Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelasaikan makalah yang berjudul Jig & Fixture Assembly .
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan - bantuan baik moril
maupun materil, secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karana itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk
penyelesaian tugas akhir ini terutama :
1.

Bapak Asep Indra Komara, selaku Dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahannya.

2.

Orang tua serta keluarga penulis yang selalu memberikan dukungannya.

3.

Seluruh teman-teman kami dari program studi Teknik Perancangan yang senantiasa
memberikan kritik dan sarannya.
Penulis mohon maaf apabila Makalah ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan

penulis dalam pendalaman materi dan permasalahan yang dihadapi. Penulis barharap bahwa Makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Bandung, Februari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penggunaan Jig dan Fixture
1.3 Pertimbangan Umum Pembuatan Jig dan Fixture
1.4 Aspek Teknis Pembuatan Jig dan Fixture
1.5 Jenis Jenis Jig
1.6 Jenis Jenis Fixture
1.7 Klasifikasi Fixture
Bab II. Isi (Jig Dan Fixture For Assembly)
11.1 Mechanical Assembly Fixtures
11.2 Fixtures for Hot-Joining Methods
Bab III. Isi (Lanjutan)
111.1 Peningkatan Jaminan Kualitas Assembly Line
111.2 Perkembangan Teknologi Jig & Fixture Assembly
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk
sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam penelitian ini,
waktu proses manufaktur diidentisikasikan dengan penurunan waktu setup dan proses pemotongannya
(perautan).
Hampir setiap proses produksi didukung oleh pemakaian mesin perkakas. Penggunaan mesin
ini tergantung kepada spesifikasi produk yang akan dibuat. Semakin komplek bentuk produk tersebut,
maka akan semakin rumit pula perkakas yang digunakan.
Mesin perkakas akan lebih berfungsi bila dilengkapi pula dengan perkakas bantu. Jenis
perkakas bantu tersebut antara lain jig dan fixture. Penggunaan jig dan fixture ini disesuaikan dengan
fungsi dan karakteristiknya. Dimana Jig adalah suatu alat penuntun dari pahat dan sebagai pemegang
benda kerja yang tidak terikat secara tetap pada mesin tempat alat itu dipakai. Sedangkan fixture
adalah perkakas pemegang benda kerja yang terikat secara tetap pada mesin dimana alat tersebut
berada.
Jig and fixture merupakan perkakas bantu yang berfungsi untuk memegang dan atau
mengarahkan benda kerja sehingga proses manufaktur suatu produk dapat lebih efisien. Selain itu jig
and fixture juga dapat berfungsi agar kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang telah
ditentukan. Dan juga, Jig dan fixture berfungsi membantu atau menolong pelaksanaan proses
produksi, tetapi tidak merubah geometris dari benda kerja. Dengan menggunakan perkakas bantu ini
diharapkan produk yang dihasilkan memiliki ketelitian yang tinggi, kepresisian yang tepat, akurasi,
dan sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan. Dengan adanya jig & fixtures, tidak diperlukan lagi
skill operator dalam melakukan operasi manufaktur, dengan kata lain pengerjaan proses manufaktur
akan lebih mudah untuk mendapatkan kualitas produk yang lebih tinggi ataupun laju produksi yang
lebih tinggi pula.
Filosofi dari Group technology adalah mendapatkan keuntungan dari pengelompokan
sejumlah produk, baik atas dasar kesamaan perancangannya atupun atas dasar kesamaan proses
manufakturnya. Dalam penelitian ini, kesamaan proses adalah yang menjadi pertimbangkan untuk
meningkatkan efisiensi proses manufaktur.

Dengan demikian, efisiensi proses manufaktur suatu produk dapat ditingkatkan (mereduksi
waktu setup dan waktu proses perautan ) melalui perancangan jig and fixture pada proses manufaktur
sekelompok produk.

1.2 TUJUAN PENGGUNAAN JIG DAN FIXTURE


Tujuan dari penggunaan Jig & Fixture adalah:

Aspek Teknis / Fungsi:


Mendapatkan ketepatan ukuran
Mendapatkan keseragaman ukuran

Aspek Ekonomi:
Mengurangi ongkos produksi dengan memperpendek waktu proses
Menurunkan ongkos produksi dengan pemakaian bukan operator ahli / trampil
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin
Optimalisasi mesin yang kurang teliti
Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur
Meniadakan kesalahan pengerjaan (reject)

Aspek Sosial / Keamanan:


Mengurangi beban kerja fisik operator
Mengurangi resiko kecelakaan kerja
Sebelum jig & fixture dibuat, perlu sekali dilakukan kajian dari sisi ekonomi, karena hasil

akhir dari penggunaan jig & fixture tidak lain adalah keuntungan secara ekonomi.

1.3 PERTIMBANGAN UMUM PEMBUATAN JIG DAN FIXTURE


Sebelum memutuskan penggunaan JF pada suatu proses produksi, harus mempertimbangkan
beberapa tuntutan tuntutan di bawah ini:
a) Tuntutan Fungsi

Tuntutan fungsi yang utama dalam penggunaan JF adalah bentukan dan toleransi yang
diharapkan dapat tercapai.

