Anda di halaman 1dari 37

 

 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI
 
II.1 Karya Ilmiah Sejenis Sebelumnya
 
Pengendalian motor induksi di industri sangat diperlukan dan mengarah pada
  pengembangan suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan akan pengaturan
  putar motor induksi dengan effisiensi tinggi. Beberapa metode pengaturan
diperlukan untuk menjalankan kecepatan suatu motor AC antara lain pengaturan
 
jumlah kutub stator pada belitan stator motor, pengaturan tegangan yang
  mensuplai belitan motor tersebut pada frekuensi tetap ataupun dengan mengatur
frekuensi kerja motor tersebut dengan tegangan tetap, dan bisa juga dilakukan
 
dengan pengaturan frekuensi dan tegangan secara bersamaan. Pengaturan kutub
pada kondisi operasional kerja motor jelas tidak mungkin karena jumlah kutub
sudah ditentukan pada saat perancangan belitan stator motor sedangkan dengan
hanya mengubah frekuensi sumber saja tidak cukup, karena pengendalian motor
AC harus menjaga keseimbangan kerapatan fluks.

Perancangan sistem yang diusulkan ini merupakan pilihan terbaik dalam sistem
pengendalian motor saat ini yaitu dengan mengendalikan frekuensi dan tegangan
keluaran inverter secara berimbang dan bersama-sama untuk mengendalikan
kecepatan motor induksi. Dalam perkembangan elektronika daya sistem seperti ini
umumnya dinamakan Variable Speed Drive (VSD). Beberapa penelitian tentang
pengaturan kecepatan motor sudah banyak dilakukan antara lain:

1. Haryanto, Heri (2015), “Pengaturan Kecepatan putaran motor induksi ”


pengaturan kecepatan putar motor induksi dilakukan dengan menggunakan
inverter yaitu inverter 1 fasa dengan kendali tegangan dan frekuensi yang
konstan. berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai rata-rata konstanrasio
antara V/f adalah 2,34. Inverter yang dirancang mampu mengatur kecepatan
putar motor induksi dengan baik, rentang pengaturan yang dapat dicapai
sangat lebar yaitu 262 Rpm dengan frekuensi 10 Hz sampai dengan 1826
Rpm pada frekuensi 60 Hz pada keadaan tanpa beban dan penurunan setiap 1
Hz.

4
 

 
2. Ambarita,novenri (2016), “Pengaruh penggunaan inverter Variable Speed
  Drive terhadap kinerja motor induksi” penelitian ini dilakukan untuk

  mengetahui pengaruh penggunaan inverter Variable Speed Drive terhadap


kinerja motor induksi tiga fasa. pengujian dilakukan pada frekuensi 50 hz
 
(frekuensi jala-jala), 30, 35, 40, 45, 50 Hz (frekuensi inverter) dan motor
  dibebani sebesar 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5, 3 Nm. Dari penelitian yang dilakukan
diperoleh kesimpulan antara lain, penggunaan inverter Variable Speed Drive
 
mengakibatkan rugi-rugi motor semakin besar dan motor menghasilkan suara
  yang lebih berisik. Pada frekuensi yang sama (50 Hz) efisiensi motor lebih

  baik saat disuplai langsung dari jala-jala.


3. Huda (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengujian Unjuk Kerja
 
Variable Speed Drive dengan Beban Motor Induksi 3 Fasa 1 HP”
memaparkan bahwa kecepatan motor induksi tiga fasa dapat diubah dengan
cara mengubah nilai frekuensi yaitu dengan menggunakan VSD (Variable
Speed Drive). VSD yang digunakan adalah VSD tipe VF-S9 yang memiliki
daya 1 HP. VSD tersebut diberi beban motor induksi 3 fasa dengan daya 1
HP. Hasil pengujian membuktikan bahwa putaran motor induksi dapat diatur
dengan mengubah frekuensi. Perubahan frekuensi sebanding dengan
perubahan tegangan atau dengan kata lain V/f konstan. Selain itu torsi motor
induksi bernilai konstan dengan mengatur arus yang masuk ke kumparan
stator pada nilai konstan.

Dari beberapa referensi yang telah dibuat tentang pengendalian motor induksi
pompa air bersih menggunakan Variable Speed Drive, maka penulis menjadikan
referensi tersebut sebagai tinjauan pustaka. Penulis melakukan perubahan pada
penggunaan pompa, sensor, sistem kontrol yang berbeda yaitu kontrol secara
manual dan kontrol secara otomatis. Sehingga tidak ada kesamaan dalam
pembuatan Alat Tugas Akhir ini.

II.2 Variabel Speed Drive (VSD)

Terdapat dua cara untuk mengatur kecepatan motor AC, yaitu :

5
 

 
1. Cara tradisional:
  Cara ini pada umumnya lebih menggunakan perangkat mekanik sebagai pengatur

  kecepatan pada motor AC, contohnya adalah:

  i. Menggunakan Gearbox
Gearbox berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu
  bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah
  pergerakan baik putaran maupun pergeseran. Gearbox merupakan suatu alat khus
yang diperlukan untuk menyesuaikan daya atau torsi dari motor yang berputar,
 
gearbox juga adalah alat pengubah daya dari motor yang berputar menjadi tenaga
  yang lebih besar.

  ii. Variabel katrol


Tujuan dari katrol kecepatan variabel adalah untuk mengubah kecepatan poros
yang berputar. Putaran motor (kecepatan) dapat ditingkatkan (dipercepat) atau
diturunkan (diperlambat). Sistem penggerak membutuhkan dua katrol, katrol
kecepatan variabel yang dipasang pada poros penggerak dan katrol berdiameter
tetap yang dipasang pada poros penggerak. Cara kerja katrol kecepatan variabel
memiliki satu atau dua flens yang dapat dipindahkan. Flensa tetap tertutup oleh
tekanan pegas.

iii. Kopel elektromagnetik dan hidrolis

Kopling hidrolik adalah kopling yang bekerja dengan sistem hidrolis. Kopling ini
mengandalkan cairan minyak. Minyak akan ditempatkan pada wadah yang
berputar sehingga minyak akan tersalurkan.

Cara-cara tersebut memiliki kelemahan seperti rentang presisi kecepatan yang


rendah, kontrol kecepatan yang rendah, fungsi yang terbatas serta kemungkinan
peralatan yang kompleks.
2. Cara Modern:

Cara modern dalam mengatur kecepatan motor AC adalah dengan memanfaatkan


bagian elektris dari motor AC, salah satunya dengan mengubah nilai tegangan /
frekuensinya. Pengubahan dilakukan dengan menggunakan Variable Speed Drive.
Dengan menggunakan Variable Speed Drive akan didapat keuntungan seperti torsi

6
 

 
lebih besar, presisi kecepatan, menambah fungsi baru (kemampuan berhubungan
  dengan perangkat lain), menambah kemampuan monitoring dan keamanan yang

  lebih terjaga.

