SKRIPSI
GEMALA DEWI
0606075624
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur
GEMALA DEWI
0606075624
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2010
HALAMAN PENGESAHAN
:
:
:
:
Gemala Dewi
0606075624
Arsitektur
Arsitektur Vernakular Minangkabau (Kajian Arsitektur dan
Eksistensi Rumah Gadang Dilihat dari Pengaruh serta
Perubahan Nilai Budaya)
DEWAN PENGUJI
Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Emirhadi Suganda, M.Sc
Penguji 1:
Ir. Ahmad Sadili Somaatmadja, M.Si
Penguji 2:
Ir. Sukisno, M.Si
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 28 Juni 2010
ii
Nama
: Gemala Dewi
NPM
: 0606075624
Tanda Tangan
Tanggal
: 28 Juni 2010
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Emirhadi Suganda, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini;
2. Ir. Achmad Sadili Somaatmadja, M.Si dan Ir. Sukisno, M.Si selaku tim
penguji yang telah banyak memberi masukan;
3. Ibu Paramita Atmodiwirjo, S.T., M.Arch., Ph.D. selaku pembimbing
akademik penulis selama masa perkuliahan;
4. Para narasumber yang telah banyak memberikan bantuan berupa informasi
dan data mengengenai rumah gadang dan budaya Minangkabau, yaitu,
a. Dt. Atiah, wakil ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari
Sungayang;
b. Dt. Majo Setio, ketua KAN Nagari Sungaitarab;
c. H. K. Dt. Bagindo Sinyato, tokoh adat Nagari Tanjuang, Kecamatan
Sungayang;
d. Bapak Sutan Mahmud, BA, di Limo Kaum, tokoh masyarakat dan
tokoh ahli mengenai rumah gadang;
e. Bapak Tamrin (Om Abin), kepala bagian Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Datar, atas rekomendasi bukubukunya;
f. Bapak Joni Wongso, dosen arsitektur Universitas Bung Hatta, Padang;
iv
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan kedepannya.
Penulis
Nama
NPM
Departemen
Fakultas
Jenis karya
: Gemala Dewi
: 0606075624
: Arsitektur
: Teknik
: Skripsi
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
Dibuat di
: Depok
Tanggal
: 28 Juni 2010
Yang Menyatakan
( Gemala Dewi )
NPM : 0606075624
vi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Gemala Dewi
: Arsitektur
:
vii
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Gemala Dewi
: Architecture
:
viii
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
1
1
2
3
3
5
6
6
6
8
13
17
20
24
25
26
29
30
30
30
31
32
34
34
34
34
34
35
ix
36
36
36
41
52
64
70
82
86
92
93
94
100
108
109
109
112
114
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 3.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
Gambar 5.10
Gambar 5.11
Gambar 5.12
Gambar 5.13
Gambar 5.14
Gambar 5.15
Gambar 5.16
Gambar 5.17
Gambar 5.18
Gambar 5.19
Gambar 5.20
Gambar 5.21
Gambar 5.22
Gambar 5.23
Gambar 5.24
Gambar 5.25
Gambar 5.26
Gambar 5.27
Gambar 5.28
Gambar 5.29
Gambar 5.30
6
16
17
18
18
19
20
22
22
23
23
25
33
36
37
38
39
41
42
42
43
Batagak rumah
60
61
62
63
xi
43
44
45
45
46
47
48
49
49
50
51
51
55
57
58
59
59
60
Gambar 5.31
Gambar 5.32
Gambar 5.33
Gambar 5.34
Gambar 5.35
Gambar 5.36
Gambar 5.37
Gambar 5.38
Gambar 5.39
Gambar 5.40
Gambar 5.41
Gambar 5.42
Gambar 5.43
Gambar 5.44
Gambar 5.45
Gambar 5.46
Gambar 5.47
Gambar 5.48
Gambar 5.49
Gambar 5.50
Gambar 5.51
Gambar 5.52
Gambar 5.53
Gambar 5.54
Gambar 5.55
Gambar 5.56
Gambar 5.57
Gambar 5.58
Gambar 5.59
Gambar 5.60
Gambar 5.61
Gambar 5.62
Gambar 5.63
Gambar 5.64
Gambar 5.65
Gambar 5.66
Penutup lantai
Posisi lemari di bagian ujuang dan pangka bandua atau
labuah
Biliak yang dimodifikasi, biasanya digunakan sebagai
kamar pengantin
Posisi duduk saat acara perhelatan perkawinan di rumah
gadang
(a). Dapua di dalam rumah & (b). Tungku masak
Dapua di samping rumah dengan jembatan
Dapua di halaman depan rumah
Lokasi surau di Jorong Sianau Indah
Perbedaan ketinggian kontur tanah antara kawasan
kelompok rumah gadang dengan kawasan lakuak
Surau di Jorong Sianau Indah
Lokasi lurah di Jorong Sianau Indah
Rangkiang dan janjang
