Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem pendengaran memungkinkan terjadinya kontak antar individu dengan suara di


sekitarnya. Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul
dilingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang
seling mengenai memberan timpani. Suara merupakan energi vibrasi yangdapat dihantarkan melalaui
media gas, cairan, maupun benda padat dan bila mempunyaifrekuensi dan intensitas yang
adekuat, dapat menimbulkan rangsangan pada reseptor reseptor didalam telinga. Energi
vibrilasi tersebut mempunyai sifat fisik yaitu amplitudo,frekwensi, bentuk gelombang dan kualitas
(timbre).
Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam
produk mesin yang dalam pengoperasiannya seringkali menghasilkan polusi suara atau
timbulnya bising di tempat kerja. Suara bising atau polusi suara, sebagai salah satu efek dari
sektor industri dapat menimbulkan gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang
bekerja atau berada di lingkungan industri.
Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi secara mendadak atau perlahan,
dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya,
sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya sudah dalam
stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Pada kasus-kasus tertentu, gangguan
pendengaran akibat bising mulai berlangsung antara 6 sampai 10 tahun lamanya setelah
terpajan bunyi yang keras.
Selain faktor utama di atas, beberapa faktor lainnya yang menyebabkan gangguan
pendengaran menjadikan pemeriksaan pendengaran berkembang lebih maju dengan
dotemukannya audiometri, yang dapat menunjukan berbagai jenis ketulian dengan derajat
ketuliannya.

BAB II
AUDIOMETRI
A. Definisi
Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan
menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas ambang pendengaran pada
berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel.1 Hasil yang tercantum pada
audiogram dapat menentukan jenis ketuliannya (tuli konduktif, tuli sensorineural , dan tuli
campuran). Sumbu Y menggambarkan intensitas suara yang diukur dalam satuan desibel
(dB) dan sumbu X menggambarkan frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz).2
Kebanyakan audiogram mencakup rentang frekuensi yang terbatas yaitu antara frekuensi
100 Hz sampai 8000 Hz (8 kHz) karena frekuensi tersebut merupakan frekuensi dasar
suara dalam berbicara sehari hari.

Pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung pendengaran harus dilengkapi


dengan pelindung pendengaran, pekerja dilatih dalam menggunakan serta
perawatan alat pelindung pendengaran tersebut dan diminta untuk menggunakan

alat tersebut.
Pekerja harus dirujuk untuk melakukan evaluasi audiologi klinis apabila dicurigai
adanya kelainan pada telinga yang disebabkan oleh karena pemakaian pelindung
pendengaran.
2

Pekerja diberitahukan agar melakukan pemeriksaan telinga yang terkait dengan


pendengaran walaupun tidak berkaitan dengan penggunaan alat pelindung

pendengaran.
Apabila dalam pemeriksaan audiometri sebelumnya menunjukkan hasil yang kurang
persisten, maka harus melakukan pemeriksaan pendengaran yang dimulai dari awal.
Pekerja yang mendapatkan pajanana bisisng dengan intensitas kurang dari 90 dB, dapat
menghentikan penggunaan alat pelindung pendengaran.3
Follow up audiogram pada pasien yang bukan pekerja yang sering mengalami pajanan
bising dilakukan setiap.4
Setiap 3 Bulan - Selama tahun pertama diagnosis
Setiap 6 Bulan - Selama tahun-tahun prasekolah
Setiap Tahun - Sementara di sekolah
B. Persiapan Audiometri
Prosedur pemeriksaan audiometri sangat sederhana, sehingga tidak
diperlukan persiapan khusus.5 Adapun hal-hal yang dipersiapkan
antara

1. Sebelum

lain

menjalani

pemeriksaan

audiometri,

pasien

harus

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter THT, hal ini


guna untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada pasien
sehingga

hasil

pemeriksaan

audiometri

dapat

membantu

menegakan kelainan dengan lebih tepat.


2. Pasien menjalani pemeriksaan ini dalam ruangan kedap suara,
kemudian diberikan beberapa pemeriksaan audiometri, hasil test
yang terekam dalam grafik audiogram akan dianalisa dokter,
dari hasil analisa akan dapat ditentukan adanya gangguan
pendengaran

dan

apa

kira

kira

penyebabnya

C. Indikasi Pemeriksaan Audiometri

Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan
dengar).6
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah :
1.
2.
3.
4.