Keseragaman ukuran pada produk masal dapat tercapai.

Waktu proses sebelum penggunaan JF yang panjang akibat penyetingan dan


penanganan benda kerja berkurang secara nyata.

Pada penggunaan checking fixture, ukuran atau bentukan yang diterima dan tidak
dapat segera dikenali.

b) Tuntutan Penanganan/Pengoperasian

JF harus dapat dioperasikan dengan cepat dan mudah walaupun dengan operator
awam sekalipun.

Penggunaan aspek ergonomi diperhatikan.

Elemen operasi mudah dikenali dan dimengerti cara kerjanya.

Perlu mempertimbangkan aspek pengguna. Misalnya: alat bantu khusus jika


menggunakan opratos cacat, dll.

c) Tuntutan Ekonomi

Biaya penggunaan JF tidak terlampaui.

Target pencapaian BEP (Break Even Point) tercapai.

d) Tuntutan Konstruksi

Optimalisasi penggunaan elemen standar.

Rancangan hendaknya logis dan tidak berlebihan (over design).

Penggunaan elemen yang lepas pasang mempertimbangkan waktu penanganan.

Elemen yang lepas pasang harus diikat agar tidak jatuh atau hilang.

JF yang bergerak atau berputar harus diseimbangkan terlebih dahulu.

Penggunaan elemen yang mengunci sendiri (self locking) pada mesin yang memiliki
getaran tinggi atau tergesernya benda kerja akibat kerusakan alat potong sangat perlu
dipertimbangkan.

e) Tuntutan Keamanan

Aspek umum keselamatan di tempat kerja diperhatikan.

Pengamanan terhadap bahaya listrik, mekanik, dan tekanan yang berlebihan.

Pengamanan pada saat proses pemesinan atau kegagalan pemesinan.

Pengamanan terhadap kegagalan sumber tenaga pencekaman.

Keamanan terhadap benda kerja akibat kesalahan peletakan, pencekaman, dan saat
proses.

Tidak semua tuntutan diatas muncul secara bersama sama pada saat perancangan JF.
Perancang dapat menentukan skala prioritas untuk setiap alat yang di buat.

1.4

ASPEK TEKNIS PEMBUATAN JIG DAN FIXTURE


Sebelum memutuskan penggunaan JF pada suatu proses produksi, sangat perlu di
pertimbangkan pemenuhan tuntutan tuntutan di bawah ini:
1) Peletakan Benda Kerja (Location)
Benda kerja memiliki ruang yang cukup pada peletakannya dan tidak memungkinkan
benda terbalik atau salah pasang untuk menghindari kesalahan pengerjaan. Titik peletakan
cukup jelas terlihat oleh operator. Dalam hal benda kerja memiliki ukuran mentah seperti
benda tuangan (casting) dimungkinkan peletakan yang dapat diatur (adjustable) untuk
menjaga keausan locator atau variasi ukuran benda kerja.
2) Pencekaman (Clamping)
Penyusunan atau peletakan pencekam dan besarnya gaya pencekaman benar benar
meniadakan gaya reaksi akibat gaya gaya luar akibat pemotongan benda kerja / proses. Gaya
pencekaman tidak menyebabkan benda kerja terdeformasi atau merusak permukaannya.
Pencekaman harus logis dan mudah.
3) Penanganan (Handling)
Komponen control dan JF keseluruhan harus ringan dan mudah untuk dinaik-turunkan
dari dank e mesin. Untuk itu elemen untuk memegang dan memindahkan JF harus tersedia.
Tidak ada sisi tajam pada JF. Benda kerja yang kecil dan sulit dalam pemasangan / pelepasan,
di berikan kemudahan.
4) Kelonggaran (Clearance)
Tersedia cukup ruang untuk pembuangan beram hasil pemotongan jika beram tidak
diinginkan terbuang keluar melaui arah yang sama dengan pemotongan. Penggunaan celah
untuk tangan operator / alat bantu yang dimaksudkan untuk mengeluarkan beram yang
tersumbat sangat dimungkinkan.

5) Kekakuan / Stabilitas (Rigidity / Stability)


Meskipun JF diharapkan seringan mungkin, kestabilan juga sangat diperlukan,
proporsional terhadap besar benda kerja dan gaya luar yang bekerja. Jika perlu di gunakan
pengikatan baut mur terhadap mesin.
6) Bahan (Material)
Komponen utama yang mendapatkan gesekan dan atau tumbukan gaya menggunakan
material Tool Steel atau mendapatkan perlakuan pengerasan. Penggunaan material sisipan
(insert) pada komponen yang bergesekan dimaksudkan untuk penggantian. Jika digunakan
komponen yang di las, perlu dilakukan perlakuan stress relief setelah pengelasan atau sebelum
pemesinan untuk menghindari tegangan dalam maupun pelentingan akibat las.
7) Toleransi (Tolerance)
Toleransi pengerjaan komponen JF yang berhubungan dengan hasil proses adalah
sepertiga dari toleransi benda kerja. Misalnya jarak lubang yang akan diproses pada benda
kerja memiliki toleransi 0.3 mm, maka toleransi pada jignya untuk setting jarak antar
pengarah (bush) adalah 0.1 mm.