Posisi rangkiang di halaman depan rumah
Rangkiang yang berderet di halaman rumah
Contoh rangkiang dengan jumlah tonggak 4 dan 9
Bagian-bagian rangkiang
Potongan yang menunjukkan ruang dalam dan janjang
pada rangkiang
Pola perkampungan Jorong Sianau Indah
Daerah landaian Gunung Merapi di Kabupaten Tanah
Datar
Orientasi rumah gadang membujur ke arah Gunung
Merapi
Posisi rumah gadang terhadap aliran air hujan
Rumah gadang yang sudah tidak dihuni, dibiarkan lapuk
termakan usia
Kantor Camat Kecamatan Sungayang
Kantor Wali Nagari Sungayang
Balai Adat Nagari Sungayang
Puskesmas Kecamatan Sungayang
Rumah Bagonjong di Jorong Tigo, Nagari Sungayang
Istano Basa Pagaruyuang (dalam proses pembangunan)
Struktur beton yang diterapkan pada bangunan
(a). Tonggak tuo & (b). Tonggak dilapisi kayu
Sandi bangunan secara artifisial
Rangkiang pada Istano Basa Pagaruyuang
Gedung Nasional Batusangkar
Entrance & Ruang Dalam
Tampak Bangunan (a). Samping, (b). Depan & (c).
Belakang
Gedung Rektorat Universitas Andalas
xii
63
65
66
68
70
71
71
72
72
73
75
76
77
78
79
79
81
83
84
85
85
88
95
96
97
98
99
100
102
102
103
103
104
104
105
106
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Elemen-elemen rumah gadang yang dapat dan tidak dapat
dipertahankan
Tabel 5.2 Elemen-elemen arsitektur vernakular Minangkabau lainnya yang dapat
dan tidak dapat dipertahankan
xiii
DAFTAR ISTILAH
Anak daro
Anjuang
Ateh
Baanjuang
Bako
Basandi
Batuang
Biliak
Cibuak
Dapua
Darek
Datuak
Gonjong
Halui
Ijuak
Jamba
Janjang
Jorong
Juha
Kamanakan
Kampuang
Kasa
Kayu juha
Kelarasan
Lakuak
Limo
Luhak
Lurah
Mamak
Marapulai
Muko
Nan
Niniak mamak
Palupuah
Pangka
Pangulu
Pasisia
: mempelai wanita
: bagian lantai yang lebih tinggi pada bagian ujung dan
pangkal rumah gadang
: atas
: mempunyai anjuang
: keluarga dari pihak ayah (saudara atau saudara sepupu
perempuan ayah)
: bersendi
: bambu
: bilik
: tempat air pencuci kaki sebelum menaiki rumah gadang
: dapur
: darat
: gelar bagi pangulu (penghulu) adat
: atap runcing dan curam (pada rumah gadang)
: halus
: ijuk
: hidangan
: tangga
: satuan wilayah terkecil secara administrative pada
perkampungan tradisional Minangkabau (setingkat desa)
: kayu juar (biasa dipakai sebagai tonggak
: anak dari saudara perempuan
: kampung
: kasar
: kayu juar, kayu yang umum digunakan masyarakat Nagari
Sungayang untuk sebagai tonggak rumah gadang
: sistem adat yang dirumuskan oleh Dt. Katumangguangan
dan Dt. Parpatiah Nan Sabatang
: lokasi yang kontur tananya lebih rendah dari area
kumpulan rumah
: lima
: wilayah ini Alam Minangkabau yang merupakan wilayah
darat
: lokasi sumber air
: saudara laki-laki ibu
: mempelai laki-laki
: depan
: yang
: orang yang dihormati, memegang peranan penting dalam
adat, seperti datuak atau pangulu
: bambu yang dipukul-pukul untuk material penutup lantai
: pangkal
: pemimpin adat
: pesisir
xiv
Rangkiang
Sandi
Sasak bugih
Sumando
Syarak
Tabek
Tali dondan
Tigo
Tuo
Ujuang
Urang kampuang
: lumbung
: sendi
: sebutan bagi anyaman dinding bagian belakang dan
samping
: sebutan bagi seorang laki-laki di rumah keluarga istrinya
: agama
: kolam
: tali untuk menarik tonggak yang terbuat dari tumbuhan
hutan sejenis serai
: tiga
: tua
: ujung
: masyarakat kampung
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai hasil dari proses berarsitektur yang panjang, suatu karya arsitektur
vernakular merupakan karya arsitektur yang dengan bijak menggunakan bahasa
arsitektural seperti yang disebutkan oleh Y.B. Mangunwijaya yaitu ruang dan
gatra; garis dan bidang; serta bahan material dan suasana tempat.1 Kebijakan
penggunaan bahasa arsitektural ini dipengaruhi oleh kehidupan budaya yang
dijalani oleh suatu golongan masyarakat sehingga menjadikan ruang-ruang dan
bentuk arsitektural yang terwujud pada arsitektur vernakularnya menjadi layak
dan memang terletak sesuai pada tempatnya.