  II.2.1 Pengertian Variabel speed drive

  Variabel speed drive atau bisa disebut dengan inverter adalah peralatan yang
digunakan untuk mengatur kecepatan putaran motor. Penggunaan VSD bisa untuk
 
mengaplikasikan motor AC maupun DC. Akan tetapi istilah inverter sering
  digunakan untuk aplikasi motor AC. Inverter menggunakan frekuensi tegangan
masuk untuk mengatur kecepatan putaran motor. Jadi dengan memainkan
 
perubahan frekuensi tegangan yang masuk pada motor, maka kecepatan putaran
  motor akan berubah. Karena itu inverter disebut juga Variable Speed Drive.
Kecepatan putaran sinkron dapat di ditentukan dengan menggunakan rumus:

ns = 120 . f / p (II.1)

Dimana :
ns = Kecepatan putaran sinkron
120 = Konstanta f = Ferekuensi ( Hz )
P = Jumlah Kutub Motor ( Pole )
Untuk mengubah tegangan AC menjadi DC dibutuhkan penyearah (converter AC-
DC) dan biasanya menggunakan penyearah tidak terkendali (rectifier dioda)
namun juga ada yang menggunakan penyearah terkendali (thyristor rectifier).
Setelah tegangan sudah diubah menjadi DC maka diperlukan perbaikan kualitas
tegangan DC dengan menggunakan tandon kapasitor sebagai perata tegangan.
Kemudian tegangan DC diubah menjadi tegangan AC kembali oleh inverter
dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation). Dengan teknik PWM ini bisa
didapatkan amplitudo dan frekuensi keluaran yang diinginkan. Selain itu teknik
PWM juga menghasilkan harmonisa yang jauh lebih kecil dari pada teknik yang
lain serta menghasilkan gelombang sinusoidal, dimana kita tahu bahwa harmonisa
ini akan menimbulkan rugi-rugi pada motor yaitu cepat panas. Maka dari itu
teknik PWM inilah yang biasanya dipakai dalam mengubah tegangan DC menjadi

7
 

 
AC (Inverter). Pada umumnya VSD (Variable Speed Drive) digunakan untuk
  melakukan berikut ini:

 
1. Menyesuaikan kecepatan pengendali dengan keperluan kecepatan proses.
  2. Menyesuaikan torque (kopel/torsi) pengendali dengan keperluan kopel
proses.
 
3. Menghemat energi dan meningkatkan efisiensi.
 
II.2.2 Prinsip kerja Variable Speed Drive
 

  Prinsip kerja dari Variable Speed Drive dapat dilihat pada Gambar II.1.

Gambar II.1 Prinsip Kerja Variable Speed Drive


1. Tegangan yang masuk dari jala- jala 220/380 volt dan frekuensi 50 Hz
merupakan tegangan arus bolak-balik (AC) dengan nilai tegangan dan
frekuensi yang konstan. Kemudian tegangan dan frekuensi yang masuk
dialirkan ke board rectifier/penyearah DC dan ditampung ke kapasitor bank.
2. Untuk meratakan tegangan DC, maka tegangan dimasukkan ke DC link.
Komponen yang terdapat pada DC link berupa kapasitor atau induktor.
3. Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC
kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang
komponen utamanya adalah Semikonduktor aktif seperti IGBT. Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah
dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

8
 

 
II.2.3 Jenis – jenis Variable Speed Drive
  1. Variable Voltage Inverter (VVI)

 
Jenis inverter ini menggunakan konverter jembatan SCR untuk mengubah
  tegangan input AC ke DC. SCR adalah komponen elektronika daya yang memiliki
kemampuan untuk mengatur nilai tegangan DC mulai dari 0 hingga mendekati
 
600 VDC. Induktor L1 sebagai choke dengan kapasitor C1 membentuk bagian
  dengan istilah DC-link yang membantu memperhalus kualitas tegangan DC hasil
konversi. Bagian inverter sendiri terdiri dari kumpulan divais penyaklaran seperti:
 
thyristor, transistor bipolar, MOSFET atau IGBT. Gambaran berikut
  menunjukkan inverter yang menggunakan transistor bipolar. Pengatur logika,

  biasanya dalam bentuk kartu elektronik, yang memiliki komponen utama sebuah
mikroprosesor akan mengatur kapan waktu transistor-transistor inverter hidup
atau mati untuk menghasilkan tegangan dan frekuensi yang bervariasi untuk
dilanjutkan ke motor sesuai bebannya.

Rangkaian didalam Variable Voltage Inverter (VVI) dapat dilihat pada Gambar
II.2.

Gambar II. 2 Variable Voltage Inverter Circuit


Tipe inverter ini menggunakan enam langkah untuk menyelesaikan satu putaran
360° (6 langkah masing-masing 60°). Oleh karena hanya enam langkah, inverter
jenis ini memiliki kekurangan yaitu torsi yang pulsatif (peningkatan/penurunan
nilai yang mendadak) setiap penyaklaran terjadi. Dan ini dapat ditemui pada

9
 

 
operasi kecepatan rendah seiring variasi putaran motor. Istilah teknis dari putaran
  yang bervariasi ini adalah cogging. Selain itu, bentuk gelombang sinyal keluaran

  yang tidak sinusoidal sempurna mengakibatkan pemanasan berlebih di motor yang


mengakibatkan motor mesti dijalankan di bawah nilai rating-nya.
 
2. Current Source Inverter (SCI)
 
Jenis inverter satu ini menggunakan SCR untuk menghasilkan tegangan DC-link
 
yang bervariasi untuk suplai ke bagian inverter yang juga terdiri dari SCR untuk
  menyaklarkan keluaran ke motor. Beda dengan VVI yang mengontrol tegangan,
CSI justru mengontrol arus yang akan disuplai ke motor. Karena inilah pemilihan
 
motor haruslah hati-hati agar cocok dengan drive. Gambar II.3 menunjukan
  skematik inverter sumber arus.

Gambar II. 3 Current Source Inverter Schematic


Percikan arus akibat proses penyaklaran dapat dilihat pada keluaran jika kita
mengukurnya menggunakan osciloscope. Pada kecepatan rendah sifat arus yang
pulsatif dapat mengakibatkan motor tersendat.

3. Pulse Width Modulation (PWM)

Teknik penyaklaran satu ini memberikan output yang lebih sinusoidal


dibandingkan dua jenis inverter sebelumnya. Drive yang menggunakan PWM
terbukti lebih efisien dan memberikan tingkat performa yang lebih tinggi. Sama
seperti VVI, sebuah PWM juga terdiri atas rangkaian konverter, DC link, control

10
 

 
logic dan sebuah inverter. Biasanya konverter yang digunakan adalah tipe tidak
  terkontrol (dioda biasa) namun juga ada yang menggunakan setengah terkontrol

  atau kontrol penuh. Skematik PWM dapat dilihat pada gambar II.4.

  Gambar II. 4 PWM Drive Basic Schematic

Untuk bagian inverter, rangkaian PWM di atas menggunakan divais elektronika


daya “Insulated Gate Bipolar Transistor” (IGBT ). IGBT memiliki kemampuan
penyaklaran yang sangat tinggi hingga ribuan kali perdetik dimana dapat aktif
kurang dari 400 nano detik dan mati dalam waktu 500 nano detik. IGBT dibangun
oleh sebuah gate, colector dan emiter. Saat gate diberikan tegangan positif, arus
akan mengalir melalui colector dan emiter. IGBT akan mati saat tegangan positif
dihilangkan dari gate. Selama kondisi mati, tegangan gate IGBT akan ditahan
pada nilai tegangan negatif yang kecil untuk mencegah agar tidak hidup dengan
sendirinya. Simbol IGBT dapat dilihat pada Gambar II.5.

Gambar II. 5 Insulated Gate Bipolar Transistor


Sebagai catatan, amplituda tegangan dapat kita mainkan dengan mengatur durasi
hidupnya. Untuk frekuensi rendah yang membutuhkan tegangan rendah, durasi ini

11
 

 
akan diperpendek hingga pembentukan arus dan tegangan motor akan lambat.
  Dengan memperpanjang durasi penyaklaran, pembentukan arus dan tegangan

  akan cukup lama hingga mencapai nilai yang maksimal dibandingkan waktu yang
lebih pendek. Dengan banyaknya inverter akan menghasilkan step yang lebih
 
halus sehingga fungsi filter dapat diminimalisasikan. Walaupun demikian
  kelemahan sistem inverter ini adalah dengan banyaknya inverter yang digunakan
akan menghasilkan sinyal sinus yang baik namun biaya yang dibutuhkan untuk
 
membuat inverter ini menjadi berlipat-lipat tergantung dari jumlah inverter yang
  digunakan. Yang menjadi titik berat pada tipe inverter ini adalah pada bagian

  osilator dan kontrolnya karena pada bagian ini akan menghasilkan trigger- trigger
bagi SCR-SCR yang berfungsi sebagai inverter tersebut dengan perioda yang
 
disesuaikan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat membentuk
sinyal stair case up/down dengan frekuensi yang sesuai dengan frekuensi yang
diinginkan.

Pengaturan lebar pulsa modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik yang
digunakan dalam sistem kendali (control system) saat ini. Pengaturan lebar
modulasi dipergunakan di berbagai bidang yang sangat luas, salah satu
diantaranya adalah speed control (kendali kecepatan). Modulasi lebar pulsa
(PWM) diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak yang mana siklus
kerja (duty cycle) gelombang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan sebuah
tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai rata-rata dari gelombang
tersebut. Bentuk gelombang dapat dilihat pada Gambar II.6.

Gambar II. 6 Gelombang PWM

12
 

 
II.2.4 Pengaturan Frekuensi pada Variable Speed Drive (VSD)
 
Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui keypad (local),
  dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan preset

  memori. Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang
sesuai. Beberapa parameter yang umum dipergunakan adalah sebagai berikut:
 
1. Display : Untuk mengatur parameter yang ditampilkan.
  2. Control : Untuk menentukan jenis control local/remote.

  3. SpeedControl : Untuk menentukan jenis control frekuensi.


4. Voltage : Tegangan Supply Inverter.
 
5. BaseFreq. : Frekuensi tegangan supply.
  6. LowerFreq. : Frekuensi operasi terendah.
7. UpperFreq. : Frekuensi operasi tertinggi.
8.Stopmode : Stop dengan brake dan penurunan frekuensi.
9. Acceleration : Setting waktu Percepatan.
10. Deceleration : Setting waktu Perlambatan.
11. Overload : Setting pembatasan arus.
12. Lock : Penguncian setting program.
Jika beban motor memiliki inertia yang tinggi maka perlu diperhatikan beberapa
hal dalam acceleration dan deceleration. Untuk acceleration/percepatan akan
memerlukan torsi yang lebih, terutama pada saat start dari kondisi diam. Pada saat
deceleration/perlambatan, energi inertia beban harus didisipasi/dibuang. Untuk
perlambatan dalam waktu singkat atau pengereman, maka energi akan
dikembalikan ke sumbernya. Motor dengan beban yang berat pada saat dilakukan
pengereman akan berubah sifat menjadi “generator”. Jadi energi yang kembali ini
akan masuk ke dalam DC Bus Inverter dan terakumulasi di sana karena terhalang
oleh rectifier sebagai pengamanan, inverter akan trip jika level tegangan DC Bus
melebihi batas yang ditoleransi. Untuk mengatasi trip nya inverter dalam kondisi
ini diperlukan resistor brake. Resistor brake akan membuang tegangan yang lebih
dalam bentuk panas. Besar kecilnya resistor brake ini sangat tergantung dengan
beban dan siklus kerja inverter.

13
 

 
II.2.5 Pengontrolan Variable Speed Drive (VSD)
 
Kontrol start/stop pada pengendalian Variable Speed Drive dapat direalisasikan
  dalam beberapa cara yaitu:

  1. Pengontrolan dengan sistem manual

  2. Pengontrolan dengan sistem otomatis


Pengontrolan Variable speed drive manual ini dapat dilakukan dengan tombol
 
tekan start dan stop yang dihubungkan dengan cara penggawatan langsung pada
  terminal control inverter VSD seperti yang ditunjukan pada gambar 2.7. Alternatif
lain jika pengontrolan dari peralatan yang terpisah atau dari jarak jauh dapat
 
dilakukan dengan menggunakan PLC, ini dapat dilakukan penggawatan secara
  langsung dari PLC ke terminal inverter VSD seperti yang ditunjukan pada gambar
2.8.

Gambar II. 7 Pengawatan Sistem Kontrol Manual

14
 

Gambar II. 8 Pengawatan Sistem Kontrol Otomatis

II.2.6 Pemilihan Variable Speed Drive

Berikut adalah langkah-langkah pemilihan VSD:


1. Menetapkan spesifikasi awal untuk aplikasi drive
Untuk memilih kombinasi motor dan VSD yang tepat, informasi berikut
sebaiknya tersedia:
i. Tegangan (Volt) dan frekuensi (Hz) sumber listrik.
ii. Kecepatan (rev/min).
iii. Nilai percepatan yang dibutuhkan.
2. Memilih VSD yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.
Dalam pemilihannya faktor-faktor berikut patut dipertimbangkan :
i. Tegangan dan frekuensi suplai listrik.

ii. Nilai arus listrik motor.

iii. VSD yang dipilih memiliki nilai arus listrik yang lebih tinggi dengan nilai
arus listrik motor.

iv. Daya pada motor.

15
 

 
II.3 Motor Induksi
  II.3.1 Pengertian Motor Induksi

 
Motor listrik adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi
  listrik menjadi energi gerak (mekanik). Energi mekanik ini digunakan untuk
kebutuhan beban seperti, memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan
 
kompresor, mengangkat bahan dan lain–lain. Bagian pada motor induksi dapat
  dilihat pada Gambar II.9.

Gambar II. 9 Motor Induksi (automated buildings)

Motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
yang berupa tenaga putar. Motor listrik terdiri dari dua bagian yang sangat penting
yaitu stator atau bagian yang diam dan rotor atau bagian berputar. Pada motor AC,
kumparan rotor tidak menerima energi listrik secara langsung, tetapi secara
induksi seperti yang terjadi pada energi kumparan transformator. Oleh karena itu
motor AC dikenal dengan motor induksi. Dilihat dari kesederhanaannya,
konstruksinya yang kuat dan kokoh serta mempunyai karekteristik kerja yang
baik, motor induksi tiga fasa yang cocok dan paling banyak digunakan dalam
bidang industri.

