.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar yang
luas dengan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan
mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi
palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
DIAGNOSA KLINIS.
1. Anamnesis.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, dokter gigi sebaiknya
melakukan anamnesis yang meliputi : Keluhan pasien, keluhan-keluhan gigi
sebelumnya, riwayat medis umum yang lalu dan sekarang, gaya hidup dan
kebiasaan, riwayat keluarga, status sosioekonomi dan pekerjaan (Bolden,1982).
Sambil melakukan anamnese dokter gigi dapat juga melihat keadaan ekstra oral
pasien, seperti bibir dan asimetri wajah.
2. Pemeriksaan klinis.
Pada pemeriksaan klinis, dokter gigi boleh memiliki teknik yang berbeda
antara pemeriksa yang satu dengan yang lainnya, tetapi prinsip dasarnya adalah
sama. Setiap pasien berhak mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dari
jaringan mulut dan para oral. Pemeriksaan ini meliputi :
1. Perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna abnormal, misalnya
putih, merah atau hitam.
2. Konsistensi, apakah jaringan keras, kenyal, lunak, fIuktuan atau nodular.
3. Kontur, apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi, asimetri atau
pembengkakan.
4. Temperatur.
5. Fungsi, apakah pasien dapat membuka mulut dengan sempurna.

6. Lymphnode servikal.
3. Pemeriksaan Radiografi
a. X-foto polos

X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal, dikerjakan pada

tumor gingiva mandibula atau tumor yang lekat pada mandibula


X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumorgingiva,

maksila atau tumor yang lekat pada maksila


X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru

b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )

USG hepar untuk melihat metastase di hepar


CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregional
Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang

4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis,
untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.
5. Pemeriksaan Patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulut
harus diperiksa patologis dengan teliti.
Spesimen diambil dari biopsi tumor
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan
pada tumor primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.
Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1 cm atau kurang eksisi yang dikerjakan
ialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif ( 1 cm
dari tepi tumor)
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator:
bila tumor besar atau inoperabel
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi
dan luas invasi dari tumor

Klasifikasi histopatologi dari biopsi

squamous cell carsinoma


adenocarsinoma
adenoid cyst. Carsinoma
ameloblastic carsinoma
adenolymphoma
mix tumor
pleomorphic carsinoma
melanoma maligna
lymphoma maligna
Sebagian besar ( 90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang

berupakarsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi


baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila
gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarkoma,
malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu
diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut
ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang
mengadakan invasi ke rongga mulut.
Squamous Cell Carcinoma
Squamous Cell Carcinoma (SCC) merupakan kanker yang sering tejadi pada
ronggamulut biasanya secara klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi
lesi yang indurasi, kemerahan, di mana SCC dapat terjadi pada seluruh rongga
mulut. Lokasi paling sering pada sepertiga lateral tengah (46%), sepertiga depan
(14%), sepertiga posterior (6%), dan dorsum (4%). Karsinoma sel skuamosa
paling mudah terlihat pada dua pertiga bagian anterior.
Sifat metastasis :
Metastasis ke kelenjar getah bening regional. Pada tumor bagian depan lidah,
bermetasatasis

ke

kelenjar

getah

bening

submentalis,

submaksilaris,

supraklavikular. Pada tumor bagian belakang lidah bermetastasis ke kelenjar getah


bening samping leher sepanjang m. Sternokleidomastoideus. Kelenjar getah
bening yang mengandung metastasis biasanya keras, tidak nyeri, dan membesar.

Selanjutnya dapat menyebar ke metastasis jauh ke paruparu, hati, tulang, dan


anggota tubuh.
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi
meliputi :
1. tipe histologis tumor
2. derajat diferensiasi (grade)
3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis (pTNM)
T = Tumor primer
- Ukuran tumor
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe
- Radikalitas operasi
N = Nodus regional
- Ukuran KGB
- Jumlah KGB yang ditemukan
- Level KGB yang positif
- Jumlah KGB yang positif
- Invasi tumor keluar kapsel KGB
- Adanya metastase ekstra nodal
M = Metastase jauh
KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TNM dari
UICC, 2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti
stadium untuk melukiskan beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai luas
ekstensi penyakit.
T0