Y.B.Mangunwijaya,WastuCitra(Jakarta:PTGramediaPustakaUtama,1995),hal.19
Universitas Indonesia
Meskipun
masih
menjadi
perdebatan,
hal
ini
tentu
sungguh
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar rumah gadang yang selama ini ada
di pikiran penulis yaitu,
1. Bagaimanakah sebenarnya gambaran arsitektur vernakular Minangkabau
yang salah satunya tergambar melalui arsitektur rumah gadang?
2. Bagaimana pengaruh kehidupan budaya masyarakat Minangkabau
terhadap arsitektur rumah gadang?
3. Bagaimana masa depan eksistensi rumah gadang dengan arsitektur asli di
tengah pergeseran kehidupan budaya masyarakat Minangkabau yang
semakin modern?
4. Bagaimana penerapan elemen-elemen arsitektur rumah gadang yang
dianggap salah kaprah dan masih menjadi perdebatan?
Pertanyaan-petanyaan inilah yang penulis coba untuk menjawabnya melalui
penelitian ini.
bertempat tinggal. Namun, tetap terdapat perbedaan dalam hal yang bersifat detail.
Meskipun demikian, saat membahas arsitektur rumah gadang beserta fungsinya di
satu daerah di Minangkabau, secara garis besar hal itu sudah cukup menjelaskan
apa yang ingin kita ketahui mengenai rumah gadang sebagai ruang hidup dan
ruang bertempat tinggal masyarakat Minangkabau secara umum.
Di dalam tulisan ini, penulis membahas arsitektur rumah gadang merujuk pada
penelitian di Nagari Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera
Barat. Hal ini mengingat di Nagari Sungayang tersebut rumah gadang dengan
arsitektur asli masih dapat ditemui dan masih ada yang digunakan sebagai ruang
hidup dan ruang bertempat tinggal masyarakat. Fungsi rumah gadang yang terkait
dengan adat pun masih berjalan sampai sekarang di daerah ini.
Hal-hal yang akan menjadi fokus pembahasan nantinya adalah arsitektur rumah
gadang baik secara keruangan maupun bentuk arsitektural. Selain itu penulis juga
membahas proses perencanaan, pembangunan hingga penggunaan rumah gadang
serta kaitannya dengan kehidupan budaya dan identitas budaya masyarakat
Minangkabau. Hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu rangkiang, dapua, surau dan
lurah sebagai ruang-ruang penunjang yang utama dalam kehidupan di rumah
gadang juga akan penulis bahas secara singkat dalam tulisan ini.
Selain kedua hal pokok di atas, penulis juga akan membahas penerapan elemen
arsitektural rumah gadang pada bangunan modern yang masih menjadi
perdebatan. Penulis membatasi pembahasan tersebut hanya sebatas penerapan
salah satu elemen saja yaitu atap gonjong karena pencitraan bangunan modern
dengan aksen atap gonjong sangat sering ditemui di kawasan Minangkabau
ataupun di luarnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Wilayah Alam Minangkabau sendiri terbagi atas wilayah darek, pasisia, dan
rantau.
Wilayah
darek
dianggap
sebagai
sumber
dan
pusat
alam
Kondisi topografis wilayah Minangkabau atau yang biasa juga disebut Ranah
Minang memiliki kontur yang cukup beragam. Di wilayah ini terdapat bukitbukit yang diantaranya merupakan jajaran Bukit Barisan; gunung-gunung
seperti Marapi, Sago, Singgalang, Tandikek dan Talang; sungai; serta danau
seperti Maninjau dan Singkarak. Kondisi topografis yang seperti ini
memberikan pengaruh pada pembentukan pola perkampungan masyarakat
khususnya di wilayah darek Minangkabau.
Amir,Adriyetti,dkk,PemetaanSastraLisanMinangkabau,LaporanPenelitian(Jakarta:Asosiasi
TradisiLisan,1998),hal.11
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3& 4
SudirmanIsmael,ArsitekturTradisionalMinangkabau:NilaiNilaiBudayadalamArsitektur
TradisionalRumahAdat,(Padang:BungHattaUniversityPress,2007),hal.2224&17
Universitas Indonesia
10
sebelumnya.
