Anda di halaman 1dari 8

DASAR TEORI

Pada percobaan 4 kali ini kami akan melakukan percobaan tentang Pengaturan Motor 3 Phasa
menggunakan VSD (Variable Speed Drive). Sebelumnya akan dibahas menenai motor AC.
Motor AC (motor arus bolak balik) memiliki keunggulan dalam hal kesederhanaan dan
murahnya biaya perawatan sehingga jenis motor ini banyak dipakai di lingkungan industri
maupun rumah tangga. Pengendalian kecepatan putaran motor AC dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya dengan kendali tegangan dan frekuensi. Inverter merupakan
konverter arus searah ke arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi keluaran yang dapat
diatur, sehingga motor arus searah dapat dikendalikan dengan fleksibel. VSD atau disebut
dengan Variable Speed Drive adalah inventer yang biasa digunakan untuk mengontrol
kecepatan dari motor AC 3 Phasa. Tegangan keluaran dari VSD ini merupakan sinyal PWM
yang dibangkitkan oleh inventer di dalam VSD. Pada sistem ini menggunakan VSD (Variable
Speed Drive) dan mikrokontroler untuk mengontrol VSD yang akan membangkitkan sinyal
PWM pada outputnya. Mikrokontroler digunakan agar frekuensi output dan lama aktif dari
VSD dapat ditentukan secara manual. VSD (Variable Speed Drive) merupakan suatu alat
kontrol yang digunakan untuk mengatur kecepatan putar dari sebuah motor AC agar dapat
berputar dengan kecepatan yang kita inginkan. Isi dari VSD ini terdiri dari rangkaian yang
berupa rectifier, filter, inventer, dan rangkaian kontrol. Aplikasi variable speed banyak
diperlukan dalam industri. Jika sebelumnya banyak dipergunakan system mekanik, kemudian
beralih ke motor slip/ pengereman maka saat ini banyak menggunakan semikonduktor. Tidak
seperti softstarter yang mengolah level tegangan, inverter menggunakan frekuensi tegangan
masuk untuk mengatur speed motor pada kondisi ideal (tanpa slip). Rumusnya : RPM = (120 .
f) / P , dengan : RPM : Speed Motor (RPM), f : Frekuensi (Hz), P : Kutub motor (pole). Jadi
dengan memainkan perubahan frekuensi tegangan yang masuk pada motor, speed akan
berubah. Karena itu inverter disebut juga Variable Frequency Drive. Prinsip kerja inverter
yang sedehana adalah : 1. Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board
Rectifier/ penyearah DC, dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan DC. 2.
Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali dengan
frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya adalah
Semiconduktor aktif seperti IGBT. IGBT = insulated gate bipolar transistor) adalah piranti
semikonduktor yang setara dengan gabungan sebuah BJT dan sebuah MOSFET. Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi
sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan. Untuk pemasangan inverter
sebaiknya juga dipasang unit pengaman hubung singkat seperti Seconductor Fuse atau bisa
juga Breaker. Ini seperti pada pemasangan softstarter hanya saja tanpa contactor bypass.