1.5

JENIS JENIS JIG


Jig bias dibagi atas 2 kelas : jig gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan untuk mengebor lobang
yang besar untuk digurdi atau ukurannya aneh (gambar 2). Jig gurdi digunakan untuk menggurdi
(drilling), meluaskan lobang (reaming), mengetap, chamfer, counterbore, reverse spotface atau reverse
countersink (gambar 3). Jig dasar umumnya hampir sama untuk setiap operasi pemesinan,
perbedaannya hanya dalam ukuran dan bushing yang digunakan.

Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum yaitu tipe terbuka dan tipe tertutup. Jig terbuka adalah
untuk operasi sederhana dimana benda kerja dimesin pada hanya satu sisi. Jig tertutup atau kotak
digunakan untuk komponen yang dimesin lebih dari satu sisi.

Jig template adalah jig yang digunakan untuk keperluan akurasi. Jig tipe ini terpasang diatas,
pada atau didalam benda kerja dan tidak diklem (gambar 4). Template bentuknya paling sederhana
dan tidak mahal. Jig jenis ini bisa mempunyai bushing atau tidak.

Jig plate sejenis dengan template, perbedaannya hanya jig jenis ini mempunyai klem untuk
memegang benda kerja. (gambar 4).

Jig plate kadang-kadang dilengkapi dengan kaki untuk menaikkan benda kerja dari meja
terutama untuk benda kerja yang besar. Jig jenis ini disebut jig table/meja (gambar 6).
Jig sandwich adalah bentuk jig plate dengan pelat bawah. Jig jenis ini ideal untuk komponen
yang tipis atau lunak yang mungkin bengkok atau terlipat pada jig jenis lain (gambar 7).

Jig angle plate (pelat sudut) digunakan untuk memegang komponen yang dimesin pada sudut
tegak lurus terhadap mounting locatornya (dudukan locator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi
benda kerja. Gambar 8 adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenisini dimana sudut pegangnya bisa selain
90 derjat disebut jig pelat sudut modifikasi dan diperlihatkan oleh gambar 9.

Jig kotak atau jig tumble, biasanya mengelilingi komponen (gambar 10). Jig jenis ini
memungkinkan komponen dimesin pada setiap permukaan tanpa memposisikan ulang benda kerja
pada jig.
Jig Channel adalah bentuk paling sederhana dari jig kotak (gambar 11). Komponen dipegang
diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga.

Jig daun

(leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk kemudahan pemuatan dan

pelepasan (gambar 12). Jig daun biasanya lebih kecil dari jig kotak.
Jig

indexing

digunakan untuk meluaskan lobang atau daerah yang dimesin lainnya

disekeliling komponen (gambar 13). Untuk melakukan ini, jig menggunakan komponen sendiri atau
pelat referensi dan sebuah plunger. Jig indexing yang besar disebut juga jig rotary.
Jig Trunnion adalah jenis jig rotary untuk komponen yang besar atau bentuknya aneh (gambar
14). Komponen pertama-tama diletakkan didalam kotak pembawa dan kemudian dipasang pada
trunnion.
Jig pompa adalah jig komersial yang mesti disesuaikan oleh pengguna (gambar 15). Pelat
yang diaktifkan oleh tuas membuat alat ini bisa memasang dan membongkar benda kerja dengan
cepat.

Jig multistation (stasion banyak) mempunyai bentuk seperti gambar 16. Ciri utama jig ini
adalah cara menempatkan benda kerja. Ketika satu bagian menggurdi, bagian lain meluaskan lubang
(reaming) dan bagian ketiga melakukan pekerjaan

counterbore. Satsion akhir digunakan untuk

melepaskan komponen yang sudah selesai dan mengambil komponen yang baru.

1.6

JENIS JENIS FIXTURE


Jenis fixture dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama
dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas
yang lebih tinggi.
Fixture pelat adalah bentuk paling sederhana dari fixture (gambar 17). Fixture dasar dibuat
dari pelat datar yang mempunyai variasi klem dan locator untuk memegang dan memposisikan benda
kerja. Konstruksi fixture ini sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses pemesinan.

Fixture pelat sudut adalah variasi dari fixture pelat (gambar 18). Dengan fixture jenis ini,
komponen biasanya dimesin pada sudut tegak lurus terhadap locatornya. Jika sudutnya selain 90
derjat, fixture pelat sudut yang dimodifikasi bisa digunakan (gambar 19).

Fixture vise-jaw, digunakan untuk pemesinan komponen kecil (gambar 20). Dengan alat ini,
vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai dengan bentuk komponen.

Fixture indexing mempunyai bentuk yang hamper sama dengan jig indexing (gambar 21).
Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan komponen yang mempunyai detail pemesinan untuk
rongga yang detil. Gambar 22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini.
Fixture multistation, adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi, volume produksi tinggi
dimana siklus pemesinan kontinyu. Fixture duplex adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana
hanya ada dua stasiun (gambar 23). Mesin tersebut bisa memasang dan melepaskan benda kerja ketika
pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika pekerjaan pemesinan selesai pada stasiun 1, perkakas
berputar dan siklus diulang pada stasiun 2. Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada stasiun 1
dan benda kerja yang baru dipasang.

Fixture profil,

digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan kontur dimana mesin

secara normal tidak bias melakukan. Kontur bisa internal atau eksternal. Gambar 24 memperlihatkan
bagaimana nok/cam secara akurat memotong dengan tetap menjaga kontak antara fixture dan bantalan
pada pisau potong fris.

1.7

KLASIFIKASI FIXTURE
Fixture biasanya diklasifikasikan berdasarkan tipe mesin yang menggunakannya. Misal,
fixture yang digunakan pada mesin milling disebut fixture milling. Fixture bisa juga diklasifikasikan
dengan subklasifikasi. Misal, jika pekerjaan yang dilakukan adalah milling, maka fixture disebut
straddle milling fixture.

Berikut ini adalah list operasi produksi yang menggunakan fixture:

Assembling

Lapping

Boring

Milling

Broaching

Planing

Drilling

Sawing

Forming

Shaping

Gauging

Stamping

Grinding

Tapping

Heat treating

Testing

Honing

Turning

Inspecting

Welding

1.8

1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
1.27

BAB II
ISI

1.28
1.29

JIG AND FIXTURES FOR ASSEMBLY

1.30
1.31 Secara umum, ada 2 tipe untuk Jig Fixtures assembly, yaitu:
1. Mechanical assembly dan joining fixtures untuk kemampuan pengerjaan pada suhu normal
dengan mesin

2. Fixtures for hot-joining methods untuk pengerjaan assembly dengan menggunakan energy dalam
bentuk panas dimana energy panas merupakan factor yang dominan dalam proses ini.
1.32
1.33

II.1 MECHANICAL ASSEMBLY FIXTURES


1.34
1.35

Pada assembly ini tidak terdapat standar atau klasifikasi yang unik atau

berbeda dari tipe assembly fixtures. Bentuk bentuk dari tipe assembly ini telah
diklasifikasikan berdasarkan pengoperasian atau proses pengerjaan dengan fixture. Macam
macam dari kategorinya adalah:
1.36
1. Riveting fixtures (fixture sambungan pengelingan), penyambungan dua atau lebih part
secara bersama pada posisi yang telah ditentukan dimana part dari bagian
pengelingan di tentukan sesuai bentuk produk yang diinginkan.
2. Drilling and pinning jigs (fixture pemboran dan pembautan), penyambungan dua atau
lebih part ke part yang lain dengan toleransi dimana part dari bagian pengeboran dan
bagian pembautan untuk jenis perakitan. Proses pengeboran secara normal dilakukan
dengan menggunakan bush. Aplikasi dengan menggunakan bush ini juga dilakukan
pada beberapa proses operasi pembautan pada satu jig. Tapi, kadang kadang juga
telah disediakan tempat untuk proses pembautan.
3. Staking fixtures (fixture pembatas), dirancang untuk penyambungan dan pemposisian
dari sebuah assembly atau perakitan dimana baut atau elemen pengikat yang lain
dibatas dengan tangan atau mesin untuk menghindari terjadinya pengendoran atau
bagian part terlepas saat menggunakannya.
4. Crimping and swaging fixtures, digunakan pada perakitan dari dua part oleh tekukan
satu bagian atas bagian yang lainnya.
5. Pressing fixtures (fixture penekan), terdiri atas 2 bagian:
Holding fixtures, penyambungan part secara bersama dengan perekat dan
pengeringan. Alat untuk memakai penekan selama proses pengeringan hanya
dipakai bila perlu saja. Seperti fixture penyambungan berbagai macam

kuantitas dari assembly.


Other pressing fixtures, penyambungan dua part dimana part yang satunya
ditekankan pada part yang lainnya. Biasanya, untuk proses ini digunakan
poros penekan atau penekan hidrolic. Hanya bila diperlukan. Berbagai
macam alat dapat dibutuhkan dalam sebuah press-fitting fixture untuk

