id
digilib.uns.ac.id
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
Anjar Setianingsih
S841008004
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Anjar Setianingsih
S841008004
Komisi
Pembimbing
Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
..2012
2012
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disusun Oleh:
Anjar Setianingsih
S841008004
Tm Penguji
Jabatan
Ketua
Nama
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
Tanda Tangan
Tanggal
2012
2012
2012
2012
NIP 196204071987031001
Sekretaris
Anggota
Penguji
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
: Anjar Setianingsih
NIP
: S841008004
Menyatakan
dengan
sesungguhnya,
bahwa
tesis
berjudul
ANALISIS
Anjar Setianingsih
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persembahan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Manusia tidak dilihat dari usianya, tetapi dari seberapa jauh dia
bertumbuh dan berkembang serta memberikan kontribusi nyata bagi
dunia sesuai tingkat usianya.
(Xavier Quentin)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis yang berjudul Sosiologi Sastra dan
Nilai Pendidikan pada Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tesis ini berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan Sosiologi Sastra
dan Nilai Pendidikan pada Novel Negeri Lima Menara dengan menggunakan
pendekatan Sosiologi Sastra.
Tesis dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar
magister pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini dapat diselesaikan
karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulismenyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur PPs UNS yang telah
memberikan izin penyusunan tesis ini;
2. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., Ketua Program Studi Bahasa
Indonesia Program Pascasarjana UNS dan sekretaris program Prof. Dr.
Sarwiji Suwandi, M.Pd., yang telah membantu proses
perkuliahan
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta,
Januari 2012
Penulis,
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
iii
PERNYATAAN...............................................................................................
iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
vi
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
86
92
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ANJAR SETIANINGSIH. S841008004. 2011. SOSIOLOGI SASTRA DAN
NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA
AHMAD FUADI. Komisi Pembimbing Pertama Prof. Dr. Herman J. Waluyo
M.Pd. Pembimbing Dua Dr.Andayani, M.Pd. Tesis: Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan (1) pandangan pengarang
terhadap Pondok Madani; (2) sosiologi sastra yang terungkap pada novel dan (3)
nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara. Novel berlatar
pendidikan di pondok ini cukup menarik untuk dikaji melalui pendekatan sosiologi
sastra, yaitu tentang perjuangan enam anak laki-laki yang belajar di Pondok Madani
dan berlomba-lomba melukis negeri impiannya di langit.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Data penelitian berupa dokumentasi berbentuk novel. Teknik
cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling, sampel mewakili
informasinya. Teknik pengumpulan data mengkaji dokumen melalui content
analysis. Uji validasi data menggunakan triangulasi data/sumber, triangulasi teori
dan teori metode.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data interaktif yang meliputi
tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan simpulan.
Penelitian ini menyimpulkan (1) pandangan pengarang terhadap novel; (2)
aspek sosiologi sastra pada novel meliputi: a. Sistem Religi yang berupa Sistem
Kepercayaan, Sistem Nilai dan Pandangan Hidup dan Komunikasi Keagamaan; b.
Sistem Kemasyarakat atau Organisasi Sosial yang meliputi Kekerabatan, Asosiasi
atau Perkumpulan dan Sistem Pengetahuan; c. Bahasa yang meliputi bahasa Lisan
yaitu Bahasa Minang, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Tertulis yaitu Bahasa Arab
dan Bahasa Inggris; d. Kesenian meliputi kaligrafi Dan Bangunan; e. Sistem Mata
Pencaharian berupa Guru dan Pegawai Pemda; f. Sistem Peralatan Hidup Atau
Teknologi dan Perumahan meliputi Transportasi, Peralatan Komunikasi, Peralatan
Konsumsi dalam Bentuk Wadah dan Pakaian dan Tempat Berlindung (3) nilai-nilai
pendidikan yang terungkap adalah nilai vitalitas dan kehidupan, nilai spiritual atau
keagamaan, nilai moral yang positif dan negatif dan nilai budaya.
Kata Kunci: Pendekatan, Sosiologi Sastra, Nilai Pendidikan
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
xv
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan sebuah karya seni. Sastra adalah hasil kegiatan
kreativitas seorang sastrawan. Sebuah karya sastra mencerminkan berbagai
masalah kehidupan manusia. Karya sastra dapat berinteraksi dengan lingkungan,
sesama manusia dan dengan Tuhannya.
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:307) bahwa imajinasi dalam karya
sastra adalah imajinasi yang didasarkan atas kenyataan, imajinasi yang juga
diimajinasikan orang lain. Karya sastra tidak hanya berupa imajinasi saja,
melainkan berupa penghayatan dan perenungan secara sadar. Karya sastra hasil
sebuah imajinasi yang didasari atas kesadaran yang menghasilkan kreativitas
sebagai karya seni. Karena sebagai hasil imajinasi, karya sastra menciptakan
dunia sendiri. Meskipun kita juga menyadari tidak jarang karya sastra yang
menyajikan sebuah konteks realitas sosial.
Karya sastra sebagai hasil imajinasi, tidak hanya berguna sebagai hiburan
yang menyenangkan saja. Karya sastra juga berguna untuk menambah
pengalaman bagi pembaca.Lukens dalam Burhan Nurgiyantoro (2010 : 3)
mengatakan bahwa sastra memberikan dua hal utama, yaitu kesenangan dan
pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan
hiburan, hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik,
commitfantasi,
to usermembawa pembaca ke suatu alur
mengajak pembaca untuk memanjakan
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
kehidupan yang penuh daya suspens, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin
tahu dan merasa terikat emosinya sehingga ikut larut dalam cerita, dan
kesemuanya itu di kemas dalam bahasa yang menarik
Meskipun sebuah karya imajinatif, karya sastra menampilkan suatu
gambaran kehidupan. Kehidupan itu sendiri merupakan kejadian yang nyata
dalam kehidupan sosial dan kultural (sosial and cultural facts). Kehidupan itu
diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Persoalan atau
peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat akan terjadi sepanjang masa. Artinya
terjadi pada masyarakat yang berbeda-beda menurut zaman. Bukan hanya
sekarang, melainkan terjadi pada setiap zaman. Persoalan itu juga akan
mempengaruhi kreativitas pemikiran seorang pencipta karya sastra, sehingga
memungkinkan muncul konflik atau ketegangan batin tersebut dalam bentuk
karya sastra.
Luxemburg (1984: 23) memaparkan bahwa sastra yang ditulis pada suatu
kurun waktu tertentu berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.
Selain itu, sastra juga menggambarkan suatu kebudayaan yang tumbuh dalam
lingkungan masyarakat yang diangkat untuk menjadi ciri yang ditonjolkan dalam
karya tersebut. Di samping mengekspresikan dan mengemukakan persoalan hidup
yang terjadi, pengarang juga mengajak pembaca untuk ikut memecahkan
persoalan kehidupan. Karya satra tercipta karena adanya keinginan dari pengarang
dalam mengungkapkan kreativitasnya yang dituangkan melalui pola berpikir, ide,
gagasan, pesan dan prinsip yang berasal dari imajinasi dan realitas sosial budaya
pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampaianya. Pencipta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
sastra merupakan warga masyarakat yang dengan sengaja atau tidak sengaja
mencurahkan masalah kehidupan manusia dan masyarakat sebagai objek yang
dituangkan sebuah karya sastra. Karya sastra juga dipengaruhi oleh letak
geografis, adat istiadat yang menjadi objek kajian dan biasanya disesuaikan
dengan zaman yang ada.
Burhan Nurgiyantoro (2010:14) mengemukakan sastra dewasa dibagi
dalam tiga besar genre yaitu puisi, fiksi dan drama dengan masing-masing
memiliki subgenre. Untuk kajian prosa atau fiksi di Indonesia di bagi menjadi tiga
macam yaitu novel, cerpen dan roman. Novel merupakan karya rekaan yang
menggambarkan kehidupan, adat-istiadat, aturan serta budaya dalam suatu
masyarakat tertentu. Novel merupakan karya rekaan atau fiksi yang memberikan
gambaran aspek-aspek kehidupan yang dikemas dalam gaya bahasa yang
memikat. Kehidupan dalam sebuah novel digambarkan melalui tokoh,
perwatakan, setting, alur dan unsur instriksik lainnya. Dalam menyampaikan
keanekaragaman kebudayaan dan suatu ajaran atau nilai didikan kepada para
pembaca digambarkan dengan bahasa yang baik sehingga pembaca bisa
memahami novel tersebut.
Rene Wellek dan Austin Warren (1993:316) menjelaskan bahwa
sepanjang sejarah, orang telah tertarik dan mengganggap sastra lisan maupun
cetakan bernilai positif. Novel merupakan karya sastra yang memberikan nilai
positif bagi pembaca. Novel juga mengungkapkan kehidupan sosial untuk
mempelajari manusia pada zamannya. Novel yang memiliki kualitas baik
merupakan hasil rekaan dan polesan oleh penulisnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pandangan pengarang terhadap Pondok Madani dalam
novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi?
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pandangan pengarang terhadap Pondok
Madani dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan aspek sosial budaya yang terdapat
dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan bagi penelitian sastra khususnya dalam pengkajian
novel sebagai salah satu genre sastra.
b. Menambah wawasan tentang pengkajian nilai sosiologi sastra dan nilai
pendidikan khususnya novel yang nantinya dapat diterapkan atau menjadi
referensi untuk meneliti dan mengkaji novel yang lain.
c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan
commit
to karya
user sastra.
ranah ilmu sastra serta studi
tentang
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini mendeskripsikan sosiologi sastra dan nilai-nilai
pendidikan dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. Guru
dapat mengajarkan nilai-nilai tersebut dapat dijadikan teladan bagi siswa
dalam menghadapi serta menyikapi setiap permasalahan yang terjadi
dalam kehidupan.
b. Bagi Siswa
Menambah perbendaharaan tentang kajian terhadap novel terutama
pengkajian nilai sosiologi sastra dan nilai pendidikan yang merupakan
salah satu materi ajar pada Pembelajaran Sastra.
c. Membantu pembaca atau penikmat sastra dalam menginterpretasikan
novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi sehingga pemaknaan
terhadap karya sastra akan lebih terarah.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebu
sebagai fiksi. Istilah novel berasal dari kata novella yang berasal dari bahasa
Italia. Menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 9), secara harafiah
novella berarti sebagai sebuah barang baru yang kecil yang kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Abrams (1971: 110) menjelaskan bahwa
Novel is term novel is now applied to great variety of writings that have
in common only the attribute of being extended works of prose fiction. As an
extended narrative, the novel is distinguished from the short story and from the
work of midlle length called thenovelette.
Abrams menjelaskan bahwa novel adalah istilah novel sekarang
diterapkan untuk berbagai macam tulisan yang berbentuk suatu karangan yang
berupa prosa fiksi. Karangan tersebut berupa cerita pendek dan prosa. Fiksi
adalah cerita rekaan atau dibuat-buat, sedangkan yang termasuk fiksi adalah
novel dan cerpen. Namun kadangkala fiksi juga sering digunakan sinonim dari
novel.
Burhan Nurgiyantoro (2002: 9-10) memaparkan bahwa dewasa ini istilah
novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia,
commit
user yang panjangnya cukupan, tidak
novellet yang berarti sebuah karya
prosatofiksi
8
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlalu panjang namun juga tidakterlalu pendek. Meskipun dengan panjang yang
cukupan tersebut.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Stamm dalam Journal
of College &Character Volume X, NO. 7, November 2009:
The possibilities of using this novel in courses on student development to make the
understanding of identity development become more alive than through the more
usual scholarly analyses. Given the emerging understanding of todays
millennium generation of college students, are particularly appropriate. Pop
culture has played an educative role in the lives of the Millennial Generation. In
thinking about novels as ethnographies of the college experience, both that of
faculty as well as students, the possibilities are even more extensive, as
exemplified by the previous illustrations. Comparison of academic novels from
different time periods, for example, might serve to amplify other studies of the
history and foundations of higher education. (Stamm, 2009: 2)
Berdasarkan pendapat di atas diharapkan novel mampu memberikan
pencerahan dan penyadaran kepada pelajar agar mereka dapat hidup
bermasyarakat dengan baik, saling menyadari perbedaan, dan lebih toleran kepada
masyarakat luas.Novel memberikan pelajaran kehidupan bagi pelajar. Hal ini akan
menjadi bekal bagi pelajar dalam memasuki kehidupan bermasyarakat nantinya.
Menurut Herman J. Waluyo (2002: 37) dalam novel terdapat 3 hal, antara
lain: (1) perubahan nasibdari tokoh cerita; (2) ada beberapa episode dalam
kehidupan tokoh utamanya; (3)biasanya tokoh utama tidak sampai mati.
Sejalan dengan pendapat di atas, Henry Guntur Tarigan (1993:165)
menyimpulkan berbagai definisi novel yang telah dipaparkan oleh para ahi teori
sastra, antara lain: (a) novel bergantung pada tokoh; (b) novel menyajikan lebih
dari satu impresi; (c) novel menyajikan lebih dari satu efek; dan (d) novel
menyajikan lebih dari satu emosi.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan kata lain, novel merupakan salah satu bentuk fiksi dalam bentuk
prosa yang memiliki panjang cukupan dalam arti tidak terlalu panjang dan juga
tidak terlalu pendek serta di dalamnya terkandung 3 hal yang berkaitan dengan
isicerita novel, antara lain: (1) perubahan nasib tokoh cerita; (2) ada beberapa
episode dalam kehidupan tokoh utamanya; (3) biasanya tokoh utama yang
diceritakan tidak sampai mati. Secara garis besar, novel merupakan sebuah
karangan yang memaparkan ide, gagasan atau khayalan dari penulisanya.
Hal tersebut sejalan dengan definisi novel yang terdapat di dalam The
American College Dictionary (dalam Henry Guntur Tarigan,1993: 120) novel
adalah (1) cabang dari sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatif,
terutama dalam bentuk prosa; (2) karya-karya dari jenis ini, seperti novel/
dongeng-dongeng; (3) sesuatu yang diadakan, dibuat-buat atau diimajinasikan,
suatu cerita yang disusun.
Sementara itu menurut Orr dalam Journal of European Studies.Volume, 9
No. 36 bahwa tujuan novel adalah penyadaran terhadap realitas.
Intended as an original contribution to the sociology of the novel. It is is
concerned with the destiny of the modern novel itself. This destiny would appear
to the needful resuscitation of tragic realism after its demise with or around,
Orwell. (Orr, 1977: 304-305).
Orr (1977 :304-305) pada pernyataan di atas mengatakan bahwa kontribusi
asli untuk sosiologi pada novel. Hal ini berkaitan dengan novel modern tersebut.
Misalnya seperti hal yang diperlukan dalam peristiwa yang tragis, kematian atau
kejadian yang terjadi di sekitar kita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
13
digilib.uns.ac.id
sebuah novel dapat dilihat dari beberapa unsur yaitu unsur intrinsik yang terdiri
dari alur, penokohan, setting, tema, dan sudut pandang serta unsur ekstrinsik yang
berupa latar belakang pengarang, amanat, dan berbagai unsur lain yang turut
membangun sebuah novel hingga novel tersebut dapat dengan mudah dipahami
oleh para penikmatnya.
b. Jenis-Jenis Novel
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2002: 16), novel terdiri dari dua macam
yaitu novel serius dan novel populer. Pembedaan novel tersebut sering mengalami
kekaburan makna. Hal ini disebabkan karena pembedaan tersebut cenderung
mengarah pada subjektifitas penikmat sastra. Para penikmat sastra beranggapan
bahwa novel yang ditulis oleh beberapa penulis tertentu dan penerbit tertentu yang
sering menerbitkan karya sastra yan cenderung berat kadar kesastraannya.
