Anda di halaman 1dari 5

Keteknikan Pertanian

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013

KARAKTERISTIK KERTAS BERBAHAN BAKU


TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN SAMPAH KERTAS
(Paper-Based Characteristics of Oil Palm Empty Fruit Bunch and Waste Paper)
Endah Andarini1, Ainun Rohanah1 dan Saipul Bahri Daulay1
1)Program

Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU


Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
Diterima 22 September 2014/ Disetujui 5 November 2013

ABSTRACT
Every year the need for paper continue to rise while the raw material from wood have been harder to find, therefore and
the alternative of raw materials would be of plant fibers or fibrous waste such as empty fruit bunches of oil palm and
paper waste. This research was aimed to study the characteristics of paper made from empty fruit bunch pulp and paper
waste pulp. Therefore, a research had been conducted in May-June 2013. The making of paper was done at Jl. Roso
No. 8 Delitua and the testing of paper was done in PT PDM Indonesia Laboratory, Medan North Sumatera using factorial
randomized block design with one factor i.e. waste paper composition (0%, 10%, 20%, 30%, 40% and 50%). Parameters
observed were grammage, tensile and tearing strength. The results showed that the composition of the waste paper had
highly significant effect on grammage and tensile strength. The resulting paper could be categorized as art paper with the
best results obtained from the composition of 40% (120 g of oil palm empty fruit bunches and 80 g waste paper).
Keywords: oil palm empty fruit bunches, waste paper, pulp composition, paper.

kertas, seperti serat tumbuhan dan limbah yang


mengandung serat.
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai
saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi
untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup
besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan
memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa
sawit untuk bahan pulp kertas dan papan serat.
Limbah kelapa sawit yang cukup berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku kertas adalah
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) karena
jumlahnya cukup banyak yaitu 1,9 juta ton berat
kering atau setara dengan 4 juta ton berat basah
per tahun (Fauzi, dkk, 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
karakteristik kertas yang dibuat dari pulp tandan
kosong kelapa sawit dan pulp sampah kertas.

PENDAHULUAN
Bahan baku kertas yang masih umum
digunakan industri-industri kertas adalah kulit kayu.
Untuk membuat tiap 1 ton kertas akan
membutuhkan hutan seluas 4 hektar yang dapat
menghasilkan kayu sebanyak 20 m per hektar
(PPLH, 2007).
Kebutuhan kertas di dunia khususnya
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Perkembangan konsumsi kertas baik di negara
maju maupun di negara berkembang dari tahun ke
tahun menunjukkan kenaikan tetap 1- 4 %,
sedangkan penyediaan bahan baku tertutama kayu
berdaun jarum sangat terbatas, bahkan dari tahun
ke tahun menurun. Terutama untuk negara tropis
seperti Indonesia, India, Mesir dan Amerika
Tengah yang praktis tidak mempunyai potensi kayu
berdaun jarum dan hutan berdaun lebar. Kalau
ada, kecil sekali jumlahnya sehingga untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp
dalam negeri sementara ini dikembangkan dari
bahan-bahan nonkayu seperti ampas tebu, jerami,
bambu dan lain-lain (Biro Penelitian dan
Pengembangan PT Kertas Leces dalam
Soekartawi, 1988). Oleh karena itu, diperlukan
bahan alternatif yang dapat digunakan untuk
menggantikan peran kayu dalam pembuatan pulp

METODOLOGI
Bahan-bahan yang digunakan adalah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS), sampah kertas,
NaOH, air dan gas. Alat-alat yang digunakan
adalah pisau dan gunting untuk mencacah TKKS
dan memotong sampah kertas, timbangan, ember
sebagai wadah mencampur bahan, blender untuk
menghancurkan serat TKKS dan sampah kertas,
pengaduk, screen sablon untuk mencetak kertas,
kain, kaca, penggerus, gelas ukur, masker, sarung