Variabel speed drive adalat alat yang digunakan untuk mengubah tegangan AC menjadi
tegangan DC, kemudian tegangan DC tersebut diubah lagi menjadi tegangan AC dengan
frekuensi yang diinginkan dengan tujuan untuk mengatur kecepatan motor induksi. Kecepatan
motor induksi dapat diubah dengan cara mengubah nilai frekuensi, sehingga variabel speed
drive disebut juga variabel frekuensi drive. Perubahan frekuensi sebanding dengan perubahan
tegangan atau dengan kata lain V/F konstan. Selain itu torsi motor induksi bernilai konstan
dengan mengatur arus yang masuk ke kumparan stator pada nilai konstan. Motor induksi tiga
fasa banyak digunakan dalam aplikasi industri karena mempunyai beberapa metode untuk
mengontrol kecepatan dan torsi motor. Penelitian ini membahas implementasi metode
pengaturan kecepatan motor induksi. Metode yang dibandingkan adalah Kontrol Skalar dan
Kontrol Vektor. Kontrol Skalar merupakan metode yang sederhana, dengan tujuan mengontrol
magnitudo dari besaran tertentu. Pada motor induksi, teknik ini digunakan untuk mengontrol
voltase/hertz yang tetap atau konstan. Sedangkan Kontrol Vektor merupakan teknik

pengaturan yang lebih kompleks. Teknik ini mengacu pada besaran vektor, yang diatur
menggunakan space phasors. Parameter yang dianalisis meliputi kecepatan putaran, arus,
faktor daya, TDD, THDv dan efisiensi. Hasil pengujian dan analisis menunjukkan bahwa
metode Kontrol Vektor memiliki beberapa keunggulan yaitu kecepatan yang lebih stabil,
faktor daya dan efisiensi yang lebih tinggi, serta TDD yang lebih rendah. Kontrol Vektor
dapat beroperasi dengan beban penuh pada putaran rendah. Sedangkan Kontrol Skalar hanya
dapat digunakan pada kecepatan sedang dan tinggi dengan pembebanan maksimal 75%.
Motor induksi, khususnya tipe rotor sangkar (squirrel cage) merupakan motor arus bolakbalik yang banyak digunakan pada industri. Kelebihan motor induksi ini adalah harganya
murah, kokoh dan murah dalam pemeliharaan. Sedangkan kelemahan dari motor induksi ini
adalah mempunyai karakteristik torsi-kecepatan yang tidak linier. Oleh karena itu diperlukan
suatu metode agar motor induksi ini mempunyai karakteristik torsi-kecepatan yang linier.
Pengaturan kecepatan motor induksi ini dipermudah dengan adanya metode pengatur
kecepatan motor dengan alat yang dikenal dengan VSD (Variable Speed Drive). Metode
pengaturan kecepatan induksi menggunakan VSD yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu Scalar Control dan Vector Control. Penggunaan scalar control dalam mengatur
kecepatan motor dilakukan dengan cara mengatur tegangan dan frekuensi yang diberikan ke
motor. Dalam setiap pengaturan kecepatan pada motor, perbandingan tegangan dan frekuensi
yang diberikan ke motor dipertahankan selalu konstan. Karena metode ini hanya mengatur
tegangan dan frekuensi, maka jangkauan kecepatan pada variasi beban akan berkurang.
Vector Control dikembangkan untuk menanggulangi kekurangan dari scalar control yaitu
kehilangan torsi pada kecepatan rendah. Prinsip metode ini adalah hampir sama dengan scalar
control namun ditambah dengan rangkaian penghitung besar dan sudut tegangan dan arus.
Sehingga vector control memiliki jangkauan kecepatan pada dengan variasi beban menjadi
lebih baik. Kecepatan putar dari motor AC 3 phasa dapat dipengaruhi oleh nilai frekuensi
tegangan AC yang masuk ke dalam motor, sedangkan pengaturan posisi putar dari motor AC
3 phasa dilakukan dengan cara mengontrol lama berputarnya motor AC 3 phasa tersebut.