Motor asinkron atau biasa disebut motor induksi merupakan motor yang paling
umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena
rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat langsung

16
 

 
disambungkan ke sumber daya AC. Motor induksi memiliki dua komponen listrik
  utama yaitu :

  1. Stator

  Stator merupakan bagian dari mesin yang tidak berputar. Stator dibuat dari
sejumlah kumparan dengan slots sebagai tempat gulungan tiga fasa. Gulungan-
 
gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub tertentu. Gulungan diberi spasi
  geometri sebesar 120 derajat.

  2. Rotor
Bagian rotor merupakan bagian yang berputar. Ada 2 jenis rotor motor induksi:
 
i. Rotor sangkar terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam
 
petak – petak slots paralel. Batang–batang tersebut dihubungkan padakedua
ujungnya dengan menggunakan ring. Sebagian besar rotor motor induksi
yang digunakan adalah jenis rotor sangkar tupai (squirrel cage).
ii. Rotor belitan (wound rotor) memiliki gulungan tiga fasa, lapisan ganda dan
terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator.
Jenis rotor pada motor induksi dapat dilihat pada Gambar II.10.

Gambar II. 10 Rotor motor induksi

Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu motor induksi
satu fasa dan tiga fasa. Motor induksi satu fasa hanya memiliki satu gulungan
stator, beroperasi dengan sumber daya satu fasa. Sejauh ini motor induksi satu
fasa merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah

17
 

 
tangga, seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk
  penggunaan dari 3 sampai 4 Hp.

  Sedangkan motor induksi tiga fasa memiliki medan magnet yang berputar yang

  dihasilkan oleh sumber daya tiga fasa yang seimbang. Motor ini memiliki
kemampuan daya yang tinggi dan dapat melakukan penyalaan sendiri.
 
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis motor ini,
  sebagai contoh penggunaan motor induksi tiga fasa ini biasanya digunakan untuk
memutar pompa, kompresor, belt conveyor, chain hoist dan grinder. Motor
 
induksi tiga fasa ini tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan HP.
 
Penggunaan motor induksi yang banyak dipakai di kalangan industri mempunyai
  keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

1. Mempunyai konstruksi yangsederhana.


2. Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang
lainnya.
3. Menghasilkan putaran yangkonstan.
4. Mudahperawatannya.
5. Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerakmula.
6. Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisadikurangi.
Namun disamping hal tersebut diatas, terdapat pula faktor – faktor kerugian yang
tidak menguntungkan dari motor induksi yaitu sebagai berikut :

1. Putarannya sulit diatur.


2. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor.
3. Pengaturan kecepatan dari motor induksi sangat mempengaruhi effisiensinya.
4. Kecepatan motor induksi akan menurun seiring dengan bertambahnya beban,
tidak seperti motor DC atau motor shunt.
5. Kopel awal mutunya rendah dibandingkan dengan motor DC.

II.3.2 Prinsip Kerja Motor Induksi

Pada dasarnya ada beberapa prinsip penting pada motor induksi yaitu :

1. Apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan pada kumparan sinkron


maka akan timbul medan putar dengan kecepatan sinkron (ns).

18
 

 
2. Medan putar sinkron tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
  3. Akibatnya pada kumparan rotor timbul induksi (ggl) sebesar :

  E2 =4,44.f2.N2.ɸm (II.2)

  4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan
menghasilkan arus.
 
5. Adanya arus didalam medan magnet menimbulkan gaya pada motor.
 
6. Kopel mula dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul
  kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar sinkron.
7. Tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor oleh medan
 
putar stator. Tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara
  kecepatan medan putar sinkron (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).
8. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s) dinyatakan dengan:
ns – nr
S= x 100% (II.3)
Ns

9. Bila nr = ns , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel
motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
Pada saat kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan medan putar stator,
tegangan induksi tidak ada dan arus rotor tidak timbul, sehingga torsi tidak
dihasilkan. Gambar II.11 menunjukan grafik torque-speed motor induksi AC tiga
fasa. Pada saat motor mulai menyala terdapat arus nyala awal (starting) yang
tinggi dan torque yang rendah (pull-up torque). Saat mencapai 80% kecepatan
penuh, torque berada pada tingkat tertinggi (pull-out torque) dan arus mulai turun.
Dan pada kecepatan penuh atau kecepatan sinkron, arus stator dan torque turun ke
nol.

Gambar II. 11 Grafik torque-speed motor induksi AC 3-fasa

19
 

 
II.4 Pompa
  II.4.1 Pengertian Pompa dan Klasifikasi Pompa

  Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang digerakkan oleh suatu sumber tenaga
yang digunakkan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat
 
lain, dimana cairan tersebut hanya mengalir apabila terdapat perbedaan tekanan.
  Pompa juga dapat diartikan sebagai alat untuk memindahkan energi dari suatu
pemutar atau penggerak ke cairan ke bejana yang bertekanan yang lebih tinggi.
 
Selain dapat memindahkan cairan, pompa juga berfungsi untuk meningkatkan
  kecepatan, tekanan, dan ketinggian cairan.

 
Pompa diklasifikasikan menurut prinsip dan cara kerjanya. Pompa tersebut secara
  umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu pompa positive displacement dan
pompa dinamic pump. Selanjutnya diklasifikasikan lagi jenis pompa menjadi
pompa reciprocating, rotary, sentrifugal, aksial dan spesial effect. Untuk pompa
jenis rotary memilki beberapa tipe yaitu gear pump, screw pump, dan rotary vane
pump. Dan untuk pompa jenis spesial effect memiliki beberapa tipe yaitu pompa
jet eductor, gas lift pump, hydraulic pump dan pompa electromagnetic.

1. Pompa Positive Displacement

Pompa Positive Displacement bekerja dengan memberikan gaya tertentu pada


volume fluida tetap dari sisi inlet menuju sisi outlet pompa. Kelebihan dari
penggunaan pompa jenis ini adalah dapat menghasilkan power density (gaya per
satuan berat) yang lebih berat. Dan juga memberikan perpindahan fluida yang
tetap atau stabil di setiap putarannya.

a. Pompa Reciprocating

Pada pompa jenis reciprocating, sejumlah volume fluida masuk kedalam silinder
melalui valve inlet pada saat langkah masuk dan selanjutnya dipompa keluar
dibawah tekanan positif melalui valve outlet pada langkah maju.

Kelebihan Pompa Reciprocating:

20
 

 
1. Mempunyai tekanan yang tinggi, sehingga bisa dioperasikan pada sistem
  dengan head yang tinggi.

 
Kekurangan pompa reciprocating:
 
1. Aliran tidak kontinyu (berpulsa).
 
2. Aliran tidak steady.
  3. Apabila perpindahan dilakukan oleh maju mundurnya jarum piston, pompa
ini hanya digunakan untuk pemompaan cairan kental dan sumur minyak.
 

  b. Pompa Rotary

  Pompa rotary adalah pompa yang menggerakkan fluida dengan menggunakan


prinsip rotasi. Vakum terbentuk oleh rotasi dari pompa dan selanjutnya menghisap
fluida masuk. Sebuah pompa rotary yang simpel dimana fluida ditekan dengan
menggunakan dua roda gigi. Prinsip kerjanya saat antar roda gigi bertemu terjadi
penghisapan fluida kemudian berputar dan diakhiri saat roda gigi terpisah
sehingga fluida terlempar keluar.

