BhnAjarPPKn KEWIRAAN
BhnAjarPPKn KEWIRAAN
BAHAN AJAR
Pendidikan kewarganegaraan
(k e w i r a a n)
OLEH:
DRS. M. KASIM, M.M.
Materi ini mengacu kepada SAP Dikti Tahun 2012
Kewarganegaraan/Kewiraan
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SK. DIRJEN DIKTI No.43/DIKTI/KEP/2006
POKOK BAHASAN
1. KEWARGANEGARAAN
1.1. PENGERTIAN
1.2. LANDASAN ( DASAR HUKUM)
1.3. HAK KEWAJIBAN WARGA NEGARA
1.4. HAM
a. PENGERIAN HAM
b. SEJARAH HAM
c. HAM DI INDONESIA
d. HAM DIBIDANG KESEHATAN
1.5. DEMOKRASI
a. PENGERTIAN
b. DEMOKRASI MENURUT UUD. 45
c. OTODA
1.6. WANUS
a. DASAR PEMIKIRAN DAN PENGERTIAN
b. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
c. UNSUR-UNSUR DASAR
d. IMPLEMENTASI
1.7. TANNAS
a. LATAR BELAKANG DAN LANDASAN
b. RUANG LINGKUP
c.PENGARUH HAM, DEMOKRASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
TERHADAP TANNAS
d. PENGARUH TANNAS TERHADAP KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
1.8. POLSTRANAS
a. PENGERTIAN
b. POLITIK STRATEGI NASIONAL INDONESIA
c. IMPLEMENTASI POLSTRANAS
1.9. HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
2. PANCASILA
2.1. LANSDASAN PEND.PANCASILA
2.2. PEMBAHSAN PS. SECARA ILMIAH
2.3. PENGERTIAN PS.
2.4. SEJARAH PERJUANGAN BGS.INDO.
2.5. PROKLAMASI & KEMERSDEKAAN
2.6. PEMBUKAAN UUD.45
2.7. HAKEKAT PEMBUKAAN UUD.45
2.8. PENGERTIAN & KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD.45
2.9. FUNGSI & PEMB.UUD.45
2.10.HUB.PEMB.UUD.45 DGN BATANG TUBUH PS.& PROKLAMASI
17 AGUSTUS 45
2.11.UUD.45
2.12.HUKUM DASAR
2
Kewarganegaraan/Kewiraan
2.13.KONSTITUSI
2.14.STRUKTUR PEMERINTAHAN
2.15.HUB.ANTARA LEMBAGA NEGARA
2.16.DINAMIKA PELAKS.UUD.45
2.17.PS SBG.SISTEM FILSAFAT
2.18.RUMUSAN SILA-SILA PS.
2.19.KESATUAN SILA-SILA SBG.SUATU SISTEM FILSAFAT
2.20.PENGERTIAN NILAI,NORMA,& MORAL
2.21.PS.SBG. NILAI DASAR FUNDAMENTAL
2.22.MAKNA NILAI SETIAP SILA PS.
2.23.PS. SBG.SISTEM IDEOLOGI BGS.
2.24.PS.SBG PARADIGMA DLM PEMB.
2.25.PS. SBG.PARADIGMA REFORMASI
2.26.AKTUALISASI PS.
BAHAN RUJUKAN
1. ABDUL GANI, RUSLAN, 1998 : PS & REFORMASI, MAKALAH, SEMINAR
NASIONAL, KAGMA, YOGYAKARTA.
2. KAELAN, 2004, PEND. PS.,PARADIGMA, YOGYAKARTA
3. LEMBAGA PERTAHAN NASIONAL, 2000, PEND.KEWARGANEGARAAN,
LEMHAMNAS RI.
4. SURADINATA, ERMAYA, HUKUM DASAR GEOPOLITIK & GEOSTRATEGI
DLM.RANGKA KESATUAN NKRI, JAKARTA, 2005
5. THALIB DAHLAN, 1994 PS.YURIDIS KENEGARAAN, YOGYAKARTA.
6. IKATAN DOSEN KEWARGANEGARAAN SULAWESI, MAKASSAR, 2002
7. KAELAN, PEND.KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI
PARADIGMA YOGYAKARTA, 2007
8. UU NO.39/1999 TTG.HAM, FARMANA BANDUNG, 2006
9. UU NO.12/2006 TTG.KEWARGANEGARAAN RI, FARMANA
BANDUNG,2006
TUJUAN PEND.KEWARGANEGARAAN
BERDASARKAN KEPUTUSAN DIRJEN DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2006
TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DIRUMUSKAN DLM VISI &
MISI & KOMPETENSI SBB :
VISI :
PEND. KEWARGANEGARAAN ADL.MERUPAKAN SUMBER NILAI &
PEDOMAN DLM PENGEMBANGAN & PENYELENGGARAAN PROGRAM
STUDI, GUNA MENGANTARKAN MAHASISWA MEMANTAPKAN
KEPRIBADIANNYA SBG MANUSIA SEUTUHNYA. HAL INI BERDASARKAN
PD SUATU REALITAS YG DIHADAPI, BHW MAHASISWA ADL.SBG
GENERASI BGS YG HRS MEMILIKI VISI INTELEKTUAL, RELEGIUS
BERKEADABAN, BERKEMANUSIAAN & CINTA TANAH AIR & BGS
Kewarganegaraan/Kewiraan
MISI :
UTK MEMBANTU MAHASISWA MEMANTAPKAN KEPRIBADIAANNYA,
AGAR SECARA KONSISTEN MAMPU MEWUJUDKAN NILAI-NILAI DASAR
PS, RASA KEBANGSAAN & CINTA TANAH AIR DLM MENGUASAI,
MENERAPKAN & MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI
& SENI DGN RASA TANGGUNG JAWAB & BERMORAL
KOMPETENSI :
OLEH KRN ITU KOMPETENSI YG DIHARAPKAN MAHASISWA ADL.:UTK
MENJADI ILMUAWAN & PROFESIONAL YG MEMILIKI RASA
KEBANGSAAN & CINTA TANAH AIR, DEMOKRATIS, BERKEADABAN,
SELAIN ITU KOMPETENSI YG DIHARAPKAN AGAR MAHASISWA MENJADI
WARGA NEGARA YG MEMILIKI DAYA SAING, BERDISIPLIN,
BERPARTISIPASI AKTIF DLM MEMBANGUN, KEHIDUPAN YG DAMAI
BERDASARKAN SISTEM PS.
LANDASAN :
LANDASAN ILMIAH :
SETIAP ILMU HARUS MEMPUNYAI SYARAT-SYARAT ILMIAH YAITU
MEMPUNYAI OBJEK, METODE, SISTEM & UNIVERSAL
OBJEK MATERIAL : PEND.KEWARGANEGARAAN ADL.SEGALA HAL YG
BERKAITAN DGN WARGANEGARA YG MELIPUTI WAWASAN, SIKAP &
PERILAKU WARGANEGARA DLM KESATUAN BGS & NEG.
OBJEK FORMA : HUB.WARGANEGARA DGN NEGARA & SEGI
PEMBELAAN NEGARA
LANDASAN HUKUM :
1. UUD.45
PEMB.UUD.45 ALINEA KE 2 & KE 4, YG MEMUAT CITA-CITA, TUJUAN &
ASPIRASI BGS.INDO TTG KEMERDEKAAN. PASAL 27 (1) SEGALA
WARGANEGARA BERSAMAAN KEDUDUKANNYA DI DLM HUKUM &
PEMERINTAHAN PASAL 27 (3) TIAP WARGANEGARA BERHAK & WAJIB
IKUT SERTA DLM UPAYA PEMBELAAN NEGARA
PASAL 31 (1) TIAP WARGANEGARA BERHAK MENDAPATKAN PENGAJARAN
2. KETETAPAN MPR NO. II/MPR/1999 TTG GBHN
3. UU NO.20 THN 1982 TTG KETENTUAN POKOK PERTAHANAN
KEAMANAN NEG.RI.
4. UU NO. 20 THN 2003, TTG SISDIKNAS
5. SK DIRJEN DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2006 TTG RAMBU-RAMBU
PELAKS.MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK) DI
PERGURUAN TINGGI
PENDAHULUAN
4
Kewarganegaraan/Kewiraan
Dewasa ini wacana pendidikan demokrasi melalui jalur pendidikan formal maupun
nonformal banyak diperbincangkan lewat tulisan di media massa maupun forumforum diskusi dan seminar. Bahkan uji coba pendidikan demokrasi yang dimodifikasi
dalam bentuk civic education (pendidikan kewarganegaraan) telah mulai dilakukan di
tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan perguruan tinggi. Sementara
pendidikan demokrasi lewat jalur informal sudah banyak diprakarsai oleh organisasi
organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah serta ormas
keagamaan sejenis lainnya.
Fenomena ini tidak lepas dari pengaruh trend civic education di negara-negara yang
telah maju dalam berdemokrasi seperti Amerika, Inggris, Australia, dan negaranegara di Eropa. Gejala ini setidaknya merupakan indikator akan semakin besarnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya demokrasi sebagai sebuah nilai dan
mekanisme hidup bersama sesama warganegara. Sejalan dengan momentum transisi
menuju demokrasi seperti ini dianggap sebagai kesempatan paling baik untuk
membangun demokrasi di Indonesia.
Berbarengan dengan kesadaraan tersebut, demokrasi yang seharusnya menjadi
sesuatu yang biasa-biasa saja bagi masyarakat dapat menjadi hal yang sangat
mewah tanpa upaya untuk mewujudkannya.
Asumi ini tidaklah berlebihan bila dikaitkan dengan warisan tradisi tidak demokratis
yang ditinggalkan kekuasaan masa lalu. Artinya sebagai sebuah pilihan terbaik
demokrasi harus dibiasakan dan di transformasikan, khususnya bagi generasi muda
melalui jalur pendidikan demokrasi yang dikemas dalam bentuk program civic
education.
Program ini diharapkan dapat memberikan bekal serta pengalaman berdemokrasi
kepada generasi muda, sehingga mereka mampu menyemaikan landasan kultural
bagi perwujudan masyarakat sipil Indonesia yang cerdas dan kritis terhadap berbagai
persoalan bangsa dan negara (smart, good and critical citizenship).
Pendidikan Demokrasi di Perguruan Tinggi
Pendidikan dinilai banyak pakar demokrasi merupakan media paling tepat untuk
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Menengok pengalaman beberapa negara
Barat yang telah maju dalam berdemokrasi, kepedulian terhadap masa depan
demokrasi mereka diwujudkan melalui program pengintegrasian pendidikan
Kewarganegaraan/Kewiraan
demokrasi ke dalam pelajaran pendidikan kewargaan (civic education) dalam
pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi.
Inggris misalnya sejak 1997 telah melakukan program pendidikan kewargaan yang
mereka namakan democratic citizenship yang diadakan oleh lembaga pendidikan
warga negara demokratis, the Education for Democratic Citizenship (EDC).
