TUGAS 2 - HAK ASASI DI ERA GLOBALISASI
TUGAS 2 - HAK ASASI DI ERA GLOBALISASI
TUTOR PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
NIM : 051554062
UNIVERSITAS TERBUKA
JURUSAN MANAJEMEN
UPBJJ JAKARTA
2023
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era modern ini, pertumbuhan dan per kembangan suatu masyarakat dirasakan
sangat cepat. Salah satu ciri dari masa ini adalah berkembang pesatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang juga didukung oleh munculnya semangat globalisasi. Sebagaimana
dikatakan oleh Anthony Giddens, globalisasi merupakan sebuah proses yang kompleks,
tidak hanya digerakkan oleh suatu kekuatan tertentu, melainkan oleh banyak kekuatan,
seperti budaya, teknologi, politik maupun ekonomi.
Globalisasi politik antara lain berupa gerakan tentang Hak Asasi Manusia (HAM),
Selanjutnya dalam tulisan ini disingkat HAM. Globalisasi semakin memperkuat
pemikiran pemikiran untuk mengoperasionalkan nilai nilai dasar HAM yang bersifat
universal.
Dalam hal ini pemerintah hendaknya menggabungkan standar yang terdapat pada
instrumen HAM internasional dan prinsip-prinsip HAM dalam Islam ke dalam hukum
nasional, dengan tetap mengacu pada ideologi bangsa serta kondisi manusia, alam dan
tradisi yang melekat pada bangsa.
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis
merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul “Hak Asasi Manusia”. Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak
yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia
sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh
melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur
Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
1) HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
2) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
3) HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
Dengan adanya era globalisasi, yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya
dan nasionalitas, hampir disetiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang mulai
tertarik untuk memahami tentang arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek
penyelenggaraan ke hidupan berbangsa dan bernegara, dan ber masyarakat termasuk di
negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Rencana Pembangunan Hukum Nasional yang
mengagendakan adanya bidang HAM. Sebagaimana disebutkan dalam UU No. 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (tahun 2005-2025).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instrumen HAM di Indonesia
Beberapa instrumen HAM yang dimiliki NKRI yaitu :
1) Undang-undang Dasar 1945. Terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yaitu pasal 28A sampai dengan 28J.
2) Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM terdapat 8 bab yang mengatur
tentang HAM.
3) Undang-undang No.39 tahun 1999. Undang-undang ini mengatur tentang HAM
seperti hak hidup, hak berkeluarga dan lain-lain. Undang-undang sini juga mengatur
tentang kewajiban asasi manusia seperti kewajiban setiap warga untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan.
4) Undang-undang No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Pengadilan HAM
digunakan untuk menyelesaikan masalah pelanggaran HAM berat dan
mengembalikan keamanan dan perdamaian Indonesia.
3.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial,
Budaya di Indonesia
Globalisasi merupakan sebuah keadaan sebagai kensekuensi dari transformasi
global yang menjadikan dunia dalam kondisi compresed serta terjadi intensifikasi
kesadaran terhadap dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dampak yang paling jelas
muncul kepermukaan adalah pengaruh nilai liberalisasi yang begitu besar dalam muatan
yang diatur melalui hukum perundang-undangan, bahkan sering kali globalisasi
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, padahal dalam konteks ke Indonesia bahwa
hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan budaya harus mengacu dan merujuk pada
Pancasila, faktanya hal ini ditandai dengan memudarnya implementasi nilai – nilai
Pancasila dalam penyelenggaraan hukum ( pembentukan, penemuan, dan penerapan
hukum terkait hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan politik ).
Bagi Indonesia, sangat tidak mungkin melawan arus globalisasi yang tengah
berlangsung secara akseleratif, hal ini disebabkan :
1. Indonesia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan yang disebabkan oleh
lemahnya sumber daya manusia dalam penugasan teknologi dan buruknya birokrasi
investasi;
2. Pada saat bersamaan setelah Indonesia meratifikasi WTO, maka peranan pemerintah
dalam kehidupan ekonomi semakin teredukasi secara signifikan. Meski globalisasi, yang
pada dasarnya merupakan proses perubhana yang sangat cepat di semua lini kehidupan
dan munculnya kompetensi yang sangat kejam telah menempatkan Indonesia pada posisi
yang sangat lemah, tetapi masih ada celah yang dapat digunakan untuk memperkuat diri,
yakni pemerintah Indonesia harus dapat membangun kekuatan internal yang dimilikinya.
Fakta dilapangan berkenaan dengan HAM lebih didominasi hak politik dan hak
sipil, sementara hak ekonomi, sosial dan budaya yang berangkat dari pemenuhan
kebutuhan sering diabaikan oleh pemerintah dalam pelaksanaannya, seperti berbagai
kasus busung lapar, kelaparan dan bertambahnya jumlah penduduk miskin di berbagai
daerah di Indonesia. Fakta ini berbeda dengan Cina, Singapura, dan negara Timur Tengah
adalah contoh negata yang tidak demokratis. Disisi lain negara tersebut sangat
memperhatikan hak ekonomi, sosial dan budaya, terutama hak ekonomi dan sosial. Hak
ekonomi dan sosial itu merupakan hak asasi manusia yang strategis untuk diperjuangkan
dan dipenuhi.
Pembangunan hukum HAM dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya merupakan
jaminan keberlangsungan hiduo umat manusia, tanpa itu sejatinya negara dan bangsa ini
sudah kehilangan “core value” dalam kehidpan bernegara, bukan sistem hukum politik
yang terpuaskan, tetapi pencapaian kehidupan yang adil dan sejahtera bagi seluruh anak
bangsa dan pencapaian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai sebuah
tujuan mulia pendirian bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.
Dalam pembangunan hukum hak ekonomi, sosial dan budaya adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila. Hal ini idealnya dilakukan dengan melakukan
konkritisai nilainilai Pancasila dalam penormaan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemenuhan hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan budaya,
sebab tidak dapat dipungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan
hidup bangsa sering mengalami pasang surut perkembangan, tetapi hal ini perlu diingat
bahwa pasang surut tersebut bukan disebabkan kelemahan nilai-nilai Pancasila, tetapi
lebih mengarah pada konsistensi implementasi nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia, termasuk dalam menata kehidupan perekonomian bangsa dan
negara.
4.2 Saran
Solusi yang tepat adalah melakukan pembangunan hukum hak asasi manusia dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya (HESB) merupakan hak asasi yang harus dilindungi,
dihormati dan dipenuhi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pembangunan hukum dapat dilakukan dengan mengimplementasi nilai - nilai
Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945 dalam bentuk peraturan perundang -
undangan organik, sehingga dapat diimplementasikan secara langsung oleh pemerintah.
Selain itu, dalam pembangunan hukum hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan
budaya perlu ada mekanisme pemenuhan atau penuntutan hak jika ekonomi, sosial dan
budaya tidak dipenuhi oleh negara, terkait dengan pemenuhan diperlukan upaya sinergis
antar lembaga negara dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun
1948.
Giddens, Anthony, Jalan Ketiga: Pembaruan Demokrasi Sosial, Jakarta: Gramedia, 1999.
Muladi, Demokatisasi, Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta; The
Habibi Center, 2002.
UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Undang-Undang Nomor 39 pasal 1,Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
UU No. 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.
https://media.neliti.com/media/publications/26687-ID-pengaruh-globalisasiterhadap-
perkembangan-hak-asasi-manusia-bidang-ekonomi-sosi.pdf