Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN

SATUAN UNIT
PENDIDIKAN
Kelompok 2 :
M. Rifki Hidayat
Suci Ardiyanti
Dwi Haryani
Nisa Anggreni Lubis

A. STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN


OLEH SATUAN PENDIDIKAN

Standar Pengelolaan pendidikan adalah


standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
atau nasional agar tercapai efesiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

8 Standar Pendidikan sebagai acuan/arah


pengelolaan sekolah
Standar Isi
Standar Proses
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Pendidik dan Tenaga
kependidikan
Standar Sarana dan prasarana
Standar Pengelolaan
Standar Pembiayaan
Standar penilaian pendidikan

1. STANDAR ISI
Memahami benar terhadap fungsi lembaga sekolah
sebagai wawasan wiyata mandala;
Melakukan
pengembangan kurikulum sekolah
(KTSP), termasuk Silabus; dengan melibatkan
seluruh personal sekolah dan beberapa pihak terkait;
Menyelenggarakan kegiatan intra kurikuler, ekstra,
serta memberikan layanan Bimbingan konseling;
Menerapkan
pendekatan
kurikulum
berbasis
kompetensi dan strategi PSG;
Menerapkan truktur program pembelajaran sesuai
standar;
Menetapkan alokasi waktu belajar & pengaturan
kalender pendidikan sesuai ketentuan.

2. STANDAR PROSES

Menerapkan jumlah siswa maks. per kelas 32 siswa;

Beban kerja guru mengajar min. 24 jampel./minggu;

Menerapkan prosedur
RPP,pengelolaan kelas
evaluasi & penilaian);

penyelenggaraan KBM (penyusunan


dan pembelajaran, penyelenggaraan

Memberikan pengalaman belajar yang variatif,


elaborasi, konfirmasi, dan pemanfaatan I.T.;

Memberikan layanan Bimbingan dan Konseling;

Melaksanakan program prakerin;

Menyelengg. Bussines center sbg wahana praktik;

Melaksanakan pengendalian/ supervisi KBM;

Memberikan penghargaan & sanksi pendidikan

eksplorasi,

3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


Menyusun & menetapkan KKM;
Menetapkan
kriteria kenaikan kelas dan
kelulusan yang memenuhi standar;
Mengembangkan kecakapan hidup;
Mengemb.
kemampuan berkreasi/ berkarya;
kemampuan menggali informasi; kemampuan
memanfaatkan
lingkungan;
kemampuan
mengekspresikan
seni;
kemampuan
berwirausaha.
Mengembangkan
sikap
santun,
ber-etika,
estetika,
disiplin,
sportif,
percaya
diri,
bertanggung jawab sebagai warga bangsa

4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Memenuhi kebutuhan jumlah guru dan


tenaga kependidikan, sesuai ketentuan;
Memenuhi kualifikasi Akademik;
Memenuhi kualifikasi khusus/ Kepribadian;
Memenuhi Kualifikasi Kompetensi di bidang
tugasnya.
Memiliki kemampuan wirausaha

5. STANDAR SARANA DAN


PRASARANA
Sekolah memiliki luas lahan minimal 3500 m2 (untuk
bangunan 1 lantai) / (~15 m2/siswa);
Memiliki Ruang-ruang: Pembelajaran umum (RPU),
Pembelajaran khusus (RPK), Ruang penunjang (RP),
R.bussines center. (dengan ventilasi udara dan
pencahayaan yg cukup)
Luas RPU minimal 2 m2/siswa; Luas RPK minimal 4
m2/siswa, (tergantung jenis praktik);
Memiliki sanitasi air bersih yg cukup, saluran air
hujan dan air limbah, dan tempat-tempat sampah.
Tersedia berbagai kelengkapan fasilitas belajar sesuai
standar sarpras, termasuk penggunaan buku-buku
pel. bagi setiap siswa pada setiap mata pelajaran.

6. STANDAR PENGELOLAAN

Dalam pengelolaan, memiliki VISI dan MISI;


Memiliki
Program Kerja jangka panjang,
menengah, dan program kerja tahunan;
Memiliki struktur organisasi serta uraian tugas
dan mekanisme kerja yang jelas; pedoman
pengaturan berbagai aspek kerja (tertulis) /
sistem manajemen mutu.
Menciptakan lingkungan & iklim kerja kondusif;
Menyelenggarakan pelayanan Bimb. Konseling
dan BKK;
Mengadakan sistem informasi manajemen;
Menyelenggarakan sistem administrasi yg tertib.