Program serupa dijumpai pula di Amerika, Kanada, Australia dan sejumlah negara
Eropa dengan nama yang berbeda namun memiliki kesamaan tujuan yakni
bagaimana menjadikan demokrasi sebagai kultur dan mekanisme bermasyarakat
warganegara mereka. Civic education bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah pendidikan demokrasi Indonesia itu
dirumuskan dalam bermacam model dan nama.
Model pertama dikenal dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
diajarkan sejak 1975. Mata pelajaran ini kemudian pada 1994 diganti dengan
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Sedangkan untuk
jenjang perguruan tinggi pendidikan kewargaan tersebut di kenal dengan nama mata
kuliah pendidikan Kewiraan dan Pancasila.
Sayangnya bila dikaitkan dengan realitas sosial-politik sekarang ini, agenda nasional
pendidikan kewarganegaraan itu lebih tepat dikatakan telah mengalami kegagalan.
Tindakan tidak demokratis dengan cara kekerasan masih banyak dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat.
Politik pengerahan massa akar rumput masih dominan dijadikan modus politik oleh
sebagian elit politik. Perilaku serupa terjadi pula di kalangan generasi muda dalam
bentuk tawuran sesama pelajar dan bentrokan fisik antara aparat keamanan dengan
mahasiswa. Kenyataan seperti ini merupakan salah satu indikator kegagalan dari
pendidikan kewarganegaraan yang selama ini dilakukan.
Bertolak dari kenyataan tersebut dan peluang memanfaatkan era transisi menuju
demokrasi seperti saat ini, reformasi pendidikan kewargaan nasional sudah
mendesak dilakukan.
Sebagaimana banyak kalangan menilai, bahwa dalam konteks wacana global tentang
demokrasi dan trend civic education serta semangat reformasi di Indonesia, kedua
model pendidikan kewarganegaraan nasional di atas dianggap kurang sejalan lagi
Kewarganegaraan/Kewiraan
dengan dua tuntutan refromasi yakni penegakan demokrasi dan Hak Asasi Manusia
(HAM).
Mempertimbangkan peran strategis mahasiswa sebagai penggerak demokratisasi,
reformasi substantif dan metodologis pendidikan kewarganegaraan mendesak
dilakukan tarhadap mata kuliah pendidikan Kewiraan dan Pancasila di perguruan
tinggi. Hal ini penting dilakukan mengingat mahasiswa sebagai komponen vital dari
gerakan reformasi merupakan aset paling potensial dan strategis bagi proses
transformasi demokrasi Indonesia kini dan mendatang.
Menurut Azyumardi Azra (2001), setidaknya terdapat tiga faktor mengapa pendidikan
kewarganegaraan nasional dalam beragam bentuknya mengalami kegagalan.
Pertama, menyangkut substantif, PPKn, mata kuliah Pancasila dan Kewiraan tidak
disiapkan sebagai materi pendidikan demokrasi dan kewargaan. Kedua, menyangkut
strategi pembelajaran mata pelajaran dan kedua Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
bersifat indoktrinatif, regimentatif, monologis dan tidak partisipatif.
Ketiga, ketiga subjek tersebut lebih bersifat teoritis daripada praksis. Walhasil hasil
pembelajaran ketiga model pendidika kewargaan produk Orde Baru itu lebih tepat
dianalogikan dengan ungkapan klasik jauh panggang dari api ; kurang menyentuh
realitas yang berkembang di masyarakat lokal maupun internasional.
Kebijakan Baru Semangat Lama Kebijakan nasional terbaru tentang pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Depdiknas N0. 267/DIKTI/Kep/2000. Keputusan ini lahir sebagai respon
pemerintah terhadap perkembangan situasi politik pasca kejatuhan Orde Baru.
Namun patut disayangkan, sekalipun keputusan ini lahir di era reformasi, tetapi
secara substansial belum menampakkan pergeseran paradigma hubungan antara
negara dan warganegara secara signifikan. Masih kuatnya semangat pendekatan
keamanan (security approach) dapat dicermati pada bunyi pasal 5 keputusan
tersebut.
Menurut pasal tersebut materi pendidikan kewarganegaraan meliputi empat pokok
bahasan yaitu: pengantar pendidikan kewarganegaraan, wawasan nusantara,
ketahanan nasional, dan politik dan strategi nasional. Sekalipun materi demokrasi
dan HAM dijadikan salah satu unusr dari pokok bahasan yang pertama, nampaknya
sampai saat ini pihak pemerintah belum merealisasikannya dengan sungguh-sungguh
Kewarganegaraan/Kewiraan
dalam bentuk kurikulum yang sejalan dengan tuntutan reformasi dan penegakan
HAM.
Kuatnya paradigma lama yang lebih mengedapankan kontrol negara (state) atas
warga negara dalam keputusan itu dapat pula dicermati pada pernyataan pasal 7
tentang evaluasi belajar MKDU yang sudah diperbaharui itu. Menurut pasal tersebut,
evaluasi belajar dinyatakan dengan kalimat, dilakukan dengan cara yang
memungkinkan terdeteksinya perkembangan sikap tingkah laku mahasiswa. Dari
redaksi pasal ini nampaknya nuansa militeritsik masih begitu kental bersembunyi
dibalik kebijakan tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan Model Baru Usaha sosialisasi demokrasi di Indonesia
melalui jalur pendidikan formal nampaknya masih membutuhkan jalan panjang.
Reformasi orientasi pendidikan kewarganegaran sudah semestinya dilakukan baik
peraturan, paradigma, materi maupun pelaksanannya di lapangan. Orientasi
pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap
demokratis dan daya kritis peserta didik selayaknya di jadikan common plat-form
para pengambil kebijakan pendidikan nasional. Kesamaan pandangan ini selanjutnya
dapat ditungkan kedalam penyusunan kurikulum yang sejalan dengan semangat dan
tuntutan demokrasi.
Dalam tataran reformasi metodologi pengajarannya, pendekatan belajar yang
berpusat pada mahasiswa (learner-centered) sudah waktunya di terapkan pada
perkuliahan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan mendatang. Menurut Jhon
Dewey, tokoh pendekatan belajar ini, mazhab pendekatan ini memusatkan perhatian
pada kemampuan analisis mahasiswa terhadap pengetahuan dan pemahaman yang
mereka miliki, dan (dosen) mengarahkannya untuk belajar mandiri dan bertanggung
jawab terhadap apa yang mereka pelajari.
Sealur dengan pendekatan ini, pembelajaran pendidikan kewargaan mestilah
berlangsung dalam suasana demokratis. Selama perkuliahan berlangsung dosen
dituntut mampu menciptakan suasana kelas yang dinamis, kritis dan
menyenangkan.
Pandangan selama ini bahwa dosen sebagai satu-satunya sumber pengetahuan sudah
waktunya ditinggalkan. Pemahaman kadaluarsa ini harus segera diubah melalui
pembelajaran yang demokratis dimana dosen berperan sebagai fasilitator dan
pemacu atau motivator dinamika kelas. Untuk mewujudkan ini semua, rasa empati
Kewarganegaraan/Kewiraan
terhadap beragam pandangan mahasiswa merupakan sesuatu yang harus dimiliki
dosen atau siapa saja yang peduli dengan pendidikan demokrasi.
Bersandar pada pendekatan pengajaran di atas, pengembangan pendidikan
kewarganegaraan di tingkat perguruan tinggi mendatang diharapkan mampu
menjadikan kampus sebagai rahim bagi lahirnya civic cultur dan persemaian
masyarakat beradab (civilized citizen). Tentunya semangat ini harus diawali oleh
keprihatinan semua pihak, khususnya praktisi pendidikan akan nasib dan masa depan
demokrasi di negeri ini.
Sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia dimulai era sebelum dan selama
penjajahan, kemudian dilanjutkan pada era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan akan menimbulkan kondisi
dan tuntutan yang berbeda sesuai zamannnya. Perbedaan dan kondisi serta tuntutan
yang berbeda tersebut ditanggapi bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai
yang senantiasa tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai perjuangan bangsa.
Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan,
yang akhirnya sebagai pondasi kekuatan dalam proses terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak mengenal menyerah terbukti
dengan diproklamasikannya NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaaan itu
tidak terlepas dari anugrah Tuhan YME dan dilandasi rasa iman untuk rela berkorban.
Nilai-nilai perjuangan bansa Indonesia dalam perjuangan fisik baik dalam merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai
dinamika kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan
bangsa yang telah dilakukan dalam perjalanannya mengalami penurunan pada titik
yang kritis, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap sendi kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara, hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi dan menyongsong masa depan yang lebih
baik, harus dilakukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidangnya masing-masing
dengan perjuangan yang dilandasi oleh nilai- nilai perjuangan bangsa Indonesia,
sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran sikap dan prilaku yang cinta
tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
wadah NKRI.
Kewarganegaraan/Kewiraan
Perjuangan non fisik tersebut memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi seluruh
warga Negara dengan melalui pendidikan kewrganegaraan.
1.1.Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
a.Dasar Pemikiran
Semangat dan jiwa yang tertuang dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
(antara lain pasal 30), serta pengalaman perjuangan bangsa Indonesia untuk
menjamin tetap tegaknya NKRI selama lebih dari setengah abad telah menumbuhkan
tekad dan keyakinan bangsa Indonesia serta merupakan suatu hal yang tak
terelakan, bahwa kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia.
Semangat demikian inilah yang tersirat dalam pasal 30 UUD 1945 yang menegaskan
bahwa Tiap-tiap warganegara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara. Rumusan pasal 30 UUD 1945 ini mengandung makna adanya
semangat semangat demakratisasi dalam penyelenggaraan pembelaan Negara.
Dekratisasi dalam bidang aspek-aspek kehidupan bangsa, mempersyaratkan tiap-tiap
warganegara memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya itu. Namun demikian
disadari bahwa kesadaran warganegara terhadap hak dan kewajibannya itu tidak
dibawa sejak lahir, tetapi harus ditanamkan, ditumbuhkan serta dikembangkan yaitu
melalui upaya sosialisasi.
Sosialisasi adalah upaya memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada
seseorang agar ia dapat melaksanakan peranannya dalam kehidupan social tertentu.
Upaya sosialisasi yang terbaik adalah melalui pendidikan. Berdasarkan pada
pemikiran demikian itu, pendidikan kewiraan sebagai upaya untuk menumbuh
kembangkan kesadaran hak dan kewajiban warganegara dalam bela Negara
dimasukan dalam kurikulum pendidikan tinggi.
b.Pendidikan Kewiraan
1. Pengertian, tujuan/sasaran Pendidikan kewiraan
Istilah pendidikan pada hakekatnya dari masa kemasa sejalan dan sederhana
dinyatakan merupakan usaha sadar untuk mengciptakan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa datang.