101

Keteknikan Pertanian

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013

tangan, panci, kompor, komputer, kamera, serta


alat uji kekuatan tarik, ketahanan sobek dan
gramatur.
Metode Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) non-faktoriall
dengan 3 kali ulangan di setiap perlakuan:
Komposisi Sampah Kertas (K) yang terdiri dari 6
taraf:
K0 = 0%
K3 = 30%
K1 = 10%
K4 = 40%
K2 = 20%
K5 = 50%
Model rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap (RAL) non-faktorial
dengan perlakuan komposisi sampah kertas (K)
dengan kode rancangan:
........................................... (1)
dimana:
Yij = Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf
ke-i pada ulangan ke-j
= Nilai tengah sebenarnya
i = Efek faktor K pada taraf ke-i

ij = Pengaruh galat (pengacakan)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian yang dilakukan,
diperoleh hasil bahwa perbandingan komposisi
pulp sampah kertas dan pulp tandan kosong
kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap nilai
gramatur, kekuatan tarik dan ketahanan sobek
kertas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai gramatur tertinggi
diperoleh pada perlakuan K4 yaitu sebesar 269,03
g/m dan terendah pada perlakuan K0 yaitu
sebesar 11,97 gr/m. Nilai kekuatan tarik tertinggi
diperoleh pada perlakuan K4 yaitu sebesar 4,25
kN/m dan terendah pada K0 yaitu sebesar 0,04
kN/m. Nilai ketahanan sobek tertinggi diperoleh
pada perlakuan K4 yaitu sebesar 308,67 mN dan
terendah pada K0 yaitu sebesar 186,67 mN.

Tabel 1. Pengaruh komposisi TKKS dan sampah kertas terhadap parameter


Perlakuan

Gramatur
(g/m)

Kekuatan tarik
(kN/m)

Ketahanan Sobek
(mN)

K0
K1
K2
K3
K4
K5

11,97
185,56
236,78
210,83
269,03
242,43

0,04
3,27
3,79
3,66
4,25
4,13

186,67
283,33
235,00
306,67
308,67
300,00

Gramatur

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai gramatur


terbesar diperoleh pada perlakuan K4 yaitu 269,03
gr/m dan terkecil pada K0 yaitu 11,97 gr/m.
Perlakuan K4, K5, K2, K3 memberikan pengaruh
yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K 1
dan K0 pada taraf uji ketelitian 0,01. Hubungan
antara perlakuan (komposisi sampah kertas) dan
gramatur dapat dilihat pada Gambar 1.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat


bahwa komposisi sampah kertas memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap gramatur kertas.
Hasil pengujian menggunakan DMRT (Duncan
Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh
komposisi sampah kertas terhadap gramatur kertas
untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh komposisi sampah kertas terhadap gramatur kertas


DMRT
Jarak
Perlakuan
0,05
0,01
K0
2
124,71
174,92
K1
3
130,78
184,23
K3
4
134,83
189,49
K2
5
136,05
192,73
K5
6
137,67
194,76
K4

Rataan
11,97
185,56
210,83
236,78
242,43
269,03

Notasi
0,05
a
b
b
b
b
b

0,01
A
A
B
B
B
B

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikanpengaruh yang berbeda nyata
pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

102

Keteknikan Pertanian

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013

Gambar 1. Hubungan antara komposisi sampah kertas dan gramatur


Gambar 1 menunjukkan bahwa pada
komposisi sampah kertas menghasilkan nilai
gramatur kertas yang fluktuatif yaitu naik dari K 0 ke
K2 kemudian turun ke K3 yaitu pada komposisi
sampah kertas 30% dan naik kembali pada K4
yaitu komposisi sampah kertas 40% dan turun
pada K5 pada komposisi sampah kertas 50%.
Pada komposisi sampah kertas 0% (K1)
kertas hanya berhasil pada ulangan pertama dan
sangat tipis, sedangkan ulangan kedua dan ketiga
tidak membentuk kertas. Hal ini disebabkan alat
yang digunakan masih berupa manual dan tidak
dilakukan rolling dan pressing pada proses
pembuatan kertas.
Kertas yang dihasilkan dari penelitian ini
memiliki gramatur dengan nilai diatas 100 g/m
kecuali pada K0 ulangan 1, Sehingga kertas ini jika
dibandingkan dengan syarat mutu gramatur kertas
cetak A 50-100 g/m maka tidak memenuhi syarat
untuk dijadikan kertas cetak, sedangkan jika
dibandingkan dengan nilai gramatur karton duplex
yang memiliki gramatur 225-500 g/m maka kertas
yang dihasilkan ini masuk ke dalam kertas karton
karena kertas cukup tebal. Kertas ini dikategorikan
kertas seni untuk kemudian diolah lagi menjadi
produk lain seperti paper bag, bahan pengemas,
bingkai dan lain-lain.
Nilai gramatur yang besar disebabkan alat
yang digunakan masih menggunakan alat manual