Tidak ditemukan tumor

TIS

Tumor in situ

T1

Tumor < 2cm

T2

Tumor > 2cm-4cm

T3

Tumor > 4cm

T4a

Bibir : infiltrasi tulang, n.alveolaris inferior, dasar mulut, kulit


Rongga mulut : infiltrasi tulang, otot lidah

T4b

(ekstrinsik/deep), sinus maksilaris, kulit, infiltrasi masticator space,


pterygoid plates, dasar tengkorak, a.karotis intrena

N0

Tidak terdapat metastase regional

N1

KGB ipsilateral singke <3cm

N2a

KBG ipsilateral > 3-6cm

N2b

KGB ipsilateral multipel <6cm

N2c

KGB bilateral/kontralateral <6cm

N3

KGB > 6cm

M0

Tidak ditemukan metastase jauh

M1

Dtemukan metastase jauh

Stadium karsinoma rongga mulut


Stadium0

TIS

N0

M0

Stadium I

T1

N0

M0

Staduim II

T2

N0

M0

Stadium III

T3

N0

M0

T1

N1

M0

T2

N1

M0

T3

N1

M0

Stadium IVA T4

N0,N1 M0

TiapT N2

M0

Stadium IVB TiapT N3

M0

Stadium IVC TiapT TiapN M1


PROSEDUR TERAPI
Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang
melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu:

- oncologic surgeon
- plastic & reconstructive surgeon
- radiation oncologist
- medical oncologist
- dentists
- rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut
ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek
kosmetik /penampilan penderita.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi
Ialah :
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita
c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
e) Pilihan penderita.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi
saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan
operasi.
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil
yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi
sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced
(T3,T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang
eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang
endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak,
dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant
preoperatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro

metastasis.
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut
Stadium I

Operasi eksisi radikal


Radioterapi kuratif 50-70Gy
Kemoterapi tidak dianjurkan

Staduim II

Eksisi radikal
Radioterapi kuratif 50-70Gy
Kemoterapi tidak dianjurkan

Stadium III

Eksisi radikal
Radioterapi post op. 30-40Gy
Kemoterapi

Stadium IVA Eksisi radikal


Radioterapi post op. 30-40Gy
Kemoterapi
Stadium IVB Eksisi radikal
Radioterapi post op. 30-40Gy, Paliatif 50-70Gy
Kemoterapi
Stadium IVC Terapi paliatif
A. Terapi Kuratif
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga mulut
stadium I, II, dan III.
1. Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang
masingmasing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sedangkan
untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan
radioterapi pasca bedah
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:

Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi

kuratif.
Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.
Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi:
1) Kasus operabel
2) Umur relatif muda
3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor
dengan ekstensinya
2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor
3) Eksisi luas tumor
o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumor
o Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang
terinvasi
4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection atau
modifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional.
Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana
memungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan
dengan pemeriksaan potong beku . Kalau tidak radikal buat garis
sayatan baru yang lebih luas sampai bebas tumor.
6) Rekonstruksi defek yang terjadi.
b. Radioterapi
Indikasi radioterapi
1) Kasus inoperabel
2) T1,2 tempat

3) Kanker pangkal lidah


4) Umur relatif tua
5) Menolak operasi
6) Ada ko-morbiditas yang berat
Radioterapi dapat diberikan dengan cara:
1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec dengan dosis
5000 - 7000 rads.
2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral
Jarum Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-3000 rads.
2. Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak
dapat dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau
terjadi kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya
diragukan atau yang inoperabel.
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi
yang setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul
residif setelah operasi dan atau radioterapi.
3. Terapi Komplikasi
a. Terapi komplikasi penyakit

Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi


dapat terjadi komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:
1) Nyeri: analgetika
2) Infeksi: antibiotika
3) Anemia: hematinik
4) Dsb.
b. Terapi komplikasi terapi
1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya
2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya
3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya
4. Terapi bantuan
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.
5. Terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis
penyakitnya.
B. Terapi Paliatif
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan mengurangi
keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapatdisembuhkan lagi.
Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang:
1. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh
2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek
3. Terapi kuratif gagal
4. Usia sangat lanjut
Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:
1. Loko regional
a) Ulkus di mulut/leher
b) Nyeri
c) Sukar makan, minum, menelan

d) Mulut berbau
e) Anoreksia
f) Fistula oro-kutan
2. Sistemik:
a) Nyeri
b) Sesak nafas
c) Sukar bicara
d) Batuk-batuk
e) Badan mengurus
f) Badan lemah
(1) Terapi utama
1. Tanpa meta jauh: Radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau perlu
kombinasikan dengan operasi
2. Ada metastase jauh: Kemoterapi.
(2) Terapi tambahan
Kalau perlu: Operasi, kemoterapi, atau radioterapi
(3) Terapi komplikasi
1. Nyeri: Analgetika sesuai dengan step ladder WHO
2. Sesak nafas: trakeostomi
3. Sukar makan: gastrostomi
4. Infeksi: antibiotika
5. Mulut berbau: obat kumur
6. Dsb.

(4) Terapi bantuan


1. Nutrisi yang baik
2. Vitamin
(5) Terapi sekunder
Bila ada penyakit sekunder, terapinya sesuai dengan penyakit yang
bersangkutan.

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. Ribbiyanton

Umur

: 27 tahun

Pekerjaan

: Buruh swasta mebel

Jenis kelamin

: Laki-laki

Masuk RSDK

: 2 Mei 2012 pk. 11.00

No. CM

: C 352945

KELUHAN SUBYEKTIF
ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB di poli
Gigi danMulut RSDK)
1. Keluhan utama
Sariawan pecah di gusi atas. (Rujukan RS Jepara )
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 bulan yang lalu pasien mengeluh gigi kiri atas belakang sakit,
kemudian gusi membengkak lalu pecah tidak keluar cairan,tidak keluar
darah. Pasien tetap mengeluh sakit. Dan sekarang lukanya menjadi putih.
Pasien pernah berobat ke klinik dan diberi obat tapi pasien lupa nama
obatnya.
Tidak ada gangguan saat makan. Penurunan berat badan (-). BAB dan
BAK tidakada keluhan. Pasien memiliki riwayat merokok (+) sejak
SMP,sehari 3 bungkus. Saat bekerja pasien jarang memakai alat pelindung
mulut. Pasien sering mengkonsumsi alkohol seperti bir bintang setiap 1
minggu 1x. Oral hygiene kurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penderita belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
2. Riwayat hipertensi (-)
3. Riwayat diabetes mellitus disangkal.
4. Riwayat trauma disangkal.
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB di poli Gigi dan Mulut
RSDK.
1. KeadaanUmum
Kesadaran

: komposmentis

Keadaan gizi

: baik

Tampak kesakitan

: tidak tampak kesakitan

Tanda vital

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 87 x/menit

Frek. nafas

: 18 x/menit

Suhu

: afebris

2. Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Wajah
Inspeksi : asimetri wajah (+) kiri, pembengkakan (+) kiri, trismus (-),
kemerahan (-)
Palpasi : keras, fluktuasi (-)
b. Leher
Inspeksi : asimetris
Palpasi : pembesaran nnll sub mandibula -/+
3. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa pipi

: kanan:Tidak ditemukan kelainan


Kiri

:benjolan teraba kenyal

Mukosa palatum

: ulkus palatal sinistra

Mukosa dasar mulut

: Tidak ditemukan kelainan

Mukosa pharynx

: Tidak ditemukan kelainan

Kelainan periodontal

:18,28 gangren pulpa, 27 gangren

radix
Ginggiva atas

: Tidak ditemukan kelainan

Ginggiva bawah

: Tidak ditemukan kelainan

Karang gigi (+)

: generalisata

Pocket

: Tidak ditemukan kelainan

STATUS LOKALIS
Rahang bawah kiri
Ektsraoral

Inspeksi

: Asimetri (+) minimal

Palpasi

: teraba benjolan di pipi kiri, keras, pembesaran nnll cervicalis


anterior sebesar kelereng, nyeri tekan (+), 27 gigi goyang

Intraoral
Inspeksi

: Ulkus sinistra sisi palatal 3mm x1mm dan ulkus sisi bucal
1mm x 1mm, batas tegas, tidak melekat erat, permukaan putih,
perdarahan (-)
Calculus generalisata (+)

Gigi:
Gigi 2.7
Inspeksi: tampak karies, terdapat sisa akar
Sondasi: profunda, nyeri (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (+) 1mm
Gigi 1.8, 2.8
Inspeksi: tampak karies, terdapat sisa 1/3 mahkota gigi
Sondasi: nyeri (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (-)
Gigi 3.7, 3.8
Inspeksi: tampak karies superficial
Sondasi: (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (-)
Gigi 3.6 missing teeth
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Keluhan Utama:Tumor palatal sinistra susp. Malignancy T3N1Mx
Diagnosis Banding: osteomielitis rahang
Diagnosis Penyakit Lain:
-

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi: X-foto thoraks, X-foto panoramik, CT-scan maksilofasial
Pemeriksaan laborat : darah lengkap, biopsi
Indikasi Terapi
1. Massa intra oral curiga ganas T3N1Mx
Biopsi
2. Calculus
Calculektomi
THERAPI
Pro biopsi
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki 27 tahun datang ke poli Gigi dan Mulut RSDK dengan asimetri
wajah ke kiri. Dari anamnesis didapatkan 1 bulan yang lalu pasien mengeluh
gigi kiri atas belakang sakit, kemudian gusi membengkak lalu pecah tidak keluar
cairan,tidak keluar darah. Pasien tetap mengeluh sakit. Dan sekarang lukanya
menjadi putih. Pasien pernah berobat ke klinik dan diberi obat tapi pasien lupa
nama obatnya. Pasien memiliki riwayat merokok (+) sejak SMP,sehari 3 bungkus.
Saat bekerja pasien jarang memakai alat pelindung mulut. Pasien mengkonsumsi
alkohol tiap 1 minggu 1x. Oral hygiene kurang.
Pada pemeriksaan ekstraoral didapatka asimetri (+) minimal , benjolan (+),
perabaan keras, nyeri tekan (+), pembesaran nnll cervicalis anterior kiri (+).
Pada pemeriksaan intraoral didapakan 27 gangren radix; 18,28 gangren pulppa;
37,38 caries superficial, 327 gangren radix; 18,28 gangren pulppa; 37,38 caries
superficial, 36 missing teeth, Ulkus sinistra sisi palatal 3mm x1mm dan ulkus
sisi bucal 1mm x 1mm, batas tegas, tidak melekat erat, permukaan putih,
perdarahan (-), calculus generalisata (+).

Dari anamnesis dan pemeriksaan yang didapatkan kemungkinan benjolan


mengarah pada keganasan karena pertumbuhannya progresif, menekan sehingga
menimbulkan rasa sakit, meluas ke bucal dan menembus tulang alveolar sekitar
gigi 2.7 sehingga gigi tersebut goyang, ulcus (+), terdapat pembesaran nnll
cervicalis anterior kiri dan didapatkan riwayat merokok dan minum alkohol yang
merupakan faktor predisposisi dari keganasan rongga mulut. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan massa sesuai dengan gambaran T3N1Mx dan termasuk dalam
stadium III.

Metastasis belum diketahui karena belum didapatkan hasil dari

pemeriksaan penunjang X-foto thoraks. Penatalaksanaan untuk kasus ini sesuai


dengan prosedur terapi untuk kanker rongga mulut stadium III yaitu Eksisi
radikal, radioterapi post op. 30-40Gy dan kemoterapi.
Untuk dapat menentukan diagnosis pasti dan menyingkirkan difernsial
diagnosis maka perlu dilakukan biopsi intuk menentukan jenis histopatologisny.
Jika berdasarkan insidensi kemungkinan adalah carsinoma sel skuamosa,
didukung adanya riwayat menginang. Tata laksana lebih lanjut menunggu hasil
biposi.
BAB V
KESIMPULAN
Wanita 65 tahun dengan keluhan

benjolan pada rahang kiri bawah dengan

diagnosis utama massa intraoral curiga ganas T3N1Mx dengan diferensial


diagnosis karsinoma sel skuamosa dan karsinoma verukosa. Dan diagnosis
penyakit lain luksasi gigi 3.3-3.5 e.c massa itraoral dan periodontitis apikalis e.c
gangren pulpa gigi 1.6,4.6. Untuk menentukan diagnosis pasti perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu CT scan maksilofasial dan biopsi.

Anda mungkin juga menyukai