merekatkan part setelah part itu di press atau di tekan satu sama lainnya.
Sering menggunakan peluru perekat dan poros perekat.
6. Tab-bending fixtures, dirancang untuk penyambungan part secara bersamaan,
memposisikannya, dan menepatkan satu part dan yang lainnya.
7. Wire-stitching fixtures, penyanbungan part pada posisinya untuk pengikatan dengan
lilitan kawat.
8. Wire-stapling fixtures, penyambungan part secara bersama dan memposisikannya
untuk pengikatan dengan jepitan kawat.
9. Special holding fixtures, dirancang untuk penyambungan dan pemposisian part untuk
jenis pengassemblyan yang unik atau berbeda, seperti pengassemblian sebuah palang
dalam lubang yang dalam atau pengalokasian sekrup sepanjang lubang yang dalam.
a) Trunnion holding fixtures, penyambungan sebuah part atau perakitan dimana
part yang lainnya tidak berada pada bidang yang sama dengan part yang
sedang dirakit.
b) Cradle holding fixtures, untuk tujuan penyambungan atau menepatkan part
yang mempunyai bentuk yang teratur pada posisi kerja yang strategis dimana
part lainnya dirakit diatasnya atau didalamnya.
c) Plastic holding fixtures, untuk perakitan, biasanya untuk eretan yang beratur
sesuai kontur dari part atau rakitannya dan sambungan atau tempatnya pada
posisi kerja dimana part lainnya dirakit diatasnya atau didalamnya.
d) Support legs (kaki pembantu), merupakan alat simple lainnya untuk
penyambungan part atau perakitan part yang mempunyai kontur yang teratur
pada posisi dimana part lainnya dirakit diatasnya atau didalamnya.
e) Harness boards (papan pelindung), merupakan papan yang tebal dimana
pasak atau tiang kecil sebagai pengendali pada tempat yang telah ditentukan
sebagai bantuan pada pelilitan dan perakitan kabel dan manfaatnya.
f) Potting atau encapsulating holding fixtures, yang menyambungkan
penyambung dengan kabel atau pengamannya pada lubang yang perpaduan
bentuknya dituangkan dalam wadah dan didinginkan.
1.37
10. Masking fixtures, terdiri atas beberapa tipe:
a) Beberapa tipe dibentuk untuk menjaga warna atau lapisan lainnya, seperti
perpaduan kutup, pada permukaan tertentu dari benda kerja.
b) Fixture pelindung lainnya, adalah untuk memudahkan dari proses
pengasemblian, mengenali perbedaan antara lokasi penepat atas parakitan
papan penepat dengan template yang mempunyai bermacam-macam kode
warna di sekeliling lubangnya.
1.38
1.39
1.40

1.41
1.42

II.2 FIXTURES FOR HOT-JOINING METHODS


1.43
1.44

Pengerjaan assembly dengan menggunakan energy dalam bentuk panas

berupa proses welding, brazing, dan soldering.


1.45
a) Welding Jig and Fixtures
1.46
Secara umum, welding jig dan fixture di golongkan dalam 3 klasifikasi,
yaitu : tacking jigs, welding fixtures, dan holding fixtures.
1.47
Tacking Jigs
1.48
Merupakan sebuah kelingan pengarah yang menepatkan komponen atau
part untuk proses pengelasan yang berfungsi untuk menepatkan hubungan dengan
suaian yang tepat, dimana operator melakukan proses pengelingan untuk
menggabungkan part-part terlebih dahulu baru akhirnya melakukan proses
pengelasan. Biasanya, pada benda kerja sebelumnya dilakukan proses pengelingan
terlebih dahulu kemudian dilepas dari kelingan pengarah dan dipindahkan ke fixture
yang terpisah untuk melakukan proses selanjutnya, yaitu proses pengelasan.
1.49
Welding Fixtures
1.50
Merupakan sebuah alat bantu pengelasan untuk menepatkan pelokasian
dan penyambungan pada benda kerja untuk proses pengelasan. Welding fixtures
mengendalikan

dalam

menyederhanakan

dan

atau

menghilangkan

dan

memindahkan dari benda kerja dan dari alat alat yang berhubungan, tapi ini
membutuhkan konstruksi untuk menahan tekanan panas dan tegangan. Hal ini sering
tidak praktis atau hal yang tidak mungkin untuk memuaskan penggambaran alat
bantu pengelasan untuk yang sulit dipahami, assembly yang komplek, berat,
pengelasan yang besar; dengan demikian dalam penerapan yang umum, part pada
awalnya ditempelkan bersama dalam sebuah tacking jig (kelingan pengarah) dan
kemudian benda kerja di pindahkan ke holding fixtures (alat bantu penyambungan),
biasanya digunakan dalam hubungan dengan pemposisian pengelasan, untuk
penyelesaian pekerjaan.
1.51
Hoding Fixtures
1.52
Merupakan sebuah alat khusus yang dirancang untuk penyambungan dari
benda kerja yang sebelumnya telah dilakukan dengan proses pengassemblian dengan
paku keeling pada tempat yang diposisikan. Fixture sendiri sering disesuaikan untuk
memposisikan dengan menambahkan tempat yang ekonomis dengan papan penunjuk