Keuntungan Gear Pumps:

1. Self priming (menghisap sendiri).


2. Kapasitas konstan pada putaran tertentu.
3. Aliran hampir kontinyu.
4. Arah pemompaan dapat dibalik.
5. Ringan, menghemat tempat.
6. Dapat memompa cairan yang mengandung uap dan gas.

Kekurangan Gear Pumps:

1. Cairan harus relatif bersih.


2. Poros harus diberi seal.
3. Clearence antar bagian-bagian yang berputar harus sekecil-kecilnya.
4. Tidak diijinkan fluida benda padat.

21
 

 
c. Pompa Screw
 
Pompa ini menggunakan dua ulir yang bertemu dan berputar untuk menghasilkan
 
aliran fluida sesuai dengan yang diinginkan. Pompa screw ini digunakan untuk
  menangani cairan yang mempunyai viskositas tinggi, heterogen, sensitif terhadap
geseran dan cairan yang mudah berbusa. Cara kerja screw pumps adalah zat cair
 
masuk pada lubang isap, kemudian ditekan di ulir yang mempunyai bentuk
  khusus. Dengan bentuk ulir tersebut, zat cair masuk ke ruang antara ulir-ulir,
  ketika ulir berputar, zat cair terdorong ke arah lubang pengeluaran.

  Keuntungan Screw Pumps:

  1. Efisiensi total tinggi.


2. Kemampuan hisap tinggi.
3. Aliran konstan dan lancar.
4. Desain sederhana.
5. Pompa dapat beroperasi tanpa valve.

Kekurangan Screw Pumps:

1. Harga relative lebih mahal.


2. Untuk tekanan tinggi, memerlukan elemen pompa yang panjang.
3. Desain dilengkapi dengan sebuah screw pemaksa dan gurdi (bor).
4. Dilengkapi dengan hopper dengan panjang hingga 3 meter.

d. Pompa Vane Rotary

Vane rotary pump memiliki prinsip yang serupa dengan kompresor scroll, yang
menggunakan rotor silindrik yang berputar secar harmonis menghasilkan tekanan
fluida tertentu. Prinsip kerjanya baling-baling menekan lubang rumah pompa oleh
gaya sentrifugal bila motor diputar. Fluida yang terjebak diantara dua bolang-
baling dibawa berputar dan dipaksa keluar dari sisi buang pompa.

Keutungan Rotary Vane Pumps:

1. Mengkompensasi keausan melalui perpanjangan baling-baling.

22
 

 
Kerugian Rotary Vane Pumps:
 
1. Tidak cocok untuk fluida dengan viskositas tinggi.
 
2. Tidak cocok untuk tekanan yang tinggi.
 
2. Pompa Dinamik
 
a. Pompa Sentrifugal (pompa rotor-dinamik)
 

  Pompa sentrifugal lihat merupakan peralatan dengan komponen yang paling


sederhana pada pembangkit. Tujuannya adalah mengubah energi penggerak utama
 
(motor listrik atau turbin) menjadi kecepatan atau energi kinetik dan kemudian
  enegi tekan pada fluida yang sedang dipompakan. Perubahan energi terjadi karena
dua bagian utama pompa, impeller dan volute atau difuser. Impeller adalah bagian
berputar yang mengubah energi dari penggerak menjadi energi kinetik. Volute
atau difuser adalah bagian tak bergerak yang mengubah energi kinetik menjadi
energi tekan.

b. Pompa Aksial

Pompa aksial lihat adalah salah satu pompa yang berfungsi untuk mengalirkan
fluida dari potensial rendah ke potensial yang lebih tinggi dengan menggunakan
gerak putaran dari blades dan mempunyai arah aliran yang sejajar dengan sumbu
porosnya. Prinsip kerja pompa aksial adalah energi mekanik yang dihasilkan oleh
sumber penggerak ditansmisikan melalui poros impeller untuk menggerakkan
impeller pompa. Putaran impeller memberikan gaya aksial yang mendorong fluida
sehingga menghasilkan energi kinetik pada fluida kerja tersebut.

3. Pompa Special-Effect
a. Pompa Jet-Eductor (injector)

Pompa Jet-Eductor (injector) adalah sebuah pompa yang menggunakan efek


venturi dan nozzle konvergen-divergen untuk mengkonversi energi tekanan dari
fluida bergerak menjadi energi gerak sehingga menciptakan area bertekanan
rendah, dan dapat menghisap fluida di sisi suction. Prinsip kerja pompa Jet-

23
 

 
Eductor menggunakan nozzle yang bekerja sesuai efek venturi sehingga
  mengkonversi energi tekan pada fluida menjadi energi gerak dan sisi suction

  (hisap) bertekanan rendah dan sehingga fluida dapat mengalir.

  b. Pompa Gas Lift

 
Gas Lift Pump adalah salah satu bentuk sistem pengangkatan buatan yang lazim
  digunakan untuk mengangkut fluida dari sumur-sumur minyak bumi. Sistem ini
bekerja dengan menginjeksikan gas bertekanan tinggi kedalam anulus (ruang
 
antara tubing dan casing), dan kemudian kedalam tubing produksi sehingga
  terjadi proses aerasi (aeration) yang mengakibatkan berkurangnya berat kolom
fluida dan tubing. Sehingga tekanan recervoir mampu mengalirkan fluida dari
 
lubang sumur menuju fasilitas produksi dipermukaan.

Kelebihan Gas Lift Pump:

1. Umur peralatan lebih lama.


2. Biaya operasi lebih kecil.
3. Gas Lift tidak dipengaruhi oleh desain sumur.

Kekurangan Gas Lift Pump:

1. Gas harus tersedia


2. Sentralisasi kompresor sulit untuk sumur-sumur dengan jarak jauh.
3. Gas injeksi yang tersedia sangat korosif, kecuali diolah sebelum digunakan.

c. Pompa Hydraulic Ram

Pompa Hydraulic Ram adalah pompa air siklik dengan menggunakan tenaga hidro
(hydropower). Prinsip kerja dari Hydraulic Ram adalah dengan menggunakan
energi kinetik dari cairan dan energi tersebut diubah menjadi energi tekan dengan
memberikan tekanan dengan tiba-tiba.

Kelebihan pompa Hydraulic Ram:

1. Bisa beropeasi tanpa bantuan energi listrik atau BBM.

24
 

 
Kekurangan pompa Hydraulic Ram:
 
1. Klep pembuangan membuka karena beban klep terlalu ringan
 
2. Klep pembungan menutup karena beban klep berlebihan.
  3. Perawatan harus rutin.
4. Masih tergantung dari keadaan alam yang berubah-ubah.
 

  d. Pompa Elektromagnetik

  Pompa elektromagnetik adalah pompa yang menggerakkan fluida logam dengan

  jalan menggunakan gaya elektromagnetik. Prinsip kerja nya menggerakan fluida


dengan gaya elektromagnetik yang disebabkan medan magnetik yang dialirkan.
 
Keuntungan pompa elektromagnetik:

1. Tidak memiliki bagian yang bergerak, ventilasi, seal dan lainnya.


2. Tidak bersuara dan bergetar.
3. Kinerjanya tidak habis dimakan waktu.
4. Menghasilkan output yang besar dengan input yang kecil.