Novel serius merupakan novel yang mengandung unsur sastra yang kental. Novel
ini juga harus sanggup memberikan hal yang serba mungkin terjadi, dan itulah
makna dari sastra yang sastra.
Pada umunya novel serius mengandung tujuan yang tersirat didalamnya
untuk memberikan pengalaman yang berhargabagi pembaca, setidaknya novel
tersebut mampu mengajak pembacanya untuk meresapi dan merenungkan
masalah yang diangkat oleh sebuah novel (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 18-19).
Dengan demikia, novel serius lebih mengarah pada suatu bentuk karya yang di
dalamnya terdapat sebuah pelajaran berharga yang dapat diambil oleh para
penikmat sastra melalui pemahaman yang mendalam.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di
kalangan
remaja.Namun,
novel
popular
hanya
bersifat
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian secara keseluruhan. Analisis akhir suatu pemahaman karya sastra sebagai
satu kesatuan yang utuh dan kompleks.
Fiksi modern di bagi menjadi tiga golongan besar yaitu, bacaan hiburan,
cerita
dengan
kecenderungan
konvensional,
dan
fiksi
modern
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
c.
Unsur-Unsur Novel
Jakob Sumarjo (1982:11) mencantumkan unsur-unsur fiksi (novel) sebagai
berikut: (1) plot atau alur; (2) kerakter atau penokohan; (3) tema; (4) setting atau
latar; (5) suasana; (6) gaya; dan (7) sudut pandang penceritaan.
Berbeda dengan pendapat di atas, Zainuddin Fanani (2000 : 84)
mendefinisikan bahwa unsur-unsur prosa dibagi menjadi: (1) Tema; (2)
Penokohan; (3) Plot; dan (4) Setting.
Lebih lanjut lagi akan dipaparkan satu persatu struktur tersebut:
1. Plot
Plot sering juga disebut alur. Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka
awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang
berlawanan (Herman J. Waluyo, 2002: 8).
William Kenney (1966: 13-14) menyatakan:
plot reveals event to us, not only in their temporal, but also in
relationships. Plot makes us aware of events not merely as elements in
temporal series, but also as an intricate pattern of cause and effect. The
structure of plot to recognize this much, however.Is only a beginning. We
commit
to user
must consider in more specific
terms
the form this arrangement we call
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Plot lurus/ progresif, alur/ plot sebuah novel dikatakan lurus atau progresif
apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa
peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau meyebabkan terjadinya
peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal,
yaitu penyituasian, pengenalan, pemunculan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
figur pembantu yang ikut menentang cerita; dan tokoh tritagonis, yaitu tokoh
pembantu baik untuk tokoh protagonist maupun tokoh antagonis.
Kedua berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, terdapat
tokoh-tokohyaitu, tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak
lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi dari pertikaian.Tokoh sentral adalah
tokoh protagonis maupun antagonis; tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau
tokoh penentang tokoh sentral.Bisa juga sebagai medium atau perantara tokoh
sentral.Dalam hal inimerupakan tokoh tritagonis; dan tokoh pembantu, yaitu
tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkapdalam mata rangkai cerita.
Ketiga hubungan antartokoh. Penokohan dan perwatakan mempunyai
hubungan yang sangat erat karena kedua unsur tersebut berada pada objek yang
sama yaitu tokoh atau suatu peran.Penokohan yang baik adalah yang dapat
menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh
tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat.
Perkembangannya haruslah wajar dan dapat diterima berdasarkan hubungan
kausalitas. Penggambaran perwatakan dari tokoh-tokoh cerita disebut sebagai
penokohan.
Pengenalan tokoh dalam suatu cerita, menurut Jakob Sumardjo dan Saini
K. M. (1994:65), ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memahami
karakter tokoh-tokoh dalam cerita, yaitu : (1) melalui apa yang diperbuatnya; (2)
melalui ucapan-ucapannya; (3) melalui gambaran fisik tokoh; (4) melalui pikiranpikirannya; (5) melalui penerangan langsung dari pengarang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
3. Tema
Tema/ theme, menurut Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 67)
adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Pendapat yang sama juga
disampaikan oleh Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 67) yang juga
menyatakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah
cerita. Lebih rinci lagi, Hartoko dan Rahmanto (dalam Burhan Nurgiyantoro,
2002: 67) mendefinisikan tema sebagai gagasan dasar umum yang menopang
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam sebuah teks sastra sebagai
struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaanperbedaan.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Zulfahnur, dkk. (1996: 25) yang menyatakan bahwa tema adalah ide sentral yang
mendasari sebuah cerita, tema mempunyai tiga fungsi, yaitu: sebagai pedoman
bagi pengarang dalam menggarap cerita; sasaran atau tujuan penggarapan cerita:
dan mengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam satu alur. Tema merupakan
maknakeseluruhan
yang
didukung
cerita,
dengan
sendirinya
ia
akan
perpustakaan.uns.ac.id
25
digilib.uns.ac.id
4.
berpendapat bahwa setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu
adegan.Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita.Tercakup di
dalamnya lingkungan geografis mulai dari rumah tangga, pekerjaan, benda-benda
dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat terjadinya peristiwa cerita waktu,
suasana dan periode sejarah (Zulfahnur, dkk., 1996: 37).
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang diugkapkan oleh Abrams
(dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002: 216) landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar atau setting yang
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
Ada empat bagian penyusun setting menurut William Kenney(1966:40),
yaitu:
(1) the actual geographical location, including topographyscenery, even
the details of a rooms interior; (2) the accupationsand modes of day-to-day
existence of the characters; (3) the time inwhich the action takes plece,e.g,
historical period, season of theyear; (4) the religious, moral, intellecctual, sosial,
and emotional environment of the characters.
Mengacu dari pendapat William Kenney (1966 : 40) menjelaskan bagian
penyususn setting adalah (1) lokasi geografis yang sebenarnya, termasuk
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rancangan bentuk dan desain interior; (2) model karakter pemain sesuai dengan
kehidupan sehari-hari; (3) waktu pegambilan tempat, misalnya periode, sejarah,
musim dan tahun; (4) karakter yang mencerminkan keagamaan, moral,
lingkungan, sosial dan emosional.
Burhan Nurgiyantoro (2002: 227), menjelaskan unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu (1) latar tempat, yaitu mengacu pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
tempat disebut pula sebagai latar fisik (physical setting); (2) latar waktu, yaitu
berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi; (3) latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Hal itu dapat berupa kebiasaan hidup, tradisi, cara berpikir dan
bersikap, pandangan hidup, keyakinan, dan status sosial.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setting atau latar
adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam karya
fiksi.
sastra
sebagai
dokumen
sosial,
hal
ini
sesuai
dengan
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
walaupun sebutan ini dari segi tertentu ada benarnya. Namun roman tidak berarti
dapat dipergunakan langsung sebagai dokumen seperti laporan wartawan,
kumpulan data statistik dan lain-lainnya. Oleh karena itu tiap karya sastra ada
keterpaduan antara mimesis dan kreasi, antara kenyataan dan khayalan orang
harus hati-hati dalam mengambil data faktual dari tulisan rekaan, walaupun
tulisan itu sebenarnya sangat realis.
Sebagai penyedia data dan fakta roman tidak dapat dipercaya karena tidak
bisa diketahui di mana fakta berakhir dan rekaan dimulai. Penulis roman tidak
dapat dan tidak perlu mempertanggungjawabkan takaran kenyataan dalam isi
faktual karyanya. Dalam arti ini roman biasanya bukan dokumen sosial. Hanya
tulisan rekaan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada data yang
diperoleh dari sumber yang jelas bersifat dokumen sosial.
Novel merupakan karya rekaan. Karya rekaan memang merupakan
dokumen sosial, yang lebih dahulu disebut jalan keemapat ke kebenaran: lewat
sastra pembaca sering kali jauh lebih baik dari lewat tulisan sosiologi mana pun
juga,
dapat
menghayati
hakikat
eksistensi
manusia
dengan
segala
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehidupan
yang
kita
hayati
sendiri.Sastra
baik
menciptakan
kembali
kemendesakan hidup.Tetapi arti karya sastra semacam itu tidak bias ditangkap
dengan metode dan teknik ilmu-ilmu sosial. Untuk itu diperlukan kepekaan
kesastraan, kemahiran membaca, memahami dan menilai karya sastra sesuai
dengan ciri khasnya sebagai rekaan, yang diciptakan oleh manusia dengan dengan
daya cipta yang peka pula.
Hal ini diperkuat oleh Hoggart dalam Teeuw (1984:238) bahwa
pemahaman puitik, metaforik, intuitif adalah wujud pengetahuan, walaupun tidak
dapat diukur secara obyektif. Kesahihannya tergantung pada daya imajinasi
pengarang (imajinasi terkandung pula didalamnya penembusan, kekompleksan,
kejujuran) dan pada kemampuan kita sebagai pembaca untuk mengujinya dengan
rasa pengalaman sendiri.
Permasalahan dalam novel yang terjadi di dalam masyarakat, ketika
diangkat oleh pengarang melalui karya sastra sebagai dokumen sosiobudaya, akan
memberikan makna yang kompleks dan mengandung misi tertentu. Sehubungan
dengan hal itu, novel dianggap sebagai sebuah dokumen sosiobudaya yang
mengandung makna. Setiap makna yang terkandung pada sebuah novel tentunya
dapat diperoleh dari kajian berbagai aspek dan unsur yang membangunnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra
dapat dikatakan sebagai dokumen sosial, jika karya sastra tersebut berdasarkan
cerita rekaan
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
sebenarnya.Hal ini sesuai dengan karya sastra berupa novel yang banyak
mengisahkan tentang kehidupan manusia.
2.
a.
Pengertian Sastra
Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sehingga,
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
adalah obyeknya adalah manusia. Ungkapan karya sastra manusia tersebut berupa
kehidupan sehari-hari atau hasil imajinasi pengarang.
Sementara itu Sastra menurut Luxemburg (1984 : 5) merupakan sebuah
ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman
menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta
alam, bahkan meyempurnakannya.
Merujuk dari pendapat di atas, sastra memang hidup dan berasal dari
masyarakat. Masyarakat mampu menciptakan karya sastra merupakan masyarakat
yang memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Hasil karya tersebut akan dinikmati
oleh pembaca dan dijadikan pandahuan dalam kehidupan. Di mana karya sastra
mempunyai ide, gagasan dan nilai-nilai kehidupan yang baik dan patut diikuti
oleh masyarakat.
Secara intuitif, kita ketahui bahwa sastra termasuk dalam seni, tetapi juga
lebih dari seni.Sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman manusia yang
lebih luas daripada yang bersifat estetik (seni) saja. Sastra selalu melibatkan
pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi dan etika.Dengan demikian sastra
cenderung menjadi lebih penting dan menarik perhatian pembaca dari pada
bentuknya sebagai penjelmaan pengungkapan seni. Pembicaraan sastra lebih
banyak berhubungan dengan kehidupan yang dipaparkan dalam karya sastra
daripada masalah estetikanya (Sastrowardoyo dalam Nani Tuloli, 2000:2).
Sementara itu Nani Tutoli (2000:2) mengatakan bahwa sastra merupakan
commit to
user dengan cara penggambaran.
ungkapan batin seseorang melalui
bahasa
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
34
digilib.uns.ac.id
antara yang di sadari dan yang tidak di sadari, antara pria dan wanita, antara
roh dan benda, dan seterusnnya.
e. Sastra mengungkapkan yang tak terungkapkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa sastra adalah hasil
kreatifittas masyarakat yang berupa ide, pengalaman, pemikiran dan perasaan
melalui media bahasa dengan cara penggambaran. Penggambaran atau imajinasi
ini dapat berupa titian terhadap kenyataan hidup, wawasan pengarang terhadap
kenyataan kehidupan, dapat pula imajinasi murni pengarang yang tidak berkaitan
dengan kenyataan hidup (rekaan), atau dambaan intuisi pengarang dan dapat pula
sebagai campuran semuanya itu.
b. Pengertian Sosiologi
Nyoman Kutha Ratna (2011:1) menjelaskan bahwa sosiologi berasal dari
akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman)
dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan
berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti masyarakat,
logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan
pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari
keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat , sifatnya umum,
rasional dan empiris.
Soerjono Soekanto (2010: 4) merumuskan secara etimologis sosiologi
sastra berasal dari bahasa Latin socius yang berarti kawan dan logos dari kata
Yunani yang berarti ilmu. Lebih lanjut Soekanto menjelaskan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Zeratta
dalam
Elizabeth
dan
Tom
Burns
(1973:11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
Suatu paradigma sosiologi mempelajari apa yang disebut sebagai institusiinstitusi sosial dan struktur sosial. Institusi sosial menurut Ritzer (dalam Faruk,
2010:19) adalah nilai-nilai dan norma-norma bersama yang diwujudkan dalam
suatu kebudayaan atau sub kebudayaan. Atau dalam pengertian yang lain:
aways of actingand thingking that the individuals find preestablished,already made,imposed more or less in him and that will
survive him
Sedangkan struktur sosial adalah
the net works of sosial relations in which processes of sosial interaction
become organized and through which sosial positions of individuals and
subgroups become differentiated
Berdasarkan penjelasan di atas institusi sosial menurut Ritzer (dalam
Faruk, 2010:19) adalah cara berfikir seorang individu sudah ada dalam dirinya.
Strutur sosial merupakan hubungan interaksi sosial yang terorganisasi dalam
individu dan kelompok sosial yang berbeda.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu
ilmu yang mempelajari masyarakat serta gejala-gejala sosial yang timbul dalam
masyarakat yang bersifat umum, rasional dan empiris.
c.
paradigma dengan asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda daripada yang
telah digariskan oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitianpenelitian sosiologi sastra menghasilkan
bahwa karya sastra adalah
commit topandangan
user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan
resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut.
Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratanpersyaratan keilmuan dalam menangani objek sasarannya.
Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra dimaksudkan untuk menyebut
para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama memperhatikan hubungan
antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi
ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang ditujunya.Mereka
memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mudak
terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu (Abrams,
1971:178).
Sekalipun teori sosiologis sastra sudah diketengahkan orang sejak
sebelum Masehi, dalam disiplin ilmu sastra, teori sosiologi sastra merupakan
suatu bidang ilmu yang tergolong masih cukup muda (Damono, 1978:3) berkaitan
dengan kemantapan dan kemapanan teori ini dalam mengembangkan alat-alat
analisis sastra yang relatif masih lahil dibandingkan dengan teori sastra
berdasarkan prinsip otonomi sastra.
Sosiologi adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini (das sein) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen).
Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Menurut
Nyoman Kutha Ratna (2011: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra
yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:(1) Pemahaman terhadap karya
sastra dengan pertimbangn aspek kemasyarakatannya;(2) Pemahaman terhadap
totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di
dalamnya;(3) Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan
masyarakat yang melatarbelakangi; (4) Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah
(dialektik) anatara sastra dengan masyarakat; dan (5) Sosiologi sastra berusaha
menemukan kualits interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
pendekatan
sastra
dengan
mempertimbangkan
segi-segi
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 332) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan
dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai
berikut; (1) Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita,
disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat;(2) Karya sastra hidup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
42
digilib.uns.ac.id
penelitian seperti ilmu pasti, hukum. Karya sastra adalah fakta yang multiinterpretable tentu kadar kepastian tidak sebanding dengan ilmu pasti. Yang
penting peneliti sosiologi karya sastra hendaknya mampu mengungkapkan hal ras,
saat, dan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id
43
digilib.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
c.
Wellek dan Werren (1993: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut:
Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang
berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status
pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang
di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat
dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi
studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal
ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang
menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa
yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini
mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial.
(Wellek dan Warren, 1993:122). Beranggapan dengan berdasarkan pada
penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa
sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Bagi Warton dan
para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah
peradaban.
Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam
Damono, 1978: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut:
Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial
sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca
termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya,
yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan: (a) bagaimana pengarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi
sebagai pengbaharu dan perombak, (2) sastra sebagai penghibur saja, dan (3)
sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal-balik
yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural. Karya sastra itu sendiri
merupakan objek kultural yang rumit. Bagimanapun karya sastra bukanlah suatu
gejala yang tersendiri.
Kedua gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan
bentuk dan teknik penulisannya, bahkan boleh dikatakan bahwa bentuk dan teknik
itu ditentukan oleh gagasan tersebut. Tak ada karya sastra yang besar yang
diciptakan berdasarkan gagasan sepele dan dangkal; dalam pengertian ini sastra
adalah kegiatan yang sungguh-sunggug.
Ketiga setiap karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah
suatu moral, baik dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernya maupun
dalam hubungannya dengan orang per orang. Karya sastra bukan merupakan
moral dalam arti yang sempit, yaitu yang sesuai dengan suatu kode atau tindak
tanduk tertentu, melainkan dalam pengertian bahwa ia terlibat di dalam kehidupan
dan menampilkan tanggapan evaluatif terhadapnya. Dengan demikian sastra
adalah eksprimen moral.
Keempat masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah. Pertama,
sebagai sesuatu kekuatan atau faktor material, istimewa, dan kedua, sebagai tradisi
yakni kecenderungan spiritual kultural yang bersifat kolektif. Dengan demikian
bentuk dan isi karya sastra dapat mencerminkan perkembangan sosiologi, atau
menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
Kelima kritik sastra seharusnya lebih dari sekedar perenungan estetis yang
tampa pamrih ia harus melibatkan diri dalam suatu tujuan tertentu. Kritik adalah
kegiatan yang terpenting yang harus mampu mempengaruhi penciptaaan sastra
tidak dengan cara mendikte sastrawan agar memilih tema tertentu misalnya,
melainkan dengan menciptakan iklim tertentu yang bermanfaat bagi penciptaan
seni besar.
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat modest, rendah hati. Seniman harus menyadari bahwa lewat seni dia
hanya dapat mendekati yang ideal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak terlepas
dari manusia dan masyarakat yang berpusat pada karya sastra sebagai objek yang
dibicarakan. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih
mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial yang melatarbelakangi
masyarakat tersebut.
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pandang
masyarakat.
Aspek
sosial
merupakan
sesuatu
yang
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang
diinginkan.Pemecahannya
mengunakan
cara-cara
yang
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan
perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Tiga bentuk interaksi sosial yaitu Persaingan
(Competition) dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soerjono Soekanto, 2010: 83).
Adapun pertentangan (Pertikaian atau Conflict) adalah merupakan suatu proses
sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau
kekerasan. (Soerjono Soekanto, 2010: 91).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek
sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antarindividu, antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan
kelompok manusia dan masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lain karena adanya perbedaan dalam tingkat
perkembangan dan kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan
lingkungan alamnya. Aspek sosial masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain berbeda.
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan
adalah
kompleks
dari
keseluruhan
pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan
kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun
Bounded et. al (dalam Alo Liliwori, 2009: 110) mendefinisikan bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi
dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol
bahasa sebagai rangkaian simbol, yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan
budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang
kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pemerintahan,
institusi agama, sistem pendidikan dan bermacam-macam.
Adapun P. Hariyono (2009: 23-24) mendefinisikan bahwa kebudayaan
berdasarkan pengertian luas dan pengertian sempit sebagai berikut,
1) Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar. Istilah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58
digilib.uns.ac.id
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahkluk yang berbudaya, berupa
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Unsur-unsur kebudayaan adalah rincian suatu kebudayaan agar dapat
kebudayaan yang khusus.Ada tujuh unsur kebudayaan yang merupakan isi
pokok dari setiap kebudayaan yang bersifat universal, yang artinya ada dalam
setiap kebudayaan dunia. (Hadi Rahman, 2009: 40).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan antara lain C. Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of
Culture membahas kerangka-kerangka kebudayaan yang kemudian dijadikan
kerangka umum. Berdasarkan itu pulalah, Koentjaraningrat (dalam P. Hariyono,
2009: 38 dan Mg. Sri Wijiyati, 2007: 133) memaparkan tujuh unsur kebudayaan
sebagai berikut: (1) Sistem religi yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai
dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan dan upacara keagamaan; (2)
Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial: kekerabatan, asosiasi dan
perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup dan perkumpulan; (3)
Sistem pengetahuan: Flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan dan tubuh
manusia dan perilaku antar sesama manusia; (4) Bahasa: lisan dan tulisan; (5)
Kesenian: seni patung/pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, music,
bangunan, dan kesusateraan; (6) Sistem mata pencaharian; berburu dan
mengumpulkan
makanan, bercocok
tanam,
peternakan,
perikanan
dan
perdagangan; dan (7) Sistem peralatan hidup atau teknologi: produksi, distribusi,
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan
yang
disebut
cultural
universal
atau
perpustakaan.uns.ac.id
61
digilib.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beserta keseluruhan dari budi dan karyanya itu. Ada tujuh unsur kebudayaan yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Tujuh unsur kebudayaan tersebut adalah (1)
Sistem religi yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan
hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan; (2) Sistem kemasyarakatan
atau organisasi sosial : kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan,
sistem kesatuan hidup, perkumpulan; (3) Sistem pengetahuan : Flora dan fauna,
Waktu, ruang dan bilangan, Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia;
(4) Bahasa : lisan dan tulisan; (5) Kesenian : seni patung/pahat, relief, lukis dan
gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusateraan; (6) Sistem mata pencaharian
: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan
dan perdagangan; (7) Sistem peralatan hidup atau teknologi : produksi, distribusi,
dan transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah,
pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan dan senjata.
Dari tujuh unsur kebudayaan yang dikemukaan oleh Koentjaraningrat
tersebut ada tiga wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsepkonsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas
manusia yang berpola Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya; Kedua,
wujud kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai kelakuan berpola
dari manusia itu sendiri; . Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia, disebut kebudayaan fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
b. Kebudayaan Minangkabau
Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok
etnikNusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah
penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian
utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya
Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang
Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama
ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini
biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud
sama dengan orang Minang itu sendiri).
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan
sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu
kerbau.Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang
besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak
kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka
kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari
mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut.
Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama
Minangkabau, yang berasal dari ucapan "Manang kabau" (artinya menang
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga
menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya
bernama Periaman (Pariaman) menggunakan nama tersebut. Selanjutnya
penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari,
yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten
Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Agama
Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada
masyarakatnya keluar dari agama islam (murtad), secara langsung yang
bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya
disebut "dibuang sepanjang adat". Agama Islam diperkirakan masuk melalui
kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada
kawasan Pariaman, namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang
berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau,
dan Sungai Kampar maupun Batang Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman
Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, Adat manurun,
Syara' mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sementara agama
(Islam) datang dari pesisir ke pedalaman), serta hal ini juga dikaitkan dengan
penyebutan Orang Siak merujuk kepada orang-orang yang ahli dan tekun dalam
agama Islam, masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau.
Sebelum Islam diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti
arkeologis menunjukan pernah memeluk agama Buddha terutama pada masa
kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, sampai pada masa-masa pemerintahan
Adityawarman dan anaknya Ananggawarman. Kemudian perubahan struktur
kerajaan dengan munculnya Kerajaan Pagaruyung yang telah mengadopsi Islam
dalam sistem pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, Suma Oriental masih
menyebutkan dari 3 raja Minangkabau hanya satu yang telah memeluk Islam.
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari Mekkah
sekitar tahun 1803, memainkan peranan penting dalam penegakan hukum Islam di
pedalaman Minangkabau. Walau di saat bersamaan muncul tantangan dari
masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari
konflik ini muncul Perang Padri sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama
bahwa Adat berazaskan Al-Qur'an.
2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
67
digilib.uns.ac.id
Matrilineal
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pula kepada anak perempuannya pula. Begitu seterusnya. Sehingga Tsuyoshi Kato
dalam disertasinya menyebutkan bahwa sistem matrilineal akan semakin menguat
dalam diri orang-orang Minangkabau walau mereka telah menetap di kota-kota di
luar Minang sekalipun dan mulai mengenal sistem Patrilineal.
4. Bahasa
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Kesenian
Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional
khas suku ini yang sudah berkembang sejak lama.Selain itu, adapula tarian yang
bercampur dengan silek yang disebut dengan randai.Randai biasa diiringi dengan
nyanyian atau disebut juga dengan sijobang, dalam randai ini juga terdapat seni
peran (acting) berdasarkan skenario.
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Rumah Adat
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Perkawinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72
digilib.uns.ac.id
8. Masakan Khas
9.
Sosial Kemasyarakatan
a) Persukuan
Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit
ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan tanah keluarga, harta, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73
digilib.uns.ac.id
b) Nagari
perpustakaan.uns.ac.id
74
digilib.uns.ac.id
untuk mendapatkan status dan prestise. Oleh karenanya setiap kepala kaum akan
berlomba-lomba meningkatkan prestise kaum-keluarganya dengan mencari
kekayaan (berdagang) serta menyekolahkan anggota kaum ke tingkat yang paling
tinggi.
c)
Penghulu
Penghulu atau biasa yang digelari dengan datuk, merupakan kepala kaum
keluarga yang diangkat oleh anggota keluarga untuk mengatur semua
permasalahan kaum. Penghulu biasanya seorang laki-laki yang terpilih di antara
anggota kaum laki-laki lainnya. Setiap kaum-keluarga akan memilih seorang lakilaki yang pandai berbicara, bijaksana, dan memahami adat, untuk menduduki
to user jawab mengurusi semua harta
posisi ini. Hal ini dikarenakan commit
ia bertanggung
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedikit
jumlahnya,
cenderung
akan
menggabungkan
gelar
memiliki
penghulu
sendiri.
Kaum-keluarga
yang
gelar
d) Kerajaan
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nagari kecil yang mirip dengan pemerintahan polis-polis pada masa Yunani kuno.
Namun dari beberapa prasasti yang ditemukan pada kawasan pedalaman
Minangkabau, serta dari tambo yang ada pada masyarakat setempat, etnis
Minangkabau pernah berada dalam suatu sistem kerajaan yang kuat dengan
daerah kekuasaan meliputi pulau Sumatera dan bahkan sampai Semenanjung
Malaya. Beberapa kerajaaan yang ada di wilayah Minangkabau antara lain
Kerajaan Dharmasraya, Kerajaan Pagaruyung, dan Kerajaan Inderapura.
c. Kebudayaan Pesantren
1.
makna perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan
istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian
asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang
dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri
(Dhofier 1985:18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para
santri. Menurut Wahid (2001:171), pondok pesantren mirip dengan akademi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77
digilib.uns.ac.id
militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di
sana mengalami suatu kondisi totalitas.
Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak
diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di
Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70).Pondok pesantren
di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis
pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah
santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian,
ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren.
(Hasyim, 1998:39) Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri,
pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang
membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
2. Kyai
Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan
pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial.
Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak
bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta
ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia
adalah tokoh sentral dalam pesantren (Hasbullah, 1999:144).
Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa
(Ziemek, 1986:130). Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis
commit
to user
gelar yang berbeda, yaitu: (1) sebagai
gelar
kehormatan bagi barang-barang yang
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masjid
Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam
perpustakaan.uns.ac.id
79
digilib.uns.ac.id
murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa
disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya.
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri
mukim.Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok
tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran
di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren
jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera
atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari
daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah
pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus
penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri
tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Dhofier, 1985:52).
5. Pondok
Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang merupakan
tempat tinggal kyai bersama para santrinya (Hasbullah, 1999:142). Di Jawa,
besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat
kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki
tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu.Tanpa memperhatikan
berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri
laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama
to user
santri dan rumah kyai, termasukcommit
perumahan
ustad, gedung madrasah, lapangan
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadangkadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh
penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat
asrama para santri
adalah
sebagai
tempat
latihan
bagi
santri
untuk
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepentingan tinggi bagi kaum muslimin.Tetapi hanya sedikit sekali yang dapat
kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama sebelum
Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang
dapat kita pastikan menunjukkan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang
membawa kemajuan teknologi ke Indonesia dan memperkenalkan sistem dan
metode pendidikan baru.Namun, pemerintahan Belanda tidak melaksanakan
kebijaksanaan yang mendorong sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia,
yaitu sistem pendidikan Islam.Pemerintahan penjajahan Belanda membuat
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun
1882
pemerintah
Belanda
mendirikan
Priesterreden
perpustakaan.uns.ac.id
83
digilib.uns.ac.id
4.
a.
Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia.Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki
ketetapan yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai.
Persahabatan sebagai nilai (positif/ baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada
pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang
ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagaimana usaha untuk menentukan sesuatu itu berharga dari yang lain, serta
tentang apa yang dikehendaki atau ditolak
Rieseri Frondizi (2007: 20) menjelaskan bahwa nilai bersifat objektif dan
subjektif, tergantung dari sudut pandang yang memberikan penilaian. Nilai
bersifat objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Nilai juga dapat bersifat subjektif jika eksistensi, makna, dan validitasnya
tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian.
Pengertian nilai menurut Ginanjar (2002: 14) adalah berkaitan dengan cara
bertingkah laku yang disukai dan keadaan akhir dari suatu eksistensi. Perbedaan
tingkah laku individu tergantung pada nilai yang diprioritaskan, yaitu
memprioritaskan nilai sosial atau nilai personal.
Dendy Sugono (2003: 111) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terdapat
dalam karya sastra adalah sebagai berikut: nilai hedonik; nilai artistik; nilai
kultural; nilai etika, moral, dan agama; dan nilai praktis.