dan penerapan dari rancangan yang cocok. Counterweights mungkin saja diperlukan
untuk memudahkan pemposisian benda kerja, dan jika diperlukan, pemasangan alat
bantu pembawa barang akan membuat seluruh unit lebih mudah untuk dipindahkan.
Seperti pengarah dalam pengelasan, alat bantu penyambungan harus jadi konstruksi
yang kuat dan kokoh untuk menahan tegangan komulatif yang dihasilkan oleh benda
kerja ketika proses pengelasan.
1.53
b) Brazing dan Soldering
1.54
Brazing dan soldering merupakan sebuah proses gabungan yang
menggunakan panas dan logam pengisi untuk menghasilkan ikatan metallurgi. Tidak seperti
proses pengelasan yang dibahas sebelumnya, brazing dan soldering tidak melibatkan
melelehnya logam dasar saat digabungkan. Akibatnya, sifat mekanik dan sifat fisik logam
dasar tidak benar benar menyatu saat digabungkan. Walaupun demikian, difussi brazing
bisa menghasilkan kekuatan yang sama kepada logam dasar.
1.55
Meskipun proses brazing dan soldering keduanya menggunakan logam
pengisi, tapi prosesnya mempunyai perbedaan terhadap suhu dan ikatannya. Pada proses
brazing, logam pengisinya mempunyai suhu cairan diatas 840 0 F (4500 C), tapimasih di
bawah logam dasar, dan logam pengisinya didisribusikan antara permukaan yang
ditempelkan dari penggabungan oleh kapiler. Sedangkan pada proses sodering, logam
pengisinya mempunyai suhu cairan dibawah 840 0 F (4500 C). logam pengisinya
didistribusikan oleh kedua kapiler dan mengenai antara permukaan komponen yang di solder,
menggunakan permukaan energy dari material yang digabungkan.
1.56
1.57

1.58
1.59
1.60
1.61
1.62
1.63

1.64
1.65
1.66
1.67
1.68
1.69
1.70
1.71

1.72
1.73

BAB III
ISI (LANJUTAN)
1.74

1.75 CONTOH BEBERAPA PENGGUNAAN JF ASSEMBLY


1.76
I.

PENINGKATAN JAMINAN KUALITAS ASSEMBLY LINE

1.77 (Studi Kasus di Industri Otomotif)


1.78
1.79 Bagian ini membahas tentang peningkatan jaminan kualitas assembly line di industri
otomotif yang memproduksi kendaraan niaga. Kendaraan ini adalah produk yang bertaraf global,
artinya kendaraan niaga yang harus mampu memenuhi bukan hanya permintaan pasar domestik
melainkan juga spesifikasi dan permintaan pasar mancanegara. Oleh sebab itu untuk tetap dapat
mempertahankan kepuasan konsumen terhadap kualitas produk, salah satu upaya yang dapat
digunakan meningkatkan jaminan kualitas perusahaan adalah dengan mengimplementasikan aktivitas
quality assurance network.
1.80 Perusahaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam
industri otomotif, dengan produk terbaru yang diluncurkan adalah kendaraan niaga, suatu inovasi
produk yang ditujukan untuk pasar global. Dengan menyandang predikat sebagai produk yang bertaraf
internasional, dapat dipastikan bahwa kualitas dari kendaraan niaga ini diharapkan mampu menjawab
permintaan dan tantangan pasar mancanegara pula. Salah satu komponen yang sangat mempengaruhi

kualitas dari kendaraan niaga ini adalah kualitas mesin (engine) mobil itu sendiri. Di perusahaan ini,
engine untuk kendaraan niaga dikenal dengan istilah engine TR, dimana untuk menjadi satu unit
engine secara utuh diperlukan proses perakitan terhadap komponen-komponen yang ada. Proses
perakitan ini dilakukan di assembly line engine TR atau assy line TR.
1.81 Salah satu upaya untuk dapat bersaing dengan kompetitor dan mempertahankan pangsa
pasar adalah dengan senantiasa memberikan kepuasan terhadap konsumen. Kepuasan konsumen dapat
dilihat dari tolok ukur bagaimana kualitas produk itu sendiri di mata konsumen. Untuk memenuhi
tolok ukur kualitas tersebut perusahaan diharapkan mampu memberikan suatu jaminan kualitas atas
proses dan produk yang diproduksi. Karena unit engine TR dirakit dalam suatu assembly line, maka
kualitas akhir engine tersebut sangatlah bergantung pada proses-proses yang ada di assembly line itu
sendiri. Semakin tinggi tingkat jaminan kualitas yang melekat pada proses-proses dalam assembly line
dapat mengakibatkan semakin rendahnya unit engine cacat yang dihasilkan dan mengalir ke tangan
konsumen.
1.82 Oleh sebab itu upaya yang dapat digunakan adalah mengevaluasi dan meningkatkan
tingkat jaminan kualitas assembly line TR dan menemukan titik lemah dari proses (point dengan level
jaminan yang rendah), serta menuju penyelesaian terhadap perbaikan proses. Langkah berikutnya
adalah menentukan improvement apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan level
jaminan kualitas item-item yang belum melampaui target. Item-item tersebut akan menjadi target
proses perbaikan dan peningkatan. Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan level jaminan
kualitas bagi item-item yang belum mencapai target diperlukan suatu perencanaan dan desain. Desain
ini mencakup desain tool, jig, atau pokayoke yang dapat meningkatkan level jaminan kualitas item
yang bersangkutan.
1.83 Jika jumlah item yang masih belum mencapai target masih banyak, maka perlu dilakukan
penyeleksian dan pemberian prioritas item mana saja yang paling memungkinkan untuk ditingkatkan
terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh suatu hasil yang konkret. Pada penjelasan ini, item item
yang menjadi focus yang masih belum mencapai target pada produksi ini adalah:

Proses pengolesan threebond pada switch oil pressure.

Proses pemasangan key sliding.

Proses pemasangan bolt plate balance shaft.