Kekurangan pompa elektromagnetik:

1. Membutuhkan persyaratan yang tinggi.

II.4.2 Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal adalah suati mesin kinetis yang mengubah energi mekanik
menjadi energi fluida menggunakan gaya sentrifugal. Pompa merupakan
salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu
tempat ke tempat yang diinginkan. Pompa memiliki dua kegunaan utama :

1. Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya

2. Mensirkulasikan cairan sekitar sistem (misalnya air pendingin atau


pelumas yang melewati mesin-mesin dan peralatan).

25
 

 
II.4.3 Bagian Utama Pompa Sentrifugal
 
Bagian utama dari pompa sentrifugal dapat dilihat pada gambar II.12.
 

Gambar II. 12 Bagian-bagian pada pompa


Keterangan :
1. Valve adalah bagian impeller yang berfungsi sebagai tempat berlalunya
cairan pada impeller.
2. Packing digunakan untuk mencegah dan mengurangi kebocoran cairan dari
casing pompa yang berhubungan dengan poros, biasanya terbuat dari asbes
atau teflon
3. Shaft atau Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak
selama beroperasi dan tempat tumpuan impeller dan bagian-bagian lainnya
yang berputar.
4. Discharge nozzle adalah bagian dari pompa yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya fluida hasil pemompaan.
5. Casing merupakan bagian luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen di dalamnya.
6. Impeller berfungsi untuk mengubah enerrgi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan/fluida yang dipomparan secara kontinyu,
sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi
kekosongan akibat perpindahan dari cairan/fluida yang masuk sebelumnya.

26
 

 
7. Bearing atau Bantalan berfungsi untuk menumpu atau menahan beban dari
  poros agar dapat berputar. Bearing juga berfungsi untuk memperlancar

  putaran poros dan menahan poros agar tetap pada tempatnya, sehingga
kerugian gesek dapat diperkecil.
 
8. Eye of impeller adalah bagian masuk pada arah hisap impeller.
  II.4.4 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
 
pompa menggunakan prinsip gaya sentrifugal dimana terdapat benda berputar
  maka akan menghasilkan gaya ke arah luar sebagai fungsi massa benda, kecepatan
putar dan jari-jari kelengkungan. Secara detail, berikut adalah proses kerja yang
 
terjadi pada pompa sentrifugal:
 
1. Fluida memasuki pompa lalu dialirkan dari suction nozle menuju impeler.
Dalam keadaan awal masuk, fluida masih dalam tekanan atmosfer.
2. Kecepatan putar dari impeller memberikan gaya sentrifugal pada fluida. Gaya
tersebut akan menggerakkan fluida sepanjang impeller vane (baling-baling
impeller) dan keluar menuju sisi sempit dimana fluida memiliki gaya yang
melawan dinding volute yang kemudian keluar melalui discharge nozzle.
3. Karena terjadi reduksi tekanan pada saat fluida masuk, maka fluida dialirkan
ke pompa harus pada kondisi yang kontinu.
4. Bentuk dari volute yang semakin melebar ketika menuju discharge nozzle
dari pada posisi awal fluida memasuki volute. Ketika fluda dari impeller
menabrak sisi volute maka kecepatan dari fluida tersebut akan meningkat.
Percepatan yang terjadi pada kondisi ini sangat berhubungan dengan energi
kinetiknya.
5. Kemudian bentuk volute yang lebar pada posisi keluar fluida dari impeller
akan memperlambat gerakan dari fluida. Sesaat ketika fluida mencapai poisisi
akhir volute, energi kinetik akan ditransformasikan menjadi tekanan. Tekanan
ini lah yang akan menggerakkan fluida keluar dari pompa melalui discharge
nozzle yang kemudian mengalir menuju pipa keluaran.

27
 

 
II.4.5 Sistem Pemompaan
 
Komponen utama sistem pemompaan dapat dilihat pada Gambar II.13.
 

Gambar II. 13 Sistem pemompaan

Komponen utama sistem pemompaan adalah:


1. Pompa
2. Mesin penggerak : motor listrik, mesin diesel atau sistem udara
3. Pipa, digunakan untuk membawa fluida
4. Valve, digunakan untuk mengendalikan aliran dalam sistem
5. Sambungan, pengendalian dan instrumentasi lainnya
6. Peralatan pengguna akhir, yang memiliki berbagai persyaratan (misalnya
tekanan aliran) yang menentukan komponen dan susunan sistem pemompaan.
II.5 Flow Meter
II.5.1 Pengertian Flow Meter Turbin
Flow meter turbin merupakan flow meter yang bekerja karna adanya putaran
aksial oleh baling-baling yang berputar pada shaft sebagai poros putaran. Putaran
ini dihasilkan oleh adanya aliran fluida baik gas maupun cairan yang melewati
blade yang berbentuk baling-baling yang bisa menyebabkan turbin berputar,
putaran turbin tersebut dibaca sebagai kecepatan aliran yang dihitung terhadap
perluasan permukaan tabung flow meter, jadi semakin cepat turbin berputar maka
kecepatan aliran dinilai semakin besar.

28
 

 
Pengukuran flow rate cukup akurat pada kondisi kerja normal dimana tidak ada
  udara yang terjebak dalam aliran fluida. Jika terdapat udara pada aliran fluida

  maka akurasi dari flow meter turbin menjadi tidak akurat. Bagian pada turbin
meter dapat dilihat pada Gambar II.14.
 

Gambar II. 14 Bagian-bagian turbin meter


bagian – bagian dari turbin meter :

1. Body turbine meter


2. Straightening vane
3. Turbine wheel
4. Magnetic copling
5. Totaliser counter
II.5.2 Prinsip Kerja Flow Meter Turbin

Gambar II.15 menunjukan prinsip kerja flow meter turbin.

Gambar II. 15 Prinsip kerja flow meter turbin

29
 

 
Prinsip kerja turbin meter adalah ketika fluida gas mengalir melalui pipa
  diasumsikan profil aliran yang diinginkan bergerak seragam dengan kecepatan

  terbesar dekat pusat pipa profile aliran swirl turbulensi dan asimetri yang tidak
dikehendaki sebelum gas mencapai rotating turbin. Fluida gas melalui meter
 
berbenturan dengan turbin blade yang bebas berputar pada suatu poros sepanjang
  garis pusat dari turbin housing. Dynamic force dari gas yang mengalir
menyebabkan rotor berputar. Turbin wheel dipasang di shaft utama dengan
 
bantalan khusus, presisi dan friksinya rendah. Turbin wheel mempunyai helical
  blades yang besudut tertentu dengan arah flow. Gas terkondisi dan terakselerasi

  menggerakan turbin wheel dengan angular velocity yang proporsional dengan gas
velocity. Rotasi turbin wheel pada akhirnya menggerakan mechanical counter di
 
index head yang dihubungkan secara mekanis. Rotasi turbin wheel . juga bisa
menggerakan pulse transmitter dan menghasilkan pulsa untuk setiap putaran
turbin blade. Dengan mengakumulasikan pulsa maka total volume dari fluida
dapat dihitung.

