MAKALAH - PKN Tugas 1
MAKALAH - PKN Tugas 1
TUTOR PEMBIMBING
SYAIFUL MARWAN, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
NAMA : INDAH HUMAYYAH
NIM : 051554062
MATA KULIAH : MKWU4109.1592
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
UPBJJ JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan untuk dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Adapun tema dari makalah ini
adalah “ Membangun Smart And Good Citizen di Era Digital melalui Pendidikan
Kewarganegaraan “
Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak
Syaiful Marwan selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan . kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini .
Kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya ,
Indah Humayyah
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai pemuda yang menempuh Pendidikan dan berstatus mahasiswa pasti lebih
memahami terkait kondisi dan peran mereka dalam kehidupan Masyarakat, karena
mahasiswa adalah Gerakan perubahan yang pastinya sudah mempunyai analisis sisal
terutama dalam berinteraksi dengan teman dan orang sekitar .
Pemuda adalah sumber daya manusia yag begitu penting, bukan cuma sebagai penerus
sebuah tradisi atau kebiasaan Masyarakat generasi tua. Melainkan sebagai Gerakan
perubahan yang dituntut untuk bisa berperan dalam mengembangkan wawasan serta
keberanian untuk menjawab dinamika kehidupan terutama dalam membangun Masyarakat
yang berdaya.
Salah satu mata pelajaran yang mengemban misi ini adalah Pendidikan Pancasila dan
Masyarakat (PPKn). PPKn dalam pendidikan sekolah diberikan mulai dari sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas. Oleh karena itu, guru PKn menjadi tulang punggung untuk
mewujudkan misi tersebut. Singkatnya, profesionalisme guru PPKn adalah salah satu faktor
keberhasilan misi. Namun demikian, terdapat perbedaan baik secara konseptual maupun
praktis terkait dengan konsep kewarganegaraan, termasuk upaya pembentukan
kewarganegaraan melalui lembaga formal yang disebut sekolah. Konsep kewarganegaraan
yang baik dan upaya untuk mewujudkannya telah lama diperdebatkan di kalangan
profesional pendidikan kewarganegaraan (PKn). Secara garis besar, ada tiga dimensi:
pengetahuan dan pemahaman untuk menjadi warga negara yang berpengetahuan,
pengembangan penelitian dan pendekatan, dan pengembangan perilaku partisipatif dan
bertanggung jawab.
Pendidikan politik merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks tersebut.
pendidikan nasional. Pendidikan dalam Heterogenitas Masyarakat Indonesia
Kewarganegaraan memainkan peran strategis dalam membentuk karakter suatu bangsa.
prinsip Bhineka Tunggal Ika mencerminkan realitas keberagaman, Heterogenitas. Tentunya
untuk menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan yang baik Kami membutuhkan guru
dengan keterampilan dan proses pembelajaran yang meliputi: persiapan pelajaran,
komunikasi, kepribadian guru, terutama perkembangan teknologi di era Revolusi Industri 4.0
serta arus globalisasi (Yolandha, Dewi 2021).
Krisis moral yang melanda bangsa Indonesia seperti bentuk kekerasan, pelanggaran lalu
lintas, kebohongan publik, keangkuhan kekuasaan, korupsi kolektif, kolusi seragam kerja,
nepotisme kedaerahan dan kelembagaan, penyalahgunaan wewenang, konflik Di kalangan
pemeluk agama, pemalsuan dokumen, konflik buruh dan majikan, konflik antara masyarakat
dan penguasa, demonstrasi yang cenderung merugikan, koalisi kontekstual dan musiman
antar partai politik, kecurangan politik dalam penyelenggaraan pemilu dan pilkada, serta
otonomi daerah, yang mempengaruhi tumbuhnya etnosentrisme. Branson (1999) mencatat
bahwa telah lama ada fokus pada pengembangan karakter dan pendidikan kewarganegaraan
di Amerika Serikat. Tugas pengembangan pendidikan karakter dan pendidikan
kewarganegaraan dilakukan secara bersama-sama dan bertujuan untuk mengembangkan
karakter pribadi dan publik. Ciri-ciri karakter pribadi meliputi tanggung jawab moral, disiplin
pribadi, dan menghormati orang lain serta martabat manusia. Ciri-ciri publik termasuk
semangat publik, kesopanan, menghormati hukum, kemampuan untuk bersikap kritis, dan
kemauan untuk bernegosiasi dan berkompromi. Karakter publik ini sering disebut karakter
kolektif atau nasional. Tetapi pendidikan karakter pada hakekatnya merupakan kewajiban,
bukan hanya pendidikan kewarganegaraan, tetapi semua mata pelajaran dan seluruh elemen
masyarakat yang saling bahu membahu dan saling mendukung (Octavia, Rube’i 2017).