Oleh
karena
itu,
ketentuan
alam
akan
Dua kelarasan yang ada di Minangkabau, Koto Piliang dan Bodi Caniago,
merupakan dasar bagi kesatuan adat di Minangkabau. Keduanya memiliki
perbedaan dasar-dasar kepemimpinan dalam nagari dan tata cara
pengambilan keputusan. Dalam kelarasan Koto Piliang dikenal pepatah
bajanjang naiak batanggo turun (berjenjang naik bertangga turun), yang
artinya kedudukan penghulu atau pemimpin adat dalam suatu nagari
adalah bertingkat-tingkat mulai dari yang paling rendah kedudukannya
hingga yang paling tinggi. Dalam pengambilan keputusan juga dikenal
pepatah titiak dari ateh (titik dari atas), yang artinya keputusan tertinggi
berada di tangan penghulu yang paling tinggi. Dengan kata lain,
kelarasaan Koto Piliang menganut sistem otokrasi dimana rakyat atau
masyarakat harus taat pada perintah pemimpinnya.
Universitas Indonesia
11
musyawarah
bersama
di
dalam
masyarakat
yang
2. Sistem Kekeluargaan
Masyarakat Minangkabau menganut sistem genealogis matrilineal dimana
seorang anak mengikut suku menurut garis keturunan ibu. Hal ini
mengakibatkan posisi setiap individu dalam keluarga di Minangkabau
sangat berbeda dengan etnis lainnya di Indonesia. Perbedaan yang paling
mendasar adalah bahwa seorang laki-laki dalam keluarga Minangkabau
merupakan keluarga lain dari istri dan anaknya.
Secara
genealogis
sistem
kekeluargaan
masyarakat
Minangkabau
dikelompokkan atas,
a. keluarga inti, merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari ibu
dan anak. Ayah tidak termasuk dalam kelompok ini karena ia
termasuk pada kelompok keluarga inti ibunya;
b. Sajurai, merupakan kumpulan dari beberapa keluarga inti dalam
satu garis ibu yang sama;
c. Saparuik, merupakan kumpulan dari beberapa jurai dalam garis
ibu yang sama;
d. Kaum, merupakan kumpulan dari beberapa jurai yang berasal
dari ibu yang sama dan dipimpin oleh tungganai;
e. Suku, merupakan kumpulan dari beberapa kaum yang berasal
dari garis ibu yang sama.
Dt.MajoSetio,ketuaKANNagariSungaitarab,(wawancara23Februari2010)
Universitas Indonesia
12
13
mengurus
dan
menjaga
keutuhan
keluarga
kaumnya
baik
dari
unsur
kelengkapannya,
perkampungan
tradisional
di
Minangkabau terbagi atas beberapa tingkatan mulai dari satuan terkecil yang
disebut taratak, dusun, koto hingga nagari sebagai satuan terbesar.6
Sedangkan secara administratif, perkampungan tradisional Minangkabau
terdiri dari jorong (setingkat desa) sebagai satuan terkecil dan nagari
(setingkat kecamatan) sebagai satuan terbesar.
Taratak
merupakan
satuan
terkecil
dari
perkampungan
tradisional
14
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nagari tersebut selaras dengan apa
yang Doxiadis sebutkan sebagai elemen-elemen yang harus dipenuhi oleh
7 & 8
15
sebuah pemukiman, yaitu elemen ekistik yang terdiri dari nature (alam), man
(manusia), society (masyarakat), shell (naungan), dan network (jaringan).
16
rumah gadang dan rumah dengan arsitektur tradisional yang tidak mengikuti
kaidah arsitektur rumah gadang, seperti tidak beratap gonjong serta
pembagian ruang yang tidak sesuai dengan kaidah rumah gadang. Rumah
gadang biasanya didirikan dalam kelompok-kelompok tertentu yang antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya dibatasi oleh jalan maupun kontur
lahan yang berbeda.
Gambar 2.2 Contoh tata susunan rumah gadang dalam satu kawasan
Sumber : Nusyirwan, dkk. Arsitektur Minangkabau Laporan KKL Departemen Arsitektur
ITB, 1979
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Nagari Sungayang dengan luas wilayah 8 km2 terbagi ke dalam lima jorong
(istilah) dan pada tiap jorong masih dapat dijumpai rumah gadang dengan
arsitektur asli. Jorong-jorong tersebut yaitu Jorong Taratak Indah, Jorong
Universitas Indonesia
19
Galanggang Tangah, Jorong Balai Gadang, Jorong Balai Diateh, dan Jorong
Sianok Indah.10
Nagari Sungayang
10 &11
DataKantorWaliNagariSungayang
Universitas Indonesia
20
21
menurut sistem matrilineal dan digunakan untuk kepentingan bersama. Lebih luas
lagi, rumah gadang merupakan representasi dari pola dan cara hidup masyarakat
Minangkabau yang juga sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai dan pandangan
hidup yang dianut oleh masyarakat Minangkabau itu sendiri.
Rumah gadang sebagai tempat tinggal kelarga segaris keturunan ibu sangat jelas
dipengaruhi oleh sistem genealogis matrilineal yang dianut masyarakat
Minangkabau. Meskipun dimiliki oleh kaum, namun yang berhak tinggal di
rumah gadang hanyalah anggota kaum yang perempuan beserta keluarga intinya
termasuk anak dan suaminya. Sedangkan sebagai sebuah institusi, kenyataannya
rumah gadang tidak hanya berperan sebagai tempat tinggal namun juga
merupakan bagian dari unsur kelengkapan adat.
Perbedaan yang paling umum dari arsitektur rumah gadang terletak pada ada atau
tidaknya anjuang, yaitu bagian lantai yang ditinggikan pada ujuang dan pangka
rumah gadang. Anjuang biasanya berfungsi sebagai tempat duduk-duduk dan
istirahat anak gadis serta tempat menenun. Mengenai anjuang ini, beberapa
pendapat menyatakan bahwa rumah gadang yang mempunyai anjuang (baanjung)
adalah rumah gadang gaya kelarasan Koto Piliang sedangkan rumah gadang
yang tidak mempunyai anjuang (indak baanjung) adalah rumah gadang gaya
kelarasan Bodi Caniago.
Namun tidak seperti sistem pemerintahan yang cenderung kaku, arsitektur rumah
gadang dari dua keselarasan tersebut buliah ambiak maambiak (boleh saling
mengambil). Maksudnya, tiap kelarasan boleh mengadopsi gaya arsitektur rumah
Universitas Indonesia
22
nagari.
Hal
ini
menegaskan
kesatuan
persaudaraan
masyarakat
Minangkabau yang sangat erat sehingga perbedaan yang ada dapat dijadikan
sebagai kekayaan budaya.12
12
Dt.MajoSetio,ketuaKANNagariSungaitarab,(wawancara23Februari2010)
Universitas Indonesia
23
Rumah gadang sebagai rumah tinggal dan kelengkapan adat mempunyai aturan
terkait dengan lokasi pembangunannya yaitu,
a. Di lokasi perkampungan yang berstatus taratak, rumah gadang tidak
boleh didirikan;
b. Di perkampungan yang merupakan dusun, boleh didirikan rumah
gadang namun hanya yang bergonjong dua, tidak boleh lebih; dan
c. Di perkampungan yang berstatus koto serta nagari, boleh didirikan
rumah gadang dengan jumlah gonjong empat atau lebih.13
13
Dt.MajoSetio,ketuaKANNagariSungaitarab(wawancara23Februari2010)
Universitas Indonesia
24
Setelah Islam masuk, tidak ada perubahan yang mencolok dari bentuk dan
struktur rumah gadang karena nilai-nilai yang diterapkan pada rumah gadang
sebelumnya ternyata cocok dengan nilai-nilai yang terkandung dalam agama
Islam. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa kebersamaan, kegotongroyongan,
kekeluargaan dan pendidikan akhlak yang baik seperti betapa pentingnya jarak
antara laki-laki dan perempuan. Hal yang mungkin terjadi setelah Islam masuk
ke Minangkabau adalah penambahan kebutuhan ruang ibadah yang kemudian
direpresentasikan oleh masyarakat ke dalam bentuk surau yang akan dibahas
lebih lanjut dalam pembahasan berikutnya pada bagian budaya.
14
S.Dt.(Datuak)Atiah,wakilketuaKerapatanAdatNagari(KAN)SungayangdanDt.Bagindo
Sinyato,salahseorangtokohadat,(wawancara22&24Februari2010)
Universitas Indonesia
25
jauh atau bukan keluarga dekat. Dengan adanya serambi Aceh, akses keluar
masuk rumah gadang pun berubah.
15
DataKantorWaliNagariSungayang
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Hal yang dapat penulis sipulkan pada penelitian yang dilakukan tahun 1979
ini adalah bahwa pada masa tersebut bangunan dengan ciri arsitektur
vernakular Minangkabau yang berusia muda ataupun yang dibangun baru
sudah sangat jarang bahkan mungkin tidak ada. Hal ini meperlihatkan bahwa
pada tahun 70-80an tersebut pola kehidupan masyarakat Minangkabau sudah
Universitas Indonesia
28
musyawarah
keluarga
yang
membicarakan
rencana
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian ini antara lain,
a. dalam proses pembangunan rumah tradisional Minangkabau (dalam
hal ini adalah rumah gadang), terdapat tiga kegiatan utama yang
saling menunjang yaitu kegiatan yang terkait dengan teknis, ritual
dan adat;
b. dalam ketiga kegiatan tersebut terkandung nilai-nilai budaya yang
dianut oleh masyarakat Sumanik khususnya dan Minangkabau
umumnya;
c. berdasarkan uraian proses pembangunan rumah gadang yang begitu
kompleks, masyarakat Sumanik khususnya dan Minangkabau
sekarang umumnya tidak ada lagi yang membangun rumah gadang
dengan tata cara pembangunan yang asli;
d. masyarakat dan Pemerintah Daerah bertangung jawab terhadap
pelestarian dan eksistensi rumah gadang dengan arsitektur asli.
