LP Kad
LP Kad
air,
kalium,
amonium,
dan
natrium
menyebabkan
hipovolemia,
mendasari infeksi.
Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
Kardiovaskuler : infark miokardium
Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik.
2.
3.
4.
5.
6.
intestinal
Obat-obatan : Diuretika, Steroid, Lain-lain
menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang
dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi
dan syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan
takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul) yang merupakan
kompensasi hiperventilasi akibat asidosis metabolik, disertai bau aseton pada
napasnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan
derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat
kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan
rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk
membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat
defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton
oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik
Pada keadaan normal kurang lebih 50 % glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10 % menjadi glikogen dan 20 %
sampai 40 % diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses
tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam
sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
hiperglikemia
ekstravaskuler
bergerak
air
ke
ruang
k. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga
dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan
kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai
pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Tabel Sifat-sifat penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian)
metabolik pada diabetes.
Diabetic
Hyperosmolar
Sifat-sifat
ketoacidosis
non ketoticcoma
Asidosis laktat
(KAD)
(HONK)
Glukosa plasma
Ketone
Asidosis
Dehidrasi
Hiperventilasi
Tinggi
Ada
Sedang/hebat
Dominan
Ada
Sangat tinggi
Tidak ada
Tidak ada
Dominan
Tidak ada
Bervariasi
Bervariasi
Hebat
Bervariasi
Ada
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan
dengan cara:
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
Asidosis, bila pH darah < 7,3.
kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.
b. Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.
c. Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD)
Tujuan penatalaksanaan :
1.
2.
3.
4.
5.
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita dehidrasi berat
bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus
dimulai segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia,
hyperosmolality, dan counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam
pertama, sehingga mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling
efektif jika didahului dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit cairan
tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari 6 liter cairan mungkin harus
diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan untuk mengembalikan volume
intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi kristaloid, koloid dan
bisa digunakan jika pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline (NaCl 0,9%)
yang paling sesuai. Idealnya 50% dari
total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24
jam berikutnya. Hati-hati pemantauan status hemodinamik secara teliti (pada
pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status mental dan
keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan.
K. ASUHAN KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas,
Letargi/disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
Takikardia
Tanda :
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam
menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
persepsi
sensori
penglihatan
berhubungan
dengan
penglihatan kabur.
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak
cukupan
insulin,
penurunan
masukan
oral,
status
hipermetabolisme.
Rencana Keperawatan
N
O
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kekurangan
volume cairan
TUJUAN
DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
NOC:
NIC :
Fluid balance
Fluid management
Hydration
1.
Pertahankan
Nutritional Status : Food
catatan intake dan
Ketidakefektifan
pola napas
NOC :
Respiratory
status
:
Ventilation
Respiratory
status
:
Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
1.Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
2.Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang normal, tidak
ada
suara
nafas
abnormal)
3.Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
1. Buka jalan nafas,
guanakan
teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan
alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan
sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi
suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan
suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor
respirasi
dan status O2
Terapi oksigen
1. Bersihkan
mulut,
hidung dan secret
trakea
2. Pertahankan
jalan
11.
Monitor
sianosis perifer
12.
Monitor adanya
cushing
triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13.
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan vital sign
3
NIC:
Pencapaian
Komunikasi: Defisit
Penglihatan
1. Kaji reaksi pasien
terhadap penurunan
penglihatan
2. Ajak pasien ntuk
menentukan tujuan
dan belajar melihat
dengan cara yang
lain
3. Deskripsikan
lingkungan disekitar
pasien
4. Jangan
memindahkan
sesuatu di ruangan
pasien tanpa
memberi informasi
pada pasien
5. Bacakan surat atau
koran atau info
lainnya
6. Sediakan huruf
braile
7. Informasikan letak
benda-benda yang
sering diperlukan
pasien
Manajemen
Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Pindahkan bendabenda berbahaya
dari lingkungan
pasien
3. Pasang side rail
4. Sediakan tempat
tidur yang rendah
5. Tempatkan benda
+benda pada tempat
yang dapat
dijangkau pasien
4
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
NOC :
Nutritional Status : food
and Fluid Intake
Nutritional
Status
:
nutrient Intake
Kriteria Hasil :
1. Adanya
peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat
badan
ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampumengidentifika
si kebutuhan nutrisi
4. Tidk ada tanda tanda
malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan
6. Tidak
terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
NIC :
Nutrition
Management
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli
gizi
untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
3. Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
5. Berikan
substansi
gula
6. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan
makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan
pasien
bagaimana membuat
catatan
makanan
harian.
9. Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
10. Berikan
informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor
adanya
penurunan
berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah
aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor
interaksi
anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
14. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik
papila
lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA
1. Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American
Diabetes Association. Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
2. Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis
in elderly. Med Cli N Am 88: 1063-1084, 2004.
3. Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Diakses
pada tanggal 17 November 2012.
4. Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah
tatalaksana ketoasidosis diabetic. http://www.pediatric.com. Diakses pada
tanggal 17 November 2012.
5. Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and
management of Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
6. Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses
pada tanggal 17 November 2010.