Istilah kewiraan berdasarkan pada kata Wira yang nmengandung beberapa arti
seperti patriot, pahlawan, satria, perkasa dan berani.
Atas dasar itu dirumuskanlah pengertian pendidikan kewiraan adalah usaha sadar
untuk menciptakan warganegara (sumber calon pemimpin bangsa) melalui kegiatan
bimbingan, bagi peranannya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
10
Kewarganegaraan/Kewiraan
Negara menuju kejayaannya.
Tujuan/sasarannya ialah terbentuknya sarjana Indonesia yang mencintai tanah
airnya, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia yang tinggi, memiliki
keyakinan yang tinggi terhadap pancasila sebagai dasar dan ideology serta siap dan
rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
Melalui pendidikan kewiraan ini diharapkan warganegra Indonesia memiliki sikap
mental yang meyakini hak dan kewajiban serta tanggung jawab sebagai warganegara
yang rela berkorban untuk membela bangsa dan Negara serta kepentingan
nasionalnya.
2. Landasan Hukum
Pendidikan kewiraan dimasukan dalam kurikulum Pendidikan Tinggi berdasarkan
keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Pertahanan
Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia melalui surat
keputusan nomor : 022/U/1973-kep/B/43/XII/1973 tanggal 8 desember 1973
tentang Penyelenggaraan pendidikan kewiraan. Namun realisasi dari surat keputusan
bersama tersebut baru terwujud pada tahun akademik 1974/1975, berdasarkan
keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No.0228/U/1974 tanggal 2 oktober
1974. Undang-undang yang melandasi kerjasama Menteri Hankam dan Menteri
Dikbud pada waktu itu ialah UU No.22 tahun 1954 tentang Perguruan Tinggi.
Dengan terbitnya UU No.20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pertahanan keamanan Negara, hal-hal yang berkaitan dengan Pendidikan kewiraan
diakomodasikan dalam UU itu sebagai berikut
1.Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah Pendidikan dasar bela Negara
guna menumbuhkan kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, kerelaan berkorban untuk Negara serta memberikan kemampuan awal
bela Negara
2.PPBN sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional
3.PPBN diselenggarakan guna memasyarakatkan upaya bela Negara serta
menegakkan hak dan kewajiban warganegara dalam bela Negara
4.PPBN wajib ikut oleh setiap warga Negara dan dilaksanakan secara bertahap yaitu :
a.Tahap awal pada Pendidikan Dasar sampai menengah Atas dan dalam gerakan
b. Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan
Dengan terbitnya UU No.20 tahun 1982 itu, Penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan ,
mengalami penyempurnaannya. Dengan surat keputusan bersama Mendikbud dan
Menhankam No.061/U/1985 dan No Kep/002/11/1985 tanggal I februari 1985
11
Kewarganegaraan/Kewiraan
tentang kerjasama dalam pembinaan Pendidikan Kewiraan dilingkungan Perguruan
Tinggi dan ditetapkan sebagai mata kuliah wajib dan merupakan bagian dari mata
kuliah umum (MKDU).
c. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam era reformasi, berturut-turut dengan keputusan Mendiknas No.232/U/2000,
Kep Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002, ditentukan bahwa nama mata kuliah
Pendidikan kewiraan secara formal tidak lagi digunakan, istilah yang digunakan
Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam komponen kurikulum Pendidikan tinggi.
Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama pendidikan pancasila dan pendidikan
Agama merupakan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
1.2.Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Dasar Kelompok MPK
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.232/U/2000 . Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ialah kelompok
bahan kajian dari mata pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur,
berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
1.3.Visi, Misi dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
a.Visi Pendidikan Kewarganegaraan
Visi Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah : Menjadi sumber nilai
dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang berperan aktif
menegakkan demokrasi menuju masyarakat madani.
b. Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah : Membantu mahasiswa
selaku warga Negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa
Indonesia serta kesadaran berbangsa, bernegara dalam menerapkan ilmunya secara
bertanggunmg jawab terhadap kemanusiaan
c.Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi bertujuan untuk
menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas
sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa selaku warga Negara RI
yang memiliki :
12
Kewarganegaraan/Kewiraan
1.Wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dengan cinta tanah air
2.Wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional
3.Pola fakir, sikap yang komprehensif integrative (menyeluruh dan terpadu) pada
seluruh aspek kehidupan nasional.
1.4. Penutup
13
Kewarganegaraan/Kewiraan
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilainilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di
era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Jepang mempunyai:
Japanese History, Ethis, Philosophy and Science Religion
Philipina mempunyai:
Philipino, Family Planning, Taxion and Land Reform, ThePhilipina New Constitution, Study of
Human Right
Indonesia mempunyai:
Agama, Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan
2. Rasionalisasi Pendidikan
Pendidikan hakekatnya sebagai upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk
menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya selaku warga masyarakat, bangsa dalam
Negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan dengan dinamika
perubahannya karena adanya pengaruh global.
Untuk menjawab itu dibutuhkan pembekuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamann dan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat menjadi pedoman hidup warga
Negara.
14
Kewarganegaraan/Kewiraan
Keanekaragaman suku, adapt-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang berbeda
sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak dalam Negara karena
tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi konflik yang negative, oleh karena itu
dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan
visi Negara melalui wawasan nusantara sekaligus akan menjadi kemampuan menangkal ancaman pada
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hakekat Pendidikan
Masyarakat dan pendidikan suatu Negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup serta
kehidupan generasi penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna
(berkaitan dengan kemampuan koknitif dan spikomotorik). Generasi penerus tersebut diharapkan akan
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional. Pendidikan tinggi tidah dapat mengabaikan
realita kehidupan global yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh paradoks dan
ketakterdugaan. Karena itu Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki
wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola piker, pola sikap dan prilaku sebagai pola tindak
cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuhnya dan tegaknya NKRI.
bernegara, sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikat kebudayaan bangsa, wawasan nusantara
serta ketahanannasional dalam diri para mahasiswa calon sarjana/ilmuan warga Negara NKRI yang sedang
mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni. Kwalitas warga negara akan ditentukan terutama oleh
keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping derajat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dipelajari.
Berkaitan dengan pemupukan nilai, sikap, dan kepribadian seperti yang tersebut diatas, pembekalan
pada peserta didik di Indonesia dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, Ilmu social Dasar,
Ilmu Budaya dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalam kehidupan yang disebut
kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) kurikulum perguruan tinggi.
15
Kewarganegaraan/Kewiraan
sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan dikalangan mahaisiwa hendak dipupuk melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Kehidupan kampus pendidika tinggi dikembangkan sebagai lingkungan
ilmiah yang dinamis, berwawasan budaya bangsa, bermoral keagamaan dan berkepribadian Indonesia.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional menyebutkan bahwa
kurikulum dan isi pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Itu
berarti bahwa materi instruksional Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi harus terus-menerus
ditingkatkan,
metodologi
pengajarannya
dikembangkan
kecocokannya
dan
efektifitas
dimiliki oleh seorang pengajar agar Ia mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.
Adapun kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan adalah:
- Terbentuknya sikap prilaku dan cara berpikir dari cara berpikir sektoral pada acra berpikir
komperhensif integral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga rela berkorban untuk membela tetap tegaknya Negara
dan keutuhan bangsa.
B.
UU No. 2, 1989 tentang system pendidikan nasional dalam pasal 39 yang memuat klosul
jenis-jenis kurikulum pendidikan antara lain kurikulum pendidikan kewarganegaraan.
b.
16
Kewarganegaraan/Kewiraan
3.
UU No. 20, 1989 tentang Pokok-Pokok Negara, dalam pasal 17, 18 ataupun pada UU
No. 3 tahun 2000 memberikan penjelasan tentang kewajiban warga Negara untuk membela
Negara melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang terbagi dalam dua tahapan, yaitu:
a.
b.
4.
b.
5.
Kurikulum inti merupakan kelompokbahan kajian pelajaran yang harus dicakup dalam satu
program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional.
Kurikulum instutional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian
dari kurikulum pendidikn tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dan kurikulum inti
yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta cirri khas
perguruan tinggi yang bersangkutan.
17
Kewarganegaraan/Kewiraan
6.
Memehami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa
dan Negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita serta tujuan nasional seperti
yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945
Mempertahankan jatidiri bangsa yang berjiwa patriotic dan cinta tanah air didalam perjuangan
nonfisik sesuai dengan prospesinya masing-masing.
Kewarganegaraan/Kewiraan
e) TUJUAN NEGARA :
1). Neg.Dipandang Sbg Asosiasi Manusia Yg Hidup & Bekerja Sama Utk Mencapai
Tujuan
2). Menciptakan Kebahagiaan Bg Rakyatnya
3). Neg. Yg Haluannya Marxime, Lenimisme Tujuannya Membangun Neg.Komunis
4). Tercantum Dlm Pemb.Uud 45 Alinea 4 Melindungi ..
Psl.30:1 Hak Dan Kewajiban Utk Ikut Serta Dlm Usaha Pertahanan & Keamanan
Negara
19
Kewarganegaraan/Kewiraan
A.
dimana sekelompok manusia yang berada didalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa. Negara
merupakan organisasi yang mewadai bagsa bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan Negara
sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan untuk tetap tegaknya dan utuhnya Negara melalui
upaya bela Negara.
Pada zaman modern adanya Negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau pandangan
kemanusiaan. Adabanyak perbedaan konsep tentang kenegaraan yang dilandasi oleh pemikiran ideologis.
Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Yang memiliki beberapa konsep tentang terbentuknya
bangsa Indonesia. Ini dapat dilihat lewat alinea pertama pembukaan UUd 1945 merumuskan bahwa adanya
NKRI ialah karena adanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan harus dihapuskan. Dan alinea kedua pembukaan UUd 1945
bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya Negara merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang
berkesinambungan. Secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia,
b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan,
c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan mekmur.
Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori kenegaraan tentang
terjadinya Negara kesatuan republic Indonesia sebagai berikut:
1. Terjadinya NKRI merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari proklamasi. Perjuangan
kemerdekaanpun mempunyai peran khusus dalam pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.
2. Proklamasi baru menghantarkan bangsa Indonesia sampai ke pintu gerbang kemerdekaan. Adanya
proklamasi tidak berarti bahwa kita telah selesai bernegara.
3. Keadaan bernegara yang dicita-citakan belum tercapai halnya adanya pemerintahan, wilayah, dan
bangsa melainkan harus kita isi untuk menuju keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
20
Kewarganegaraan/Kewiraan
4. Terjadinya Negara adalah kehendak seluruh bangsa bukanlah sekedar keinginan golongan yang kaya
daan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam
teori kelas.
5. Religiositas yang tampak pada terjadinya neegara menunjukkan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Demikianlah terjadinya Negara menurut bangsa Indonesia daan tampak yang diharapkan akan
muncul dalam bernegara.
