Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu

KEWARGANEGARAAN

(Soal Materi 1)

OLEH

YUYUN SULISTIAWATI
F1G119018

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
SOAL

1. Apakah pendidikan kewarganegaraan mampu untuk meningkatkan semangat


kebangsaan bagi peserta didik khususnya dan warga negara Indonesia
umumnya?
2. Apa latar belakang diselenggarakannya pendidikan kewarganegaraan
khususnya yang terkait dengan proses globalisasi? Kompetensi apa yang
diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan kepada mahasiswa?
3. Ada dua paradigma pendidikan kewarganegaraan, yaitu feodalistik dan
humanistik. Menurut pendapat Anda, paradigma mana yang lebih tepat?
4. Bagaimana cara mensosialisasikan pendidikan kewarganegaraan agat tujuan
pendidikan kewarganegaraan dapat berhasil?
5. Pendidikan kewarganegaraan seperti apa yang ideal bagi Indonesia agar
tujuan pendidikan kewarganegaraan berhasil? Dan berikan contoh parameter
keberhasilannya!
6. Uraikan bagaimana sejarah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi?

7. Salah satu tujuan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah


mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
belanegara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta tanah
air. Menurut Anda, bagaimana cara mengantarkan peserta didik agar memiliki
wawasan kesadaran berbangsa untuk belanegara?
8. Mengapa sifat interdisipliner dipandang sebagai keunggulan dan sekaligus
kelemahan pendidikan kewarganegaraan?

9. Jika dilihat dari perspektif ontologis, epistemologis dan aksiologis, apakah


pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
yang bersifat filsafat? Uraikan penjelasan Anda!

10. Mengapa karakter/watak kewarganegaraan (civic dispositions) dikatakan


sebagai dimensi yang paling substantif dan esensial dalam pendidikan
kewarganegaraan?
JAWABAN

1. Menurut saya pendidikan kewarganegaraan mampu untuk meningkatkan


semangat kebangsaan bagi peserta didik khususnya dan warga negara
Indonesia umumnya, karena pendidikan kewarganegaraan ini khususnya bagi
peserta didik dapat menambah wawasan kebangsaan dan semangat
nasionalisme yang tentunya dapat mendorong rasa senasib sepenanggungan
dalam lingkungan berbangsa dan bernegara. Dimana sejak dini pendidikan
kewarganegaraan ini di ajarkan bagi peserta didik guna menumbuhkan
wawasan kebangsaaan dan semangat nasionalisme agar nantinya setelah para
peserta didik telah berbaur sebagai masyarakat wawasan kebangsaan dan
semangat nasionalisme yang tumbuh dalam diri peserta didik tersebut dapat di
implementasikan dikehidupan bermasyarakatnya sebagai warga negara
Indonesia yang baik.

2. Menurut saya, yang menjadi latar belakang diselenggarakannya pendidikan


kewarganegaraan khususnya yang terkait dengan proses globalisasi yakni
karena dibutuhkannya kader-kader bangsa yang memiliki pemahaman akan
wawasan kebangsaan dan juga semangat nasionalisme dalam rangka untuk
memecahkan persoalan kebangsaan yang semakin kompleks. Untuk kompetensi
yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan kepada mahasiswa yakni
mahasiswa dapat menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban; menjadi warga
negara yang memiliki daya saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

3. Menurut saya paradigma yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan


kewarganegaraan ini yakni paradigma humanistik, alasannya yakni melihat
pelaksanaan dari kedua paradigma tersebut berdasarkan 4 objek pendidikan
yakni peserta didik (mahasiswa), dosen, materi dan manajemen pendidikan. Dimana
pada paradigma humanistik peserta didik (mahasiswa) ditempatkan sebagai subjek
sekaligus objek pembelajaran, sementara dosen diposisikan sebagai fasilitator dan
mitra dialog mahasiswa. Materi pembelajaran yang disusun berdasarkan pada
kebutuhan dasar mahasiswa, bersifat fleksibel, dinamis dan fenomenologis sehingga
materi tersebut bersifat kontekstual dan memiliki relevansi dengan tuntutan dan
perubahan sosial. Juga manajemen pendidikan dan pembelajarannya menekankan pada
dimensi desentralistik, tidak birokratis, mengakui pluralitas dengan penggunaan
strategi pembelajaran yang bervariasi dan demokratis. Sedangkan pada paradigma
feodalistik peserta didik (siswa dan mahasiswa), ditempatkan sebagai objek semata
dalam pembelajaran, dan dosen sebagai satu-satunya sumber ilmu kebenaran dan
informasi, berperilaku otoriter dan birokratis. Materi pembelajaran disusun secara rigid
sehingga memasung kreativitas mahasiswa dan dosen. Sementara itu, manajemen
pendidikan termasuk manajemen pembelajaran bersifat sentralistik, birokratis dan
monolitil. Dalam penerapan strategi pembelajarannya, sangat dogmatis, indoktrinatif
dan otoriter.

4. Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya memiliki tujuan utama untuk


menghasilkan atau membentuk warga Negara yang baik., selain itu juga untuk
mewujudkan rasa nasionalisme dan patriotisme untuk bangsanya. Agar tujuan
pendidikan kewarganegaraan dapat berhasil, maka diperlukan sosialisasi hasil
kajian esensi pendidikan kewarganegaraan dan sosialisasi bagaimana
pembelajarannya agar mampu memperkuat revitalisasi nasionalisme suatu
bangsa menuju character and nation building sebagai tumpuan harapan
pendidikan masa depan. Mensosialisasikannya salah satunya dengan cara
mewajibkan anak-anak untuk mengikuti pendidikan dasar yang
didalamnya juga terdapat pendidikan kewarganegaraan, juga pendidikan formal
maupun informal harus menggunakan proses belajarnya menyenangkan,
mengasyikkan, sekaligus mencerdaskan. Selain itu juga dengan
menyempurnakan kurikulum inti pendidikan kewarganegaraan.