Nilai dapat dibedakan menjadi berikut ini: (1) nilai materi yang mencakup
kebutuhan pangan, sandang, dan papan; (2) nilai sosial mencakup kebutuhan
hidup bersama antarsesama yang meliputi kasih sayang, kepercayaan, kehangatan,
kemesraan, dan sebagainya; (3) nilai moral yang meliputi kejujuran dan tanggung
jawab atas kehidupan pribadi; (4) nilai estetika yang menyangkut keindahan dan
rasa seni; (5) nilai spiritual yang menyangkut kebutuhan manusia akan
kesempurnaan dan kelengkapan dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat para ahli di atas ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah
keyakinan yang mampu mempengaruhi cara berpikir, cara bersikap maupun cara
bertindak dalam mencapai tujuan hidup jika dihayati dengan baik dan bersifat
objektif dan subjektif, tergantung dari sudut pandang yang memberikan penilaian.
b. Pengertian Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nsional Bab I ketentuan umum pasal 1 disebutkan bahwa,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (dalam Seodomo Hadi, 2003:108)
Soedomo Hadi (2003:18) mengatakan bahwa pendidikan adalah bantuan
atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak
didik dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan yang
dilakukan. Pendidikan mencakup pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri
dari pihak terdidik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju arah
pertumbuhan dan perkembangan.
Pendidikan pada hakikatnya juga berarti mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari pernyataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu: a)
cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
persoalan nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif dan siap mengaplikasikan
ilmunya; b) hidup, memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan
hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa
suatu
hari
kita
akan
mati,
dan
segala
amalan
kita
akan
perpustakaan.uns.ac.id
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
moral, atau agama; dan (e) Nilai praktis (practice value), yaitu nilai yang
mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Novel memiliki berbagai macam tema. Dendy Sugono (2003: 111)
menyatakan bahwa dengan membaca novel, pembaca akan memperoleh sesuatu
yang dapat memperkaya wawasan dan/atau meningkatkan harkat hidup. Dengan
kata lain, dalam novel ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena
itulah, karya sastra yang baik senantiasa mengandung nilai (value).
Sastrowardoyo (dalam H. Nani Tuloli, 1999: 232) menjelaskan bahwa
sebenarnya dalam masyarakat modern kesusastraan dapat berkembang dengan
subur dan nilai-nilainya dapat dirasakan manfaatnya oleh umum. Kesusastraan
sendiri mengandung potensi-potensi ke arah keluasan kemanusiaan dan semangat
hidup serta mengandung ekspresi total pribadi manusia yang meliputi tingkat
pengalaman biologi, sosial, intelektual, dan religius. Nilai-nilai seperti itu sangat
dibutuhkan oleh masyarakat modern karena merupakan hasil observasi yang teliti
dari pengarang yang dituangkan dalam karya sastra.
Butir-butir nilai seperti itu banyak terungkap dalam novel dan dapat
dijadikan sebagai bahan kajian, renungan, dan pegangan bagi para pembacanya
serta menumbuhkan sikap positif bagi para pembacanya (H. Nani Tuloli, 1999:
234). Hal itu sangat mendasar karena sastra juga mampu eksis dan dapat
menjembatani kehidupan di Indonesia yang plural dan miltikultural, sebagaimana
dinyatakan Suminto A. Sayuti (2006: 1) sebagai berikut: (a) Sastra mampu
menyuarakan perbedaan budaya agar saling memahami; (b) Karya sastra
commit to user
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebaikan,
pemeliharaan
dan
pengertian,
melenyapkan
kecemburuan, dan menjaga tingkah laku; (d) Toleransi, yakni sifat terbuka dan
reseptif pada indahnya perbedaan atau saling menghargai melalui saling
pengertian; (e) Kejujuran yang berarti menyatakan bahwa kebenaran tidak ada
kontradiksi dalam pikiran, kata atau tindakan serta tidak ada kemunafikan; (f)
Kerendahan hati yang artinya mengizinkan diri untuk tumbuh dalam
kemuliaan dan integritas; (g) Kerja sama yang disebabkan karena ada prinsip
saling
menghargai,
keberanian,
pertimbangan
pemeliharaan,
membagi
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
tidak perlu; (k) Kebebasan yang berarti adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan pilihan seimbang dengan konsekuensinya; dan (l) Persatuan
yang merupakan keharmonisan antara individu dalam suatu kelompok serta
dibangun dari saling berbagi pandangan, harapan, dan tujuan mulia atau
demi kebaikan bersama.
Dengan demikian, novel yang merupakan salah satu genre sastra pasti
mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat bagi pendidikan batin
pembacanya atau penikmatnya. Dengan demikian, bisa jadi novel dapat
memegang peran penting dalam mengatasi krisis moral maupun menurunnya
moral bangsa, khususnya generasi muda saat ini.
Ada beberapa nilai pendidikan yang dapat diperoleh dari sebuah cerita
(dalam hal ini novel). Nilai pendidikan itu di antaranya adalah nilai yang
dikemukakan oleh Max Scheler. Dalam penelitian nilai-nilai yang diambil untuk
menganalisis nilai pendidikan adalah nilai yang dikemukan oleh Max
Scheler.maka nilai-nilai pada novel dapat dikemukakansebagai berikut:
1) Nilai Vitalitas atau Kehidupan Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menganggap menolong memiliki nilai baik, adapun mencuri bernilai
buruk.Nilai sosial termasuk pada nilai vitalitas atau kehidupan sosial.
Ukuran untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas
atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini sangat dipengaruhi
commit to user
oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat yang satu
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh masyarakat yang
tinggal diperkotaan lebih menyukai persaingan Karena dalam persaingan akan
muncul perubahan-perubahan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih
cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu
keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Kimbal Young mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak
dan sering tdak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
Adapun A.W Green memandang nilai sosial seabagai kesadaran yang secara
relatif berlangsung disertai emosi terhadap obyek. Menurut Woods, nilai sosial
merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang
mengarahkan tingkah laku dalam kehidpan sehari-hari,(Fikri, 2010).
Burhan Nurgiyantoro (2010: 334) menyatakan bahwa banyak karya
sastra yang memperjuangkan nasib rakyat kecil yang menderita, nasib rakyat
kecil yang memang perlu dibela, rakyat kecil yangseperti dipermainkan oleh
tangan-tangan
kekuasaan,
kekuasaan
yang
kini
lebih
berupakekuatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
94
digilib.uns.ac.id
negatif perlu juga diketahui serta disampaikan kepada pembaca. Hal ini
dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bisa membedakan mana yang baik mana
yang buruk. Seperti halnya orang belajar. Ia akan berusaha untuk bertindak lebih
baik jika tidak tahu hal-hal yang buruk dan tidak pantas dilakukan. Nilai moral
mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang
menyangkut harkat dan martabat manusia, mencakup semua persoalan yang
boleh dikatakan tak terbatas.
Setiap karya sastra selalu berorientasi pada hal-hal yang bersifat
membangun melalui pesan moral. Nilai-nilai moral dalam karya sastra dapat
dijadikan bahan perenungan sekaligus menjadi kaidah pendamping dalam
menjalankan kegiatan kehidupan.
Sebuah karya sastra (novel) tentu saja dapat mengandung dan
menawarkan pesan moral, tentunya banyak sekali jenis moral dan wujud ajaran
moral yang dipesankan. Karya sastra disebut memiliki nilai moral apabila
menyajikan, mendukung, dan mengharagai nilai kehidupan yang berlaku. Moral
dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang
bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam karya sastra dapat dipandang
sebagai amanat. Burhan Nurgiyantoro (2010: 324)
Berdasarkan dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai moral adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca,
pesan tersebut merupakan makna yang terkandung dalam suatu karya yaitu
makna yang diungkapkan lewat cerita.
commit to user
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar
pada
suatu
kebiasaan,
kepercayaan
(believe),
simbol-simbol,
dengan
karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dan lainnya sebagai acuan prilaku
dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Kluckhon dan Strodtbeck (dalam Koentjaraningrat, 2000: 78) menyatakan
bahwa konsepsi mengenai isi dari nilai budaya yang secara universal ada dalam
tiap kebudayaan menyangkut paling sedikit lima hal, yaitu 1) masalah human
nature, atau makna hidup manusia; 2) masalah man nature, atau makna dari
hubungan manusia dengan alam sekitarnya; 3) masalah time, atau persepsi
manusia mngenai waktu; 4) masalah activity, atau soal makna dari pekerjaan,
karya dan amal perbuatan manusia, dan 5) masalah relational, atau hubungan
manusia dengan sesama manusia. Kelima masala tersebut sering disebut sebagai
orientasi nilai budaya (value orientation).
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi,
misi atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau
organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nila-nilai budaya yaitu:
1) Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata.
2) Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto
tersebut.
3) Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan
menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlihat).
dalam
penelitian
ini,
yaitu:
(1)
latar
tempat
mempengaruhi sikap dan keyakinan Klara tentang apa yang dirasakan dan dilihat
tetapi yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain; (2) makna nilai pendidikan
dengan tinjauan sosiologi, antara lain: (a) Nilai pendidikan religius atau agama,
(b) Nilai pendidikan ilmu pengetahuan, (c) Nilai pendidikan sosial, (d) Nilai
pendidikan ekonomi, (e) nilai pendidikan politik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Purwoko adalahpenggunaan
pendekatan yang dipakai untuk mengkaji karya sastra yakni sama-sama
menggunakan pendekatan sosoilogi sastra dan penggunaan obyek penelitian
berupa novel. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Purwoko adalah
penggunaan obyek penelitian di atas menggunakan novel Kutahu Matiku Karya
Nwi Palupi sedangkan obyek penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menara
karya Ahmad Fuadi.
Renee N. Easter, Joseph A. Caruso and Anne P. Vonderheide (2010,493commit
to user Teaching. Hasil penelitian yang
502) yang dimuat di dalam Journal
of Language
perpustakaan.uns.ac.id
97
digilib.uns.ac.id
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir
Karya sastra merupakan satu bentuk kebudayaan, sehingga tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan yang telah membentuknya. Salah satu bentuk karya
sastra adalah novel. Novel merupakan cerminan keadaan sosial dari kurun waktu
tertentu. Novel berbicara mengenai manusia dan kemanusiaan. Di dalam novel
terkandung fenomena-fenomena sosial yang ditampilkan oleh pengarang. Oleh
karena itu kehadiran karya sastra tidak dapat terlepas dari situasi dan kondisi
sosial masyarakat.
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ahmad Fuadi
Pandangan
pengarang terhadap
Pondok Madani
dalam Novel
Negeri Lima
Menara karya
Ahmad Fuadi
commit to user
Nilai-nilai
Pendidikan
Novel Negeri
Lima Menara
karya Ahmad
Fuadi
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data dokumen
berupa novel yaitu novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi sebagai objek
penelitiannya, maka penelitian ini berupa kajian novel, maka objek kajian
penelitiannya adalah novel itu sendiri. Adapun rincian penelitian ini tidak
terpancang waktu dan tempat. Waktu dan pelaksanaan jenis kegiatan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan dengan tabel berikut:
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Waktu
Bulan
NO
Kegiatan
Ke-1
1.
Persiapan
xx
2.
Pembuatan Proposal
Ke-2
Ke-3
Ke-4
Ke-5
Ke-6
xx
3.
Revisi Proposal
xx
4.
Pengumpulan Data
5.
xx
xx
xx
Data
6.
xxxx
xx
penelitian
7.
Revisi
Laporan
Hasil
xx
Penelitian
commit to user
101
xx
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah
Data
Data atau informasi penting yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini berupa data kualitatif yang berwujud ungkapan atau kalimat yang ada dalam
novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.
Adapun data yang dikumpulkan harus sesuai dengan pendekatan sosiologi
sastra yang memfokuskan diri pada data:
a. Data pandangan pengarang terhadap isi novelnya. Pengarang dibicarakan
terlebih dahulu dengan anggapan bahwa pengarang adalah kunci penentu
tentang apa dan bagaimana aspek sosial budaya dimanfaatkan;
commitnovel
to user
b. Data sosial budaya yang ada dalam
Negeri Lima Menara;
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Data nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel Negeri Lima Menara;
2. Sumber Data
Sumber data penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian sebagai
berikut:
a.
Dokumen berupa bahan tertulis yaitu isi novel Negeri Lima Menara karya
Ahmad Fuadi diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2009, tebal
423 halaman.
: Ahmad Fuadi
Tempat/Tgl Lahir
: Bukittinggi, 1972
Alamat
: Bintaro, Jakarta
Keterangan
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melakukan Wawancara
Wawanacara dilakukan secara tidak terstruktur kerena peneliti merasa
tidak tahu mengeni apa yang terjadi sebenarnya dan ingin menggali informasi
secara mendalam dan lengkap dari narasumbernya (Sutopo, 2002:59). Wawancara
berlangsung melalui email dengan pengarang novel Negeri Lima Menara yaitu
Ahmad Fuadi. Hasil wawancara dilampirkan di lampiran halaman 202.
2. Mengkaji Dokumen dan Arsip (content analisys)
Sumber data yang berupa arsip dan dokumen biasanya merupakan data
pokok dalam penelitian historis, terutama untuk mendukukung proses interprestasi
dari setiap peristiwa yang diteliti. Dokumen yang ditemukan wajib dikaji
kebenarannya, baik secara eksternal (kritik eksternal) yang berkaitan dengan
kaslian dokumen, dan juga secara internal (kritik internal) yang berkaitan dengan
kebenaran isi dokumen atau pernyataan yang ada (Sutopo, 2002:70). Pengkajian
commit to user
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dokumen tersebut dilakukan dengan teknik analisis isi (content analisys). Langkah
kerjanya adalah:
a.
Menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu novel Negeri
Lima Menara (2009) karya Ahmad Fuadi.
b.
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informan
atau
narasurnber
(rnanusia)
dijaring
dengan
cara
b.
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan kesimpulan
Reduksi Data
commit to
user
Data dikumpulkan dari dokumen
dan
arsip, serta hasil wawancara. Data
perpustakaan.uns.ac.id
108
digilib.uns.ac.id
Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimasudkan agar lebih mudah untuk dapat
perpustakaan.uns.ac.id
109
digilib.uns.ac.id
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti, prosedur penelitian yang peneliti
lakukan meliputi beberapa tahap sesuai arahan Lexy J. Moleong (2010: 247-268)
sebagai berikut:
1.
bahan-bahan
pustaka
yang
mendukung
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
111
digilib.uns.ac.id
4.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5.
6.
7.
Tahap pengecekan keabsahan data. Pada tahap ini dilakukan penelitian yang
ada terutama mengadakan tringulasi, pengecekan anggota dan auditing yang
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
terletak di Danau Minanjau. A. Fuadi lahir pada tanggal 30 Desember 1972. Fuadi
menulis novel ini terinspirasi oleh pengalaman pribadi ketika menempuh
pendidikan. Pendidikan di Pondok Gontor memberikan kenikmatan yang
mencerahkan kehidupan. Semua tokoh dalam novel Negeri Lima Menara
terinspirasi oleh sosok asli. Karakter yang ada dalam tokoh, juga merupakan
gabungan dari beberapa karakter yang sebenarnya.
Pandangan Ahmad Fuadi terhadap Pondok Madani dalam novel Negeri
Lima Menara, merupakan tempat yang mengajarkan tentang kehidupan yang
percaya dan bertakwa terhadap Tuhan. Selain itu pengarang juga berpandangan
bahwa Pondok Madani merupakan tempat untuk membentuk karakter seseorang
dan menjadikan manusia berwawasan luas.