Universitas Indonesia
29
2.6 Rangkuman
Masyarakat Minagkabau adalah masyarakat yang selalu mendasarkan setiap
tindakan yang mereka lakukan pada ketentuan alam. tanda-tanda atau ciri yang
dimunculkan oleh alam mampu dibaca dengan baik untuk kemudian disikapi
dengan bijak. Hal ini salah satunya terlihat dari bagaimana cara mereka menata
ruang hidupnya. Selain itu, sistem genealogis matrilineal yang dianut juga
mempengaruhi cara hidup masyarakat. Pemanfaatan ruang hidup dan ruang
bertempat tinggal sangat jelas dipengaruhi oleh sistem genealogis ini.
Universitas Indonesia
30
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
seperti
sistem
organisasi
kemasyarakatan,
sistem
16
Universitas Indonesia
31
Ranah kajian arsitektur sangat luas dan beragam, salah satunya adalah
vernacular architecture (arsitektur vernakular). Secara etimologi, kata
17
S.Budhisantoso,IdentitasBudayadalamKaryaArsitektur,inEkoBudihardjo(ed.)JatiDiri
ArsitekturIndonesia(Bandung:Alumni,1991),hal.11
18
WiratmanWangsadinata,ArsitektursebagaiSeniStruktur,EkoBudihardjo(ed.)JatiDiri
ArsitekturIndonesia(Bandung:Alumni,1991),hal.86
Universitas Indonesia
32
vernacular berasal bahasa Latin yaitu vernaculus yang berarti asli atau
pribumi.19 Berdasarkan pengertian dari Cambridge Advanced Learner's
Dictionary, vernacular di dalam arsitektur merujuk pada tipe arsitektur asli
yang hadir pada waktu atau tempat yang spesifik (tidak berasal dari luar).
Menurut Ronald Brunskill (2000), karya arsitektur yang berada dalam ranah
arsitektur vernakular adalah karya yang dirancang oleh seseorang atau
sekelompok orang yang amatir (bukan perancang atau arsitek profesional)
tanpa pelatihan dan pengetahuan khusus mengenai perancangan. Seseorang
atau sekelompok orang tersebut hanya dituntun oleh kaidah dan ketentuan dari
adat atau kebiasaan yang mereka anut. Fungsi dari karya arsitektur yang akan
dihasilkan adalah faktor yang lebih diperhatikan dibandingkan dengan
pertimbangan estetika. Selain itu, pemanfaatan material lokal juga menjadi ciri
dalam arsitektur vernakular. Sementara itu, A. Rapoport mengatakan bahwa
bentuk rumah dipengaruhi oleh faktor utama yang merupakan kondisi budaya
masyarakat ang bersangkutan dan faktor tambahan yang terdiri dari kondisi
iklim, metode konstruksi, ketersediaan material dan tingkat teknologi yang
dimiliki.20
OnlineEtymologyDictionary.http://www.etymonline.com/index.php?term=vernacular.
A.Rapoport,HouseFormandCulture,(London:PrenticeHallInternational,1969),hal.47
Universitas Indonesia
20
33
masingnya. Pada penelitian ini, penulis melihat hubungan keduanya dari sudut
pandang satu arah yaitu pengaruh kehidupan budaya terhadap arsitektur
vernakular.
Universitas Indonesia
34
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
35
Universitas Indonesia
36
BAB 5
HASIL DA
AN PEMBA
AHASAN
5.1
5 Gambarran Arsitek
ktur Rumaah Gadang dan Ruan
ngRuang Penunjang
P
Kehidupan
K
Lainnya seebagai Arsittektur Vern
nakular Min
nangkabau
K
5.1.1 Keruangan
Secara keruangan, rumah gadaang indak baanjuang m
mempunyai denah
d
yang
b
dasarr persegi paanjang. Pembbagian ruang di dalam
sederhaana dengan bentuk
rumah gadang
g
didaasarkan padaa urutan darii muko ka belakang darii ujuang ka
pangka. Dari mukoo ka belakaang, rumah terbagi ataas empat baagian yang
j
antaraa dua tiang dalam
d
arah
disebut lanjar dimaana satu lannjar adalah jarak
depan-b
belakang. Keempat
K
lanjjar ini masiing-masing disebut denngan balai,
labuah,, bandua dann biliak. Seddangkan darii ujuang ka ppangka, rum
mah gadang
terbagi atas ruang dengan jum
mlah ganjil misalnya liima atau tuj
ujuh ruang,
dimanaa satu ruang adalah jarakk antara dua tiang
t
dalam arah ujung-ppangkal.