II.6 MCB
II.6.1 Pengertian MCB
MCB adalah pengaman rangkaian yang dilengkapi dengan pengaman thermis
(bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik
untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit
satu phasa dan tiga phasa. Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara
termis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus
beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan
jika terjadi hubung singkat.
Termis, prinsip kerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan dua jenis
logam yang koefisien jenisnya berbeda. Jika arus yang melalui bimetal tersebut
melebihi arus nominal yang diperkenankan maka bimetal tersebut akan
melengkung dan memutuskan aliran listrik Magnetik, prinsip kerjanya adalah
memanfaatkan arus hubung singkat yang cukup besar untuk menarik sakelar
mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetis.

30
 

 
Penentuan MCB ditentukan berdasar PUIL 2011 ayat 433.1 yaitu tentang
  koordinasi antara konduktor dan gawai proteksi hubung pendek (GPHP). Secara

  matematis dapat ditentukan dengan persamaan berikut :


𝐼𝑏 ≤ 𝐼𝑛 ≤ 𝐼𝑧 (II-4)
 
𝐼2 ≤ 1,45 𝑥 𝐼𝑧 (II-5)
 
Ib: arus desain untuk sirkit tersebut
  Iz: KHA kontinu kabel
In: arus pengenal gawai proteksi
 
I2 : arus operasi efektif gawai proteksi dalam waktu konvensional.
 

Gambar II. 16 MCB 3 Phase dan 1 Phase

Adapun untuk lebih memahami tentang spesifikasi dan karakteristik MCB, kita
dapat menguraikan data yang terdapat pada nameplate MCB. Dapat dilihat pada
gambar II.17 contoh nameplate yang tertera pada MCB.

Keterangan :
1. Kode Pabrikan model MCB
2. Jenis Tripping curve MCB
3. Rating arus pengaman MCB
4. Tegangan kerja MCB
5. Breaking Capacity MCB
6. Standar MCB
7. Simbol proteksi MCB
8. Karakteristik arus MCB

Gambar II. 17 Nameplate MCB

31
 

 
II.6.2 Kurva Karakteristik Pemutusan
  Kurva karakteristik pemutusan MCB mempengaruhi kecepatan pemutusan

  magnetik atau magnetic tripping (Im) ketika terjadi hubung singkat. Jika mengacu
pada standar PUIL 2011 [6], kurva karakteristiknya terbagi menjadi tiga kurva
 
yaitu kurva B, C, dan D.
  1. Kurva B
Miniature Circuit Breaker (MCB) jenis ini biasanya digunakan untuk kontrol dan
 
proteksi baik di industri maupun di perumahan. Karakteristik dari jenis ini
  memiliki magnetic trip 3-5 x In, maksudnya untuk perumahan dengan besar arus

  tiga sampai lima kali arus nominal akan membuat MCB (Miniature Circuit
Breaker) bekerja.
 
2. Kurva C
Miniature Circuit Breaker (MCB) jenis ini biasanya digunakan untuk kontrol dan
proteksi baik di industri maupun di perumahan. Karakteristik dari jenis ini
memiliki magnetic trip 5-10 x In, maksudnya untuk perumahan dengan besar arus
lima sampai sepuluh kali arus nominal akan membuat MCB (Miniature Circuit
Breaker) bekerja.
3. Kurva D
Miniature Circuit Breaker (MCB) jenis ini lebih dikhususkan untuk dipakai dalam
instalasi dengan arus masuk yang tinggi. Karakteristik dari jenis ini memiliki
magnetic trip 10-50 x In, maksudnya untuk perumahan dengan besar arus sepuluh
sampai lima puluh kali arus nominal akan membuat MCB (Miniature Circuit
Breaker) bekerja.
Gambar II.17 menunjukan kurva karakteristik pemutusan pada MCB.

32
 

Gambar II. 18 MCB Tripping Curve


II.7 Kontaktor
II.7.1 Pengertian Kontaktor
Kontaktor adalah komponen elektromekanik yang dapat berfungsi
sebagai penyambung dan pemutus rangkaian. Kontaktor merupakan sakelar yang
bekerja berdasarkan kemagnetan atau induksi magnet pada kumparannya yang
akan menarik kontak-kontak pada kontaktor. Gambar II.19 menunjukan
konstruksi kontaktor.

33
 

 
Gambar II. 19 Kontaktor
 
Berdasarkan fungsinya, kontak-kontak pada kontaktor dapat dilihat pada gambar
  II. 19:

Gambar II. 20 Kontak pada kontaktor

1. Kontak Utama

Kontak utama adalah kontak yang menghubungkan dan memutuskan arus listrik
yang menuju ke beban atau motor. Simbol Input dan Output dapat dilihat pada
tabel II.1.

Tabel II. 1 Simbol Input dan Output Kontak utama

No Simbol Input Kontaktor Utama Simbol Output Kontaktor Utama


1 1 atau R 2 atau U
2 3 atau S 4 atau V
3 5 atau T 6 atau W

34
 

 
2. Kontak Bantu
 
Kontak Bantu (auxiliary contactor) yaitu kontak yang di pakai untuk inter
  lock rangkain kontrol yang lain,kontak bantu terdiri dari 2 jenis :
i. Kontak NO (normally open )
  ii. Kontak NC ( normally closed)

  3. Koil

  Coil yaitu kumparan yang menggerakkan atau menarik kontak utama dan kontak
bantu untuk memutus dan membuka , coil ini mempunyai teganga kerja 220 Volt
  AC. Dengan frekwensi 50 Hz.

 
II.7.2 Pemilihan Kontaktor
 
Untuk pemilihan jenis kontaktor sendiri harus memperhatikan data-data utama
yang tertera pada nameplate sebuah kontaktor. adapun beberapa parameter yang
ada pada nameplate kontaktor dapat dilihat pada Gambar II.21 :
keterangan:
Merek Kontaktor
Katagori Kontaktor
kapasitas Daya kontaktor
Tegangan kerja kontaktor
Kemampuan hantar arus (kontaknya)
Tegangan Koil Kontaktor

Gambar II. 21 Spesifikasi kontaktor

Pemilihan rating kontaktor berdasarkan PUIL 2011 ayat 510.5.8.3.3 bahwa


Sarana pemutus harus mempunyai kemampuan arus sekurang-kurangnya 115 %
dari arus beban penuh motor.

II.8 GPAL
II.8.1 Pengertian GPAL
GPAL singkatan dari gawai proteksi arus lebih. GPALmerupakan komponen yang
digunakan untuk mengamankan motor dari gangguan beban lebih pada motor,
pemilihan rating arus GPAL yang tepat dapat menjadikan motor aman dalam

35
 

 
beroperasi pada saat keadaan normal maupun saat terjadi gangguan. Cara kerja
  dari GPAL menggunakan prinsip bimetal, dimana saat terjadi gangguan beban

  lebih akan memanaskan kontak bimetal sehingga bimetal akan melengkung dan
memutus arus yang mengalir ke motor.
 