Murid Pondok Madani dibekali dengan iman yang kuat, pintar dan
berkarakter tersebut, tidak terlepas dari pendidik Pondok. Pengajar Pondok
Madani sebagian besar adalah lulusan Inggris dan Mesir. Menurut Ahmad Fuadi,
kyai Pondok Madani tidak hanya mengajarkan agama. Belajar agama dapat
commit to user
dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, dengan membaca buku, pengajian,
113
perpustakaan.uns.ac.id
114
digilib.uns.ac.id
atau lewat internet. Pondok Pesantren adalah tempat belajar kehidupan secara
total. Artinya belajar mengenai kehidupan yang nantinya akan diterapkan dalam
masyarakat.
Di Pondok Madani, murid belajar dengan pembiasaan yang baik dan
teratur selama 24 jam. Selama 24 jam tersebut semua aktivitas dipantau oleh para
kyai. Kegiatan di Pondok Madani antara lain belajar cara belajar (learn how to
learn), etos kerja sampai tujuan hidup. Di Pondok Madani juga diwajibkan untuk
menulis karangan sebanyak tiga kali dalam seminggu dan menulis teks pidato
dalam tiga bahasa. Semua kegiatan tersebut dipantau dan diperiksa oleh kyai
dengat ketat.
Menurut Ahmad Fuadi pembiasaan positif tersebut memudahkannya
menulis sampai sekarang. Menulis perlu etos kerja yang keras dan kejernihan visi
tentang hidup. Selain hal tersebut, dengan adanya pembiasaan yang positif Ahmad
Fuadi mendapatkan beberapa beasiswa ke luar negeri. Hal itu terjadi karena
adanya semangat dan motifasi yang diajarkan di Pondok Madani. Kesempatan
Ahmad Fuadi untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri antara lain di Inggris,
London, Amerika Serikat dan singapura.
Ahmad Fuadi memang tidak salah pilih bersekolah di Pondok Madani.
Selain penjelasan di atas, Pondok Madani juga merupakan tempat membentuk
anak muda dengan totalitas pendidikan yang iklas. Artinya, pengajar di pondok
Madani memberikan pendidikan yang mengajarkan keikhlasan. Selain itu kyai
Pondok Madani memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas dan hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
115
digilib.uns.ac.id
mengharapkan pahala dari Allah. Ahmad Fuadi sangat beruntung bisa masuk ke
Pondok Madani.
Pondok Madani juga memberikan bekal hidup bagi anak didiknya. Bekal
tersebut antara lain bekal untuk mengarungi hidup. Dimana kehidupan itu
terkadang senang dan susah. Bekal tersebut tertanam di dalam pikiran dan hati.
Bekal itu berupa ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.
Keduanya saling berjalan beriringan untuk mengarungi kehidupan. Namun,
penanaman dan penerapan bekal setiap individu di Pondok Madani itu berbedabeda.
Selanjutnya pandangan Ahmad Fuadi terhadap Pondok Madani adalah
kepercayaan Pondok yang mengharuskan murid pondok menggunakan bahasa
asing selama 24 jam. Bahasa asing tersebut adalah bahasa Arab dan bahasa
Inggris. Setiap murid diwajibkan menggunakan bahasa asing dengan harapan agar
semua murid bisa berbahasa asing dengan lancar. Dimana bahasa asing
merupakan kunci utama untuk menjelajah dunia.
Semua dapat dilakukan dan didapat oleh Ahmad Fuadi berkat semangat,
motivasi, kesungguhan, doa dan kerja keras. Salah satunya adalah motivasi yang
diajarkan di Pondok Madani. Motivasi tersebut adalah man jadda wajadda artinya
siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Menurut pandangan
pengarang man jadda wajadda harus diimbangi dengan usaha keras. Setiap
keberhasilan pasti ada jaranya. Jarak tersebut tidak bisa ditentukan berapa
lamanya. Jarak tersebut harus diisi dengan kesabaran. Man jadda wajadda saja
commit to user
116
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak cukup, tetapi harus dilengkapi dengan man shabara zhafira artinya siapa
yang sabar akan beruntung.
2.
Aspek Sosial Budaya yang Terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara
Karya Ahmad Fuadi
Aspek sosial budaya yang terdapat dalam sebuah novel Negeri Lima
Menara yang mendasari sebuah cerita rekaan. Menurut para ahli memandang
bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial budaya. Menurut Koentjaraningrat
(2000: 9) kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari budi dan karyanya itu.
Sementara itu, Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan antara lain C. Kluckhohn dalam bukunya
Universal Categories of Culture membahas kerangka-kerangka kebudayaan yang
kemudian dijadikan kerangka umum. Berdasarkan itu pulalah, Koentjaraningrat
(dalam P. Hariyono, 2009: 38 dan Mg. Sri Wijiyati, 2007: 133) memaparkan tujuh
unsur kebudayaan sebagai berikut: (1) sistem religi; (2) sistem kemasyarakatan
atau organisasi sosial; (3) sistem pengetahuan; (4) bahasa; (5) kesenian; (6) sistem
mata pencaharian hidup; dan (7) sistem peralatan hidup atau teknologi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sosial budaya yang terdapat dalam novel
Negeri Lima Menara adalah sistem religi, sistem kemasyarakan atau komunikasi
sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan
sistem peralatan hidup dan teknologi.
commit to user
117
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Sistem Religi
1) Sistem Kepercayaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
118
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
119
digilib.uns.ac.id
120
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan duduk diatas hamparan sajadah. Sekilas mereka seperti sedang naik
permadani terbang. (AHMAD FUADI, 2011 : 197-198)
Dengan sholat tahajud badan juga terasa ringan dan segar. Apalagi
menjelang ujian, banyak murid yang melakukan doa malam dan belajar malam.
Sungguh hal yang jarang dilaukan oleh orang awam.
2) Sistem Nilai dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup yang terungkap dalam novel Negeri Lima Menara
adalah kata mujarab yang sampaikan oleh Ustad Salman. Kata mujarab yang
memikat semua orang tersebut adalah Man Jadda Wajada. Hal tersebut terdapat
dalam kutipan novel seperti di bawah ini:
Man jadda wajada : sepotong kata asing ini bak mantera ajaib yang ampuh
bekerja. Dalam hitungan beberapa helaan napas saja, kami bagai tersengat
ribuan tawon. Kami tiga puluh anak tanggung, menjerit balik, tidak mau
kalah kenceng.
Man jadda wajada!
Berkali-kali, berulang-ulang, sampai tenggorokan panas dan suara serak.
Ingar bingar ini berdesibel tinggi. Telingaku panas dan berdengingdenging sementara wajah kami merah padam memfosir tenaga. Kaca
jendela yang tipis sampai bergetar-getar disebelahku. Bahkan, meja
kayuku pun berkilat-kilat basah, kuyup oleh liur yang ikut berloncatan
setiap berteriak lantang.
Tapi kami tahu, mata laki-laki kurus yang enerjik ini tidak dimuati aura
jahat. Dia dengan royal membagi energi positif yang sangat besar dan
meletup-letup. Kami tersengat menikatinya. Seperti sumbu kecil terpecik
api, mulai terbakar, membesar, dan terang!
Dengan wajah berseri-seri dan senyum senti menyilang di wajahnya, lakilaki ini hilir mudik diantara bangku-bangku murid baru, mengulang-ulang
mantera ajaib ini di depan kami bertiga puluh. Setiap dia berteriak, kami
menyela balik dengan kata yang sama man jadda wajada. Mantera ajaib
berbahasa Arab ini bermakna tegas: Siapa yang bersungguh-sungguh,
akan berhasil!!. (AHMAD FUADI, 2011 : 40-41)
commit to user
121
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
122
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
123
digilib.uns.ac.id
jamaah yang ada di masjid tersebut. Tetapi, karena pendidikan di Pondok Madani
yang sangat ketat dan berkualitas tinggi. Hal itu bisa di tepis oleh ketiga orang
tersebut. Dengan semangat yang tinggi, ketiganya membawakan dahwah dengan
tiga bahasa. Bahasa Indonesia, bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Jamaah yang ada
di masjid itu terkagum-kagum dengan dahwah Atang, Alif dan Baso. Semuanya
sungguh sangat bagus. Hal itu sesuai dengan kutipan pada novel tersebut sebagai
berikut:
Seperti undangan yang diterima Atang, kami datang ke Masjid Unpad
sebelum Ashar. Diluar dugaan, shalat Ashar berjamaah di masjid kampus
ini penuh. Aku sempat agak grogi melihat jamaah yang beragam, mulai
dari mahasiswa, dosen, masyarakat umum dan terutama para mahasiswa
yang manis-manis.tapi begitu aku tampil di mimbar membawakan pidato
bahasa Inggris favoritku yang berjudul How Islam Solves Our Problems,
pelan-pelan grogiku menguap. Semua teks pidato dan potongan dalil masih
aku hafal dengan baik. (AHMAD FUADI, 2011 : 220)
124
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
126
digilib.uns.ac.id
sebagai benua Amerika, Raja melihat awan seperti benua Eropa, Atang melihat
awan itu sebagai negara Timur Tengah dan Afrika, Baso lebih suka melihat awan
itu sebagai benua Asia dan Afrika, dan Dulmajid serta Said lebih suka melihat
awan itu tetap sebagai negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan kutipan novel
sebagai berikut:
Kini di bawah menara PM, imajinasiku kembali melihat awan-awan ini
menjelma menjadi peta dunia. Tepatnya menjadi daratan yang didatangi
Columbus sekitar 500 tahun silam: Benua Amerika.
........................................................................................................................
(AHMAD FUADI, 2011 : 207)
Selain perkumpulan sahibul menara di menara masjid, Aula juga
merupakan tempat berkumpul bagi semua murid PM. di aula tersebut sebagian
kegitan di lakukan. Hal itu sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut
Sehabis Isya, murid-murid berbodong-bondong memenuhi aula. Ratusan
kursi disusun sampai ke teras untuk menampung tiga ribu orang. Semua
orang mengobrol seperti dengungan ribuan tawon transmigrasi. Di
panggung duduk berjejer beberapa ustad senior dan kiai. Sebuah tulisan
besar menggantung sebagai latar: Pekan Perkenalan Siswa PM. (AHMAD
FUADI, 2011 : 48)
Malamnya, semua murid dikumpulkan di aula untuk menyaksikan
pembukaan musim ujian oleh Kiai Rais, seakan-akan ujian adalah sebuah
hari besar keramat ketiga setelah Idul Adha dan Idul Fitri. (AHMAD
FUADI, 2011 : 189-190)
Aku layangkan pandanganku ke aula di seberang Al-Barq. Jam 2 malam,
aula ini sudah ramai seperti pasar subuh! Puluhan lampu semprong
berkerlap-kerlip di atas setiap meja pasukan sahirul lail. Ketika angin
malam berhembus, mata apinya serentak menari-nari seperti kunang.
(AHMAD FUADI, 2011 : 198)
Pengumuman kelulusan kita sudah ada, bisa di lihat di aula, seru Said
sebagai ketua angkatan kami berteriak-teriak setelah subuh. Walau masih
pegal-pegal dengan perjalanan keliling Jawa Timur kemarin, kami tidak
commit to user
sabar untuk berbondong-bondong
ke aula. Walau sudah bertawakal
perpustakaan.uns.ac.id
127
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
128
digilib.uns.ac.id
membahasnya. Kelas enam tahun lalu bahkan disebut The Fire Maker.
(AHMAD FUADI, 2011 : 338)
Bagi siswa kelas enam di Pondok Madani, diwajibkan menampilkan
sebuah pentas. Pesta itu dihadiri oleh seluruh warga Pondok Madani dan
masyarakat sekitar. Hal ini berhubungan dengan sistem pengetahuan yaitu bahwa
siswa kelas enam tahun lalu berhasil membuat pesta yang luar biasa. Pesta
pertunjukan itu biasa di sebut dengan Class Six Show. Class Six Show yang
ditampilakan senior kelas enam tahun lalu yaitu bercerita tentang iblis yang
melayang-layang di udara. Iblis itu melayang dengan tubuh terbakar oleh api.
Dengan pertunjukan itu, menunjukkan bahwa sistem pengetahuan murid kelas
enam sudah maju dan kreatif. Terbukti dengan menampilkan iblis yang melayang,
digunakan manusia tiruan yang memakai baju pemadam kebakaran. Rahasianya
adalah baju pemadam itu dibalur dengan spiritus untuk menyulut api. Baju itu
diletakan pada kabel berjalan. Sehingga, pertunjukan itu benar-benar seperti
dalam kehidupan nyata.
Sistem pengetahuan lain adalah kelas Alif yang menampilkan pertunjukan
Class Six Show dengan cerita Ibnu Batutah. Class Six Show ini juga spektakuler.
Hal ini terlihat pada kutipan novel yang menceritakan perjalanan Ibnu Batutah
dalam menyebarkan agama islam. Ide itu disampaikan oleh Atang. Ketika Ibnu
Batutah berjalan topan badai, maka penonton juga merasakan angin kencang.
Waktu Ibnu Batutah terkena hujan tropis, penonton juga ikut merasakan basah
karena hujan. Ibnu Batutah edang berjalan menembus kabut Himalaya, maka
penonton juga harus ikut tersesat bersamanya. Hal ini sesuai dengan kutipan dalan
commit to user
novel sebagai berikut:
129
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk
melaksanakan
ide
cemerlang
itu,
membutuhkan
pengorbanan. Untuk membuat asap buatan, Alif, Said dan Atang harus pergi ke
Surabaya. Bahan utama untuk membuat asap itu adalah karbon dioksida kering.
Karbon dioksida bersuhu rendah yang dipadatkan, sehingga apabila terkena udara
sedikit saja, karbon dioksida akan mengeluarkan asap banyak. Istilah ilmiahnya
ada kondensasi, sehingga asap tersebut bisa kita lihat seperti kabut.
Sementara itu sistem pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran
yang bersifat modern adalah pengajaran mengenai penggunaan bahasa asing.
Penggunaan bahasa asing wajib bagi semua murid. Bagi murid baru diberi
kesempatan untuk belajar selama empat bulan. Siapa yang melanggarnya akan
mendapatkan sanksi. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Dan yang tidak kalah penting, bagi anak baru, kalian hanya punya waktu
empat bulan untuk boleh berbicara bahasa Indonesia. Setelah empat bulan,
semua wajib berbahasa Inggris dan Arab, 24 jam. Percaya kalian bisa
kalau berusaha. Sesungguhnya bahasa asing adalah anak kunci jendelajendela dunia. (AHMAD FUADI, 2011 : 51)
Bahasa Asing yang perlu dipelajari oleh murid adalah bahasa Arab dan
bahasa Inggris. Bagaimanapun juga bahasa asing adalah kunci untuk membuka
jendela dunia. Pondok Madani berharap lulusan pondok bisa bersaing di kancah
dunia.
commit to user
130
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bahasa
Bahasa
dalam
unsur
kebudayaan
yang
di
kemukakan
oleh
Koentjaraningrat ada dua macam, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa
yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara ini adalah bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Minang, bahasa Indonesia,
bahasa Arab dan bahasa Inggris.
1. Lisan
1. Bahasa Minang
Alif sebagai tokoh utama berasal dari kampung Bayur, Minanjau. Bahasa
daerah Minangkabau adalah bahasa Minang. Bahasa derah itu digunakan sebagai
alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat pada novel Negeri
Lima Menara. Bahasa Minang yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara
adalah sebagai berikut
Buyuang, sejak waang masih di kandungan, Amak selalu punya citacita, mata Amak kembali menatapku. (AHMAD FUADI, 2011 : 8)
Buyuang merupakan pangilan untuk anak laki-laki di kampung Minanjau.