Selain denah
d
yang sederhana,
s
bbatas nyata antarruang
a
juuga sangat seedikit. Bisa
dikatakkan ruang-ruaang pada rum
mah gadangg merupakann ruang yang
g lepas atau
Universitas
s Indonesia
37
terbukaa kecuali billiak sebagaii ruang tidur. Biliak haanya mempuunyai batas
antarbilliak sedangk
kan untuk baatas antara biliak
b
dan bandua
b
biasaanya hanya
dibatasii dengan tiraai saja. Tirai ini pun padaa siang hari dibuka sehinngga ruang
di dalam
m rumah gad
dang benar-bbenar terkesan lepas.
Pembag
gian ruang di
d dalam rum
mah gadang dari
d ujuang kka pangka berdasarkan
b
ruang pada dasarn
nya hanya untuk mem
mbedakan ukkuran rumaah gadang.
Ukurann rumah gad
dang dibedakkan atas jum
mlah ruang yyang dimilikkinya yaitu
dalam besaran
b
ganj
njil seperti tiiga, lima, tu
ujuh atau seembilan. Jum
mlah ruang
juga meerujuk pada jumlah biliaak yang ada di dalam rumah gadangg, misalnya
rumah gadang lim
ma ruang juuga akan meempunyai liima biliak. Di Nagari
umpai adalaah yang beruukuran lima
Sungayyang, rumah gadang yanng umum diju
ruang.
38
laki-lak
ki khususnyaa laki-laki ddewasa yangg hanya dataang dan berkkegiatan di
rumah gadang padda waktu terttentu karenaa mereka tiddak boleh menginap
m
di
rumah gadang. Seelain itu, baalai juga meenjadi temppat bagi mam
mak untuk
menasihhati dan meendidik kam
manakannya. Lanjar keddua yaitu laabuah, bisa
dikatakkan sebagai area
a
sirkulassi utama di dalam
d
rumahh gadang. Penggunaan
P
labuah bisa dikattakan lebihh bersifat bebas
b
dan fleksibel dan dapat
h semua annggota keluuarga dalam
m melakukann kegiatan
dimanfaaatkan oleh
sehari-h
hari.
(a).
((b).
Universitas
s Indonesia
39
Sama halnya
h
denggan banduaa, adanya ketinggian
k
laantai juga merupakan
m
penegass bagi biliakk yang dalam
m hal ini merrupakan ruanng yang berssifat privat.
Biliak sejatinya
s
adaalah kamar tidur yang diperuntukk
d
an bagi angggota kaum
yang peerempuan beersama suam
minya, hal inni mendapatt pengaruh dari
d sistem
genealoogis matrilin
neal yang dianut. Untukk menutup bbiliak pada malam
m
hari
biasany
ya hanya dig
gunakan tiraii namun pad
da siang hari tirai ini dibuka dan isi
biliak dapat
d
saja terrlihat dari luuar. Meskipuun demikian, anggota kauum lainnya
serta paara tamu saangat memahhami batas--batas untukk tidak masu
uk ke area
privat ini.
i Dari kessemua biliakk yang ada di dalam ruumah gadan
ng, terdapat
satu billiak yang merupakan
m
biiliak adat. Biliak
B
adat merupakan
m
b
biliak
yang
berada di tengah--tengah dann difungsik
kan sebagai tempat diipasangnya
kelambu adat saat diadakan
d
acaara adat sepeerti perhelataan perkawinaan.
Universitas
s Indonesia
40
terkait dengan acara adat, tidaklah baku melainkan fleksibel sesuai dengan
kebiasaan kaum yang memiliki rumah gadang.
Akses keluar masuk rumah gadang hanyalah melalui satu pintu yang
biasanya terdapat pada bagian muko bangunan baik di tengah ataupun di
pinggir. Hal ini terkait dengan pepatah datang tampak muko, pai tampak
pungguang
(datang
tampak
muka,
pergi tampak
punggung) yang
mengandung arti bahwa orang yang datang ke rumah gadang harus jelas
diketahui maksud dan tujuannya. Rumah gadang sebagai rumah panggung
tentunya memiliki tangga untuk mencapai menaiki rumah, tangga ini disebut
janjang. Selain berfungsi sebagai akses menaiki rumah, janjang juga
merupakan transisi antara ruang luar dan ruang dalam rumah gadang.