Tuli Konduktif
Tuli Saraf (Sensorineural)
Tuli campuran
Serta derajat ketulian.

Indikasi pemeriksaan :
1.

Adanya penurunan pendengaran

2.

Telinga berbunyi dengung (tinitus)

3.

Rasa penuh di telinga

4.

Riwayat keluar cairan

5.

Riwayat terpajan bising

6.

Riwayat trauma

7.

Riwayat pemakaian obat ototoksik

8.

Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga

9.

Gangguan keseimbangan
D. Alat-alat Audiometri
Audiometer yang tersedia di pasaran terdiri dari enam komponen utama yaitu :
a. Oksilator yang menghasilkan berbagai nada murni
b. Amplifier untuk menaikkan internsitas nada murni hingga dapat terdengar
c. Pemutus (interrupter) yang memungkinkan pemeriksa menekan dan mematikan
tombol nada murni secara halus tanpa tedengar bunyi lain
d. Attenuator agar pemeriksa dapat menaikkan dan menurunkan intensitas ke
tingkat yang dikehendaki
e. Earphone yang mengubah gelombang listrik menjadi bunyi yang dapat didengar
f. Sumber suara pengganggu (masking) yang sering diperlukan untuk meniadakan
bunyi ke telinga yang tidak diperiksa. Narrow band masking noise atau
garisselubung suara sempit merupakan suara putih atau white noise (sejenis
suara miripaliran uap atau deru angin) yang sudah disaring dari enegi suara yang
tidak dibutuhkan uantuk menyelubungi bunyi tertentu yang sedang digarap. Ini
adalah bunyi masking yang paling efektif untuk audiometerik nada murni.7

Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu 125, 250, 500, 1000,
2000, 4000dan 8000 Hz yang memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB.
Standar alat yang digunakan berdasarkan BS EN 60645-1(IEC 60645-1). Alat
audiometer harusnya selalu dapat dikalibrasi dengan exhaustive electro acoustic
calibrations oleh badan pengkalibrasian nasional. Pemeriksaan termasuk
pemeriksaan cara pakai, dan penyesuaian bioakustik seharusnya dilakukan tiap
hari sebelum digunakan, sesuai standar BS EN ISO 389 series.

Lingkungan pemeriksaan yang baik :


Orang yang diperiksa seharusnya dapat dilihat sepenuhnya oleh pemeriksa. Ora
ng tersebut tidak boleh atau mendengar pemeriksa dan audiometernya.
Pemeriksaan dilakukan di dalam ruangan dengan tingkat kebisingan terendah
sehingga kepekaan pendengaran pasien tidak terganggu.8 Suara tambahan tidak
boleh lebih dari 38 dB. Pemeriksaan ini sesuai standard BS EN ISO 8253-1.

Kontrol infeksi
Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur kontrol
infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali
pemakaian. Pemakaian disposable ear phone sangat direkomendasikan.
Pemeriksa harus cuci tangan dengan sabun ataupun alkohol sebelum menyentuh
pasien.9

Prosedur pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan, anamnesis mengenai riwayat penyakit harus
telah didapatkan dan pemeriksaan otoskopi telah dilakukan. Tanyakan apakah

menderita tinnitus atau apakah tidak tahan suara keras. Tanyakan pula telinga
yang mendengar lebih jelas.Usahakan pasien lebih kooperatif.

Pemeriksaan liang telinga


Hanya untuk memastikan kanal tidak tersumbat. Telinga harus bebas dari
serumen. Alat bantu dengar harus dilepas setelah instruksi pemerisa sudah
dijalankan.

Pemberian instruksi
Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan terdegar
serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga. Pasien harus
memberikan tanda dengan mengangkat tangannya, menekan tombol atau
mengatakan ya setiap terdengar bunyi bagaimanapun lemahnya.

Pemasangan earphone atau bone conductor


Lepaskan dahulu kacamata atau giwang, regangkan headband, pasangkan di
kepalanya dengan benar, earphone kanan di telinga kanan kemudian kencangkan
sehingga terasa nyaman. Perhatikan membrane earphone tepat di depan liang
telinga di kedua sisi.