Meskipun dengan kondisi zaman yang serba teknologi namun bukan berarti kita sebagai
pemuda harus tutup mata, dengan hanya menikmati setiap perkembangan yang ada. Tanpa
adanya berfikir ada banyak orang yang kondisinya mmasih tertinggal dan membutuhkan
segala kemampuan berfikir remaja dalam mengembangkan daerah yang memang akses
teknologinya kurang memadai seperti di wilayah pedesaan. Maka dari itu sangat rugi jika kita
sebagai remaja hanya berdiam diri tanpa adanya aksi nyata khususnya dalam memberdayakan
Masyarakat.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana membangun smart good citizen di era digital melalui Pendidikan
kewarganegaraan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Instrumen HAM di Indonesia
Beberapa instrumen HAM yang dimiliki NKRI yaitu :
1) Undang-undang Dasar 1945. Terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yaitu pasal 28A sampai dengan 28J.
2) Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM terdapat 8 bab yang mengatur
tentang HAM.
3) Undang-undang No.39 tahun 1999. Undang-undang ini mengatur tentang HAM
seperti hak hidup, hak berkeluarga dan lain-lain. Undang-undang sini juga mengatur
tentang kewajiban asasi manusia seperti kewajiban setiap warga untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan.
4) Undang-undang No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Pengadilan HAM
digunakan untuk menyelesaikan masalah pelanggaran HAM berat dan
mengembalikan keamanan dan perdamaian Indonesia.
2.2 Macam – macam Hak Asasi Manusia
Menurut dua instrumen HAM internasional (Konvenan Internasional tentang Hak-hak
Sipil dan Politik/ ICCPR dan konvenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, sosial, dan
budaya/ ICESCR) :
1) HAM berkenaan dengan kehidupan sipil dan politik. Hak ini mewajibkan suatu negara
agar menahan diri dari tidakan dan campur tangan terhadap kehidupan individu-
individu atau kelompok masyarakat, misalnya hak hidup.
2) HAM berkenaan dengan kehidupan dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak ini
mewajibkan suatu negara agar menyediakan sarana - prasarana karen individu tidak
mampu menyediakan sendiri, misalnya hak untuk memperoleh pekerjaan.
Menurut Franz Magnis - Suseno :
1) Hak asasi negatif atau liberal. Hak ini pada dasarnya menuntut agar kemandirian setiap
orang atas dirinya sendiri dihormati oleh pihak lain. Yang termasuk dalam hak ini
antara lain : hak untuk hidup.
2) Hak asasi aktif atau demokratis. Inti dari hak ini adalah bahwa setiap orang memiliki
hak untuk turut serta menentukan arah perkembangan masyarakat tempat ia hidup.
Termasuk dalam hak ini antara lain : memilih wakil rakyat.
3) Hak asasi positif. Menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara. Yang termasuk dalam
hak ini antara lain : hak atas perlindungan keamanan.
4) Hak asasi sosial. Hak ini pada dasarnya merupakan hak warga negara memperoleh
keadilan dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Yang termasuk dalam hak ini antara
lain hak atas jaminan sosial.
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang akan
membawa perubahan pada tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap
maupun berbuat (Gulo dalam Pebriyenni, 2002:23). Pada dasarnya belajar merupakan
tahapan perubahan perilaku yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003). Perubahan perilaku itu juga
termasuk dari belajar tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn ) atau
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPPKn ). Belajar PPKn pada dasarnya adalah
belajar tentang keindonesiaan. Belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Karena itu,
seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik
perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa
kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Warga negara inilah yang disebut
warga negara yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Hal itu berarti PPKn bersifat
penting dalam pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi tercantum
bahwa program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan akan menjadi intelektual
dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja,
serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional. Namun, agar memperoleh input
(mahasiswa) yang memadai bagi perguruan tinggi, perlu pula proses pembelajaran yang
optimal pada tingkat pendidikan menengah atau sederajat. Untuk itu diperlukan pembelajaran
yang bermakna. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tugas
guru/dosen adalah mengkoordinasikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi siswa atau mahasiswa.
KESIMPULAN
A. Saran
Upaya yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk membentuk smart and good
citizen yaitu dengan selalu memberikan contoh yang baik menjadi warga negara,
senantiasa mengingatkan atau menyosialisasikan kepada generasi muda lainnya
untuk menjadi warga negara yang pintar dan baik melalui media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Yolandha, W., & Dewi, D. A. (2021). Perkembangan Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0
serta arus Globalisasi
Maftuh dan Sapriya (2005, hlm. 320), menyatakan bahwa tujuan negara mengembangkan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)