7. STANDAR PEMBIAYAAN

Sekolah memiliki investasi lahan dan gedung,


investasi lainnya; serta biaya untuk operasional
dan pengembangan sekolah;
Memiliki rencana kerja dan rencana anggaran
sekolah;
Pengelolaan
dana masyarakat dilakukan
transparan, efisien, akuntabel;
Buku catatan pengelolaan yg lengkap, serta
pelaporan pertanggung jawaban.

8. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Sekolah melaksanakan penilaian hasil belajar, dgn pelak.


test/ulangan/ujian sesuai Prosedur Operasional Standar.;
Sekolah menginformasikan secara jelas kepada para siswa
tentang kompetensi yg hendak dicapai serta segala
rancangan dan kriteria penilaiannya;
Alat dan teknik penilaian disesuaikan dgn karakteristik
mata pel. serta mengacu pd indikator pencapaian
kompetensi;
Melaksanakan penilaian afeksi untuk menilai sikap/
akhlak dan kepribadian;
Melaksanakan program remedial;
Pelaks. Uji kompetensi dgn melibatkan unsur DU-DI;
Sek. menetapkan kriteria kenaikan kelas/ kelulusan;
Melaporkan hasil penilaian kpd OT dan Dinas Pendd.

B. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP


Pasal 49 ayat 1:
Pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah
yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas

PP No 17 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan


Pengelolaan Pendidikan
Pasal 10 ayat 4:
Standar pelayanan minimal bidang pendidikan
untuk satuan pendidikan ditetapkan sebagai syarat awal
yang harus dipenuhi dalam mencapai Standar Nasional
Pendidikan secara bertahap dengan menerapkan
otonomi satuan pendidikan atau manajemen berbasis
sekolah/madrasah.

Pasal 49 ayat 1:

Pengelolaan satuan atau program pendidikan


anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah
dilaksanakan
berdasarkan
standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah/madrasah.

MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH (MBS)

model
pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau
madrasah
dan
mendorong
pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah atau madrasah
sesuai dengan standar pelayanan mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Kota.

ISTILAH MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH

Terjemahan

MBS
merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada tingkat
sekolah
(
pelibatan
masyarakat ) dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional.

school-based
management

Menurut Edmond yang


dikutip Suryosubroto
MBS

alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang


lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai
hasil dari desentralisasi pendidikan.

KONSEP MANAJEMENBERBASIS SEKOLAH

Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ,


manajemen hubungan sekolah dengan orang tua wali
murid diharapkan berjalan dengan baik.
Hubungan
yang harmonis membuat masyarakat
memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai
tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat,
yaitu
proses pendidikan terlaksana secara
produktif,
efektif,
dan
efisien
sehingga
menghasilkan lulusan yang produktif dan
berkulitas.

TUJUAN MBS
Meningkatkan
mutu
pendidikan
melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam megelola
dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama,
Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada
orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang
mutu sekolahnya,
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah
tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

MANFAAT MBS
Dengan
kondisi
setempat,
sekolah
dapat
meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih berkonsentrasi pada tugasnya,
Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,
mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin
sekolah,
Guru didorong untuk berinovasi,
Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat
meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai
dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta
didik.

PROSES PENERAPAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
2.

Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam


peningkatan mutu pemelajaran di sekolah.
Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang
terkait antara lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan
Kab/Kota, Departemen Agama (yang menangani
pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan
Kab/Kota terutama membantu dalam mengkoordinasikan
dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam siklus
kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya
dalam bidang pendidikan.

3.

4.

5.

6.

Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar


(guru), kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP)
maupun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur
komite
sekolah
tentang
Manajemen
Berbasis
Sekolah,
pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.
Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para
kepala sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan
peningkatan mutu pembelajaran.
Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan
konsisten terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah
agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang dihadapi, serta
segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan
Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap
sekolah
untuk
peningkatan
mutu
pembelajaran,
Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan,
dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani
dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap
Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Kepemimpinan dan manajemen sekolah
yang baik
Kondisi social, ekonomi dan apresiasi
masyarakat terhadap pendidikan
Dukungan pemerintah
Profesionalisme

ALASAN DITERAPKANNYA MBS


Otonomi lebih besar kepada sekolah
Fleksibilitas lebih besar kepada sekolah
Sekolah
lebih
mengetahui
kelebihan,
kekurangan, ancaman, peluang yang dimiliki
(SWOT)
Sekolah lebih menetahui kebutuhanannya
Pengambilan keputusan yang tepat oleh sekolah
Penggunaan sumber daya yang efisien efektif
Menciptakan akuntabilitas dan transparansi
Cepat merespon aspirasi masyarakat

Anda mungkin juga menyukai