Proses bangsa yang bernegara di Indonesia diawali dengan adanya pengakuan yang sama atas
kebenaran hakikih dan kesejahteraan yang merupakan gambaran kebenaran secara factual dan otentik.
B.
sebagai hak yang harus diperoleh, selain memberikan kontribusi tanggung jawab sebagai kewajiban pada
negaranya. Berikut ini beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara Indonesia yang telah
tercantum dalam undang-undang dasar 1945:
1.
Indonesia. Pasal 27 (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga Negara dalam hukum dan
pemerintahan tanpa pengecualian. Pasal ini menunjukkan kepedulian kita terhadap hak asasi sekaligus
keseimbangan antara hak dan kewajiban daan tidak adanya diskriminasi diantara warga negara.
2.
kerakyatan.
3.
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan dan sebagainya. Syarat-syaratnya akan diatur dalam
undang-undang. Pelaksanaan pasal 28 telah diatur dalam undang-undang antara lain:
21
Kewarganegaraan/Kewiraan
1. UU No.1 Tahun 1985 tentang perubahan atas UU no. 15 tahun 1969 tentang pemilihan umum
anggota Badan permusyawaratan/perwakilan Rakyat sbagai mana telah diubah dengan UU No. 4
tahun 1975 daan UU No. 3 tahun 1980.
2. UU No. 2 tahun 1985 tentang perubahan aatas UU No. 16 tahun 1969 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 tahun 1975
4.
beragama bukan pemberian Negara atau golongan melainkan berdasarkan keyakinan sehinga tidak dapat
dipaksakan.
5.
usaha pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya lebih lanjut dilakukan dengan
undang-undang. Undang-undang yang dimaksudkan adalah UU No. 20 tahun 1982.
6.
UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.
22
Kewarganegaraan/Kewiraan
Kewarganegaraan/Kewiraan
DEMOKRASI
A. Konsep Demokrasi
Demokrasi merupakan wujud kebersamaan dalam negara juga merupakan hak sekaligus kewajiban
bagi warga negara karena sistem kekuasaan yang berlaku adalah :Res Publica dari, oleh dan untuk rakyat.
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, yakni kata demos berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan, dengan demikian maka
demokrasi dapat diartikan kekuasaan atau kedaulatan rakyat.
Walaupun sebenarnya ditinjau dari pemahaman agama bahwa kekuasaan rakyat di bumi adalah
kekuasaan rakyat, karena memang pada saat umat manusia diturunkan kebumi sekaligus diserahkan
pengaturannya oleh tuhan kepada manusia atau rakyat yang diciptakannya, sedangkan pengertian dalam
bahasa yunani tidak hanya mengadopsi dari agama disesuaikan dengan kehidupan.
Konsep demokrasi berkembang sejak 2000 tahun yang lalu diperkenalkan oleh plato dan aristoteles
dengan isyarat agar penuh hati-hati karena demokrasi disamping sangat baik, namun dapat juga menjadi
kejam karena mendewakan kebebasan yang akhirnya dapat menimbulkan anarki, oleh karena itu perlu dicari
adalah mekanismenya seperti kehendak tuhan tadi bahwa pengaturan di bumi diserahkan pada manusia
ataupun rakyatnya.
Dengan demikian secara termologis demokrasi mempunyai pengertian arti antara lain :
Yosefh A.Schmer, mengatakan :
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan denagn cara perjuangan kompetitif atas
suara rakyat.
Sidney Hook, mengatakan :
demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.
24
Kewarganegaraan/Kewiraan
Pemahaman rakyat itu sendiri sebenarnya belum ada kesepakan karena pada kenyataan komunitaskomunitas tertentu tidak mau disamakan sebagai rakyat, seperti pada jaman martin luther dengan para
bangsawan berjuang merebut kekuasaan dari gereja mengatakan pemerintah bangsawan di bawah luther
adalah demokrasi, kemudian perjuangan kaum proletar adalah pemerintah demokrasi.
Indonesia
adalah
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat ketuhanna yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan sosial(Soemantri 1967:7)
Pamudji mengatakan :
Demokrasi
Indonesia
adalah
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
kebijaksaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan yang maha esa yang berprikemanusian yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia(pamudji,1979:11).
Untuk melihat rumusan-rumusan tersebut dalam tatanan praktis dapat dicermati dalam gagasan
demokrasi mengalir seperti lahinya konsep-konsep demokrasi dari para tokoh republik Indonesia, soekarno,
25
Kewarganegaraan/Kewiraan
Hatta, M.Natsir, Sharir dan kemudian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang perkembangannya
dapat dirasakan pada 2 tahapan yaitu :
Tahapan Pra Kemerdekaan dan Tahapan Pasca Kemerdekaan.
Pada tahapan pra kemerdekanan pemahaman demokrasi belum dapat diartikan sebagai wujud
pemerintahan rakyat karena saat itu belum ada negara, tentunya belum ada juga pemerintahan , namun
pemahaman demokrasi saat itu adalah semua orang sebagai komponen bangsa semua berkumpul untuk
memperbincnagkan bagaimana baiknya dalam menyiapkan pembentukan negara secara rill, yaitu penyiapan
anggaran dasar atau UUD, penyiapan sistem pemerintahan yang harus dijalankan, bagaimana bentuknya,
sipa yang akan menjadi kepala dan wakil kepala pemerintahan, kesepakatan dalam musywarah dengan
modal semngat kebangsaan ingin mempunyai negara, hasilnya adalah rumusan yang tertera dalam UUD
1945.
Dengan demikian bahwa pemahaman konsep demokrasi pada pra kemerdekaan adalah bermusyawah
sebagi mekanisme kehidupan dari keanekaragaman kehendak atau aspirasi komponen bangsa.
Sementar
itu
perkembangan
demokrasi
pasca
kemerdekanan
telah
mengalaimi
pasang
26
Kewarganegaraan/Kewiraan
kenyataannya sama seperti yang dilakukan sebelumnya terpimpin kembali dengan metode lain bahkan
terjadi kembali penyumbatan kominikasi politik.
d. Periode 1998-sekarang
Masa kini yang disebur era reformasi ternyata tidak menemukan konsep mekanisme kehidupan
negara yang baru karena metoda yang dilaksanakan mengandung ciri-ciri yang sama dengan periode 19451959, antara lain : menguatnya kedudukan DPR berarti mengutanya kedudukan partai politik contoh
anggota DPRD dapat menjatuhkan Gubernur, Walikota dan Bupati.
Sebenarnya sisitem demokrasi yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah rumusan mekanisme
hidup berkelompok, bermasyrakat, berbangsa dan bernegara yang dapat menjawab keanekaragaman suku
adat-istiadat, bahasa dan agama dan keanekaragaman kehendak atau kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanan dalam permusyawratan perwakilan dan ini hanya akan dapat dilaksanakan apabila
rakyat ini :
Memiliki kesadaran bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan rasa nasionalisme yang tinggi.
Konstitusional
Terjamin keamanan
Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman yang dapat mengantar untuk memenuhi persyaratan tersebut
antara lain melalui pemahaman wawasan nusantara.
27
Kewarganegaraan/Kewiraan
28
Kewarganegaraan/Kewiraan
Kewarganegaraan/Kewiraan
Bg Ketiga
Bg Keempat
Bg Kelima
Bg Enam
Bg Ketujuh
Bg Delapan
Bg Sembilan
Bg Sepuluh
30
Kewarganegaraan/Kewiraan
melahirkan konsep mengenai HAM yang tidak saja berbeda, bahkan bertentangan, yang implikasinya akan
berkembang dalam pertentangan untuk memperlakukan nilai-nilai etik dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat.
Namun demikian bangsa Indonesia yang memiliki pancasila sebagai landasan filsafatinya menyatakan
bahwa arti dan makna HAM terletak pada manusia sebagai person yang secara kodrati diciptakan Tuhan
Sang Pencipta dengan dikaruniai derajat, harkat, dan martabat yang sama bagi siapapun, sedemikian rupa
sehingga tanpa terkecuali manusia sebagai persona memiliki hak dan kewajiban yang sama pula.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, sudah dengan sendirinya bangsa Indonesia menghormati,
menghargai dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam Universal declaration of
Human Rights yang dikeluarkan PBB pada tahun 1948, disamping juga menerima apa yang disebut
sebagai Vienna declaration and Programme of action of the World Conference of Human Rights.
Pembukaan UUD 1945 beserta batang tubuh UUd-nya pada hakikatnya telah merupakan dasar dan arah
bagaimana HAM dibina dan dikembangkan di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan nilainilai yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945, pandangan ontologik Pancasila tentang apa dan siapa
manusian itu, ialah, bahwa manusia adalah makhluk pribadi dan sekaligus makhluk social, makhluk
jasmani sekaligus rohani yang disebut sebagai manusia monopluralis yang memiliki harkat dan martabat
yang sama.
B.
31
Kewarganegaraan/Kewiraan
Didalam Mukkadimah Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia yang telah disetujui dan
diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB No. 217A (III) tanggal 10 Desember 1948 terdapat
pertimbangan sebagai berikut:
a. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak
terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan dan perdamaian dunia.
b. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak-hak asasi manisia
mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam hati
nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu dunia dimana manusia akan mengecap
kenikmatan kebebasan berbicara dan agama serta kebebasan dari rasa takut dan kekurangan
telah dinyatakan aspirasi tertinggi dari rakyat jelata.
c. Menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindingi oleh peraturan hokum supaya orang
tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha yang terakhir guna menentang
kezaliman dan penjajahan.
d. Menimbang bahwa persahabatan antar Negara-negara perlu diajukan.
e. Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari anggota PBB dalam piagam menyatakan sekali lagi
kepercayaan mereka atas hak-hak dasar dari manusia,
seorang manusia dan hak-hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan dan telah
memutuskan akan meningkatkan kemajuan social dan tingkat penghidupan yang lebih baik
dalam kemerdekaan yang lebih luas.
f. Menimbang bahwa Negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan
penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan kebebasa-kebebasan
asa dalam kerja sama dengan PBB.
g. Menimbang bahwa pengertian umum terhadap ini adalah penting sekali guna pelaksanaan
janji ini secara benar.
Ketujuh pertimbangan adsar ini kemudian dituangkan dalam piagam PBB yang terdiri dari 30 pasal
dan 32 ayat pada dasarnya berisikan:
32
Kewarganegaraan/Kewiraan
Atas pertimbangan diatas, Majelis Umum PBB menyatakan deklarasi Universal; tentang Hak-Hak
Asasi Manusia ini merupakan suatu pelaksanaan umum baku bagi semua bangsa dan Negara. Setiap orang
dan setiap badan dalam masyarakat perlu senantiasa mengingat prnyataan ini dan berusaha dengan cara
mengajar dan mendidik, mempertinggi penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan ini, melalui tindakantindakan program secara nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan pelaksanaan hak-hak,
kebebasan-kebebasan itu secara umum dan efektif oleh bangsa dari Negara-negara naggota maupun daerahdaerah yang berada di bawah kekuasaan hokum mereka.