yaitu berupa screen sablon untuk mencetak kertas,


proses penggerusan juga memberikan pengaruh
terhadap gramatur kertas ini dimana ketika
penggerusan (untuk menghilangkan air) tebalnya
kertas menjadi tidak merata, serta tidak adanya
proses penekanan atau pressing pada kertas
sehingga membuat kertas ini memiliki gramatur
yang besar. Kertas hasil penelitian ini dimaksudkan
untuk diolah lagi menjadi barang lain maka nilai
gramatur yang besar yang lebih baik karena
semakin besar nilai gramatur maka semakin tebal
dan luas kertas tersebut. Jadi perlakuan terbaik
terdapat pada K4 yaitu 269,03 gr/m.
Kekuatan Tarik
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan komposisi kertas memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata terhadap kekuatan tarik
kertas. Hasil pengujian menggunakan analisa
DMRT menunjukkan pengaruh komposisi kertas
untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kekuatan tarik
terbesar diperoleh pada perlakuan K4 yaitu 4,25
kN/m dan terendah pada perlakuan K0 yaitu 0,04
kN/m. Perlakuan K 4, K5, K2, K3 dan K1 memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata terhadap K 0.
Hubungan antara perlakuan dan kekuatan tarik
dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 3. Pengaruh komposisi sampah kertas terhadap kekuatan tarik kertas


DMRT
Jarak
Perlakuan
Rataan
0,05
0,01
K0
0,04
2
2,02
2,85
K1
3,27
3
2,12
3,00
K3
3,66
4
2,18
3,09
K2
3,79
5
2,20
3,14
K5
4,13
6
2,23
3,17
K4
4,25

Notasi
0,05
a
b
b
b
b
b

0,01
A
B
B
B
B
B

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

103

Keteknikan Pertanian

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013

Gambar 2. Hubungan antara komposisi sampah kertas dan kekuatan tarik.


Gambar 2 menunjukkan bahwa komposisi
sampah kertas memberikan pengaruh hasil yang
fluktuatif, naik dari K0 ke K2 kemudian turun ke K 3
yaitu pada komposisi sampah kertas 30% dan naik
kembali pada K4 yaitu pada komposisi sampah
kertas 40% kemudian turun pada K5 yaitu pada
komposisi sampah kertas 50%. Nilai kekuatan tarik/
ketahanan tarik kertas ditentukan oleh keterikatan
serat-serat ketika telah diolah menjadi kertas,
semakin kuat ikatan serat maka nilai ketahanan
tarik semakin besar. Jika dibandingkan nilai
kekuatan tarik kertas kraft (seni) penelitian ini
dengan nilai kekuatan tarik kertas cetak A, kertas
ini memiliki kuat tarik lebih besar yaitu 3,27 sampai
4,25 kN/m dari kertas cetak A yang menetapkan
kekuatan tarik min. 2 kN/m.
Untuk nilai kekuatan tarik kertas semakin
besar nilai kuat tarik kertas maka semakin baik
kualitas kertas tersebut. Dari hasil penelitian
kekuatan tarik terbaik diperoleh pada perlakuan K4
dengan nilai 4,25 kN/m.