Pengaturan kecepatan dan posisi dari motor 3 phasa akan dilakukan oleh VSD (Variable
Speed Drive) yang dihubungkan dengan mikrokontroler yang berfungsi sebagai pengendali
tegangan dan waktu aktif yang akan menggerakkan motor AC 3 phasa tersebut. Prinsip kerja
dari variabel speed drive yang sedehana adalah sebagai berikut : (1) Tegangan yang masuk
dari jala- jala 220/380 volt dan frekuensi 50 hz merupakan tegangan arus bolak- balik (AC)
dengan nilai tegangan dan frekuensi yang konstan. Kemudian dialirkan ke board Rectifier/
penyearah DC. Jadi dari AC di jadikan DC. Jika penyearah yang digunakan adalah penyearah
terkendali, maka tegangan DC nya bisa diatur (variabel). (2) Untuk meratakan tegangan DC,
maka tegangan dimasukkan ke DC link. Komponen yang terdapat pada DC link berupa
kapasitor atau induktor. (3) Tegangan DC kemudian diumpankan ke rangkaian inverter untuk
dijadikan AC kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari tegangan DC diubah
kembali ke tegangan AC 3 fasa. Komponen switchingnya adalah semikonduktor aktif seperti
IGBT atau mosfet. Tegangan keluaran dari VSD berupa tegangan dan frekuensi yang bisa
diatur sehingga disebut VVVF (variabel voltage variabel frekuensi). Variabel speed drive
mempertahankan nilai tegangan keluaran ke- frekuensi (V/F) dengan nilai rasio konstan pada
semua kecepatan untuk alasan yang berikut. Tegangan fasa (V), frekuensi (F) dan fluks
magnetik () motor terkait dengan persamaan:
V = 4,444 f Nm (a.1) ; V/f = 4.444Nm (a.2) . Dimana : N = jumlah lilitan stator berubah
per fase. m = fluks magnetik. Jika tegangan yang sama diterapkan pada frekuensi yang
berkurang, maka fluks magnetik akan meningkat dan menjenuhkan inti magnetik, secara
signifikan mendistorsi kinerja motor sehingga bekerja pada daerah yang tidak sesuai dengan
perancangannya. Saturasi magnetik dapat dihindari dengan menjaga konstan m sesuai
dengan perancangannya sebagaimana rumus a.2. Selain itu, torsi motor dihasilkan dari fluks
stator dan arus rotor. Untukmempertahankan nilai torsi, maka harus menjaga rating nilai pada
fluks, yang dilakukan dengan menjaga tegangan ke- frekuensi (V/F) rasio konstan. Untuk itu
dibutuhkan penurunan dari tegangan motor dalam proporsi yang sama dengan frekuensi untuk

menghindari kejenuhan magnetik. Pengendalian VSD dengan metode kendali volt/ hertz
konstan kontrol ini menggunakan sistem loop terbuka dengan bentuk yang sederhana
mengambil perintah referensi dari sumber luar yaitu dari potensiometer. Prinsip kerjanya
adalah ketika fluks stator dijaga konstan, torsi yang dihasilkan tidak bergantung pada suplai
frekuensi. Atau dalam kata lain kecepatan motor sangat bergantung pada frekuensi. Untuk
menjaga fluks dalam kondisi konstan, bekerja pada rating level tertentu. Tegangan stator harus
dapat diatur secara proporsional terhadap suplai frekuensi. Pada operasi kecepatan rendah,
tegangan jatuh pada resistansi stator harus dimasukkan dalam hitungan fluks konstan, dan
tegangan stator harus dinaikkan secara tepat. Jika motor diputar dengan frekuensi yang lebih
tinggi daripada frekuensi dasarnya, mengakibatkan pengurangan terhadap torsi yang
dihasilkan, sehingga menyebabkan arus magnetisasi berkurang dan mengakibatkan
melemahnya medan magnet. Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak-balik (ac)
yang paling banyak digunakan. Motor induksi tiga fasa beroperasi pada sistem tiga fasa, dan
banyak digunakan dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar. Penamaan
motor induksi berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan
magnet stator ke rotornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran
rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor
induksi tiga fasa bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada
kumparan rotornya. Pada saat terminal tiga fasa stator motor induksi diberi suplai tegangan
tiga, maka kumparan stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis- garis
gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya
sehingga timbul emf (GGL) atau tegangan induksi dan mengalir- lah arus pada kumparan
rotor karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian tertutup. Penghantar
(kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari
kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya lorentz yang menimbulkan
torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan pergerakan medan induksi stator.