Di Indonesia penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia telah tertuang dalam berbagai peraturan
hokum dan Undang-Undang yang ada. Diantaranya UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM.
HAM di Indonesia meliputi:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
Hak wanita
x.
Hak anak
33
Kewarganegaraan/Kewiraan
34
Kewarganegaraan/Kewiraan
WAWASAN NUSANTARA
1. LATAR BELAKANG DG GAGASAN NASIONAL BGS INDONESIA
Latar Belakang Wawasan Nusantara Dr Bhs Sangsekerta Nessos (Nusa) Artinya Pulau
Kata Antara Artinya Diapit
Jadi Nusantara Artinya Pulau Yg Diapit Oleh Air Atau Pulau Yg Ditengah-2
Air. Secara Luas Diartikan Wilayah Perairan & Gugusan Pulau Indo Diantara
Oleh Benua Australia & Asia & Samudra Hindia & Pasifik
Paham Ttg Negara (State) Indo Menganut Paham Neg Kepualauan Yaitu
Paham Yg Dikembangkan Dr Archipelago Artinya Neg Kepulauan (Pulau) Yg
Diapit Oleh Air & Merupakan Satu Kesatuan Yg Tidak Dpt Dipisahkan
Wanus Artinya Cara Pandang Bgs Indo Ttg Diri & Lingkungannya Yg
Berdasarkan Ideologi Nasionalnya Yaitu Ps. & Uud-1945
Sejarah Perkembangan Wawasan Nasional Bgs Indo
A. Wanus Sbg Wawasan Wilayah
1. Ordonansi 1939
2. Deklarasi Juanda 13 12 1957
3. Perpu No.4 Thn 1960
4. Zona Ekonomi Eksekutif & Deklarasi Landas Kontinen Tgl 17-02-1969
5. Indo Memiliki Hak Berdaulat Tgl 21 Maret 1980
B. Wanus Sbg Wawasan Kekuatan Sampai Thn 1965 Wawasan Abri Berbeda-2,
Akhirnya Timbul Persaingan Tdk Sehat Antar Angkatan, Kemudian Dimanfaatkan
Pki Utk Adu Domba
C. Wanus Sbg Wawasan Ketatanegaraan Yaitu Wawasan Nasional Kita Mencakup
Ipoleksos Bud Hankam Dg Ketetapan Mpr :
No. Ii Thn 1973
No. Ii Thn 1978
No. Ii Thn 1983
No. Ii Thn 1988
Gagasan Terbentuknya Wawasan Nasional Bgs Indo
A. Bertolak Dr Pengertian Archipelago Yg Artinya Neg Kepulauan Yg Dikaitkan
Dg Cita-Cita Proklamasi, Falsafah Neg & Kepentingan Nasional
B. Prinsip Wanus Lair Tgl 13-12-1957 (Deklarasi Djuanda) Dg Pengumuman
Pemerintah Ttg Perairan Wilayah Ri.
C. Wawasan Hankamnas Sbg Wawasan Nasional Bgs Indo Dikembangkan Oleh
Lenhamnas & Dikukuhkan Dlm Tap Mpr No.Iv/73 Sbg Wawasan Dlm Mencapai
Pembangunan Nasional
35
Kewarganegaraan/Kewiraan
2. DASAR-DASAR PEMIKIRAN :
Latar Belakang Pemikiran Wanus Berdasarkan Ps. :
a. Indo Adl.Neg Kepulauan Yg Bersifat Nusantara Dg Asas Archipelago &
Berada Diantara 2 Benua & 2 Samudra
b. Wanus Menjamin Kelangsungan Hidup Bgs & Neg Ri Yg Berarti
Menjamin & Menyelenggarakan Juga Kepentingan Nasional
c. Pengesahan Wanus Sbg Wawasan Nusantara Ketatanegaraan Yaitu Dlm Tap
Mpr No.Ii/Mpr/1973 & Tap Mpr No.Ii/Mpr/1988
d. Nilai-2 Ps Telah Bersemayan & Berkembang Dlm Hati & Kesadaran Bgs.
Indo, Termasuk Dlm Menggali & Mengembangkan Wawasan Nasional, Yg
Terlihat Dlm Sila-2 Ps.
Latar Belakang Pemikiran Berdasarkan Kewilayahan Nusantara
Geografis Indonesia
* Posisi Indo Berada Pd Posisi Silang Dunia
(Diapit 2 Benua & 2 Samudra)
* Berada Sebelah Menyebelah Garis Khatulistiwa Dg Iklim Tropis
* Terdiri Dr Ribuan Pulau Kecil & Besar.
* Secara Sosial Berpenduduk Majemuk & Ber Bhinneka Tunggal Ika Yg Beragam
* Wilayah Darat, Laut, & Udara Adl Satu Yg Disebut Tanah Air
Geo Politik Bgs Indonesia
Geo Politik Artinya Penentuan Kebijaksanaan Pemerintah Berdasarkan
Konstelasi (Seluk Beluk) Geografis Yg Ditempati Oleh Suatu Bgs
WAWASAN NUSANTARA
b.
c.
d.
Manusia yang mempunyai bentu, wujud, kehidupan, daya reaksi naluri serta ahklak
Manusia merupakan mahluk yang tertinggi derajatnya karena punya akhlak dan daya pikir serta
dapat menerima firman tuhan sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan, antara lain ;
Menyembah penciptanya
Melanjutkan keturunan
36
Kewarganegaraan/Kewiraan
Bidang Universal filosofis, yang bersifat ideal dan mencangkup transceden, hati nurani, sistem nilai
dala hubungan antar sesama, dengan kata hati dan milik materi.
Bidang sosial politik, yang bersifat realistis, mencangkup hal-hal yang dapat dirasakan (imanen),
hal-hal hukum serta norma-norma yang berkaitan dan berhubungan dengan tempat kedudukan di
bumi serta kehidupannya.
Faktor idealis bagi bangsa Indonesia terwujud dalam pancasila sedangkan faktor realistis terwujud
dalam kesejarahan (histotycity), eksistensi serta proyeksinya dari zaman ke zaman yang kesemuanya ini
dapat menumbuhkan rangsanagan (drives), ditambah dengan letak geografis Indonesia sangat strategis
karena berada diantara dua benua(Asia_Australia) dan dalam jalur laut hubungan dunia barat dan dunia
timur, kondisis ini mendorong bangsa Indonesia berdaya upaya untuk memelihara, mempertahankan,
menjaga dan menjamin kelangsungan hidupnya.
Salah satu upayanya adalah dengan menyamakan persepsi tentang negara dan bangsa Indonesia adar
dapat mempertahankan eksistensinya untuk tetap dapat mewujudkan tujuan nasionalnya melalui wawasan
nusantara.
Negara secara konstitutif mempunyai prasyratan dalam perwujutan dan pencapaian tujuan yang ada.
Secara jelas bahwa pemerintah dalam penyelenggraannya akan dipengaruhi oleh paham kekuasaan
serta akan mengakibatkan adanya masalah karena perbedaan paham kekuasaan dengan mereka yang berada
di lingkungan kebebasan.
Paham-paham kekuasaan seperti antara lain :
a.
Paham Machiavelli (abad XVII), cara pandang bangsa-bangsa eropa barat telah berkembang sejak
islam masuk di eropa pada abad VII, sehingga menghasilkan peradaban modern seperti sekarang, di
bidang politik dan kenegaran motor atau sumber pemilikinya adalah Machiavelli seorang pakar ilmu
poltik dalam pemerintahan republik Florence sebuah negara kecil di italia utara
Machiavelli mengatakan dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa inggris The Prince
apabila ingin mempertahankan kekuasaan agar tetap kokoh maka lakukan beberapa hal berikut :
37
Kewarganegaraan/Kewiraan
Dalam poltik disamkan dengan kehidupan binatang buas, siap yang kuat itu yang menang,
dan sebaliknya.
b.
dan komunisme.
c.
Paham Lucian W.Pie, dia mengatakan dalam bukunya political cultur and political development
Priencesten University 1972, mengatakan bahwa sistem politik yang baik dalam sebuah negara adalah
mengakar pada akar budaya bangsa.
Wawasan nasioanal suatu bangsa disebut sebagi NATIONAL OUT LOOK yang unsur dasarnya
terdiri dari :wadah (contour), isi (Content), dan tata laku (condact).
Wawasan suatu bangsa harus mampu memberi inspirasi suatu bangsa dalam menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan strategis tersebut.
Lingkungan sekitarnya
NATIONAL OUT LOOK INDONESIA, disebut WAWASAN NUSANTARA, yang pada dasarnya
unsure yang menjadikan pertimbangan tidak berbeda dengan negara lain yaitu :contour (geografi),content
(penduduk, aspirasi,kebhinekaan), condact (sikap cinta tanah air).
Tujuan pemahaman wawasan nusantara adalah untuk mengembangkan pengertian tentang maksud
wawasan dalam hubungannya dengan ketiga unsur dasar yang akan berkaitan dengan pandangan-pandangan
38
Kewarganegaraan/Kewiraan
berdasarkan disiplin ilmu-ilmu lain, sehingga akan terjadi gambaran secara bulat tentang kehidupan suatu
bangsa dalam lingkungannya untuk mewujudkan segenap aspek kehidupan, baik ilmiah maupun aspek
sosial dalam pencapaian tujuan nasional.
Wawasan nusantara secara harfiah selain menunjukkan isi, juga mengandung pengertian pandangan,
tinjauan, penglihtan, dan cara tanggapan indrawi.
Sedangkan kata nasioanl adalah kata sifat yang berbentuk nasional atau bangsa yang telah
mewujudkan diri dalam kehidupan bernegara.
Dengan demikian wawasan nusantara mengandung pengertian :
Kehidupan ideology
39
Kewarganegaraan/Kewiraan
Kehidupan ekonomi
Kehidupan politik
Kehidupan hankam
b. Global Paradox
Yaitu situasi dimana peranan rakyat dengan didukung keamapuan bekal ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tinggi diberikan sebesar-besarnya, pemerintah hanya sebagai fasilitator, padahal rakyat kita
belum mempunyai kemampuan yang tinggi mengenai IPTEK.
c. Dunia tanpa batas
Yaitu kondisis kehidupan yang akan dipengaruhi kehidupan global.
d. New cavitalisme
Yaitu sistem ekonomi dalam kondisi liberalisme ekonomi
e. Kesadaran warga negara
Keberhasilan wawasan nusantara
Tercermin pada sikap dan prilaku yang mengandung pancaran sinar :
40
Kewarganegaraan/Kewiraan
Kewarganegaraan/Kewiraan
Berdasarkan Ciri & Sifat Kebudayaan Serta Kondisi & Konstelasi Geografis Neg Ri.
