PENDAHULUAN
Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
yang tidak terkendali dan tidak berguna bagi tubuh. Tumor rongga mulut adalah
suatu pertumbuhan abnormal di dalam dan di sekitar rongga mulut yang
pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan
tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi,dasar mulut,gusi, palatum, lidah, dan di
dalam tulang rahang. Seperti halnya dibagian tubuh lainnya tumor rongga mulut
dapat di golongkan menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Penyebab tumor rongga
mulut sampai saat ini belum diketahui. Kombinasi kelainan genetik, Oral hygiene
yang buruk serta nikotin merupakan hal yang mendukung terjadinya tumor ganas
rongga mulut.
Insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan
pasti. Frekwensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker.
Insidens kanker rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu
13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedang pada
perempuan yang tinggi di India yaitu 5.8 per 100.000 dan yang rendah di
Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988). Angka kejadian kanker
rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari seluruh kanker,
sedangkan di Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per
100.000 atau 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering
mengenai lidah (40%), kemudian dasar mulut (15%), dan bibir (13%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal
dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut.
Batas-batas rongga mulut ialah :
Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini :
bibir
lidah 2/3 anterior
mukosa bukal
dasar mulut
ginggiva atas dan bawah
trigonum retromolar
palatum durum
palatum molle
Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu
proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan
perkembangan tumor.
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik.
Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja 'secara terpisah, kombinasi
dari berbagai faktor sering dijumpai bersama-sama. Pada dasawarsa terakhir,
patogenesis molekular neoplasma menunjukkan bahwa neoplasma merupakan
penyakit genetik. Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan
genetik yang disebabkan oleh faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan
gel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan
genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti onkogen
(gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur apoptosis
(Scully,1992).
Penemuan dini kanker rongga mulut merupakan faktor penting, bertujuan
untuk terapi kuratif, prognosa yang makin baik, kepentingan kosmetik dan
mengurangi kecacatan serta kelangsungan hidup yang lebih lama. Tetapi
sayangnya hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam
stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-bulan
atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya prognosa dari kanker rongga
mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali
prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat. Yang dapat
menimbulkan keterlambatan ini adalah perkembangan kanker pada tahap awal
seringkali tidak menimbulkan keluhan
Gambaran klinis.
Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi/keadaan
prakanker mulut sebelumnya, seperti leukoplakia, eritrplakia, submukus fibrosis
dan lain-lain.
Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, diameter
kurang dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai
komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minima. Seringkali
awal dari keganasan ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai
sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari ulkus proses keganasan
meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari sekitarnya dan
indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan
endofitik . Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan yang
eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah
berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki
prognosa lebih baik.
Kanker pada lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai
bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau
endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus. Lamakelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi
sekunder.
Kanker pada bibir.
Kanker bibir dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas
diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam
Datogenese kanker bibir.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa modul kecil atau ulkus yang
tidak sembuh-sembuh. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk papillari, ulseratif
atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan
sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan
infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi
lebih dalam . Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat
pada pinggiran ulkus.
6. Lymphnode servikal.
3. Pemeriksaan Radiografi
a. X-foto polos
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis,
untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.
5. Pemeriksaan Patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulut
harus diperiksa patologis dengan teliti.
Spesimen diambil dari biopsi tumor
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan
pada tumor primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.
Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1 cm atau kurang eksisi yang dikerjakan
ialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif ( 1 cm
dari tepi tumor)
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator:
bila tumor besar atau inoperabel
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi
dan luas invasi dari tumor
ke
kelenjar
getah
bening
submentalis,
submaksilaris,
TIS
Tumor in situ
T1
T2
T3
T4a
T4b
N0
N1
N2a
N2b
N2c
N3
M0
M1
TIS
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Staduim II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1
N1
M0
T2
N1
M0
T3
N1
M0
Stadium IVA T4
N0,N1 M0
TiapT N2
M0
M0
- oncologic surgeon
- plastic & reconstructive surgeon
- radiation oncologist
- medical oncologist
- dentists
- rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut
ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek
kosmetik /penampilan penderita.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi
Ialah :
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita
c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
e) Pilihan penderita.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi
saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan
operasi.
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil
yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi
sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced
(T3,T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang
eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang
endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak,
dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant
preoperatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro
metastasis.
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut
Stadium I
Staduim II
Eksisi radikal
Radioterapi kuratif 50-70Gy
Kemoterapi tidak dianjurkan
Stadium III
Eksisi radikal
Radioterapi post op. 30-40Gy
Kemoterapi
Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi
kuratif.
Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.
Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi:
1) Kasus operabel
2) Umur relatif muda
3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor
dengan ekstensinya
2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor
3) Eksisi luas tumor
o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumor
o Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang
terinvasi
4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection atau
modifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional.
Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana
memungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan
dengan pemeriksaan potong beku . Kalau tidak radikal buat garis
sayatan baru yang lebih luas sampai bebas tumor.