Buyuang adalah panggilan Alif. Biasa Amaak memanggil Alif dengan sebutan
Buyuang. Waang adalah kata ganti orang kedua tunggal yaitu artinya kamu.
Waang diucapakan Amaak kepada Alif. Hal itu ducapakan ketika Amaak
membujuk Alif untuk masuk sekolah ke Pondok.
Sementara itu kata ambo kata ganti orang pertama, yaitu saya. Kata ambo
dianggap lebih sopan dan dipakai
ketikato bicara
commit
user dengan orang yang dihormati.
perpustakaan.uns.ac.id
131
digilib.uns.ac.id
Sebutan kata ambo ini digunakan Alif ketika berbicara dengan ibunya. Alif
membela diri bahwa Alif tidak berbakat dalam agama. Alif lebih senang
melanjutkan sekolah ke SMA. Namun, ibu Alif tetap kukuh agar Alif melanjutkan
sekolah ke Pondok. Bahkan ibu Alif mengatakan bahwa orang tua lain mengirim
anaknya ke sekolah madrasah bukan berarti anak tersebut cadiak. Cadiak artinya
adalah pintar. Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Tapi Amak, ambo tidak berbakat dengan ilmu agama. Ambo ingin
menjadi insinyur dan ahli ekonomi, tangkisku sengit. Mukaku merah dan
mata terasa panas. (AHMAD FUADI, 2011 : 9)
Tapi bukan salah ambo, orang tua lain mengirim anak yang kurang
cadiak masuk madrasah... (AHMAD FUADI, 2011 : 9)
Di dalam novel Negeri Lima Menara juga terdapat bahasa Minang yang
berbentuk sebuah kalimat percakapan. Alah kanai lo baliak. Kita kena lagi!
Kalimat tersebut adalah kalimat yang dilontarkan oleh Etek Muncak dan
keneknya secara bersamaan. Kalimat Alah kanai lo baliak. Kita kena lagi!
artinya bahwa roda belakang bus tersebut pecah. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan dalam novel sebagai berikut:
BLAAR! Bus tiba-tiba bergetar dan oleng. Semua penumpang berteriak
kaget. Amukan di perutku tiba-tiba surut, pudur seperti lilin di henbus
angin. Pak Etek Muncak dan kenek bersamaan berseru, Alah kanai lo
baliak. Kita kena lagi!. Roda belakang pecah. (AHMAD FUADI, 2011 :
21)
Kalimat Minang lain yang ditemukan adalah ndak baa do artinya
adalah sebentar lagi perjalanan menyebrang pulau akan sampai. ndak baa do
disampaikan oleh bapak kepada Alif. Karena perjalanan laut ketika itu sangat
menakutkan. Tiba-tiba gelombang laut tinggi. Kapal tergocang, penumpangnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
132
digilib.uns.ac.id
bagai dilempar kesana- kemari. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai
berikut:
ndak baa do, sebentar lagi kita sampai! seru ayah mencoba
menenangkan sambil menggamit bahuku. Padahal setengah jam yang lalu
pelayaran kami mulus, gemericik air yang di belah haluan terasa
menentramkan hati. (AHMAD FUADI, 2011 : 22)
2. Bahasa Arab
Bahasa resmi di Pondok Madani dalam novel tersebut adalah bahasa Arab
dan Bahasa Inggris. Bahasa Arab yang disanpaikan secara lisan dalam novel
tersebut sangat banyak sekali. Bahasa Arab yang terdapat dalam novel adalah
sebagai berikut:
Bahasa Arab digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari di Pondok
Madani. Bahasa Arab merupakan bahasa wajib yang harus digunakan oleh semua
murid. Namun, kalimat uthulubul ilma walau bisshin, artinya tuntutlah ilmu,
bahkan walau ke negeri sejauh Cina ini disampaikan oleh Alif ketika Alif akan
pergi ke Pondok Madani di Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan kutipan pada
novel sebagai berikut:
Bujukan mereka agar tetap tinggal di kampung telah kukalahkan dengan
argumen berbahasa Arab yang terdengar gagah, uthulubul ilma walau
bisshin, artinya tuntutlah ilmu, bahkan walau ke negeri sejauh Cina.
(AHMAD FUADI, 2011 : 17)
Sementara itu, setelah tiba di Pondok Madani Alif dan bapaknya di sambut
dengan ramah oleh panitia pendaftaran dari Pondok Madani. Disela-sela perkataan
panitia pendaftaran dari Pondok tersebut ada beberapa kalimat dengan bahasa
commit to user
133
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Arab. Kalimat tersebut adalah Shabahal khair ya akhi Burhan. Artinya adalah
ini rombongan tamu pertama hari ini. Semua delapan orang. Hal tersebut
diucapkan oleh Ismail kepada Burhan. Burhan adalah panitia pendaftaran. Burhan
menjawab perkataan Ismail dengan kalimat bahasa Arab yaitu Syukron ya akhi.
Artinya yaitu terima kasih. Hal tersebut sesuai dengan kutipan pada novel sebagai
berikut:
Ismail meloncat turun dari bus. Kerikil yang diinjak oleh hak sepatunya
berderik-derik. Dia menyerahkan selembar daftar penumpang ke seorang
anak muda berwajah riang yang telah menunggu di luar mobil. Sebuah
dasi berkelir biru laut menggantung rapi di kerah leher baju putihnya.
Shabahal khair ya akhi Burhan. Ini rombongan tamu pertama hari ini.
Semua delapan orang, kata Ismail.
Syukron ya akhi. Terima kasih. Kami akan beri pelayanan terbaik.
(AHMAD FUADI, 2011 : 29-30)
Bahasa Arab selalu digunakan dalam pembelajaran. Misalnya, Ustad
Salman. Ustad Salman mengajarkan Bahasa Arab. Beliau mengajar dengan
menggunakan metode yang mudah dipahami oleh murid. Metode tersebut adalah
metode dengar, ikuti, teriakkan dan ulangi lagi. Tidak ada terjemahan bahasa
Indonesia sama sekali. Namun, metode tersebut sangat ampuh untuk
menginternalisasi bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa
yang tertahan lama. Inilah sistem bahasa yang membuat Pondok Madani terkenal
dengan kemampuan muridnya berbicara aktif. Seperti kutipan dalam novel di
bawah ini, ada kalimat Quuluu jamaaatan... maa haaza? Haaza kitaabun.
Artinya apa yang saya pegang ini? Ini adalah buku. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
134
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
135
digilib.uns.ac.id
maka semua murid yang melihat pertandingan bulu tangkis berbicara dengan
bahasa Arab. Kata Idrib...Idrib... Idrib... qawaiyyan... Hit...Hit hit harder! kata
tersebut adalah kata penyemangat bagi tim Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan dalam novel sebagai berikut:
Idrib...Idrib... Idrib... qawaiyyan... Hit...Hit hit harder! suaraku sampai
parau meneriaki setiap pukulan Indonesia. (AHMAD FUADI, 2011 : 187)
Berpijak dari pernyataan di atas, bahasa Arab juga digunakan kiai untuk
memberikan motivasi, nasehat dan semangat kepada murid. Motivasi, nasehat dan
semangat tersebut disampaikan para kiai ketika akan menghadapi ujian. Ujian di
Pondok Madani berlangsung selama dua minggu. Seperti kata Uthlub ilma minal
mahdi ila lahdi artinya Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Setelah
memberikan nasehat, pertemuan itu ditutup dengan doa bersama. Seperti kata
Allahummaftah alaina hikmatan alaina birahmatika ya arhamarrahimin.
artinya Tuhan kami, bukanlah kepada kami hikmah dan bantulah kami dengan
rahmatMu, wahai sang Maha Pengasih. doa tersebu adalah doa meminta
perlindungan agar ilmu yang di dapatkan selama pendidikan di Pondok Madani
bisa masuk ke dalam sumsum otak. Hal tersebut sesuai dengan kutipan pada novel
sebagai berikut:
Anak-anakku, ilmu bagai nur, sinar. Dan sinar tidak bisa datang dan ada
ditempat yang gelap. Karena itu, bersihkan hati dan kepalaku, supaya sinar
itu bisa datang, menyentuh dan menerangi kalbu kalian semua. Kiai Rais
memulai wejangannya dengan lemah lembut. Beliau menegaskan
keutamaan menuntut ilmu, bahkan sampai disebutkan siapa yang menuntut
ilmu dengan niat yang ikhlas, dia mendapat kehormatan sebagai mujahid,
pejuang Allah. Bahkan kalau mati dalam proses mencari ilmu, dia akan
diganjar dengan gelar syahid dan berhak mendapat derajat premium di
akhirat nanti. Tidak main-main, Rasulullah sendiri yang mengatakan agar
commit to user
kita menuntut ilmu dari orok sampai menjelang jatah umur kita expired.
136
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uthlub ilma minal mahdi ila lahdi. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai
liang lahat.(AHMAD FUADI, 2011 : 190)
Kerahkan semua kemampuan kalian belajar! Berikan yang terbaik! Baru
setelah segala usaha disempurnakan berdoalah dan bertawakalah. Tugas
kita hanya sampai usaha dan doa, serahkan kepada Tuhan selebihnya,
ikhlaskan keputusan kepadaNya, sehingga kita tidak akan pernah stres
dalam hidup ini. Stres hanya bagi orang yang belum berusaha dan tawakal.
Ma`annajah, good luck. Intonasi lembutnya belum berubah menjadi
berkorbar-kobar. Kiai Rais telah menyentrum 300 murid kesayangannya.
Kami bertepuk tangan dengan gempita. (AHMAD FUADI, 2011 : 190)
Acara malam ini ditutup dengan dia Kiai Rais yang kami amini dengan
sepenuh hati, meminta Tuhan untuk membuka hati dan pikiran kami dalam
menerima nur ilmu tadi. Allahummaftah alaina hikmatan alaina
birahmatika ya arhamarrahimin. Tuhan kami, bukanlah kepada kami
hikmah dan bantulah kami dengan rahmatMu, wahai sang Maha Pengasih.
Said dan Atang lebih lama membenamkan mukanya di telapak tangan
mereka yang terbuka setelah doa berakhir. Memang, akhir-akhir ini kedua
kawanku harus berjuang keras untuk bisa mengejar pelajaran. (AHMAD
FUADI, 2011 : 190-191)
Pondok Madani memiliki sistem penjagaan keamanan yang ketat. Sistem
keamanan itu khususnya dilakukan pada malam hari. Pondok Madani memiliki
lahan yang sangat luas, peternakan dan perkebunan. Setiap malam murid Pondok
Madani mendapat giliran untuk berjaga. Hal tersebut dinamakan bulis lail atau
ronda malam. Bagi yang bertugas ronda malam mendapat keringanan untuk tidur
sore. Ketika jam untuk ronda, maka murid yang diberjaga segera dibangunkan.
Seperti kata Qum ya akhi. Artinya Ayo bangun. Semua murid yang bertugas
bangun untuk berjaga. Supaya berjaga tidak mengantuk, ada tim khusus yang
menyediakan kopi. Seperti kata Hoi, la tanas daiman, artinya ini kopi datang!
Alif dan Dulmajid mendapat tugas di dekat sungai. Mata Alif dan Dulmajid tetap
mengantuk. Walaupun sudah minum kopi. Alif dan Dulmajid tertidur. Sergapan
tyson datang secara tiba-tiba membangunkan dengan air. Sepert kutipan
Qiyaman ya akhi!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
137
digilib.uns.ac.id
Sergapan tyson membuat Alif dan Dulmajid terjaga. Tiba-tiba dari arah
sungai terdengar suara gemericik, seperti orang berjalan. Alif dan Dulmajid segera
bersiap-siap untuk menangkap maling tersebut. Dengan sigap maling itu bisa
dikalahkan oleh Alif dan Dulmajid. Atas keberaniannya itu Alif dan Dulmajid
tidak jadi di hukum. Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai
berikut:
Qum ya akhi. Ayo bangun. Waktunya bertugas. Cepat berkumpul di
kantor keamanan pusat untuk briefing dan pembagian lokasi kalian,
katanya di depan kami yang masih menguap dan mengucek-ngucek mata.
(AHMAD FUADI, 2011 : 238)
Qum ya akhi, kok sudah tidur, belum habis ceritaku, aku goyang-goyang
bahunya. (AHMAD FUADI, 2011 : 244)
Hoi, la tanas daiman, ini kopi datang! kata Ali melihat kami yang
berwajah tidur. Sabrun menuangkan cairan hitam ke gelas kami dengan
gayung plastik. (AHMAD FUADI, 2011 : 244)
Qiyaman ya akhi! yang punya tangan ini menggeram. Geraman yang ku
kenal. Geraman Tyson. Ya Tuhan. Tangan kirinya memegang botol air
yang digunakan untuk membasahi mukaku. Melihat aku bangun, sekarang
dia menjentikkan air ke muka Dul yang segera mencelat dan terjengkang
dari kursinya karena kaget. (AHMAD FUADI, 2011 : 245)
Sementara itu kalimat Kullukum rain wakullukum masulun an
raiyatihi, artinya setiap orang adalah pemimpin, tidak peduli siapapun, paling
tidak untuk diri mereka sendiri. Itu kata-kata nasehat bahwa murid Pondok
Madani harus bisa menjadi seorang pemimpin. Hal tersebut sesuai dengan kutipan
dalam novel sebagai berikut:
Kullukum rain wakullukum masulun an raiyatihi, ini kata-kata penting
untuk leadership di PM. setiap orang adalah pemimpin, tidak peduli
siapapun, paling tidak untuk diri mereka sendiri. (AHMAD FUADI, 2011 :
297)
commit to user
138
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam bahasa Arab ucapan kata terima kasih juga banyak terdapat dalam
novel Negeri Lima Menara. Seperti Syukran ya akhi, artinya terima kasih. Hal
tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Syukran ya akhi, gitu dong, sering-sering kita dikasih bonus, sahutku
senang hati. Hanya pada hari spesial saja kami dapat jatah makan mewah
dengan daging, susu, dan kurma. Misalnya menjelang ujian, hari raya, atau
hari kami naik kelas enam. (AHMAD FUADI, 2011 : 289-290)
Syukran ya akhi, telah mau mendengarkan keluh kesah ini, katanya lirih.
Kilau lainnya kembali luruh dari sudut matanya. Basah. (AHMAD
FUADI, 2011 : 363)
3. Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa yang wajib dikuasai murid selain
bahasa Arab. Hal ini diterapkan guna mengantisipasi kemajuan zaman. Bahasa
Inggris merupakan bahasa resmi internasional. Sehingga harapan ke depan,
lulusan Pondok Madani bisa fasih menggunakan Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris banyak terdapat dalam novel Negeri Lima Menara. Hal ini
terjadi karena dalam novel Negeri Lima Menara terdapat beberapa tokoh orang
asing. Bahasa Inggris yang terdapat dalam novel Negeri Lima Menara adalah
sebagai berikut:
Rasanya tidak ada yang melebihi cara PM mengistimewakan waktu
ujiannya. Ujian maraton sepanjang 15 hari disambut bagai pesta akbar,
riuh dan semarak. You can feel the exam in the air. Itulah the moment of
truth seorang pencari ilmu untuk membuktikan bahwa jerih payah belajar
selama ini mendatangkan hasil setimpal, yaitu meresapnya ilmu tadi
sampai ke sumsumnya. (AHMAD FUADI, 2011 : 189)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
139
digilib.uns.ac.id
Bahasa Inggris yang terdapat dalam kutipan di atas adalah You can feel
the exam in the airartinya bahwa kamu buktikan bahwa usahumu belajar selama
ini akan mendapatkan hasil yang setimpal. Kata the moment of truth artinya
suasana atau momen yang bagus. Kalimat tersebut digunakan ketika akan
diadakan ujian maraton.