Karena kertas seni pada penelitian ini digunakan


untuk keperluan lain maka dibutuhkan ketahanan
sobek yang besar, dan nilai terbaik diperoleh pada
perlakuan K4 yaitu 308,67 mN.
Karakteristik Kertas
Karakteristik kertas hasil penelitian ini dinilai
dari gramatur, kekuatan tarik dan ketahanan sobek
dan hasil penampakan kertas yang dilihat secara
visual. Kertas yang dihasilkan dari campuran
tandan kosong dan sampah kertas ini memiliki
penampakan yang indah karena masih banyaknya
serat yang timbul di permukaan kertas. Sehingga
kertas ini dapat dikategorikan kedalam kertas kraft
yaitu jenis kertas seni yang kegunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah kertas ini
berhasil dicetak maka dapat dilanjutkan dengan
membuat bahan seni lain dari kertas ini seperti
paper bag, kotak kado, packing paper, dan bendabenda seni atau kebutuhan lainnya.
Tabel 1 menunjukkan Nilai gramatur,
kekuatan tarik dan ketahanan sobek terbesar pada
perlakuan K4 (komposisi sampah kertas 40%) dan
terendah pada perlakuan K0 (komposisi sampah
kertas 0%) yaitu hanya tandan kosong saja yang
dibentuk menjadi kertas. Hasilnya adalah kertas
hanya bisa dibuat pada ulangan pertama dan
menghasilkan kertas yang tipis dan bernilai rendah
pada semua parameter yang ditentukan. Hal ini
disebabkan tidak dilakukan proses penggilingan
pada kertas karena keterbatasan alat. Menurut
Nasution (2010) selama proses penggilingan, serat
mengalami penyikatan, pengoyakan, pemukulan,
penggosokan dan penekanan sehingga ikatan
antar serat menjadi terbuka dan terjadi hidrasi fibril.
kertas yang dibuat dari pulp yang sudah digiling
akan diperoleh kertas dengan kekuatan tinggi,
padat dan formasi terjalin baik.
Tampilan kertas hasil penelitian ini berwarna
sangat coklat pada perlakuan pertama (K0)
semakin banyak campuran sampah kertas
berpengaruh pada warna kertas yang semakin
memudar atau semakin mendekati warna putih.

Ketahanan Sobek
Hasil uji analisis sidik ragam ketahanan
sobek menunjukkan bahwa setiap perlakuan
komposisi kertas memberikan pengaruh tidak nyata
sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan.
Ketahanan sobek kertas merupakan sifat
atau karakteristik yang dimiliki kertas seberapa
kuat kertas tersebut menahan sobekan. Nilai
ketahanan sobek ini dinyatakan dalam mN (mili
Newton). Pada data diperoleh rataan ketahanan
sobek dari terkecil hingga terbesar adalah K 0
186,67; K2 235; K1 283,33; K5 300; K3 306, 67 dan
K4 308,67.
Ketahanan sobek merupakan indikator
panjang dan keseragaman serat dalam selembar
kertas, berarti semakin besar nilai ketahanan sobek
menunjukkan bahwa kertas tersebut memiliki
panjang serat yang baik dan keseragaman serat
yang baik pula. Namun nilai ketahanan sobek
untuk berbagai kertas memiliki standar nilai yang
berbeda disesuaikan dengan penggunaanya.