Seleksi telinga
Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu.

Urutan frekuensi
Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah :
a. Dimulai dengan signal nada yang seringdidengar (familiarization)
b. Pengukuran ambang pendengaran
Dua cara menentukan nada familiarization :
a. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu
secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
b. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan
pemeriksaan ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal
ditinggkatkan intensitas bunyi hingga 50dB, dengan menaikkan tiap 10 dB
hingga terdengar.
Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada
kasus forensic atau pasien dengan riwayat ketulian.

Masking
Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking. Suara
masking, diberikan berupa suara seperti angina (bising), pada headphone telinga
yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat mendengar
6

bunyi yang diberikan pada telingayang diperiksa. Pemeriksaan dengan masking


dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai pendengaran yang
mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh karena AC pada 45 dB atau
lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke telinga kontralateral, maka pada
telinga kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi bising supaya tidak
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa.
Narrow bandnoise (NB) = masking audiometrinada murni
White noise (WN) = masking audiometri tutur (speech)
E. Teknik Audiometri
Audiometri nada murni merupakan uji sensitivitas prosedur masing-masing telinga
dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari
frekuensi bunyi yang berbeda-beda, yaitu 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz dan
dua sumber yaitu sumber pertama adalah dari earphone yang ditempelkan pada telinga,
manakala sumber kedua adalah suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang
ditempelkan

pada

mastoid

(atau

dahi)

melalui

satu

menyebabkan osilasi tulang tengkorak dan menggetarkan cairan

head

band. Vibrator

dalam

koklear.

Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui bone conductor ke
telinga orang yang diperiksa pendengarannya.10
Hasil pemeriksaan digambar sebagai audiogram dan akan diperiksa secara terpisah,
untuk bunyi yang disalurkan melalui ear phone mengukur ketajaman pendengaran
melalui hantaran udara, sedangkan melalui bone conductor telinga mengukur hantaran
tulang pada tingkat intensitas nilai ambang. Dengan membaca audiogram yang
dihasilkan

kita

dapat

mengetahui

jenis

dan

derajat

kurang

pendengaran

seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal


dan berusia sekitar 18-30 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran
untuk nada murni.11
Tujuan pemeriksaan adalah menentukan
tingkat intensitas terendah dalam dB dari
tiapfrekuensi yang masih dapat terdengar p
ada telinga seseorang, dengan

kata

lain

ambang pendengaran seseorang terhadap


bunyi.
Audiometri untuk membedakan tuli koklea dan
tuli retrokoklea yaitu :
7

1. Audiometri khusus
- Tes SISI (short increment sensitivity index)
- Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test)
- Tes kelelahan (tone decay) : TTD, STAT
- Audiometri tutur (speech audiometry)
- Audiometri Bekesy
2. Audiometri objektif
- Audiometri impedans
- Elektrokokleografi
- Evoked response audiometry
- OAE (otoacoustic emission)
3. Pemeriksaan tuli anorganik
- Cara Stenger
- Audiometri nada murni
- Audiometri impedans
- BERA
4. Pemeriksaan audiometri anak
- Free field test
- Play audiometry
- BERA
- Echocheck dan OAE
F. Intepretasi audiometri
Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengarannya normal atau tuli. Jenis ketulian,
yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campur. Derajat ketulian dapat dihitung baik
dari ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang (BC). Pada interpretasi
audiogram harus ditulis a. Telinga mana, b. Jenis ketuliannya, c. Derajat ketuliannya. Dalam
menentukan derajat ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya saja:
0 - 25 dB

: normal

>25 40 dB

: tuli ringan

>40 55 dB

: tuli sedang

>55 70 dB

: tuli sedang berat

>70 90 dB

: tuli berat

> 90 dB

: tuli sangat berat

Dari hasil pemeriksaan audiogram disebut ada gap apabila antara AC dan BC terdapat
perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.