Medan putar stator tersebut akan memotong konduktor- konduktor pada rotor, sehingga
terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti
medan putar stator. Perbedaan relatif antara stator dan rotor dinamakan slip. Bertambahnya
beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus
induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan
bertambah besar. Jadi, bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
Komponen yang terkandung di dalam Variable Speed Drive termasuk beban non linier. Pada
beban non linear, beban tidak lagi menggambarkan bentuk gelombang arus dan tegangan
sinusoidal yang tidak murni. Akibatnya akan terbentuk gelombang sinusoidal yang terdistorsi
yang akan menghasilkan harmonisa sehingga akan menurunkan kualitas sistem tenaga listrik
yang dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan- peralatan listrik.Pengaturan kecepatan
pada VSD akan menggunakan Kontrol Skalar dan Kontrol Vektor. Metode Kontrol Skalar
dalam bentuk yang paling sederhana memiliki perintah referensi kecepatan dari sumber
eksternal dan variasi tegangan dan frekuensi yang diberikan ke motor. Dengan
mempertahankan perbandingan V/Hz konstan, pengatur kecepatan dapat mengontrol
kecepatan motor. Kontrol Vektor merupakan pengembangan dari Kontrol Skalar. Hal ini untuk
menanggulangi kekurangan yang terdapat pada Kontrol Skalar yaitu kehilangan torsi pada
kecepatan rendah. Salah satu tipe pada metode ini adalah open loop vector yaitu tidak terdapat
sensor kecepatan pada shaft rotor. Kontrol Vektor merupakan pengukuran komponen arus
stator motor dengan ditampilkan dalam bentuk vektor dengan rotating frame reference. Motor
induksi tiga fasa yang menjadi obyek penelitian ini diatur kecepatannya oleh VSD. Unit
generator dikopel dengan motor. Generator ini berfungsi sebagai pengatur beban motor.
RPMmeter digunakan untuk mengetahui kecepatan motor dan Torsimeter digunakan untuk
mengetahui torsi motor. Power Quality Analizer digunakan untuk pengukuran : (a) Arus
masukkan ke VSD (b) Tegangan masukkan ke VSD (c) Daya Aktif Masukkan (d) Faktor
Daya (e) Distorsi Harmonisa (THD i dan THD v) RPM meter digunakan untuk pengukuran

kecepatan putar shaft motor. RPM meter ditambah dengan menggunakan multimeter digital
agar pembacaan kecepatan lebih akurat. Torsi meter digunakan untuk pengukuran torsi beban.
Pada hakikatnya Inverter, Variable Frequency Drive, dan Variable Speed Drive adalah alat
pengatur yang memiliki fungsi sama. Mengatur kecepatan motor memang ada banyak cara,
tapi jika mengatur dengan Inventer / VSD akan memiliki banyak keuntungan yang di peroleh.

DAFTAR PUSTAKA
Benny Yusuf, Pengaturan Kecepatan dan Posisi Motor AC 3-Phasa Menggunakan DT AVR
Low Cost Micro System, http://www.slideshare.net/bennyjoetra/pengaturan-kecepatan-danposisi-motor-ac-3-phasa, 27 Februari 2016
Fitzgerald, A., E., Mesin-Mesin Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986
Harrij Mukti K, Implementasi Scalar Control dan Vector Control dalam Pengaturan
Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa, Jurnal ELTEK, Vol 10 Nomor 02, Oktober 2012
Lister, E., C., Mesin dan Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta, 1998
Trikueni Dermanto, Prinsip Dasar Inverter ( Variable Frequency Drive ), http://trikuenidesain-sistem.blogspot.co.id/2013/09/Prinsip-Dasar-Inverter.html, 27 Februari 2016

DASAR TEORI
Pada percobaan 3 pada kali ini kami akan membahas mengenai percobaan tentang rangkaian
star-delta dan forward-reverse motor 3 fasa. Pada prinsipnya motor listrik banyak di gunakan
