Anda di halaman 1dari 5

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa.

Darah mempunyai tiga jenis limfosit:

Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya.


(Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah
adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam
menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.)

Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan


dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik)
dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.

Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah
terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.

Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui
sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu
membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi
peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena
sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk
berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali.
Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya,
dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.[1]
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut
oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan
pengiriman sinyal antar kedua sel.[2] Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan
seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai
oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi
sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian
respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.[3]
Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum
tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ
pada rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut pre-TCR,
pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T (bahasa Inggris: T cell
receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan dari kata timus yang
merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T
telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Sel T CD4[sunting | sunting sumber]

Sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus disebut sel T CD4 (bahasa Inggris: naive T
cell), akan terbawa oleh sirkulasi darah hingga masuk ke dalam limpa dan bermigrasi ke
dalam jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga
suatu saat terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu[4] dengat ikatan pada molekul MHC
kelas II.
Sel T pembantu[sunting | sunting sumber]
Sel T pembantu merupakan rekan sel darah putih lain dalam proses kekebalan, termasuk
dalam proses pematangan sel Bke dalam sel plasma dan aktivasi sel T sitotoksik
dan makrofaga.
Sel T pembantu menjadi aktif saat terpapar molekul MHC kelas II yang
mengandung peptida antigen yang terdapat pada permukaan sel penampil antigen.
Segera teraktivasi, sel T pembantu segera membelah dengan cepat
dan mengeluarkansejenis protein yang mengatur atau membantu respon kekebalan aktif.
Sel T pembantu dapat membelah menjadi beberapa jenis, antara lain TH1, TH2, TH3, TH17,
atau TFH, dengan sekresi sitosina yang berbeda untuk menyulut respon kekebalan yang
berlainan. Proses pembelahan sel T pembantu masih belum dapat dipahami meski pola
sinyal APC dianggap mempunyai andil yang besar di dalamnya. [5]
Sel T sitotoksik[sunting | sunting sumber]
Sel T sitotoksik adalah penghancur sel terinfeksi virus dan sel tumor dan tersirat pada
penolakan organ transplantasi. Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena
terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen kelas I MHC. Sel T
sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik, seperti pada penyakit autoimun.[6]
Sel T memori[sunting | sunting sumber]
Sel T memori adalah Sel T yang mengandung informasi mengenai antigen tertentu dan
tetap berada di dalam plasma bahkan setelah sebuah infeksi telah lama dipadamkan. Sel
T memori dapat berkembangbiak saat terpapar kembali dengan antigen yang sama
(bahasa Inggris: cognate antigen) sehingga memberikan umpan balik berupa sistem
kekebalan yang terjadi pada saat infeksi sebelumnya.
Sel T [sunting | sunting sumber]
Sel T adalah sekelompok sel T yang mempunyai TCR yang berbeda pada
permukaannya. Pada umumnya sel T mempunyai TCR berupa dua
rantai glikoprotein yang disebut rantai TCR dan . Sel T ini mempunyai rasio sekitar 5%
dari total sel T dan ditemukan terbanyak pada gut mucosa, di dalam
populasi limfosit yang dikenal sebagai intraepithelial lymphocytes (IEL). Keberadaan sel T
di antara IEL masih merupakan misteri, mengingat hormon tiroksin secara khusus
menjadikan IEL TCR dan CD8 sebagai target dan dapat mengurangi jumlah sel IEL yang
belum matang dengan drastis hingga menurunkan sistem kekebalan intestinal.[7][8] Sel T
V9/V2 dengan populasi terbanyak pada peripheral blood juga merupakan sel yang unik
karena dapat memberikan respon yang sangat khusus dan cepat
terhadap metabolit mikrobial non peptida, HMB-PP dan prekursor isopentenil pirofosfat.

Konservasi sel T pada makhluk vertebrata sepanjang evolusi selama hampir 500 juta
tahun menunjukkan betapa pentingnya peran yang dimiliki sel ini. Hasil analisis
filogenetik pada domain konstan dari reseptor antigen bahkan membuktikan bahwa
TCR lebih dulu ada sebelum sel B dan TCR terbentuk. Hal ini menimbulkan dugaan
bahwa sel T adalah sel yang memungkinkan sistem kekebalan untuk mengingat.
[9]
Tampaknya sel T memang tidak bergantung pada MHC dan dapat mengenali seluruh
protein sebelum teraktivasi. Hingga saat ini belum diketahui molekul antigen yang dapat
mengaktivasi sel T .
Bernhard Moser dan Matthias Eberl menemukan bahwa sel T mempunyai derajat
plastisitas yang sangat tinggi dan lebih efektif daripada sel T .
Referensi[sunting | sunting sumber]
1.