Tergambar Bhw Masy. Indo Adl. Masy. Majemuk Sehingga Mengandung Potensi
Komplik
Utk Itu Persatuan & Kesatuan Perlu Mendpt Perhatian Diantara Kita Semua
2.4. Latar Belakang & Pemikiran Berdasarkan Aspek Sejarah :
Perjuangan Bgs Dlm Meraih Cita-2, Tumbuh & Berkembang Akibat Latar Belakang
Sejarah
A. Zaman Kerajaan Kalingga (Abad Ix), Sriwijaya (Abad (Viii), Majapahit (Abad Xv),
Mataram (Abad (Xvi), Pajajaran, Gowa Dll.
B. Pd Zaman Eropa (Abad Xvi) Yaitu Bgs Eropa (Inggris, Perancis, Portugis, Spanyol)
Datang Di Indo Dg Alasan Berdagang, Kenyataannya Menjajah Timbul
Perlawanan Secara Fisik Oleh Sultan Agung Di Mataram (1613), Sultan Iskandar
Muda Di Aceh (1636), Sultan Tirtayasa Di Banten (1650), Sultan Hasanuddin Di
Makassar (1660), Diponegoro-Imam Bonjol Pattimura
Perlawanan Non Fisik R.A. Kartini (1902), Budi Utomo (1908), Sdi, Indiche
Party Dll.
C. Zaman Proklamasi 17 Agustus 1945 Kita Menghadapi Pemberontakan Dari Luar
Negeri Yaitu Gurkha, Belanda, Inggris Misalnya Bandung Lautan Api, Puputan
Jembrana Di Bali, Peristiwa Surabaya, Semarang, Dll.
D. Zaman Jepang (1942) Indo Menderita
Pemberontak Dlm Negeri Pki Di Madium, Di/Ti/Prri Di Sumatra, Permesta Di
Sulawesi & G.30.S/Pki
3. ARAH PANDANG
4. HAKEKAT WANUS
ADL. KEUTUHAN NUSANTARA ATAU NASIONAL DLM PENGERTIAN CARA
PANDANG YG SELALU UTUH MENYELURUH DLM LINGKUP NUSANTARA
DEMI KEPENTINGAN NASIONAL ARTINYA SETIAP WARGA NEG, APARATUR
NEG & PENYELENGGARA NEG HRS BERFIKIR & BERTINDAK SECARA UTUH
MENYELURUH DEMI KEPENTINGAN BGS & NEG.
5. ASAS WANUS / NUSANTARA
Asas Wanus Terdiri Dr Kepentingan Yg Sama, Tujuan Yg Sama, Keadilan, Kejujuran,
Solidaritas, Kerjasama & Kesetiaan Pd Ikrar (Kesepakatan Bersama) Demi
Terpeliharanya Integritas Bgs Dlm Kebhinnekaan.
6. KEDUDUKAN WANUS
Visi Wanus Adl. Menyelenggarakan Kehidupan Nasional, Maka :
Ps. Adl. Landasan Idiilnya
42
Kewarganegaraan/Kewiraan
7. FUNGSI WANUS :
Adl. Sbg Pedoman, Motivasi/Dorongan & Rambu-2 Dlm Menentukan Segala
Kebijaksanaan, Keputusan, Tindakan & Perbuatan Baik Bg Para Penyelenggara Neg.
Ditingkat Pusat & Daerah, Maupun Bg Seluruh Rakyat/Masy.Indo Dlm Kehidupan
Bermasy.,Berbgs & Bernegara
8. TUJUAN WANUS
8.1. Kedlm Ialah Mewujudkan Satu Kesatuan Aspek Kehidupan Nas, Baik Aspek
Alamiah Maupun Aspek Sosial
8.2. Keluar Utk Ikut Serta Mewujudkan Kebahagiaan, Ketertiban & Perdamaian Seluruh
Umat Manusia Di Dunia
43
Kewarganegaraan/Kewiraan
Bgs Indo Terdiri Berbagai Suku & Berbicara Berbagai Macam Bhs Daerah Serta
Meyakini Berbagai Agama & Kepercayaan Pd Tuhan Yme, Yg Semuanya Merupakan
Satu Kesatuan Yg Bulat.
Secara Psikologis,Bgs Indo Adl Senasib Sepenanggungan, Sebgs & Setanah Air
Kehidupan Politik Merupakan Satu Kesatuan Diseluruh Wil Nusantara
Satu Hukum Utk Kepentingan Nasional
APLIKASINYA :
Mencegah Sikap Egoisme, Sukuisme, Daerahisme Dsb.
Mencegah Berubahnya Nilai-2 Kebersamaan Dg Cara Menghindari Gaya Hidup
Mewah, Memupuk Rasa Kesetia Kawanan, Sikap Solidaritas Dsb
Mencegah Timbulnya T.A.H.G Dg Jalan Kadarkum, Kesatuan Langkah Dsb.
Menciptakan Iklim Penyelenggaraan Neg Yg Sehat Sehingga Sistem Pemerintahan
Kuat & Terpercaya Yg Dibangun Sbg Penjelmaan Kedaulatan Rakyat.
IMPLEMENTASI 2 :
Perwujudan Kepualauan Nusantara Sbg Satu Kesatuan Ekonomi Artinya :
Kekayaan Wil. Nusantara Adl.Modal & Milik Bersama Bgs Indo
Tingkat Perkembangan Ekonomi Hrs Serasi & Seimbang Di Seluruh Daerah
Kehidupan Perekonomian, Diselenggarakan Berdasarkan Asas Usaha Bersama &
Kekeluargaan Utk Kemakmuran Rakyat
APLIKASINYA :
Pemanfaatan Kekayaan Alam Seoptimal Mungkin Dg Penyediaan Gudang-2 Koperasi
Dsb
Menghilangkan Kesenjangan Perekonomian Kota/Desa
Pengelolaan Sumber Daya Alam & Pelestariannya Dg Memperhatikan Keserasian
Dlm Masy.
IMPLEMENTASI 3 :
Perwujudan Kepulauan Nusantara Sbg Satu Kesatuan Sosial Budaya, Artinya :
Masy. Indo Adl.Satu, Pri Kehidupan Bgs Merupakan Kehidupan Yg Serasi Dg
Tingkat Kemajuan Masy. Yg Sama, Merata, Seimbang, Serta Selaras Dg Tingkat
Kemajuan Bgs
Budaya Bgs Adl.Satu & Corak Ragam Budaya Merupakan Kekayaan Budaya Bgs Yg
Menjadi Modal & Landasan Pengembangan Budaya Bgs Seluruhnya & Tdk Menolak
Budaya Asing Asalkan Tdk Bertentangan Dg Budaya Bgs
Budaya Nasional Berakar Dlm Budaya Daerah, Maka Budaya Daerah Hrs Maju
APLIKASINYA :
Kita Bersama Hrs Menghilangkan Kemiskinan, Kebodohan, Keterbelakangan,
Pengangguran
Meningkatkan Budaya Daerah, Penyajian Seni Budaya Di Media Massa Secara
Bergiliran, Menghapuskan Nilai Fiodal, Mencegah Budaya Asing Yg Tdk Sesuai Dg
Budaya Kita.
44
Kewarganegaraan/Kewiraan
W
A
D
A
H
TATA INTI
ORGANISASI
TATA
KELENGKAPAN
W
A
CITA-CITA
- PEMB.UUD.45 (ALINEA 2)
- NUSANTARA
- POSISI SILANG
- MANUNGGAL UTUH MENYEL
SIFAT /
CIRI-CIRI
- UTUH MENYELURUH
- MANUNGGAL
45
Kewarganegaraan/Kewiraan
CARA KERJA
T
A
T
A
L
A
K
U
TATA LAKU
BATINIAH
TATA INTI
LAHIRIAH
- PEDOMAN
- MAWAS DIRI
- OLAH BUDI
- LANDASAN FALSAFAH
- SIKAP MENTAL BANGSA
- TATA PERENCANAA
- TATA PELAKSANAAN
- TATA PENGAWASAN
KETAHANAN NASIONAL
* PENGERTIAN :
Bgs.Indo Mempunyai Cita-2 Yg Ingin Dicapai (Pemb.Uud-45 Alinea 2
Merupakan Tujuan Nas.
Utk Mencapai Cita-2 (Tujuan Nas) Kita Akan Menghadapi Tantangan, Ancaman,
Hambatan, Gangguan Hal Ini Perlu Ditanggulangi
Olehnya Itu Bgs Indo Hrs Mempunyai Kemauan, Kekuatan, Ketangguhan &
Keuletan Guna Menghadapi T.A.H.G.
Jadi Pengetian Tannas Adl. Merupakan Kondisi Dinamik Suatu Bgs, Berisi Keuletan
& Ketangguhan, Yg Mengandung Kemampuan Mengembangkan Kekuatan
Nasional, Didlm Menghadapi T.A.H.G. Baik Dari Luar Maupun Dr Dlm, Langsung
Maupun Tdk Langsung Membahayakan Integritas, Identitas, Kelangsungan Hidup
Bgs & Neg Serta Perjuangan Mengejar Tujuan Nas
Beberapa Istilah Dari Pengettian Tsb.
- Ketangguhan = Kuat Menderita Atau Menanggulangi Beban
- Keuletan = Usaha Terus, Giat Dg Kemauan Keras Dlm Menggunakan
Kemampuan & Kecakapan Utk Mencapai Tujuan/ Cita-2
- Identitas = Ciri Khas Suatu Bgs Dilihat Secara Keseluruhan (Holistik).
- Integritas = Kesatuan Yg Menyeluruh Dlm Kehiudpan Nas.,Baik Sosial,
Alamiah, Potensi Dll
- Ancaman = Usaha Yg Bersifat Mengubah/Merombak Kebijaksanaan &
Dilakukan Secara Konsepsional, Kriminal & Politik
- Tantangan = Usaha Yg Betujuan/Bersifat Menggugah Kemampuan
- Hambatan = Usaha Bersal Dari Dlm Diri Sendiri Bertujuan
Melemahkan/Menghalangi Secara Tdk Konsepsional
- Gangguan = Usaha Berasal Dari Luar Bersifat Melemahkan/Menghalangi
Secara Tdk Konsepsional
46
Kewarganegaraan/Kewiraan
Sifat Tannas :
- Manunggal Integratif Secara Serasi & Selaras Semua Aspek Alamiah & Aspek
Sosial
- Mawas Kedlm = Terutama Diarahkan Kpd Diri Sendiri
- Berwibawah = Mempunyai Daya Pencegah
- Berubah Menurut Waktu = Tanna Selalu Berubah Menurut Sikon
- Tidak Membenarkan Sikap Adu Kekuatan & Kekuasaan = Tannas
Mementingkan Konsultasi, Saling Menghargai & Menjauhi
Permusuhan/Konfrontasi
- Percaya Diri Sendiri = Tdk Tergantung Pd Neg Manapun. Rumah Tangga
Diatur Sendiri
KETAHANAN NASIOANAL
A. Konsep Ketahanan Nasioanal Yang Dikembangkan Untuk Menjamin Kelangsungan Hidup
Menuju Kejayaan Bangsa Dan Negara.