dalam dunia industri dengan beberapa cara pengendalian / pengontrolan, dalam praktikum ini
mahasiswa di kenalkan bagaimna caranya merangkai rangkaian strart stop berjeda waktu
dengan media yg akan di gunakan yaitu lampu dan motor 3 phase. Sebelum melangkah lebih
jauh mahasiswa sebaiknya dapat memahami teory yang akan di praktikan dan dapat
memahaminya serta dapat menganalisanya apabila terjadi kesalahan ataupu trouble yg akan di
hadapi kemudian. Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system
sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi di suatu industri. Control system ini
paling utama yang diperlukan sehingga membuat kita harus faham dan lancar dalam
merencanakan rangkaian. Rangkaian control yang umum digunakan pada industri saat ini
masih menggunakan rangkaian control yang berawal dari rangkaian manual. Adapun jenis
rangkaian control yang selalu dirancang dalam rangkaian manual adalah selalu menggunakan
peralatan peralatan yang bersifat listrik . Rangkaian control atau pengendali harus difahami
mulai dari jenis dan dasar komponen yang digunakan. Dalam desain rangkaian pengendali
dasar atau control system selalu menggunakan kontaktor, timer, overload, mcb dan lain lain
Rangkaian star-delta yang akan di bahas terbagi menjadi 2 yakni Star-Delta otomatis dan StarDelta Manual. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, bahwa yang dimaksud Star-Delta
automatis ialah rangkaian standard umum yang prinsip kerjanya memindahkan hubung Star
ke Delta secara otomatis menggunakan TDR. Dan yang dimaksud dengan rangkaian StarDelta manual ialah, dalam mengubah perubahan Star ke Deltanya kita harus menggunakan
sebuah tombol lagi untuk membuat rangkaian menjadi delta. Tentunya kedua jenis rangkaian
Star Delta tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung oleh jenis
kondisi motor atau pemakaiannya. Bisa jadi kita hanya perlu menggunakan salah satunya
sesuai kebutuhan mesin yang anda gunakan. Khusus bagi yang membutuhkan kedua jenis
Rangkaian Star Delta tersebut (Auto dan Manual) pada kondisi tertentu, terdapat sebuah
rangkaian yang menggabungkan kedua jenis rangkaian star delta yang ada, dan saya
menyebutnya dengan Rangkaian Star Delta Auto Manual. Prinsip kerja rangkaian Star Delta
manual, sama dengan prinsip kerja rangkaian Star Delta automatis dengan timer (TDR) yang
umum ditemui,. termasuk perubahan kontak NO NC nya. Yang membedakan dari rangkaian
Star Delta manual ini hanyalah pada penggunaan DOL (on off) relay yang menggantikan
fungsi timer. Tentu saja sistem DOL relay ini menggunakan sebuah push botton untuk
mengaktifkannya, dan tombol inilah yang nanti berfungsi untuk merubah rangkaian star ke
delta. Klik disini untuk melihat sistem DOL (on off) sebuah rangkaian kontaktor. Apakah
motor listrik yang kita miliki akan di pasang dengan rangkaian Star Delta atau Star saja atau
Delta saja adalah berkaitan dengan sumber listrik yang tersedia dan keterangan (Name Plate)
yang dimiliki oleh motor listrik tersebut. Tujuan dari rangkaian Star Delta pada motor listrik 3
fasa adalah untuk mengurangi nilai arus start yang besarnya sekitar 2 5 kali arus nominal
motor listrik. Berikut ini kami beri gambaran dari beberapa name plate motor listrik 3 fasa
pada tabel dibawah ini, angka pada name plate motor listrik merupakan penjelasan tentang
tegangan kerja kumparan motor jika motor tersebut dihubungkan star atau delta. Besar
tegangan 3 fasa di Indonesia adalah sebesar 380 Volt, sehingga harus kita sesuaikan dengan
name plate motor.