Proses pemasangan thermostat.


1.84

1. Improvement Proses Pengolesan Threebond Pada Switch Oil Pressure

1.85 Pada proses ini terjadi suatu kegiatan mengoleskan cairan threebond pada area ulir switch
oil pressure. Proses ini berlangsung sebelum komponen switch oil pressure dimasukkan dan dipasang
pada sisi luar cylinder block. Awalnya, pengolesan cairan threebond dilakukan secara manual oleh
operator. Operator mengoleskan threebond langsung dari botol. Pengolesan cairan dilakukan hanya
pada satu titik di area ulir switch oil pressure.
1.86 Ada dua konsekuensi akibat pengolesan threebond yang dilakukan manual. Konsekuensi
pertama, karena pengolesan ini bergantung pada keterampilan dan perasaan operator, maka cairan
threebond yang dioleskan oleh operator dapat menutupi lubang switch oil pressure itu sendiri. Dengan
tertutupnya lubang oleh cairan threebond, lubang akan buntu dan switch oil pressure tidak dapat
bekerja sesuai fungsinya. Konsekuensi kedua, komponen switch oil pressure Hyst saja lupa tidak
diberi threebond oleh operator. Hal ini terjadi karena tidak adanya mekanisme yang dapat mencegah
operator lupa mengolesi cairan threebond.
1.87 Rancangan improvement untuk mengatasi kelemahan dalam proses di atas telah
dilakukan beberapa kali. Pada mulanya rancangan improvement yang disajikan berupa tool yang
membantu pengolesan cairan threebond secara otomatis. Struktur dasar alat ini terdiri dari sebuah
kincir dan sebuah kolam cairan threebond. Prinsip kerja alat ini adalah kincir akan berputar untuk
mengangkut cairan threebond dari kolam. Saat operator memasukkan ulir switch oil pressure pada
groove, ulir akan menyentuh kincir sehingga threebond akan terolesi pada sisi ulir.

1.88
1.89 Ternyata setelah beberapa kali trial masih ditemukan kelemahan terhadap alat pengoles
threebond ini, terutama berkaitan dengan masih tidak mampunya alat untuk mencegah lubang switch
oil pressure tidak terolesi threebond. Kekurangan yang ditemukan pada beberapa hasil trial
sebelumnya ini menjadi dasar untuk mendesain alat pengolesan threebond yang lebih sempurna.

Setelah melakukan penelitian dan diskusi lanjutan, akhirnya diputuskan untuk mengubah posisi sensor
ke belakang, yaitu berhadapan dengan penampang ulir switch oil pressure. Dengan adanya prinsip
seperti ini maka kincir baru akan benar-benar berputar bila penampang ulir bersentuhan dengan sensor.

1.90
1.91 Improvement penting yang juga dilakukan adalah menghubungkan alat dengan stopper
yang ada pada shutter sehingga stopper dapat menghalangi shutter bila operator lupa mengoleskan
threebond lewat alat.

1.92
1.93
2. Improvement Proses Pemasangan Key Sliding
1.94 Awalnya pemasangan key sliding dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat bantu
apapun. Karena posisi groove tempat key sliding akan dimasukkan sangat berdekatan dengan posisi
lubang

balance shaft nomor 1 maka pemasukkan key sliding secara manual sangat berpotensi

mengakibatkan key sliding jatuh masuk ke dalam lubang balance shaft nomer 1.

1.95
1.96 Untuk mengantisipasi permasalahan ini, dirancanglah suatu improvement sederhana yaitu
pembuatan suatu cover yang berfungsi untuk menutupi lubang balance shaft nomer 1 saat pemasukkan
key sliding dilakukan. Bentuk dari improvement cover penutup ini adalah:

1.97

1.98

1.99
3. Improvement Proses Pemasangan Bolt Plate Balance Shaft
1.100

Awalnya untuk melakukan pemasangan bolt, operator harus mengambil bolt-bolt

dari rak komponen yang berada di belakangnya. Untuk melakukan rangkaian proses perakitan lainnya
yang terjadi di sub lini balance shaft, operator juga harus mengambil komponen-komponen dari rak
yang berada di belakangnya. Berdasarkan pengamatan, aktivitas bolak balik yang dilakukan operator
untuk mengambil komponen dari rak berlangsung selama enam kali dalam merakit satu unit engine.

1.101
1.102

Dengan adanya pergerakan bolak balik untuk mengambil komponen tersebut

maka operator harus mengambil dan menggenggam komponen dalam tangannya selama proses
perakitan.