Pengertian ketahanan nasioanal :
bersifat statis maupun pada aspek sosial yang bersifta dinamis karena masing-masing ada keterkaitan dan
keterhubungan satu sama lain.
Pokok-pokok pikiran ketahanan nasional didasarkan pada :
Integratif
waspada
47
Kewarganegaraan/Kewiraan
Wibawa
Dinamis
Kostitusi dan saling menghargai
Untuk memperoleh keseimbangan dalam mewujudkan ketahan nasional maka pembangunan harus
tertata pada berbagai aspek serta dapat mengakomodir kepentingan nasional.
Konsepsi pembangunan inilah yang menjadi konsepsi ketahanan nasional yang harus dituangkan
dalam peraturan yang jelas sebagai paying pembangunan, peraturan ini harus dihasilakan dalam sebuah
proses politik.
B. Fungsi Ketahanan Nasional Sebagai Kondisi Dokrin Dan Metode Dalam Kehidupan Berbangsa
dan bernegara.
Berdasarkan rimisan pengertian pertahanan nasional dan kondisi kehidupan berbangsa dan
bernegara, ketahanan nasional sesungguhnya merupakan gambaran dokrin dan metode daam berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya ketahanan nasional yang telah memuat berbagai visi
dan misi serta metode yang ada maka diharapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
mampu mengatasi berbagai pengaruh yang ada dari berbagai aspek-aspek kehidupan, meliputi :
48
Kewarganegaraan/Kewiraan
LANGSUNG
KEULETAN
&
KETANGGU
HAN
KEMAMPUAN
MENGEMBANG
KAN KEKUATAN
NASIONAL
TANTANGAN
ANCAMAN
HAMBATAN
GANGGUAN
DARI LUAR
DARI DALAM
LAWA
N
TIDAK LANGSUNG
MEMBAHAYAKAN
INTEGRITAS
IDENTITAS
KELANGSUNGAN HIDUP
PERJUANGAN UTK MENCAPAI TUJUAN NAS
Kewarganegaraan/Kewiraan
1.2. Keadaan & Sumber Kekayaan Alam Artinya Kekayaan Alam Yg Bersumber Dr
Potensi Alam (Udara, Bumi, Laut)
Bila Kekayaann Alam Suatu Neg Kurang Atau Tdk Ada Maka Neg Tsb Akan
Berupaya Mendapatkan Dr Neg.Lain Dg Berbagai Cara Sehingga Timbul
Masalah Poltik, Sosek, Budaya & Hankam
Utk Itu Perlu Dibina Kesadaran Nas.Utk Pemanfaatan Kekayaan Alam, Agar
Tercapai Nilai Guna & Hasil Guna Demi Pembangunan Nasional Utk Mengatasi
Kerawanan & Menanggulangi Ancaman Yg Mungkin Timbul
Faktor Kekayaan Alam Ini Bila Dikelola Dg Cermat Dpt Menignkatkan Ketahanan
Nas (Lestarikan Kekayaan Alam Di Neg. Kita)
1.3. Keadaan & Kemampuan Penduduk
Dlm Suatu Neg. Manusia Merupakan Faktor Penentu.
Masalah Yg Berkaitan Dg Keadaan & Kemampuan Penduduk Dll.
A). Berubahnya Jml.Penduduk Yg Disebabkan Kematian (Mortalitas), Kelahiran
(Pertilitas) & Migrasi
Bila Penduduk Bertambah Hrs Diimbangi Dg Sdm, Lapangan Kerja,
Kesejahteraan Yg Memadai Jika Hal Ini Tdk Diperhatikan Akan
Melemahkan Tannas Kita
B). Komposisi Penduduk Menurut :
Umur , Kelamin, Tingkat Pendidikan Dll. Dpt Mempengaruhi Tannas
Contoh : Umur Yg Produktif Lebih Banyak Dr Pd Umur Non Produktif Dpt
Meningkatkan Tannas
Kesimpulan Bhw Keseimbangan Antara Umur Produktif Dg Umur Non
Produktif Sangat Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan
C). Penyebaran Penduduk (Distribusi) Berpengaruh Pd Kesejahteraan &
Keamanan Nasional
Contoh : Mendistribusikan Penduduk Ketempat Yg Kosong/Merata Sangat
Berpengaruh Terhadap Tannas & Pengelolaan Sda Meningkat (Kesejahteraan
Meningkat)
Caranya : Transmigrasi & Penyebaran Pusat-2 Industri Supaya Tannas
Meningkat
D). Tingkatkan Sdm Dg Jalan Menambah Iptek, Berikan Keterampilan Hal Ini
Sangat Mempengaruhi Tannas
2. PERWUJUDAN ASPEK SOSIAL (PANCA GATRA)
GATRA IDIOLOGI
a). Idiologi Merupakan Seperangkat Nilai Yg Diyakini Kebenarannya, Tersusun
Secara Sistimatis Digunakan Suatu Bgs Utk Menata Masy. Demi
Kelangsungan Hidup Bgs
Idiologi Dijadikan Dasar Serta Memberi Arah & Tujuan Yg Ingin Dicapai Dlm
Kelangsungan Hidup Bgs & Negara.
B). Kekuatan Idiologi Terletak Pada :
50
Kewarganegaraan/Kewiraan
51
Kewarganegaraan/Kewiraan
52
Kewarganegaraan/Kewiraan
C). Ketahanan Nas Di Bid Hankam Adl. Kondisi Dinamik Dst. S.D Yg
Dpt Membahayakan Hankam Bgs.& Neg
53
Kewarganegaraan/Kewiraan
A. Politik Dan Strategi Nasional Sebagai Politik Nasional Dan Strategi Nasional Untuk
Mengantisipasi Perkembangan Globalisasi Kehidupan dan Perdagangan Bebas.
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan penganbilan kebijakan untuk mencapai suatu
cita-cita dan tujuan nasional. Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam uasaha
pencapaian sasaran dan tujuan politik nasional. Jadi berdasarkan pengertian keduanya politik dan stategi
nasional sangat bermanfaat untuk mengantisipasi perkembangan globalisasi kehidupan dan perdagangan
bebas yang akan dihadapi bangsa kita. Adapun implementasi polstranas dalam mengantisipasi
perkembangan globalisasi kehidupan dan perdagangan bebas dapat ditinjau dari berbagai bidang kehidupan,
antara lain :
Bidang Ekonomi
54
Kewarganegaraan/Kewiraan
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
Bidang politik
1.
Mempertahankan dan menciptakan kondisi politik dalam negeri yang kondusif dan
menegaskan arah politik luar negeri Indonesia Yang bebas aktif.
2.
3.
Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spritual dan
etika.
4.
Menata kembali Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma baru yang konsisten
sekaligus peningkatan kulitasnya.
2.
55
Kewarganegaraan/Kewiraan
Perkembangan struktur politik dalam sistem ketatanegaraan di negara Indonesia membagi struktur
politik dalam dua hal, yaitu supra struktur politik dalam lembag-lembag pemerintahan dan insfrastruktur
politik dalam bentuk wadah kemasyarakatan organisasi politik.
Manusia-manusia yang berada pada tatanan supra struktur politik terjadi dari hasil proses yang
dilakukan oleh insfrastruktur politik , dengan demikian maka penyusunanan politik nasioanal sebagai
hakekat materiil adalah perwujudan dari hasil interaksi antar insfrastruktur politik dan suprastruktur politik.
Saat ini pandangan masyarakat tentang politik sudah lebih jauh berkembang karena :
Semakin meningkatnya kemampuan mengatasi persoalan seiring dengan kemajuan yang diperoleh
dari hasil pendidikan yang tinggi, baik ilmu maupun teknologi
Dengan demikian politik nasional sebagi hakekat materiil adalah hasil maksimal yang dilakukan
oleh suprastruktur dan insfrastruktur politik dalam negara sebagai manajemen nasional yang pada dasarnya
mempunyai unsur sebagai berikut :
1. Negara sebagai organisasi kekuasaan mempunyai peranan atas pemilikan, pengaturan dan
pelayanan yang diperlukan guna mewujudkan cita-cita bangsa.
2. bangsa Indonesia sebagai unsur pemilik negara berperan dalam menentukan sistem nilai dan
arah/kebijakan negara guna landasan serta pedoman diberbagi penyelenggaraan negara
dalam melaksanakan fungsinya.
3. pemerintah sebagai manajer berperan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan umum
dan pembangunan ke arah cita-cita bangsa dan kelangsungan serta pertumbuhan kehidupan.
4. Masyarakat sebagai unsur penunjang dan pemakai berperan sebagai kontributor, penerima
dan konsumen bagi berbagi hasil kegiatan penyelenggaran fungsi pemerintahan.
*Strategi Nasional sebagai Hakekat Seni Dan Ilmu Politik Pembangunan Nasional
56
Kewarganegaraan/Kewiraan
Strategi dalam pembangunan dalam konsep ini dimaksudkan guna mewujudkan konsep ketahanan
nasional yang di arahkan pada :
Geografi
Wadah sekaligus ruang lingkup bangsa dan tempat kegiatan dalam penyelenggaraan kenegaran baik di
tingkat pusat maupun daerah, semua wilayah yang penting dalam keseutuhan suatu negara.
Kekayaam alam
Kependudukan
Ideologi
Pancasila yang menjunjung tinggi 5 nilai tertinggi yaitu : ketuhana yang maha esa, kemanusian yang
adil dan beradap, persatuan yang berisikan faktor pengikat bangsa yang beraneka ragam dan
persatuan spiritual, kerakyatan dan keadilan sosial.