II.8.2 Menentukan Rating GPAL
  Penentuan rating GPAL yang akan digunakan dipengaruhi dengan ada service
factor (SF) yang terdapat pada nameplate motor. Kebanyakan service factor
 
motor adalah 1 atau 1,15. Jika pada nameplate motor tidak tertera basarnya
  service factor maka motor tersebut memiliki service faktor sama dengan 1. Jika

  service factor sama dengan 1,0 maka motor tersebut tidak boleh di bebani
melebihi arus baban penuh nya (Full Load Amp). Untuk service factor 1,15 berarti
 
motor dapat dioperasikan pada daya yang sama dengan daya nimonal dikalikan
service factor tanpa menyebabkan kerusakan yang serius pada isolasi lilitan stator
motor.
Untuk SF = 1, rating GPAL dapat diketahui dengan persamaan:
𝐼𝑛 = (80% − 100%) . 𝐼𝑏 (II-6)
Sedangkan untuk SF > 1, rating GPAL dapat diketahui dengan persamaan:
𝐼𝑛 = 𝑆𝐹 . 𝐼𝑏 (II-7)
Gambar II.22 menunjukan konstruksi dari Gawai Pengaman Arus Lebih.

Gambar II. 22 Gawai proteksi arus lebih

36
 

 
II.8.3 Pemilihan GPAL
  Dalam pemilihan komponen GPAL sebagai pengaman motor dari gangguan

  beban lebih, yang harus diperhatikan adalah parameter-parameter yang tertera di


dalam nameplate GPAL yaitu :
 
1. Kemampuan menghantarkan arus (Amper)
  2. Tegangan kerja nominal (Volt)
3. Nilai nominal arus beban lebih (seting arus beban lebih)
 
4. Karakteristik berdasarkan kelas GPAL
  GPAL di pasaran memiliki beberapa tipe yang disebut kelas. Jadi, dengan

  memilih kelas yang berbeda maka kecepatan trip GPAL pun akan berbeda pula.
Kelas pada GPAL terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
 
1. Kelas 10 : waktu trip antara 4-10 detik
2. Kelas 20 : waktu trip antara 6-20 detik
3. Kelas 30 : waktu trip antara 9-30 detik

II.9 Penghantar

Penghantar yang digunakan untuk pengasutan dirrect online dan variable speed
drive motor induksi 3 fasa 0,75 HP sebagai penggerak motor ini adalah
penghantar yang dilindungi dengan isolasi atau disebut kabel. Untuk
mempermudah identifikasi dari jenis kabel yang ada, maka diadakan penandaan
dari huruf maupun angka. Kode pengenal yang sering digunakan dijelaskan pada
tabel II.2 dan II.3 :
Tabel II. 2 Kode pengenalan dan penandaan identifikasi konduktor

Kode Keterangan
Penghantar:
N Penghantar berinti tembaga
NA Penghantar berinti alumunium
Isolasi:
Y Isolasi PVC (Poli Vinil Chloride)
2Y Isolasi XLPE (Cross Linkage Poltethiline)
Selubung Dalam:

37
 

 
G Selubung karet
  Kode Keterangan
  2G Selubung karet dari butyl
K Selubung dari timah hitam
 
KL Selubung alumunium dengan permukaan licin
  KWK Selubung dari XLPE

  Tabel II. 3 Kode pengenalan dan penandaan identifikasi konduktor

  Kode Keterangan
Y Selubung dari PVC
 
2Y Selubung dari Polytelin
  Z Selubung dari pita seng
Spiral:
Gb Spiral dari pita baja
D Spiral anti tekan
Selubung Luar:
A Selubung dari Yute
Y Selubung dari PVC
Bentuk Penghantar Kabel :
Rm Bulat Serabut
Re Bulat pejal
Se Sektor pejal

1. Kabel NYA
Penghantar jenis ini merupakan penghantar berinti tembaga tunggal yang
berbentuk pejal dan berselubung PVC. Penghantar jenis ini sering diaplikasikan
pada instalasi rumah tinggal. Pada pemasangannya dalam instalasi listrik,
penghantar NYA harus dilindungi dengan pipa union maupun PVC.
2. Kabel NYM
Penghantar jenis ini merupakan penghantar yang berinti banyak, secara umum
jumlah intinya adalah 2, 3 maupun 4 dan dilengkapi isolasi luar sebagai proteksi.
Penghantar jenis ini serupa dengan penghantar NYA, yakni sering diaplikasikan
pada instalasi rumah tinggal. Tetapi pada pemasangannya dalam instalasi listrik,

38
 

 
penghantar NYM tidak harus dilindungi oleh pelindung pipa. Walaupun
  demikian, tetap dalam pemasangannya sangat direkomendasikan untuk

  menggunakan pelindung pipa dengan tujuan memudahkan dalam penggantian


penghantar itu sendiri.
 
3. Kabel NYY
  Kabel ini dirancang unuk instalasi tetap didalam tanah dimana kabel harus tetap
diberikan perlindungan khusus. Instalasi bisa ditampatkan didalamdan diluar
 
ruangan, dalam kondisi lembab ataupun kering, memiliki lapisan isolasi PVC
  (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3, 4 atau 5. Memiliki isolasi yang

  lebih kuat dari kabel NYM.


4. Kabel NYAF
 
Kabel jenis ini merupakan kabel yang bersifat fleksibel dengan penghantar
tembaga berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel – panel yang
membutuhkan fleksibilitas yang tinggi. Digunakan pada lingkungan yang kering
dan tidak dalam kondisi yang lembab/basah atau terkena pengaruh cuaca secara
langsung.

II.9.1 Kemampuan Hantar Arus


Kemampuan Hantar arus (KHA) suatu kabel dapat dinyatakan sebagai
kemampuan maksimum kabel untuk dilalui arus secara terus-menerus tanpa
menyebabkan kerusakan pada kabel tersebut.

Menurut PUIL 2011 pasal 510.5.3.1 menjelaskan bahwa konduktor sirkit akhir
yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125%
arus pengenal beban penuh. Disamping itu, untuk jarak jauh diperlukan konduktor
yang cukup ukurannya sehingga tidak terjadi drop voltage yang berlebihan.
Konduktor sirkit akhir untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat
menyimpang dari persyartan diatas asalkan jenis dan penampang serta
pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.

KHA=125%xIb ................................................................................................ (II-8)

Ib<In<Iz ........................................................................................................... (II-9)

39
 

 
Jika KHA telah diketahui, maka untuk menentukan luas penampang dipilih kabel
  yang memiliki nilai yang diatasnya. Untuk kabel daya diperhatikan juga rating

  MCB yang dipilih. Jika nilai KHA masih dibawah rating MCB, maka tetapkan
rating MCB sebagai nilai KHA minimal yang digunakan. Dengan tujuan apabila
 
terjadi gangguan, kabel masih dapat menghantarkan arus sebelum MCB
  memutuskan rangkaian.

  II.9.2 Standar Pewarnaan Penghantar


Standar pewarnaan penghantar bertujuan untuk memperoleh kesatuan penjelasan
 
mengenai penggunaan suatu warna atau warna loreng yang dipakai untuk
  mengidentifikasi inti kabel, guna keseragaman dan meningkatkan keamanan

  (PUIL 2011:5210), maka penyamaan fungsi dan warna penghantar harus


dilakukan.Standar yang digunakan untuk identifikasi warna penghantar
ditunjukkan pada tabel II.4.
Tabel II. 4 Identifikasi warna penghantar

Warna Penggunaan
Merah Selubung Phasa R / L1
Kuning Phasa S / L2
Hitam Phasa T / L3
Biru Netral / N
Kuning – Hijau Loreng Pentanahan (PE)
Warna lainnya Kontrol

40

Anda mungkin juga menyukai