1.103
1.104

Dari hal-hal yang terjadi di atas, kesalahan pemasangan

bolt yang sesuai

spesifikasi sangatlah mungkin terjadi. Dibutuhkan konsentrasi dan ketelitian ekstra untuk memastikan
mengambil dan memasang bolt dengan tepat. Apalagi dalam proses pemasangan bolt plate, kedua jenis
bolt (bolt washer dan bolt polos) yang seluruhnya berjumlah lima buah diambil secara bersamaan
dalam satu genggaman tangan operator.
1.105

Selain dampak keliru pengambilan bolt yang tidak sesuai dengan spesifikasi,

ternyata dengan adanya system kerja seperti sekarang ini, pergerakan bolak balik, penggenggaman

komponen, dan peletakkan komponen di cylinder block, dapat menimbulkan beberapa dampak lainnya
yaitu:

Penggenggaman komponen dalam tangan menyebabkan benda asing dan kotoran menempel
pada komponen mengingat sarung tangan operator kotor,

Dengan bergerak bolak balik sambil menggenggam komponen dalam tangan, sangat potensial
terjadi komponen jatuh dan cacat,

Pergerakkan bolak balik yang dilakukan operator sangat tidak ergonomis bagi operator yang
pada akhirnya dapat menganggu workability operator.
1.106

Untuk mengatasi masalah di atas, dirancang improvement berupa pembuatan

system parts preparation sebelum melakukan perakitan. Penyiapan komponen ini dilakukan dengan
menyeleksi, mengambil komponen dari rak dan meletakkan komponen yang sesuai ke dalam baki.
Baki ini diletakkan di atas dolly yang dapat didorong dan ditarik sehingga proses transportasi menjadi
mudah.

1.107

1.108

1.109
1.110
4. Improvement Proses Pemasangan Thermostat
1.111

Pada awalnya, pemasangan thermostat, gasket, dan WTI ke chain case dilakukan

secara manual tanpa menggunakan peralatan. Operator secara berurutan harus memasukkan
thermostat, gasket, WTI, dan kemudian WTI dikencangkan dengan bolt dan nut. Operator
menggunakan kedua tangan untuk melakukan pemasangan, satu tangan untuk menahan thermostat dan
tangan lainnya untuk mengambil dan memasang gasket dan WTI.

1.112
1.113

Pemasangan secara manual mengakibatkan operator mengalami kesulitan,

disebabkan operator harus melepaskan tangan kanan dari thermostat dengan cepat ketika tangan
kirinya memasang WTI. Saat tangan kanan lepas dari thermostat mengakibatkan posisi thermostat bias
bergeser dan berubah. Dengan bergesernya posisi thermostat dapat berarti posisi jiggle juga turut
berubah. Berdasarkan kondisi ini, dirancang suatu improvement untuk membantu mempermudah
pemasangan thermostat. Selain itu, improvement ini dirancang terutama untuk memastikan supaya
jiggle berada pada posisi yang tepat.
1.114

Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan group leader didapatkan solusi yang

dapat menjaga posisi thermostat supaya tidak bergeser atau jatuh saat dipasang. Solusi tersebut adalah
ketika memasang thermostat, gasket dan WTI posisi engine bukan lagi tegak melainkan pada posisi
engine miring (bagian front menghadap ke atas).
1.115

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, ternyata thermostat tidak akan jatuh bila

dipasang pada saat engine berada dalam posisi miring seperti di atas, sehingga pada akhirnya operator
tidak kesulitan menjaga, memegang, dan menahan posisi thermostat saat hendak memasukkan WTI.
Sebagai akibatnya, diputuskan bahwa pekerjaan memasang thermostat, gasket, dan WTI dilakukan
tepat setelah pekerjaan pemasangan crank censor dilakukan, tanpa perlu lagi melakukan pemutaran
engine terlebih dahulu.

1.116
1.117
1.118
II.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JIG & FIXTURE ASSEMBLY


1.119

Disini terdapat beberapa contoh penggunaan jig dan fixture assembly di dunia

manufaktur:
1.120

1.121
1.122

Gambar. Manual-Fascia-Assy

1.123
1.124

Gambar. Manual-Sonic-Weld-&-Poke-Yoke-Fixture
1.125

1.126
1.127

Gambar. Assembly Fixture

1.128
1.129

Gambar. Assembly Fixture

1.130
1.131

Gambar. Bulb_Shield_Installation_Fixture

1.132
1.133

Gambar. Door_Handle_Assembly_Fixture

1.134

1.135
1.136

Gambar. Furniture_Drawer_Assembly_Fixture

1.137
1.138

Gambar. Gasket_Assembly_Fixture

1.141

Gambar. Manual_Assembly_Fixture

1.139

1.140

1.142
1.143

Gambar. Maunal-Screw-Assy
1.144
1.145
1.146
1.147
1.148
1.149
1.150
1.151
1.152
1.153
1.154
1.155
1.156
1.157
1.158
1.159
1.160
1.161
1.162
1.163

1.164

DAFTAR PUSTAKA
1.165

www.tradeindia.com_Assembly Fixtures.2005
www.motionpac international.com_Assembly Fioxture.2007
www.schwab_industries-inc.com_Check Fixture & Assembly Fixture.2007
www.master-tool&die-inc.com.jig & fixture.2008
Kurniawan.2000.Perancangan Peralatan Penepat Dasar.Politeknik Manufaktur
Bandung
1.166
1.167
1.168
1.169
1.170
1.171
1.172
1.173
1.174
1.175
1.176
1.177
1.178
1.179
1.180
1.181
1.182
1.183
1.184
1.185
1.186
1.187
1.188
1.189
1.190
1.191

1.192

Anda mungkin juga menyukai