^ (Inggris)"Memory T cells". School of Medicine, Cardiff University. Diakses


tanggal 2010-03-01.

2.

^ (Inggris)"T Cell Recognition". School of Medicine, Cardiff University. Diakses


tanggal 2010-03-01.

3.

^ (Inggris)"T Cell Activation". School of Medicine, Cardiff University. Diakses


tanggal 2010-03-01.

4.

^ (Inggris)"Immunobiology, chapter 8. T Cell-Mediated Immunity". Charles A.


Janeway, et al. Diakses tanggal 2010-03-20.

5.

^ "APC-derived cytokines and T cell polarization in autoimmune


inflammation".

6.

^ "An integrated view of suppressor T cell subsets in immunoregulation".

7.

^ (Inggris)"The influence of thyroid and testicular hormones on globule


leucocytes in the rat duodenal crypt epithelium.". Carriere R, Buschke M. Diakses
tanggal 2010-03-01.

8.

^ (Inggris)"Hormone regulation of murine T cells: potent tissue-specific


immunosuppressive effects of thyroxine targeted to gut T cells". The Department of
Biological Science and the Mervin Bovaird Center for Studies in Molecular Biology
and Biotechnology, The University of Tulsa, Jin Wang dan John R. Klein. Diakses
tanggal 2010-03-01.

9.

^ (Inggris)"T cells". School of Medicine, Cardiff University. Diakses


tanggal 2010-03-01.

Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoralyang
berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama sel B adalah
untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan
tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B, merupakanimunoglobulin.
Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadisel plasma yang

memproduksi molekul antibodi dari antigen yang terikat pada pencerapnya. Antibodi
yang diproduksi berupa imunoglobulin dengan tipe:[1]

IgG yang mengikat mikroba dengan sangat efisien

IgM yang mengikat bakteri

IgA yang terdapat pada interstitium, saliva, lapisan mukosa dan saluran
pencernaan untuk mencegah infeksi oleh antigen.

IgE yang mengikat parasit dan merupakan penyebab utama terjadinya gejalaalergi

IgD yang selalu terikat pada sel B dan memainkan peran untuk menginisiasi respon
awal sel B

Sel B terbagi menjadi dua jenis:[2]

Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada
ruang peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.

Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang
memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan
untuk berkembangbiak.

Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum
tulang.[3]
Rujukan[sunting | sunting sumber]
1.

^ (Inggris)"Immune System - B Cells". National Institute of Allergy and


Infectious Diseases. Diakses tanggal 2010-06-05.

2.

^ (Inggris)"Immunobiology, glossary, B cell". Charles A. Janeway, et al.


Diakses tanggal 2010-03-20.

3.

^ (Inggris)"Molecular biology of the cell, B Lymphocytes Develop in the Bone


Marrow; T Lymphocytes Develop in the Thymus".Bruce Alberts, et al. Diakses
tanggal 2010-03-23.

Sel NK (bahasa Inggris: natural killer cell, NK cell) adalah jenis sel dari sel T
sitotoksik yang mempunyai andil sangat besar dalam sistem kekebalan turunan.
Prekursor sel NK dapat berupa limfoblas yang terdiferensiasi menjadi sel B maupun sel T
CD4.[1]

Ekspresi sel berbeda dengan dua prekursornya, sel NK tidak memiliki TCR, CD3,
dan pencerap Ig, tetapi menampilkan CD16 dan CD56. Sekitar 80% masih menampilkan
ekspresi CD8 seperti sel T sitotoksik.
Sel NK tidak menyerang sel yang mempunyai ekspresi protein MHC antigen, seperti sel T
CD8, tetapi menyerang sel yang tidak memiliki ekspresi protein MHC tubuh.[2] Mereka
dinamai sel pembunuh alami karena mereka bergerak tanpa membutuhkan aktivasi. Sel
target akan mengalami apoptosis dan hancur, akibat sekresi sel NK
dari granula sitoplasmikyang mengandung protein jenis perforin dan granzim.

Referensi[sunting | sunting sumber]


1.

^ Roitt I, Brostoff J, Male D (2001). Immunology (6th ed.), 480p. St. Louis:
Mosby, ISBN 0-7234-3189-2.

2.

^ (Inggris)"Immune System - T Cells". National Institute of Allergy and


Infectious Diseases. Diakses tanggal 2010-06-05.

Anda mungkin juga menyukai