Bahasa Inggris juga ditemukan dalam percakapan di pesawat. Percakapan
tersebut antara Alif dan pramugari pesawat terbang. Ketika itu Alif melakukan
perjalanan Washington DC-London dengan menggunakan pesawat British
Airways. Seperti kata Would you like something to drink, sir? Artinya Anda
mau minum apa, pak? Kata tersebut diucapkan oleh pramugari pesawat dengan
logat bahasa Inggris yang kental. Alif menjawab dengan Acup of tea would be
lovely, artinya secangkir teh yang manis. Pramugari tersebut menjawab
certainly, Sir. Artinya baiklah, pak. Pramugari tersebut segera menuangkan teh
ke dalam cangkir. Bahasa Inggris yang digunakan dalam percakapan tersebut
merupakan bahasa resmi internasional yang dibawakan dengan sopan oleh
pramugari. Alif sebagai lawan bicara berusaha membalas percakapan tersebut
dengan ramah dan sopan. Sehingga percakapan tersebut dapat berjalan dengan
baik. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan novel sebagai berikut:
Would you like something to drink, sir? tawar sebuah suara merdu
beraksen British yang lengket. Aku tergeragapdan mengucek-ngucek mata.
Pelan-pelan bagai lensa auto focus, pandanganku memejam.
Acup of tea would be lovely, sahutku. Aku agak memaksa menggunakan
gaya orang British yang katanya suka menggunakan kata lovely
certainly, Sir. Dia mencurahkan isi poci putihnya ke cangkirku.
(AHMAD FUADI, 2011 : commit
286) to user
perpustakaan.uns.ac.id
140
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
141
digilib.uns.ac.id
Ketika tiba waktu menyampaikan pidato, pembawa acara memanggil Alif dengan
Bahasa Inggris yaitu Your excellency, one of our student would like to welcom
you. Mr. Alif Fikri... artinya ananda mulia, salah satu murid kami akan
menyampaikan sambutan, yaitu pak Alif Fikri... Hal tersebut sesuai dengan
kutipan dalam novel sebagai berikut:
Your excellency, one of our student would like to welcom you. Mr. Alif
Fikri... Undang MC sambil menganggukkan dagu yang duduk mengkerut
di ujung aula.tiba-tiba kerongkongakku terasa kering dan dasiku terasa
mencekik. (AHMAD FUADI, 2011 :318)
Sementara itu diakhir acara, Alif berjabat tangan dengan Dubes Inggris.
Dubes Inggris sangat senang dengan pidato yang dibawakan oleh Alif. Dubes
Inggris berjabat tangan sambil berkata Indeed, a very good speech. I like your
idea on how to strengthen the relationship between west and the east. Artinya
memang bagus pidatomu. Aku suka ide dengan idemu yang membahas tentang
cara memperkuat hubungan antara negara barat dan timur. Alif Fikri hanya bisa
membalas dengan ucapan ...thank you Sir, thank you, Sir... artinya adalah
terima kasih pak. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Di akhir acara, aku sempat bersalaman dan berfoto bersama Pak Dubes
dan Kiai Rais. Tanganku tenggelam di dalam tangan Dubes yang besar dan
empuk. Diayun-ayunkannya tanganku beberapa kali sambil berkata,
Indeed, a very good speech. I like your idea on how to strengthen the
relationship between west and the east.
Aku senyum-senyum sambil berulang-ulang menyebut...thank you Sir,
thank you, Sir... (AHMAD FUADI, 2011 : 320)
Bahasa Inggris yang ditemukan selanjutnya adalah kalimat Its official,
we are good to go! artinya itu acara resmi, kita diizinkan untuk melaksanakan
acara tersebut. Hal tersebut merupakan
commitucapan
to user yang disampaikan Ustad Salman
perpustakaan.uns.ac.id
142
digilib.uns.ac.id
kepada murid. Bahwa acara kilas 70 yang telah direncanakan disetujui oleh Kiai
Rais. Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Its official, we are good to go! seru Ustad Salman sambil melempar
kepalanya ke udara. Kiai Rais setuju kiita punya Kilas 70. (AHMAD
FUADI, 2011 : 327)
2. Tulisan
1. Bahasa Arab
Bahasa kedua menurut Koentjaraningrat adalah bahasa tulisan. Bahasa
tulisan yaitu bahasa dalam wujud tulisan. Hal ini juga terdapat dalam novel
Negeri Lima Menara. Seperti kutipan di bawah ini. Kata Man thalabal ula
sahiral layali. Ini merupakan pepatah dalam bahasa Arab. Artinya adalah Siapa
yang ingin mendapatkan kemuliyaan, maka bekerjalah sampai jauh malam.
Seperti kutipan dalam novel sebagai berikut:
Sahirul lail maknanya kira-kira begadang sampai jauh malam untuk
belajar dan membaca buku. Sebuah pepatah Arab berbunyi: Man thalabal
ula sahiral layali. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliyaan, maka
bekerjalah sampai jauh malam. Dan aku ingin mencari kemuliyaan itu.
(AHMAD FUADI, 2011 : 196)
Tulisan Arab selanjutkanya adalah kata Maan Najah, artinya semoga
sukses dalam ujian. Ini merupakan kata penyemangat bagi murid. Dalam kutipan
tersebut sebentar lagi akan diadakan ujian selama dua minggu. Di Pondok Madani
diberi sepanduk yang berisikan semangat dan motivasi. Salah satunya yaitu poster
yang bertuliskan Maan Najah. Seperti kutipan dalam novel sebagai berikut:
Pagi itu, tepat dua minggu sebelum hari pertama ujian, aku terbengongbengong melihat suasana commit
PM yang
baru. Maan Najah, semoga sukses
to user
dalam ujian dalam bentuk poster selebaran kami temukan di ruang kelas,
perpustakaan.uns.ac.id
143
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
144
digilib.uns.ac.id
berdengung panjang. Seperti membaca bahasa Arab. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan sebagai berikut:
Wai ari guingg tho Trrafalghaar Siquarri tudayyy, bacanya tegang,
sementara butir-butir peluh mengucur deras dari jidatnya yang lebar.
Tulisannya yang dibacanya: we are going back to Trafalgar Square
today.
Waath thaimi izzz ith naung. Maksudnya what time is it now. Time di
baca dengan thaim dengan menggunakan huruf tha tebal yang sempurna
sekali. Now, di baca dengan berdengung panjang, persis seperti dia
membaca mad panjang tiga harakat dengan ilmu tajwid. (AHMAD
FUADI, 2011 : 118)
Peraturan di Pondok Madani menganjurkan kepada muridnya untuk
mengirim surat kepada perusahaan luar negeri. Surat tersebut berisi permintaan
bantuan buku yang menunjang pembelajaran di Pondok Madani. Ketika itu Alif
mengirim surat ke radio Amerika. Setrelah berapa lama Alif mendapat balasan.
Balasan surat tersebut berisi buku. Surat tersebut bertuliskan Mr. Fikri, enjoy
your free copy of this book. Thank you. VOA Indonesian service. Artinya bapak
Fikri silakan menikmati buku gratis permintaan anda. Terima kasih. Dari bagian
VOC Indonesia. Hla ini sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Wah buku percakapan Indonesia-American English dari radio Amerika!
teriakku kaget. Secarik surat pendek menyertai dan berbunyi: Mr. Fikri,
enjoy your free copy of this book. Thank you. VOA Indonesian service.
(AHMAD FUADI, 2011 : 174)
Sementara itu, tulisan bahasa Inggris terdapat dalam poster. Poster tersebut
di tempel menjelang ujian dilaksanakan. Poster yang berisi You can feel the exam
in the air artinya bahwa usaha belajar yang maksimal akan mendatangkan hasil
yang setimpal. Itulah the moment of truth. Itulah suasana yang dinantikan. Hal
commit to user
tersebut sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
145
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Kesenian
Kesenian
merupakan
salah
satu
unsur
yang dikemukakan
oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146
digilib.uns.ac.id
2. Bangunan
Selanjutnya bangunan dalam unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat
ini merupakan kesenian. Bangunan yang digambarkan dalam novel Negeri Lima
Menara adalah bangunan pondok Madani dan menara. Bangunan di Pondok
Madani memang sangat luas. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa bagian yang
memiliki fungsi tersendiri. Bangunan pertama berupa masjid. Bangunan kedua
berupa aula serba guna. Aula tersebut berguna untuk semua kegiatan penting
seperti: pegelaran teater, musik, diskusi ilmiah, upacara selamat datang buat siswa
baru dan penyambutan tamu penting. Bangunan ketiga asrama, yaitu gedung yang
digunakan untuk menginap bagi murid baru. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam
novel sebagai berikut:
yang kedua adalah aula serba guna. Di sini semua kegiatan penting
berlangsung. Pegelaran teater, musik, diskusi ilmiah, upacara selamat
datang buuat siswa baru dan penyambutan tamu penting, kata Burhan
sambil memipin kami melewati aula. Gedung ini seukuran hampir
setengah lapangan sepak bola dan diujungnya ada panggung serta tirai
pertunjukan. Tampak mukanya minimalis dengan gaya art-deco, bergarisgaris lurus. Sederhana tapi megah. Di atas gerbangnya yang menghadap ke
luar, tergantung jam antik dan tulisan dari besi berlapis krom: Pondok
Madani.
Rombongan kecil kami melintasi lapangan besar yang berada di depan
masjid dan balai pertemuan menuju bangunan memanjang berbentuk huruf
L. Dindingnya dikapur putih bersih, atap segitiganya dilapisi genteng
berwarna bata dan ubinya berwarna semen mengkilat. Kusen, jendela dan
tiangnya dilaburi cat minyak hijau muda. Bangunan sederhana yang
tampak bersih dan terawat ini terdiri dari 14 kamar besar. Bangunan ini
semakin teduh dengan beberapa pohon rindang dan kolam air mancur di
halamnnya.
Gedung ini salah satu asrama murid dan dikenal baik oleh semua alumni,
karena setiap anak tahun pertama akan tinggal di asrama yang bernama AlBarq, yang berarti petir. Kami ingin anak baru bisa menggelegar sekuat
commit to user
147
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petir dan bersinar seterang petir, terang pemandu kami. Mata Raja yang
berdiri disebelahku berbinar-binar. (AHMAD FUADI, 2011 : 32)
Bangunan selanjutnya adalah Menara. Menar adalah tempat berkumpulnya
Sahibul Menara. Di kaki menara itu, Sahibul menara mengadakan diskusi, belajar
dan berkhayal tentang masa depannya. Manara itu dibangun dengan menjulang
tinggi dengan gaya arsitektur Turki. Puncak menara itu berupa kubah yang
mengkilat dan lancip serta terdapat corong pengeras suara. Hal tersebut sesuai
dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Tepat disamping kanan Masjid Jami, menjulang menara yang diilhami
arsitektur gaya Turki yang kokoh, efisien, tanpa melupakan keindahan.
Menara dipucuki oleh sebuah kubah metal yang mengkilat dan lancip
ujungnya. Di leher kubah ini menyembul empat corong pengeras suara
yang selalu setia mengabarkan panggilan shalat sampai berkolo-kilo meter
jauhnya.(AHMAD FUADI, 2011 : 93)
perpustakaan.uns.ac.id
148
digilib.uns.ac.id
2. Pegawai Pemda
Pegawai pemerintahan daerah merupakan mata pencaharian yang terdapat
dalam novel Negri Lima Menara. Pegawai daerah ini adalah mata pencaharian
Pak Yunus. Pak Yunus adalah ayah Atang. Keluarga Pak Yunus tinggal di
Bandung. Hal ini sesuai dengan kutipan
commitdalam
to user
novel sebagai berikut:
149
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
150
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
151
digilib.uns.ac.id
2. Peralatan Komunikasi
Peralatan komunikasi yang digunakan dalam novel Negeri Lima Menara
adalah surat. Surat merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam jarang yang sangat jauh. Alif berhubungan dengan
pamannya yang ada di Mesir dengan saling berkirim surat. Hal ini dilakukan
beberapa bulan sekali. Begitu juga Alif ketika berada di Pondok Madani. Supaya
dapat berkomunikasi dengan keluarga di Minangkabau dan berkomunikasi dengan
temannya, Alif mengguankan alat komunikasi surat. Hal tersebut dilakukan
karena pada zaman tersebut telephon masih sangat jarang. Hal tersebut sesuai
dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Aku baca surat Pak Etek Gindo dengan penerangan sinar matahari yang
menyelinap dari sela-sela dinding kayu. Dia mendoakan aku lulus dengan
baik dan memberi usul. (AHMAD FUADI, 2011 : 12)
152
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setiap kali makan kami membawa sobekan angka yang sesuai dengan
tanggal hari ini.
Intadzir. Tunggu. Saya lupa dimana menaruh kupon makan, balasku
sambil mengaduk-aduk lemari.
Cepat, kita akan kalah dengan asrama sebelah!
Iya, tapi saya tidak punya kupon.
Ma fisy. Tidak ada. Ya nasib hari ini kurang baik, gumanku berlalu
tanpa kupon penting ini. Aku pasrah, tidak ada kupon, tidak ada rendang.
Sambil menenteng piring dan gelas masing-masing, kami berlari-lari kecil
ke dapur umum. Kalau kami terlambat sedikit saja, antrian bisa mengular
sampai ke halaman dapur. (AHMAD FUADI, 2011 : 120-121)
4. Pakaian
Pakaian adalah mahkota yang digunakan untuk menutupi badan. Pakaian
yang digunakan bagi murid Pondok Madani sudah di tentukan. Yaitu berupa kaos
baju olah raga dan baju pramuka, serta bawahan sarung ketika sholat. Semua
seragam tersebut sudah ditulis pada daftar belanja wajib bagi murid baru. Hal ini
dapat terlihat pada kutipan dalam novel sebagai berikut:
Perlengkapan pakaian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sarung
Ikat Pinggang
Kopiah
Baju Pramuka
Baju Olahraga (kaos dan training pack)
Papan nama untuk disematkan di baju. Latar belakang ungu untuk
anak kelas 1. Waktu pembuatan 10 menit. (AHMAD FUADI, 2011 :
58)
commit to user
153
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan
memiliki ketetapan yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai.