Untuk Name Plate nomor 1, Motor listrik tidak bisa dijalankan dengan sistem rangkaian Star
Delta karena tegangan PLN dengan tegangan motor adalah pada hubungan Star (Bintang)
saja. Semetara jika di hubungkan dengan sistem Delta kemungkinan motor akan terbakar
karena jika di hubungkan dengan tegangan PLN sebesar 380 V otomatis kumparan motor

tidak akan bertahan lama. Untuk Name Plate motor nomor 2 dan 3 motor listrik bisa
dijalankan dengan sistem rangkaian Star Delta justru dianjurkan karena tegangan kumparan
sebesar 660 V, 690 V jika diberikan input tegangan sebesar 380 V maka motor listrik akan
menarik arus menjadi kecil, karena menyesuaikan dengan daya pada motor tersebut. Prinsip
kerja Rangkaian Star Delta sederhana sekali yaitu ketika tombol start di tekan sesaat maka
kondisi star akan aktif, sesaat kemudian kondisi Star akan mati bergantian dengan kondisi
delta yang akan menyala. Perpindahan antara kondisi Star ke Delta di atur waktunya secara
otomatis oleh timer, kurang lebih sekitar 3 detik. Sedangkan tombol stop berfungsi untuk
memutus aliran listrik ke seluruh rangkaian. Rangkaian Star-Delta ialah sirkuit yang paling
sering dipakai buat mengoperasikan motor tiga phase karena memiliki cukup besar daya.
Untuk menggerakkan motor tersebut memang diperlukan daya awal yg besar, serta dengan
jenis rangkaian ini dimana rangkaian star dipakai hingga semuanya menjadi stabil akan
rangkaiannya dirubah jadi delta. Rangkaian Star Delta banyak komponen konektor dan timer.
Timer tersebut dipakai untuk mengatur waktu berubahnya rangkaian dari star menjadi
rangkaian delta, yaitu diantara lima hingga sepuluh detik. Kemudian ada yang namanya
Termal Over-Load Relay atau disingkat TOL. Guna dari Termal Over-Load Relay adalah
untuk memotong rangkaian hingga motor menjadi berhenti jika terjadi kelebihan beban.
Rangkaian Star Delta juga memiliki fungsi lainnya yaitu mengurangi jumlah arus start disaat
motor untuk pertama kalinya dihidupkan. Karena fungsi inilah, star delta paling banyak
digunakan pada system starting di motor-motor listrik. Pemakaian rangkaian ini akan
mengurangi lonjakan arus-listrik pada saat motor di starter. Prinsip kerjanya adalah dengan
membuat star awal menjadi tidak dikenakan tegangan secara penuh, yaitu dengan cara
dihubungkan dengan star. Kemudian saat motor telah berputar serta arus menjadi menurun,
fungsi timer pun berjalan yang akan memindakan dengan otomatis rangkaian menjadi delta.
Dengan berubahnya menjadi delta, maka arus yang melalui motor akan menjadi penuh.
Rangkaian Star Delta adalah rangkaian instalasi motor dengan sambungan bintang segitiga
(Y), atau lebih dikenal dengan nama koneksi Star Delta. Fungsi dari koneksi Star Delta
adalah untuk menurunkan atau mengurangi besarnya arus start motor. Koneksi star delta ini
bisa menurunkan besarnya arus starting motor. Semakin besar tegangan maka arus akan
semakin kecil begitu sebaliknya semakin kecil tegangan maka arus akan semakin besar, hal
ini sesuai dengan hubungan antara daya ( P ), tegangan( V ) , dan arus ( I ). P=V . I . cos
dimana : P = Daya (Watt), V = Tegangan (Volt), I = Arus (Ampere), cos

= Faktor Daya.

Besarnya tegangan(V) line pada sambungan star/bintang (Y) adalah akar 3 . V fasa, dan
besarnya arus line pada sambungan star/bintang sama dengan besarnya arus fasa. Sedangkan
pada sambungan delta/segitiga() tegangan(V) line = V fasa, dan arus(I) line = akar 3 .
arus(I) fasa. Pada hubungan Star memiliki tegangan yang lebih besar dibanding tegangan pada
hubungan Delta. dan tentu sudah terbukti metode starting motor secara star delta dapat
menurunkan besarnya arus start. Melakukan instalasi sesuai standar yang benar itu sangat
penting agar kita tidak dirugikan dengan pemasangan instalasi yang salah/ngawur. Contohnya
pada koneksi delta jika pada pemasangannya kita tidak berhati-hati dan tidak sesuai dengan
standar tentu bisa membuat koneksi motor tersebut kehilangan salah satu fasa (phase loss).