104

Keteknikan Pertanian

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013

Kertas ini sedikit bergelombang/ keriput sebelum


disetrika karena tidak ada proses pressing atau
penekanan pada kertas. Untuk tampilan lain yaitu
tampak ada serat-serat tandan kosong yang belum
hancur sempurna timbul pada kertas, namun serat
yang timbul ini menambah keindahan atau nilai
estetika pada kertas seni ini. Pasaribu dan
Sahwalita (2007) menyatakan kertas seni dengan
campuran serat alam memiliki penampilan yang
lebih indah karena menampilkan serat-serat yang
muncul di permukaan kertas.
Penggunaan NaOH pada pembuatan kertas
ini dimaksudkan untuk membuat serat tandan
kosong lebih mudah lunak dan terurai. Menurut
Heradewi (2007) menyatakan bahwa semakin
tinggi kadar NaOH yang ditambahkan pada proses
pembuatan kertas maka padatan total yang
dihasilkan semakin banyak banyaknya padatan
yang dihasilkan menunjukkan bahwa serat yang
terurai atau terdegradasi semakin banyak.
Menurut Harefa (2012) proses pembuatan
kertas menggunakan proses soda (menggunakan
NaOH) sangat cocok digunakan untuk bahan baku
non-kayu karena proses ini lebih menguntungkan
dari segi teknis dan ekonomis dan membuat limbah
yang tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. Oleh
sebab itu penulis menggunakan NaOH sebagai
larutan pemasakan pada proses pembuatan kertas
ini.
Proses pemasakan pada pembuatan kertas
ini dilakukan untuk melunakkan serat tandan
kosong kelapa sawit. Lamanya waktu pemasakan
yang digunakan yaitu 60 menit, hal ini
dimaksudkan agar serat lunak dan tidak hancur.
Menurut Wibisono, dkk (2011) waktu pemasakan
memberikan pengaruh terhadap proses pembuatan
pulp yaitu semakin lama waktu pemasakan serat
maka akan meningkatkan reaksi hidrolisis lignin.
Untuk waktu dibawah 1 jam pulp belum terbentuk,
waktu diatas 5 jam selulosa akan terdegradasi.

5. Perlakuan terbaik untuk nilai gramatur,


kekuatan tarik dan ketahanan sobek adalah
pada K4 pada komposisi sampah kertas 40%
yaitu 120 gram pulp tandan kosong kelapa
sawit 80 gram pulp sampah kertas.
Saran
Perlu dilakukan perancangan alat penguraii
serat dan alat rolling atau pressing untuk hasil
kertas yang lebih baik yaitu serat menjadi halus
dan kertas tebal merata.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y., Y.E., Widyastuti, I., Satyawibawa dan R.,
Hartono, 2002. Kelapa Sawit: Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran, Edisi Revisi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Harefa, A. S. W., 2012. Pembuatan Pulp dari
Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
Metode Organosolv. Universitas Negeri
Medan.
Heradewi, 2007. Isolasi Lignin dari Lindi Hitam
Proses Pemasakan Organosolv Serat
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).
http://repository.ipb.ac.id. [diakses pada 6
Maret 2013].
Nasution, Z. A., 2010. Pembuatan dan
karakterisasi kertas dari limbah jerami padi
untuk tatakan gelas cetak tangan. Balai Riset
dan Standardisasi Industri Medan. Berita
Selulosa Vol. 45 No. 1.
Pasaribu, G., dan Sahwalita, 2007. Pengolahan
Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Kertas
Seni. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil
Penelitian.
http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/Guna
wan.pdfn [diakses pada 25 juni 2013].

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Kertas yang dihasilkan dari penelitian ini
berupa kertas kraft dikategorikan sebagai
kertas seni yang dapat diolah lebih lanjut
penggunaannya.
2. Gramatur kertas tertinggi diperoleh pada
perlakuan K4 yaitu 269,03 gr/m dan terkecil
pada K0 yaitu 11,97 gr/m.
3. Kekuatan tarik kertas tertinggi diperoleh pada
perlakuan K4 yaitu 4,25 kN/m dan terendah
pada perlakuan K0 yaitu 0,04 kN/m
4. Ketahanan sobek tertinggi diperoleh pada
perlakuan K4 yaitu 308,67 mN dan terendah
pada K0 186,67 mN.

PPLH, 2007. Kertas dalam Kehidupan Manusia,


E-book
PPLH.
http://moveindonesia.files.wordpress.com.
[diakses pada 3 Nopember 2012].
Soekartawi, 1988. Komoditi Serat Karung di
Indonesia. UI Press, Jakarta.
Wibisono, I., H., Leonardo, Antaresti dan
Aylianawati, 2011. Pembuatan pulp dari
alang-alang. Widya Teknik Vol. 10 No. 1.

105

Anda mungkin juga menyukai