Ada beberapa nilai pendidikan yang dapat diperoleh dari sebuah cerita
(dalam hal ini novel). Nilai pendidikan itu di antaranya adalah nilai yang
dikemukakan oleh Max Scheler. Dalam penelitian nilai-nilai yang diambil untuk
menganalisis nilai pendidikan adalah nilai yang dikemukan oleh Max Scheler.
maka nilai-nilai pada novel dapat dikemukakan sebagai berikut:
commit to user
154
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
155
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tidak ada waktu lagi. Menurut informasi dari surat pak Etek Gindo,
waktu pendaftaran Pondok Madani ditutup empat hari lagi, padahal
butuh tiga hari jalan darat untuk sampai di jawa Timur. Tiket pesawat
tidah terjangkau oleh kantung keluargaku. kita naik bus saja ke jawa
besok pagi, kata Ayah yang akan mengantarku, (AHMAD FUADI,
2011: 14)
Kutipan di atas menerangkan bahwa keluarga Alif tidak mampu
membelikan tiket pesawat terbang untuk menuju Pondok Madani yang
terletak di Jawa Timur. Ketika itu jika dilaluli perjalan darat dari pulau
sumatra menuju jawa timur membutuhkan waktu sekitar 3 hari, dan
pendaftaran Pondok Madani hanya tinggal 4 hari lagi.
perpustakaan.uns.ac.id
156
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
157
digilib.uns.ac.id
dilakukan untuk melatih murid agar bisa menjadi imam bagi orang lain. Hal ini
sesuai dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Shalat Magrib di masjid jami` dihadiri seluruh penduduk sekolah. Karena
hampir semua orang hadir, kecuali yang sakit atau pura-pura sakit, waktu
seperempat jam setelah shalat dimanfaatkan untuk memberikan maklumat
penting bagi semua warga. Kismul I`lam, bagian yang khusus mengurusi
pengumuman tampil di depan jamaah. Ditemani secarik kertas dan
kepercayaan diri, mereka membacakan pengumuman. (AHMAD FUADI,
2011 : 70)
Kami termenung-menung meresapi pesan yang menggugah ini. Awanawan sumber khayal kami sekarang berganti warna menjadi merah terang,
seiring dengan merapatnya matahari ke peraduannya. Lonceng berdentang,
waktunya kami ke masjid menunaikan Maghrib. (AHMAD FUADI, 2011 :
211)
Untuk sholat isya, subuh, dhuhur, ashar dan sholat sunah dilakukan di
kamar sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sistem religi dalam novel tersebut
sangat menonjol. Shalat malam biasa Alif dan kawan-kawan kerjakan. Shalat dan
berdoa merupakan usaha yang dilakukan agar semua pekerjaan dan kesulitan
dalam belajar bisa teratasi. Karena hanya kepada Tuhanlah semua memohon dan
meminta bantuan. Semua itu dilakukan dengan khusuk dan ikhlas. Hal ini sesuai
dengan kutipan dalam novel sebagai berikut:
Aku membentang sajadah dan melakukan shalat Tahajud. Di akhir rakaat,
aku benamkan ke sajadah sebuah sujud yang panjang dan dalam. Aku coba
memusatkan perhatian kepadaNya dan menghilang selainNya. Pelan-pelan
aku merasa badanku semakin mengecil dan mengecil dan mengkerut
hanya menjadi setitik debu yang melayang-layang di semesta luas yang
diciptakanNYa. Betapa keci dan tidak berartinya didiku, dan betapa luas
kekuasanNya. Dengan segala kerendahan hati, aku bisikkan doaku.
Ya Allah, hamba datang mengadu kepadaMu dengan hati rusuh dan
berharap. Ujian pelajaran Muthala`ah tinggal besok, tapi aku belum siap
dan belum hapal pelajaran.
HambaMu
commit
to user ini datang meminta kelapangan
pikiran dan kemudahan untuk mendapat ilmu dan bisa menghapal dan
perpustakaan.uns.ac.id
158
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
159
digilib.uns.ac.id
benar dan salah berdasarkan adat dan kebiasaan di mana individu itu berada.
Nilai moral di bagi dua yaitu segi positif dan negatifnya. Kedua hal itu perlu
diasampaikan, sebab kita dapat memperoleh teladan yang bermanfaat. Segi
positif harus ditonjolkan sebagai hal yang ditiru dan diteladani. Demikian segi
negatif perlu juga diketahui serta disampaikan kepada pembaca. Hal ini
dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bisa membedakan mana yang baik mana
yang buruk. Seperti halnya orang belajar. Ia akan berusaha untuk bertindak lebih
baik jika tidak tahu hal-hal yang buruk dan tidak pantas dilakukan. Nilai moral
mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang
menyangkut harkat dan martabat manusia, mencakup semua persoalan yang
boleh dikatakan tak terbatas.
Pandangan hidup yang terungkap dalam novel Negeri Lima Menara
adalah kata mujarab yang sampaikan oleh Ustad Salman. Kata mujarab yang
memikat semua orang tersebut adalah Man Jadda Wajada. Hal tersebut terdapat
dalam kutipan novel seperti di bawah ini:
Man jadda wajada : sepotong kata asing ini bak mantera ajaib yang ampuh
bekerja. Dalam hitungan beberapa helaan napas saja, kami bagai tersengat
ribuan tawon. Kami tiga puluh anak tanggung, menjerit balik, tidak mau
kalah kenceng.
Man jadda wajada!
Berkali-kali, berulang-ulang, sampai tenggorokan panas dan suara serak.
Ingar bingar ini berdesibel tinggi. Telingaku panas dan berdengingdenging sementara wajah kami merah padam memfosir tenaga. Kaca
jendela yang tipis sampai bergetar-getar disebelahku. Bahkan, meja
kayuku pun berkilat-kilat basah, kuyup oleh liur yang ikut berloncatan
setiap berteriak lantang.
Tapi kami tahu, mata laki-laki
yang enerjik ini tidak dimuati aura
commitkurus
to user
jahat. Dia dengan royal membagi energi positif yang sangat besar dan
perpustakaan.uns.ac.id
160
digilib.uns.ac.id
161
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Man jadda wajada, teriakku pada diri sendiri. Sepotong syair Arab yang
diajarkan di hari pertama masuk kelas membakar tekadku. Siapa yang
bersungguh-sungguh akan sukses. (AHMAD FUADI, 2011 : 82)
Rumus man jadda wajada terbukti mujarab. Kesungguhanku segera
dibalas kontan. (AHMAD FUADI, 2011 : 82)
Siapapun yang meresapi dan melaksanakan kata man jadda wajada
dengan sungguh-sungguh. Maka, usahanya itu akan segera di balas kebaikan oleh
Tuhan. Hal itu dilakukan oleh Alif sekaligus pengarang novel tersebut. Alif
dengan sungguh-sungguh berdoa dan berusaha. Usaha tersebut tidak sia-sia. Alif
mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, semua itu tidak terlepas dari suratan
takdir Allah SWT.
d. Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar
pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan
atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai budaya yang terungkap dalam novel yaitu kepercayaan orang
Minang mengenai rumah makan Padang. Supremasi orang Minang soal makanan
sangat terlihat dalam perjalanan menuju ke Pondok Madani. Perjalanan dengan
menggunakan bus tersebut terlihat begitu jelas. Hal ini sesuai dengan kutipan
dalam novel sebagai berikut:
commit to user
162
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan
1. Pandangan Pengarang Terhadap Pondok Madani dalam Novel Negeri
Lima Menara
Langkah yang dilakukan pengarang dalam menciptakan karyanya
terispirasi dari kisah pribadinya.
Awalnya
commit
to user pengarang terpaksa masuk di
perpustakaan.uns.ac.id
163
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
164
digilib.uns.ac.id
2. Aspek Sosial Budaya yang Terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara
Karya Ahmad Fuadi
Koentjaraningrat (dalam P. Hariyono, 2009: 38 dan Mg. Sri Wijiyati,
2007: 133) memaparkan tujuh unsur kebudayaan sebagai berikut: (1) Sistem
religi; (2) Sistem kemasyarakatan atau organisasi social; (3) Sistem pengetahuan;
(4) Bahasa; (5) Kesenian; (6)Sistem mata pencaharian; dan (7) Sistem peralatan
perpustakaan.uns.ac.id
165
digilib.uns.ac.id
166
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu bahasa yang terdapat dalam novel berupa bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Bahasa lisan terdiri dari bahasa Minang, bahasa Inggris dan bahasa
Arab. Sedangkan bahasa tulisan berupa bahasa Inggris dan bahasa Arab. Untuk
bidang kesenian terdapat kesenian berupa kaligrafi dan kesenian bangunan
Pondok Madani yang menawan.Sistem mata pencaharian yang terdapat dalam
novel yaitu guru dan pegawai Pemda. Guru merupakan mata pencaharian orang
tua Alif. Orang tua Atang yang tinggal di Bandung bekerja sebagai pegawai
Pemda.
Unsur kebudayaan yang terakhir yaitu sistem peralatan hidup dan
teknologi terdiri dari transportasi, alat komunikasi, peralatan konsumsi dalam
bentuk wadah dan pakaian. Transportasi yang digunakan Alif untuk pergi ke
Pondok Madani adalah bus dan kapal. Namun, setelah lulus dari Pondok Madani
dan sukses Alif belajar di luar negeri. Untuk dapat keluar negeri, Alif
menggunakan
alat
transportasi
pesawat
terbang.
Selanjutnya,
peralatan
komunikasi berguna untuk mengetahui keadaan dan kabar berita, maka dalam
novel tersebut terdapat peralatan komunikasi berupa surat. Lain halnya dengan
peralatan konsumsi dalam bentuk wadah. Peralatan makan yang digunakan di
Pondok Madani adalah piring dan gelas. Terakhir adalah pakaian. Pakaian
seragam di Pondok Madani sudah ditentukan yaitu pakaian pramuka, sarung dan
pakaian olah raga.
commit to user
167
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh
Max
Scheler.
maka
nilai-nilai
pada
novel
dapat
168
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sukses.
Nilai pendidikan terakhir yaitu nilai budaya. Budaya merupakan sesuatu
yang dianut oleh masyarakat setempat. Berkaitan dengan nilai budaya tersebut,
dalam novel Negeri Lima Menara terdapat nilai budaya mengenai kepercayaan
orang Minang tentang rumah makan Padang. Dalam mendirikan rumah makan
Padang bangunannya terdapat atap bertanduk dan bertuliskan RM Padang.
commit to user
169
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Lima Menara, merupakan tempat yang mengajarkan kehidupan yang percaya dan
bertakwa terhadap Tuhan. Selain itu pengarang juga berpandangan bahwa Pondok
Madani merupakan tempat untuk membentuk karakter seseorang dan menjadikan
manusia berwawasan luas. Pondok Madani merupakan pondok yang memberi
bekal hidup kepada murid dan mengharuskan muridnya untuk menggunakan
bahasa asing selama 24 jam. Semua itu dapat dilakukan dengan usaha dan kerja
keras seperti motivasi yang diajarkan di pondok man jadda wajadda.
2. Aspek Sosial Budaya yang Terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara
Karya Ahmad Fuadi
a. Sistem Religi meliputi (1) sistem kepercayaan yang menganut ajaran Agama
Islam; (2) sistem nilai dan pandangan hidup yaitu berupa kata yang mujarab
man jadda wajadda; dan (3) komunikasi keagamaan berupa dahwah;
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi (1) sistem kekerabatan
masyarakat Minangkabau yang
matrilinial
commit
to userdan (2) asosiasi dan perkumpulan
169
perpustakaan.uns.ac.id
170
digilib.uns.ac.id
Sahibul Menara di menara masjid sebelum Magrib dan aula yang digunakan
sebagai perkumpulan murid untuk melakukan kegiatan;
c.
d. Bahasa, bahasa yang terdapat dalam Novel Negeri Lima Menara adalah
bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan berupa bahasa Minang, bahasa
Arab dan bahasa Inggris. Bahasa tulis berupa bahasa Arab dan bahasa Inggris.
e. Kesenian berupa kesenian kaligrafi dan bangunan;
f. Sistem mata pencaharian yaitu berupa guru dan pegawai Pemda;
g. Sistem peralata hidup dan komunikasi berupa (1) transportasi yaitu berupa
bus dan kapal; (2) peralatan komunikasi berupa surat; (3) bentuk peralatan
komunikasi dalam bentuk wadah berupa piring dan gelas; dan (4) pakaian
yang digunakan setiap hari di dalam pondok yaitu berupa sarung, baju
pramuka dan baju olah raga.
171
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Nilai moral yang positif dan negatif, nilai tersebut berupa nilai moral yang
positif yaitu adanya pembelajaran pertama dengan menggunakan kata yang
mujarab man jadda wajadda
d. Nilai budaya berupa supremasi masyarakat mengenai rumah makan padang
yang terdapat atap bertanduk dan bertuliskan RM Padang.
B. Implikasi
Penelitian ini melakukan pengkajian terhadap karya sastra novel berjudul
Analisis Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri Lima Menara
karya Ahmad Fuadi. Hasil penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain
yang relevan memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut
1. Menjadi alternatif bahan materi pengajaran sastra
Pada aspek pendidikan, penelitian ini dapat memberikan alternatif
bahan materi pengajaran sastra. Pengajaran sastra seharusnya difokuskan pada
upaya untuk memiliki kemampuan apresiasi, kemampuan untuk memiliki
sikap dan nilai, tidak terbatas hanya pada pengetahuan atau menghafal judul
dan pengarang karya sastra. Di dalam hal tersebut tercakup masalah
pemberian tanggapan terhadap karya sastra. Dalam pengajaran sastra, siswa
harus diarahkan pada penilaian karya sastra secara objektif. Maka, hal ini akan
membentuk jiwa sastra yang tidak hanya menampilkan prestasi akademis,
tetapi juga mengembangkan karakter diri yang potensial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
172
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
173
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
174
digilib.uns.ac.id
tersendiri bagi siswa. Pada akhirnya siswa akan menemukan keteladanan yang
utuh saat mereka menghadapi realitas kehidupan yang mereka jalani.
6. Aspek pelestarian seni budaya Minangkabau melalui pendidikan
Wujud lain dari implikasi penelitian ini yaitu pada pelestarian budaya,
khususnya dalam hal ini seni budaya Minangkabau sebagaimana menjadi
cerita novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. Aktivitas penelitian
yang dilakukan penulis merupakan bentuk kepedulian yang secara sederhana
dari tindakan yang bisa dilakukan dalam aspek pelestarian seni budaya
Minangkabau. Sebagai hal sederhana penulis akan mencapai pemahaman
dasar terhadap seni budaya yang memang harus dilestarikan yang ditampilkan
dalam karya sastra tersebut.
Keluhuran seni budaya Minangkabau perlu diwariskan dari generasi ke
generasi. Aspek awal yang bisa dilakukan yaitu dengan proses show up
menunjukkan eksistensi seni budaya tersebut. Hal itu bisa dicapai dengan
pelaksanaan penelitian ini. Meluasnya efek ini ketika terjadi akumulasi dari
pengaruh positif yang diperoleh oleh masyarakat pembaca karya sastra ini.
Setiap pembaca akan memberikan pengaruh yang lebih luas dengan
penyebaran terhadap nilai-nilai seni budaya yang terkandung dalam karya
sastra manakala terjadi proses interaksi yang lebih meluas.
Oleh karena itu, proses pelestarian seni budaya Minangkabau
kemudian dapat lebih dikembangkan, bahkan bisa dilakukan secara lebih
sistematis. Aplikasi yang lebih mudah mengarah pada media pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
175
digilib.uns.ac.id
176
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
177
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user