5. Pendidikan Kewarganegaraan yang ideal bagi bangsa Indonesia agar tujuan


pendidikan kewarganegaraan berhasil adalah pendidikan kewarganegaraan yang
sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia dan ideologi pancasila. Adapun dalam
proses pembelajarannya, pendidikan juga menyangkut kondisi dan problematika
bangsa sehingga peserta dapat memecahkan masalah bangsa-bangsa tersebut.
Dalam keberhasilan pendidikan kewarganegaraan, parameternya dapat dilihat di
kehidupan bangsa dimana apakah tidak ada lagi masalah seperti kasus korupsi
ataupun tindakan-tindakan lain yang melanggar hukum. Selain itu, parameter
keberhasilannya adalah terciptanya keadilan hukum, pemerintah kembali ke
rakyat serta rakyat yang lebih demokratis dan ikut campur dalam pemerintahan.
6. Berikut uraian dari sejarah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi,
berdasarkan keputusan bersama Mendikbud & Menhankam No.022/u/1973 &
kep/b/43/xii/1973 Pendidikan Kewiraan disahkan dalam perguruan tinggi.
Kemudian Pendidikan Kewiraan berlaku efektif sebagai mata kuliah wajib di
perguruan tinggi tahun 1974 berdasarkan keputusan Mendikbud
No.0228/u/1974 . Pada tahun 1985 Pendidikan Kewiraan terus diperkuat,
berdasrkan Surat Keputusan Bersama Mendikbud & Menhankam
No.061/u/1985 & Kep/002/ii/1985 yang menjadikan Pendidikan Kewiraaan
sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Tahun 1994 Pendidikan Kewiraan
digunakan dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai Mata Kuliah Umum
(MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Kemudian
pada tahun 2000 Pendidikan Kewiraan resmi diganti dengan pendidikan
kewarganegaraan berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti no.267/DIKTI/Kep/2000.
Penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Keputusan
Mendiknas No.232/u/2000 & Keputusan Mendiknas no.045/u/2002 tentang
Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Dan materinya terus disempurnakan
berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No.38/DIKTI/Kep/2002. Dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 37 ayat (2) ditegaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib pada jenjang Pendidikan Tinggi
dan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Selanjutnya pada UU No.12/2012 pasal 35
ayat (3) tentang Pendidikan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan kembali
dimasukan dengan nama Kewarganegaraan. Cakupan materi kajian pendidikan
kewarganegaraan diatur dalam Keputusan Dirjen Dikti No.43/DIKTI/Kep/2006.
Saat ini blm ada rambu-rambu yang mengatur mata kuliah Kewarganegaraan
maka dalam pelaksanaan perkuliahan merujuk pada Keputusan Dirjen Dikti
No.38/DIKTI/Kep/2002 & Keputusan Dirjen Dikti No.43/DIKTI/2006.

7. Menurut saya cara untuk mengantarkan peserta didik agar memiliki wawasan
kesadaran berbangsa untuk belanegara yakni dengan mempelajari sejarah
perjuangan bangsa serta menanamkan nilai-nilai pancasila dalam diri peserta
didik yang tentunya itu didapatkan dari adanya Pendidikan Kewarganegaraan.

8. Pendidikan Kewarganegaraan dipandang sebagai keunggulan sebab kajiannya


menjadi lebih utuh (komprehensif), lebih sistematik, dan tidak terkungkung oleh
pandangan yang sempit. Sebaliknya, dipandang sebagai kelemahan sebab
kajiannya menjadi tidak spesifik sebagaimana menjadi watak disiplin keilmuan
tertentu, sehingga mungkin saja tidak memiliki visi keilmuan yang jelas.

9. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sarana transformasi nilai, moral, dan budi


pekerti melalui pembelajaran yang bermakna (meaningfull) melalui riset,
diskusi-diskusi akademik dan ilmiah dan menjauhkan dari pola indoktrinasi. Hal
ini berdasarkan perspektif filsafat ilmu berupa (perspektif ontologis, perspektif
epistimologis dan perspektif aksiologis) yang memandang pendidikan
kewarganegaraan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang bersifat
filsafat. Dalam perspektif ontologis materi pendidikan kewarganegaraan
menekankan pada nilai, moral, dan budi pekerta dengan segala dinamikanya
pada masyarakat. Dalam perspektif epistimologis materi pendidikan
kewarganegaraan menekankan pada olah karsa, olah rasa, dan olah piker yang
bersifat komprehensif, integrative, dan holistik yang sedapat mungkin dikaji
agar menjauhkan diri dari pembahasan materi yang bersifat normative semata
dan menghindari pola indoktrinasi. Dan dalam perspektif aksiologis,
pendidikan kewarganegaraan dapat menumbuhkembangkan semangat cinta
tanah air dan bangsa sebagai bangsa yang berkarakter, berbudaya, bermartabat,
dan beradab.

10. Civics Disposition (watak/karakter kewarganegraan) dikatakan sebagai


komponen dimensi yang paling subtantif dan esensial dalam pendidikan
kewarganegaraan, hal ini sesuai dengan visi, misi serta tujuan pendidikan
kewarganegaraan yang menekankan aspek watak, karakter, serta sikap dari
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai