NIM
: 1511006
Kelas
: KA01 2011
Jurusan
KEPOLISIAN
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.
Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2).
Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat,
tertib
dan
tegaknya
hukum,
KEJAKSAAN
TUGAS :
Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan
Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Jaksa serta tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
FUNGSI :
1. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan
dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
2. Penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan
manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta pengelolaan atas milik
negara menjadi tanggung jawabnya;
3. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan keadilan di
bidang pidana;
dan
kekayaan
PENGADILAN NEGERI
Tugas Pokok Dan Fungsi Pengadilan Negeri
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 UndangUndang Dasar pasca Amandemen).
Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung RI, Badan-badan peradilan
lain di bawah Mahkamah Agung (Peradilan Umum, PTUN, Peradilan Militer, Peradilan Agama)
serta Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945).
Penyelenggaraan kekuasaan Kehakiman tersebut diserahkan kepada badan-badan
peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Mahkamah Agung sebagai
pengadilan tertinggi dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya).(Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 10 ayat (1)
dan ayat (2))
3
Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan Negeri bertugas dan
berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986)
Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum
kepada instansi pemerntah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain
menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau
berdasarkan Undang-Undan
Kewenangan
a) Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata di tingkat pertama;
b) Pengadilan Negeri dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasehat tentang hukum
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta;
c) Selain tugas dan kewenangan tersebut diatas, Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang
III.
LP (Lembaga Pemasyarakatan)
Adapun Fungsi Pemasyarakatan menurut KepMen No NOMOR : M.01.PR.07.03 tahun 1985
Pasal 2 seperti :
a.
b.
c.
d.
e.
Seksi
Kegiatan
Kerja
mempunyai
tugas
memberikan
bimbingan
kerja,
Kesatuan Pengamanan Lapas dipimpin oleh seorang Kepala dan membawahkan petugas
Pengamanan Lapas.dan Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Lapas.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Lembaga Pemasyarakatan, , Kepala Kesatuan
Pengamanan, Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Seksi, Kepala Urusan Wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Lapas serta
dengan instansi lain diluar Lapas sesuai dengan pokok masing-masing maupun antar satu
organisasi dalam lingkungan Lapas.
Contoh Kasus :
PEMERASAN
Seorang preman kampung dibekuk polisi lantaran diduga kerap memeras di rumah tinggal sementara mahasiswa
atau kost didaerah Kampung Baru.
KEPOLISIAN
Bapak setengah baya sekitar umur 45th itu bernama Ujang yang dikenal sebagai premankampung
meminta jatah Rp 25.000,- per bulan dengan alasan iuran keamanan dan sampah. Saat dimintai keterangan, ia hanya
bisa tertunduk lesu. Bapak setengah baya bertato ini ditangkap aparat Kepolisian Sektor Rajabasa, menyusul
laporan salah seorang mahasiswa Unila. Dari keterangan saksi, tersangka sering meminta uang keamanan dan
sampah. Jika tidak dituruti, maka ada saja barang dari rumah kost tersebut yang hilang.
Perilaku tersangka pun dianggap meresahkan. Tidak hanya anak kost yang menjadi korban, tapi juga
warga lain di kawasan tersebut. Dari pengakuan tersangka, uang yangdiperoleh digunakan untuk membeli rokok dan
minuman keras. Selain menangkap tersangka, polisi menyita barang bukti uang sebesar Rp 90.000,- dan kartutanda
penduduk milik tersangka. Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal pemerasan denganancaman hukuman
maksimal sembilan tahun penjara.
KEJAKSAAN
Pada kasus di atas, pelaku, Ujang telah melakukan tindak pidana pemerasan kepadakeluarga Nunung dengan cara
meminta secara paksa uang Rp 25.000,- setiap bulan. Karena yang melakukan tindak pidana adalah warga Negara
Indonesia dan terjadi di wilayahIndonesia, maka berlaku hukum pidana Indonesia , yang berarti KUHPidana (asas
teritorialitas). Pelaku dijerat oleh pasal mengenai Ppemerasan yang diatur dalam pasal 368 KUHPidana.
Dalam ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan diramuskan dengan rumusansebagai berikut :1.
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum, memaksa
7
orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau
sebagian adalah milik orang lain, atausupaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena
pemerasan,dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku dalam tindak pidana ini.
Unsur-Unsur yang ada di dalam ketentuan Pasal 368 KUHP
Unsur-unsur dalam ketentuan ayat (1) Pasal 368 KUHP
Unsur obyektif yaitu unsur yang terdapat di luar diri si pelaku tindak pidana, yang meliputiunsur-unsur :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memaksa.
Orang lain.
Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya atau sebagiankepunyaan orang lain).
Supaya memberi hutang.
Untuk menghapus piutang
Unsur subyektif, yaitu unsur yang terdapat di dalam diri si pelaku tindak pidana yangmeliputi unsurunsur:
1.
2.
Dengan maksud.
Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
PENGADILAN NEGRI
Dipengadilan negri diputuskan hukuman berdasarkan ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan
diramuskan dengan rumusansebagai berikut :
1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secaramelawan hukum,
memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang
seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atausupaya memberikan hutang maupun menghapus piutang,
diancam, karena pemerasan,dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku dalam tindak pidana ini.
LEMBAGA PEMASYARAKATAN
Setelah putusan jatuh dan tersangka dimasukan dalam Lembaga Pemasyarakatan maka didalam LP tersangka
tersebut harus diperlakukan seperti yang tercantum dalam KepMen No NOMOR :
M.01.PR.07.03 tahun 1985 Pasal 2 tentang Fungsi Pemasyarakatan diantaranya :
a. Melakukan pembinaan narapidana/anak didik.
b. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja;
c. Melakukan bimbingan sosial/kerokhaniaan narapidana/anak didik
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS
8
Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (lihat Pasal 74
sampai Pasal 92 UU No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan lihat pula Pasal 33 sampai Pasal 40 UU No. 11 Tahun
1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan UU No.39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai).
b.
c.
Badan Pertanahan Nasional (lihat Pasal 3 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia).
Tugas KPK
Koordinasi
dengan
instansi
yang
berwenang
melakukan
berwenang
melakukan
Supervisi
terhadap
instansi
yang
Wewenang KPK
-
melakukan pemberantasan
tindak
pidana
korupsi.
-
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final
untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
11
kewenangannya diberikan kepada UUD 1945, memutus pembubaran Partai Politik, dan
memutus hasil perselisihan hasil Pemilihan Umum.
Wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
3.
Berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku Hakim, dengan
tugas utama :
a. Menerima laporan petugas Komisi Yudisial
b. Pengaduan masyarakat tentang perilaku Hakim :
c. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku Hakim.
Dasar hukum BNN sebagai LPNK adalah Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010.
12
Kedudukan :
Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional disebut BNN adalah lembaga pemerintah non kementrian yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia. BNN dipimpin oleh Kepala.
Tugas BNN :
Tugas dari BNN (Badan Narkotika Nasional) mungkin meliputi sebagai berikut dibawah ini :
1. Menyusun
dan
melaksanakan
kebijakan
nasional
mengenai
pencegahan
dan
13
9. Melaksanakan
administrasi
penyelidikan
dan
penyidikan
terhadap
perkara
alkohol.
Fungsi BNN :
Fungsi dari BNN (Badan Narkotika Nasional) berikut dibawah ini pemaparannya :
1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan
adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya
disingkat dengan P4GN.
2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN.
3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang P4GN.
5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama.
6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan
BNN.
7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka
penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
14
15
b.
c.
d.
analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi
tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana lain
Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang,
PPATK berwenang:
a.
meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga
swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;
b.
16
c.
d.
e.
mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang
berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;
f.
g.
Penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta kepada
PPATK dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan. Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data
dan informasi, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi. Dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang:
a.
menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak Pelapor;
b.
menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana Pencucian
Uang;
c.
d.
menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan
pengawasan terhadap Pihak Pelapor;
e.
f.
merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor;
dan
g.
menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor
yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.
Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, PPATK
dapat:
a.
b.
c.
d.
meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak
hukum atau mitra kerja di luar negeri;
e.
meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam
maupun di luar negeri;
f.
menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak
pidana Pencucian Uang;
g.
meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan
tindak pidana Pencucian Uang;
h.
i.
meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian
Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana;
j.
k.
mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
l.
3.
4.
pelaksana jika minta ijin atau lapor kepada ketua pengadilan jika melakukan
penggeledahan,
5.
6.
7.
dapat memberikan alasan baru untuk melakukan penuntutan dalam hal telah
dilakukan penghentian penuntutan.
8.
9.
pelaksana
untuk
menyampaikan
amar
putusan
acara
cepat
kepada
terpidana.
10.
19
antara
penyidik,
penuntut
umum
dan
pengadilan.
untuk
menyusun
peraturan
yang
isinya
dasar
untuk
pencegahan agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yaitu jangan
sampai terkena penyidikan baik oleh PPNS sendiri ataupun oleh penegak hukum secara
langsung.
21