Dan apa akibatnya bila motor 3 fasa dioperasikan dengan kehilangan salah satu fasa?, tentu
saja lilitan motor akan terbakar dalam waktu singkat atau jika anda beruntung mungkin akan
membuat breaker atau protector (overload relay) hanya terjadi trip. Tetapi itu dengan catatan
jika anda memasang atau mengatur breaker dan protector dengan standar yang benar. Tentu
kita tidak ingin kedua hal tersebut terjadi dan merugikan kita. Karena itulah standarisasi SPL
(single point lesson) begitu penting dan selalu terapkan di semua perusahaan. Pemasangan
instalasi motor itu harus sesuai standar yang benar agar tidak terjadi hasil yang tidak
diinginkan seperti lilitan motor terbakar dikarenakan phase loss, hubungan singkat atau sebabsebab lainnya. Khususnya kita harus berhati-hati pada motor yang label terminalnya sudah
hilang atau motor hasil repairan/perbaikan yang mungkin sudah tidak sesuai lagi antara

terminal dan lilitannya. Jadi kita harus bisa tentukan dulu mana U1U2, V1V2, dan W1W2.
Starter wye-delta bekerja dengan dua tahap. Awalnya motor berjalan dengan rangkaian belitan
wye (Y) Setelah beberapa saat, motor melepas rangkaian belita wye dan beroperasi dengan
belitan delta. Jenis kontrol star-delta atau wye-delta cocok digunakan untuk aplikasi yang
membutuhkan arus starting lebih rendah ketimbang saat menggunakan starter DOL. Kerja
rangkaian starter star-delta adalah sebagai berikut: (1) Kondisi OFF. Semua kontaktor belum
aktif dan anak kontaknya masih di posisi normalnya. (2) Kondisi bintang. Kontaktor Utama
K3 dan bintang K1 akan aktif dengan kontaktor delta tidak aktif. Belitan motor akan
terhubung bintang dengan konsumsi arus sekitar 1/3 dari arus DOL. (3) Kondisi terbuka.
Kontaktor utama masih tertutup sedangkan kontaktor delta dan bintang terbuka. Tegangan
sudah ada di salah satu ujung belitan motor (misal: U1, V1, W1) sementara yang lain masih
terbuka sehingga belum ada aliran arus. Motor telah berputar dan beraksi sebagai generator.
(3) Kondisi delta. Kontaktor Utama K1 dan delta K2 aktif sementara kontaktor K1 tidak aktif.
Motor akan terhubung delta mendapatkan tegangan dan daya serta torsi penuh dari supply.
Hubungan bintang delta atau star-delta atau wye-delta ini memang cukup digemari sebagai
pilihan aplikasi yang membutuhkan konsumsi arus yang kecil beberapa saat awal motor
dihidupkan namun memiliki suatu kelemahan yang membuatnya kurang menjadi pilihan
setelah adanya pengembangan reduced voltage starter yang leibh lebih baik seperti soft starter.
Satu-satunya alasan pemilihan jenis starter ini adalah biaya yang lebih murah dibandingkan
reduced voltage starter lainnya. Arus starting motor listrik biasanya adalah sekitar empat
hingga tujuh kali lebih besar dari arus nominalnya. Karena motor listrik membutuhkan torsi
awal yang besar agar dapat melawan inersianya dan inersia bebannya dari keadaan diam.