Politik
Ekonomi
Sosial Budaya
Pertahanan keamanan
Keberhasilan dari pelaksanan politik strategi nasional akan terlibat dalam hasil yang dilakukan oleh
penyelenggara kekuasaan untuk menciptakan kewibawaan yang bebas dari KKN secar umum akan
menghasilkan :
Percaya diri
57
Kewarganegaraan/Kewiraan
Tantangan baik global maupun lokal akan tetap ada, oleh karena itu pendidikan tinggi menjadi
sangat penting karena perguruan tinggi mempunyai fungsi ganda :
1. Sebagai institusi ilmiah berkewajiaban untuk secara terus menerus mengembangkan IPTEK
2. Sebagai Instrumen nasional berkewajiban untuk mencetak kader-kader pemimpin bangsa.
POLITIK NASIONAL AL :
1. Pol.Dlm.Negeri : Utk Mengangkat Harkat Derajat & Potensi Rakyat Indo (Pernah
Dijajah)
2. Pol.Luar Negeri : Bebas Aktif, Anti Imperialisme & Kolonialisme, Solidarotas Sesama
Bgs Utamanya Bgs Asia/Afrika
3. Pol.Ekonomi : Bersifat Swambada/Swadaya & Tdk Berarti Mengesolasi Diri
Diarahkan Utk Meningkatkan Taraf Hidup Rakyat Indonesia
4. Pol.Pertahanan Keamanan : Bersifat Defensif & Diarahkan Kpd Pengamanan Serta
Perlindungan Bgs & Neg, & Penanggulangan Segala Macam Tantangan, Ancaman &
Hambatan
HAKIKAT POLITIK NASIONAL :
Hakikat Pol.Nas Sama Dg Kebijakaksanaan Nas. Yaitu Menjadi Landasan, Arah Utk
Menyusun Konsep Stranas
Pol. Nas Dpt Juga Diartikan Sbg Alat Perjuangan Yg Mengarah Pd Pencerminan Ideologi
& Menivastasi Dr Pd Ide & Sikap Kearah Tindakan Yg Nyata
Perumusan Pol.Nas Dilakukan Oleh : Mandataris Mpr, Dibantu Oleh Lembaga-2 Tinggi
Negara : Dpa, Dpr, Bpk, & Ma
Dlm Menyusun Pol.Nas Terdpt Beberapa Masalah Yg Perlu Diperhatikan :
A). Kebutuhan Pokok Nas, Seperti Masalah Kesejahteraan & Masalah Pertahanan
Keamanan
B).Hal-2 Yg Timbul Dr Lingkungan Sendiri Yg Mencakup Situasi & Kondisi
Ipoleksosbud
C). Hal-2 Yg Timbul Dr Luar Lingkungan Yg Bersifat Membantu, Menghambat,
Memusuhi Pol. Nas Kita
STRATEGI
* Strategi Diciptakan Oleh
Jend.Jomini Dari Prusia Perancis,
Clavssewitz Dari Jerman
58
Kewarganegaraan/Kewiraan
* Berasal Dr Bhs Yunani Strategos, Dlm Bhs. Inggris The Art Of General Artinya
Seni Kejenderalan Atau Seni Seorg Panglima Yg Biasa Dibgunakan Dlm Peperangan
* Pd Abad Modern Tdk Lagi Digunakan Oleh Panglima Utk Perang, Ttp Sudah Meluas
Penggunaanya
Contoh : Strategis Dlm Mencapai Tujuan Ekonomi, Hankam Dll
* Strategi Pd Dasarnya Merupakan Suatu Kerangka Rencana & Tindakan Yg Disusun &
Disiapkan Dlm Mencapai Tujuan
(Biasa Disebut Strategi Secara Terminologis)
* Strategi Nasional :
Perjuangan Nas Tdk Hanya Memerlukan Diplomasi & Perang, Tetapi Jg Kekuatan
Ideologi, Psikologi, Kekuatan Politik, Kekuatan Ekonomi, Kekuatan Sos-Bud &
Kekuatan Militer
(Di Dlm Perang Maupun Diluar Perang)
Semua Kekuatan Ini Menghendaki : Integrasi, Pengaturan & Penyusunan Serta
Penggunaan Yg Terarah, Maka Digunakan Strategi Nasional
Kewarganegaraan/Kewiraan
Politik Nasional Dpt Jg Diartikan Sbg Alat Perjuangan & Konsep Perjuangan
B).Perumusan Pol. Nasional
Ditetapkan Mpr Dlm Bentuk Gbhn & Dilaksanakan Oleh Presiden (Mandataris Mpr)
Dibantu Oleh Lembaga-2 Tinggi Negara Yaitu :
Kabinet Presiden, Dpa, Bpk, & Ma
C). Masalah Pokok Politik Nasional :
Ada 3 Problem Yg Hrs Dipecahkan Yaitu :
1. Keb. Pokok Nas Pertahanan, Keamanan & Kesejahteraan
2. Hal-2 Yg Timbul Dr Lingkungan Sendiri Yg Mencakup Situasi/Kondis Ipoleksos
Bud
3. Hal-2 Yg Timbul Dr Luar Lingkungan, Hal Ini Bisa Bersifat Membantu, Bisa Jg
Sebaliknya Memusuhi Politik Nasional
D). Pertimbangan-2 Dlm Merumuskan & Memikirkan Pol.Nas
1. Menilai Secara Tepat Ancaman/Gangguan Dr Luar & Hambatan/Gangguan Dr Dlm
2. Menilai Faktor-2 Dinamik Maupun Statik Di Wil. Kita Maupun Sekitarnya
3. Menilai Secara Tepat Kemampuan Yg Ada Al. : Ipoleksosbud, Jiwa Bgs, Keuangan
Dll
4. Menilai Pengalaman-2 Yg Lalu
* POLA UMUM PEMBANGUNAN ADA 4 BIDANG
(POL.NAS == POL. PEMBANGUNAN)
1. PEMB. BID. EKONOMI
2. PEMB. BID. SOS-BUD
3. PEMB. BID. POLITIK
4. PEMB. BID. HANKAMNAS
STRATEGI NASIONAL
Strategis Nas Adl. Cara Melaksanakan Politik Nas Utk Mencapai Tujuan
Agar Strategi Nas Berjalan Sesuai Dg Apa Yg Dikehendaki Pol.Nas Maka Terlebih
Dahulu Hrs Melaksanakan Telaahan & Perkiraan Strategi Nas.
A). Telaahan Strategi :
Yaitu Suatu Kajian Terhadap Lingkungan Yg Akan Berpengaruh Pd Strategi Yg Akan
Ditempuh
Dlm Menelaah Lingkungan Politik Nas, Maka Yg Perlu Diperhatikan :
1. Pembidangan Politik Nas, Mencakup Sektor Ipoleksos Bud. Hankam
2. Penentuan Sasaran Masing-2 Bidang Utk Mencapai Tujuan Politik Nas.
3. Pedoman Pelaksanaan
4. Sikap & Pendirian Terhadap Masalah-2 Nasional & Internasional
5. Pengendalian Perencanaan
B).Perkiraan Strategi Nasional Yaitu :
Suatu Analisa Yg Akan Menghasilkan Sasaran Alternatif Yg Ditetapkan Serta Cara
Bertindak Yg Akan Digunakan Utk Mencapai Sasaran-2 Tadi
60
Kewarganegaraan/Kewiraan
Utk Mencapai Visi Bgs Indo Tsb Maka Ditetapkan Misi Sbb :
a. Pengamalan Ps. Dlm Kehidupan
b. Penekanan Kedaulatan Rakyat Dlm Segala Aspek Kehidupan
c. Peningkatan Pengamalan Ajaran Agama & Memantapkan Persaudaraan Ummat
Beragama Dlm Kehidupan
d. Menjamin Kondisi Aman, Damai, Tertib
e. Menjamin Tegaknya Supermasi Hukum & Ham Berdasarkan Keadilan & Kebenaran
f. Pemberdayaan Masy. Dlm Mengembangkan Sistem Ekonomi Kerakyatan Yg
Berbasis Pd Sda & Sdm Yg Produktif
g. Perwujudan Otonomi Daerah
h. Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
i. Mewujudkan Aparatur Negara Yg Bersih
j. Perwujudan Sistem & Iklim Pendidikan Yg Bermutu
k. Perwujudan Politik Luar Negeri Yg Bebas & Pro Aktif Bagi Kepentingan Negara
IMPLEMENTASI POLTRANAS
BIDANG HUKUM ANTARA LAIN :
1. Mengembangkan Budaya Hukum Pd Semua Masy.
2. Menegakkan Hukum Secara Menyeluruh (Nasional) & Terpadu Dg Mengakui &
Menghormati Hukum
3. Menegakkan Hukum Secara Konsisten
4. Meningkatkan Integritas Moral & Keprofesionalan, Aparat Penegak Hukum,
Termasuk Polri
5. Mewujudkan Lembaga Peradilan Yg Mandiri & Bebas Dr Pengaruh Penguasa / Pihak
Lain
6. Menyelenggarakan Proses Hukum Dg Cepat
61
Kewarganegaraan/Kewiraan
Buku Teks
1. Abidin, Andi Zainal. 1983. Persepsi Orang Bugis Makassar tentang Hukum, Negara dan Dunia
Luar. Bandung: Alumni
2. Budiono, Kabul. 2009. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta
3. Chazawi, Adam. 2002. Kejahatan terhadap Keamanan & Keselamatan Negara. Jakarta:
Rajagrafindo Persada
4. Hazairin, 1985. Demokrasi Pancasila (sumbangan pemikiran bagi LPHN). Jakarta: PT. Bina
Aksara
5. Huda, Nimatul. 2005. Otonomi Daerah: Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6. Ikatan Dosen Kewiraan Sulawesi. 1990. Pokok-Pokok Materi Pendidikan Kewiraan. Ujung
Pandang: Yayasan Pengembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK College)
7. Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
8. Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi
(Berdasarkan SK Dirjen Dikti No.43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta: Paradigma
9. Konrad Adenaurer Stiftung. 2005. Perspektif Baru Melebarkan Sayap: Kumpulan Wawancara
Perspektif Baru 2003-2005 (ed. Wimar Witoelar). Jakarta: Gramedia Pustaka Pratama
10. Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1990. Glossarium Sekitar Pancasila. Surabaya: Usaha
Nasional
11. Lemhanas dan Ditjen Dikti. 1992. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia
12. Mansyur, Hamdan dkk (penyunting). 2002. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
13. Rahim, Abdul dan Anwar Ibrahim. 2004. Nilai Demokrasi dalam Budaya Bugis Makassar
(ed.Muhammad Masrury dan Muhammad Ruslan). Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sulawesi Selatan
14. Rasyid, Muhammad Ryass. 1998. Nasionalisme & Demokrasi Indonesia: Menghadapi Tantangan
Globalisasi (ed. Lamusu Laruhun). Jakarta: PT Yasrif Watampone
15. Salam, Dharma Setyawan. 2002. Otonomi Daerah: dalam Perspektif Lingkungan, Nilai, dan
Sumber Daya. Jakarta: Djambatan
16. Srijanti, A. Rahman H.I. dan Purwanto S.K. 2008. Etika Berwarga Negara: Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba Empat
17. Syarbaini, Syahrial (ed). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jakarta:
Suscadoswar Dikti
18. Team Dosen. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Perguruan Tinggi. Makassar: Ikatan Dosen
Kewarganegaraan Sulawesi-Kordinator Kodam VII Wirabuana
62
Kewarganegaraan/Kewiraan
19. Tim Dosen UGM. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi (edisi Reformasi).
Yogyakarta: Paradigma
20. Ubaedillah, A & Abdul Rozak (ed.). 2009. Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani (edisi Ketiga). Jakarta. ICCE UIN
21. Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi AksaraUniversitas Sebelas Maret
22. Yusra, Dhoni (ed). 2007. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Graha Ilmu
63