6) Rekonstruksi defek yang terjadi.
b. Radioterapi
Indikasi radioterapi
1) Kasus inoperabel
2) T1,2 tempat
d) Mulut berbau
e) Anoreksia
f) Fistula oro-kutan
2. Sistemik:
a) Nyeri
b) Sesak nafas
c) Sukar bicara
d) Batuk-batuk
e) Badan mengurus
f) Badan lemah
(1) Terapi utama
1. Tanpa meta jauh: Radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau perlu
kombinasikan dengan operasi
2. Ada metastase jauh: Kemoterapi.
(2) Terapi tambahan
Kalau perlu: Operasi, kemoterapi, atau radioterapi
(3) Terapi komplikasi
1. Nyeri: Analgetika sesuai dengan step ladder WHO
2. Sesak nafas: trakeostomi
3. Sukar makan: gastrostomi
4. Infeksi: antibiotika
5. Mulut berbau: obat kumur
6. Dsb.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. Ribbiyanton
Umur
: 27 tahun
Pekerjaan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Masuk RSDK
No. CM
: C 352945
KELUHAN SUBYEKTIF
ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB di poli
Gigi danMulut RSDK)
1. Keluhan utama
Sariawan pecah di gusi atas. (Rujukan RS Jepara )
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 bulan yang lalu pasien mengeluh gigi kiri atas belakang sakit,
kemudian gusi membengkak lalu pecah tidak keluar cairan,tidak keluar
darah. Pasien tetap mengeluh sakit. Dan sekarang lukanya menjadi putih.
Pasien pernah berobat ke klinik dan diberi obat tapi pasien lupa nama
obatnya.
Tidak ada gangguan saat makan. Penurunan berat badan (-). BAB dan
BAK tidakada keluhan. Pasien memiliki riwayat merokok (+) sejak
SMP,sehari 3 bungkus. Saat bekerja pasien jarang memakai alat pelindung
mulut. Pasien sering mengkonsumsi alkohol seperti bir bintang setiap 1
minggu 1x. Oral hygiene kurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penderita belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
2. Riwayat hipertensi (-)
3. Riwayat diabetes mellitus disangkal.
4. Riwayat trauma disangkal.
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 pukul 11.00 WIB di poli Gigi dan Mulut
RSDK.
1. KeadaanUmum
Kesadaran
: komposmentis
Keadaan gizi
: baik
Tampak kesakitan
Tanda vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 87 x/menit
Frek. nafas
: 18 x/menit
Suhu
: afebris
Mukosa palatum
Mukosa pharynx
Kelainan periodontal
radix
Ginggiva atas
Ginggiva bawah
: generalisata
STATUS LOKALIS
Rahang bawah kiri
Ektsraoral
Inspeksi
Palpasi
Intraoral
Inspeksi
: Ulkus sinistra sisi palatal 3mm x1mm dan ulkus sisi bucal
1mm x 1mm, batas tegas, tidak melekat erat, permukaan putih,
perdarahan (-)
Calculus generalisata (+)
Gigi:
Gigi 2.7
Inspeksi: tampak karies, terdapat sisa akar
Sondasi: profunda, nyeri (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (+) 1mm
Gigi 1.8, 2.8
Inspeksi: tampak karies, terdapat sisa 1/3 mahkota gigi
Sondasi: nyeri (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (-)
Gigi 3.7, 3.8
Inspeksi: tampak karies superficial
Sondasi: (-)
Perkusi: (-)
Mobilitas: (-)
Gigi 3.6 missing teeth
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Keluhan Utama:Tumor palatal sinistra susp. Malignancy T3N1Mx
Diagnosis Banding: osteomielitis rahang
Diagnosis Penyakit Lain:
-
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi: X-foto thoraks, X-foto panoramik, CT-scan maksilofasial
Pemeriksaan laborat : darah lengkap, biopsi
Indikasi Terapi
1. Massa intra oral curiga ganas T3N1Mx
Biopsi
2. Calculus
Calculektomi
THERAPI
Pro biopsi
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki 27 tahun datang ke poli Gigi dan Mulut RSDK dengan asimetri
wajah ke kiri. Dari anamnesis didapatkan 1 bulan yang lalu pasien mengeluh
gigi kiri atas belakang sakit, kemudian gusi membengkak lalu pecah tidak keluar
cairan,tidak keluar darah. Pasien tetap mengeluh sakit. Dan sekarang lukanya
menjadi putih. Pasien pernah berobat ke klinik dan diberi obat tapi pasien lupa
nama obatnya. Pasien memiliki riwayat merokok (+) sejak SMP,sehari 3 bungkus.
Saat bekerja pasien jarang memakai alat pelindung mulut. Pasien mengkonsumsi
alkohol tiap 1 minggu 1x. Oral hygiene kurang.
Pada pemeriksaan ekstraoral didapatka asimetri (+) minimal , benjolan (+),
perabaan keras, nyeri tekan (+), pembesaran nnll cervicalis anterior kiri (+).
Pada pemeriksaan intraoral didapakan 27 gangren radix; 18,28 gangren pulppa;
37,38 caries superficial, 327 gangren radix; 18,28 gangren pulppa; 37,38 caries
superficial, 36 missing teeth, Ulkus sinistra sisi palatal 3mm x1mm dan ulkus
sisi bucal 1mm x 1mm, batas tegas, tidak melekat erat, permukaan putih,
perdarahan (-), calculus generalisata (+).