Torsi adalah proporsional dengan kuadrat fluks. Fluks adalah perbandingan tegangan dan
frekuensi. Tegangan memiliki hubungan sebanding dengan arus. Pada akhirnya, torsi besar
berarti akan membutuhkan konsumsi arus yang besar juga. Berikut adalah pembuktian singkat
mengapa arus starting star-delta lebih kecil daripada saat DOL. Selanjutnya akan kami bahas
mengenai Rangkaian Forward Reverse Motor 3 Fasa. Dari segi bahasa forward-reverse berarti
maju-mundur. Sesuai dengan namanya, kontrol motor ini menawarkan fitur dua arah putaran
motor yaitu searah jarum jam clockwise atau biasa disingkat CW dan berlawanan arah
jarum jam counter-clockwise atau biasa disingkat CCW. Kontrol forward-reverse (untuk
selanjutnya disingkat FR) sering ditemukan pada aplikasi yang membutuhkan dua arah
seperti: conveyor. Pada kasus pembicaraan kali ini kontrol yang dimaksud adalah kontrol
foward-reverse untuk motor arus bolak-balik tiga fasa (misal: motor induksi) yang akan
dikontrol menggunakan rangkaian kontrol forward-reverse. Bagi yang pernah kuliah tentang
motor listrik pasti masih ingat akan bagaimana mengubah putaran. Putaran searah jarum jam
menggunakan urutan standard U-V-W atau L1-L2-L3. Untuk motor 3 fasa kali ini putaran
motor diubah dengan menukar urutan fasa ke motor yaitu menjadi V-U-W. Motor Bolak Balik
ini adalah salah satu kerja motor induksi 3 phasa yang sering digunakan pada mesin mesin
produksi oleh banyak kalangan industri, baik industri kecil maupun industri besar. Secara
spesifik penggunaannya tidaklah terlalu penting, karena mesin mesin produksi terus
mengalami perkembangan dari segi pemanfaatan dan kontruksi mesinnya itu sendiri. Namun
secara prinsipalnya adalah sama, yaitu membolak balikkan arah putaran motor induksi dengan
tombol tombol atau rangkaian interlock tertentu. Jika dalam mengoperasikan Motor Listrik
untuk rangkaian utama forward reverse star delta yang dibenarkan apabila jika telah terjadi
kondisi tertentu misalnya telah terjadi kondisi dengan keadaan Forward maka pengotrolan
harus mengunci rangkain untuk meminimalisir gangguan antar fasa apabila sengaja atau tidak
sengaja mengoperasikan pada hubungan Reverse. Begitu juga sebaliknya jika telah terjadi
pada hubungan reverse pengotrolan harus mengunci rangkaian, walaupun dengan sengaja atau
tidak sengaja mengoperasikan dengan kondisi Forward melainkan salah satu dari Kondisi
forward atau Reverse dalam keadaan tidak Aktif (motor listrik harus dalam Keadaan
berhanti). Prosedur mengoperasikan: (1) MCB diubah pada posisi ON dengan cara
menaikkan lidah MCB ke atas, (2) Tekan tombol FOR maka Motor 3 Fasa akan berputar ke
Kanan, lampu indikator menyala merah, (3) Apabila menginginkan Motor berputar ke

Kiri maka matikan lebih dahulu rangkaian dengan menekan tombol STOP, (4) Tekan
tombol REV maka Motor listrik 3 Fasa akan berputar ke Kiri, lampu indikator hijau
menyala, (5) Untuk mematikan Motor 3 Fasa, tekan tombol STOP. Kejadian khusus dari
Forward Reverse : (1) Bila tombol FOR dan tombol REV ditekan secara bersamaan maka
salah satu tombol yang lebih awal menekan akan bekerja lebih dahulu, karena kecepatan
menekan antara kedua tombol mempunyai jarak waktu 0.02 detik, (2) Pada saat Motor 3 Fasa
sedang berputar ke kanan maka apabila tombol REV ditekan tidak akan dapat
mengoperasikan motor berputar ke kiri, (3) Apabila terjadi short Circuit maka MCB akan
trip. Untuk mengaktifkan kembali reset ke posisi ON, (4) Demikian juga bila terjadi beban
lebih maka Thermal Overload Relay akan Trip dengan ditandai menyala lampu kuning. Dan
untuk mengaktifkan kembali tekan tombol reset.

Anda mungkin juga menyukai