Pada keadaan normal, audiogram akan memperlihatkan garis lurus tetapi, pada
kenyataannya akan ada sedikit variasi yang masih bisa dianggap normal. Perbedaan yang
besar terutama dibawah normal dapat mengindikasikan sebagai gangguan pendengaran yang
terjadi sampai batas tertentu dengan bertambahnya usia, tapi mungkin juga ekstraserbasi dari
pajanan lama terhadap kebisingan tingkat tinggi seperti tinggal dekat dengan bandara atau
jalanan yang ramai, bekerja di tempat yang bising. Gangguan pendengaran mungkin juga
akibat dari penyakit yang diderita seperti penyakit Meniere dapat didiagnosa dari bentuk
audiogram.
Pada otosklerosis akan menghasilkan audiogram dengan gambaran ketulian pada seluruh
frekuensi secara signifikan, sering pada 40 dB. Kekurangan khususnya sekitar 2 kHz (disebut
Carhart notch pada audiogram) adalah ciri khas pada otosklerosis atau anomali osikular
kongenital. Penyakit Meniere menyebabkan ketulian berat pada frekuensi rendah. Gangguan
pendengaran akibat bising atau tuli sensorineural menghasilkan ketulian pada frekuensi
tinggi, terutama sekitar 4 kHz keatas, tergantung pada sifat paparan bisingnya.
1. Tuli konduktif
Tuli konduktif terjadi apabila transmisi suara ke telinga luar dan tengah terganggu
mungkin karena serumen, otitis media, kalsifikasi tulang pendengaran. Tuli konduktif
akan kehilangan sensitivitas pada semua jarak frekuensi, biasanya unilateral. Pada tuli ini,
suara lebih dihantarkan melalui tulang daripada udara.

10

2. Tuli sensorineural
Pada tuli ini terdapat gangguan pada telinga dalam. Sel rambut luar sangat rapuh dan
dapat rusak oleh suara bising yang keras atau karena degenerasi atau karena penggunaan
obat ototoksik. Tidak seperti tuli konduktif yang dapat diperbaiki, tuli sensorineural susah
diperbaiki pada sebagian kasus.

3. Presbikusis
Pada tuli jenis ini, sel rambut luar frekuensi tinggi cenderung mengalami kematian
sebelum sel rambut frekuensi rendah. Keadaan ini mungkin disebabkan kerja sel rambut
luar frekuensi tinggi yang lebih berat yaitu memperkuat getaran akustik per siklusnya
sehingga pada pasien akan sering ditemukan sensitivitas normal pada nada rendah dari
pada nada tinggi.

11

4. Tuli karena bising


Telinga luar dan tengah efisien mentransmisikan frekuensi 4kHz. Sel rambut yang disetel
untuk frekuensi 4kHz sangat rentan terhadap kerusakan karena bising.

12

Tuli campuran
G. Follow Up
Follow up berguna untuk mengetahui perkembangan perbaikan pendengaran dan
follow up biasanya dilakukan pada pekerja yang sering mengalami pajanan bising
berulang. Apabila perbandingan audiogram tahunan dari audiogram awal sampai
audiogram yang terkahir mengalami pergeseran Standard Threshold Shift (STS), pasien
harus diberitahu secara tertulis dalam waktu 21 hari setelah hasil pemeriksaan yang
terkahir ditentukan. Beberapa langkah yang harus diambil jika terdapat pergeseran STS,
antara lain:

13

BAB III
KESIMPULAN
Audiometri adalah

pemeriksaan

untuk

menentukan

jenis

dan

derajat

ketulian (gangguan dengar). Dengan adanya teknik pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis
ketulian apakah pasien yang megalami keluahan gangguan pendengaran mengalami tuli
Konduktif atau tuli saraf (sensorineural), selain itu juga dapat diketahui derajat ketuliannya.
Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, dapat digunakan untuk mengukur ambang
pendengaran, mengindikasikan kehilangan pendengaran. Pada audiometri, pembacaan dapat
dilakukan secara manual atau otomatis, mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga
pada deret frekuensi yang berbeda. Pada pembacaan interpretasinya, audiometri
menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada
suatu rentang frekuensi). Pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di
ruang yang heningpun hasilnya memuaskan. Pemeriksaan ini berbiaya sedang namun
dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah/ kejadian yang terus-menerus, atau
selain itu dapat menggunakan fasilitas di rumah sakit setemapat.

14

Anda mungkin juga menyukai