Sebelum pijakan janjang paling bawah, terdapat batu pipih dan cibuak yang
berisi air (Gambar 5.2). Keberadaan batu pipih dan cibuak ini disebabkan
karena pada zaman dahulu masyarakat Minangkabau tidak menggunakan alas
kaki sehingga kaki mereka perlu dicuci sebelum menaiki rumah gadang.
Universitas Indonesia
41
21
A.Rapoport,HouseFormandCulture,(London:PrenticeHallInternational,1969),hal.47
Universitas Indonesia
42
Gam
mbar 5.6 Ataap gonjong
T
kerbbau,22 karenna kerbau merupakan
m
hhewan yangg dianggap
a. Tanduk
sangat
s
erat kaitannya
k
deengan penam
maan daerah Minangkabau. Hal ini
teerkait dengaan sejarah kemenangan
k
n masyarakaat Minangkaabau dalam
adu
a
kerbau melawan pendatang yang inginn mendudukki wilayah
mereka.
m
G
Gambar
5.7 Atap
A gonjongg dan tandukk kerbau
22
2
SudirmanIsm
mael,Arsitektu
urTradisionalM
Minangkabau:NilaiNilaiBu
udayadalamArrsitektur
TradisionalRumahAdat,(Padang:BungHaattaUniversityPress,2007),h
hal.52
Universitas
s Indonesia
43
b. Pucuk
P
rebun
ng (bakal bam
mbu),23 kareena bagi maasyarakat Miinangkabau
rebung
r
meruupakan bahaan makanan
n adat, olahan rebung merupakan
m
hidangan
h
yanng selalu adaa saat upacaara-upacara aadat. Selain itu, bambu
dianggap
d
tum
mbuhan yangg sangat penting dalam kkonstruksi tradisional.
Gambar
G
5.8 A
Atap gonjongg dan pucukk rebung
A
Minan
ngkabau yaang berbukiit, terdiri ddari pungguungan dan
c. Alam
laandaian.24
23
2
SudirmanIssmael,ArsitektturTradisionalMinangkabau:NilaiNilaiBu
udayadalamA
Arsitektur
TradisionalRumahAdat,(Padang:BungHaattaUniversityPress,2007),h
hal.52
24
2
S.Dt.Atiah,,wakilketuaKerapatanAdattNagari(KAN)Sungayang,(w
wawancara22FFebruari
2010)
2
Universitas
s Indonesia
44
Saat berbicara mengenai wujud arsitektural rumah gadang, kita juga tidak
bisa terlepas dari pembahasan mengenai strukturnya. Hal ini disebabkan
karena sistem struktur yang diterapkan merupakan salah satu wujud
penggambaran kebijakan masyarakat dalam merespon kondisi alam dan
sangat berpengaruh pada terciptanya wujud arsitektural rumah gadang.
25
SudirmanIsmael,ArsitekturTradisionalMinangkabau:NilaiNilaiBudayadalamArsitektur
TradisionalRumahAdat,(Padang:BungHattaUniversityPress,2007),hal.52
Universitas Indonesia
45
46
Oleh kaarena tonggaak didirikann dengan suddut kemiringgan tertentu, maka jika
ditarik garis lurus dari
d masing--masing tonnggak searahh gravitasi bu
umi, garisgaris teersebut akann bertemu di satu titiik jauh di dasar bumii. Menurut
kepercaayaan masyaarakat, tongggak yang seo
olah-olah meenumpu padda satu titik
di dasaar bumi inni dianggapp sebagai akar dari rumah gad
dang yang
menanddakan betapaa rumah gaddang tersebuut sangat kokkoh tertanam
m ke bumi.
Hal ini selanjutnyaa dipercayaii dapat men
nambah ketaahanan rumaah gadang
terhadapp goncangann-goncangann seperti gem
mpa.
Universitas
s Indonesia
47
26
Y.B.Mangunwijaya,WastuCitra(Jakarta:PTGramediaPustakaUtama,1995),hal.29
Universitas Indonesia
48
arsitekttur asli terhaadap gaya ggempa juga tercatat padda gempa dii Sumatera
barat paada tahun 19926.27
Tidak hanya
h
strukttur utama yaang dibuat fleksibel
f
terhhadap gaya--gaya yang
bekerja. Struktur laainnya sepertti lantai jugaa merupakann struktur kaayu dengan
sistem konstruksi lock and kkey. Balok-b
balok lantaii yang diseebut jariau
dipasan
ngkan dalam
m arah ujuanng pangka dan
d dikuncii pada balokk pengunci
yang disebut
d
sigittan. Di atass jariau iniilah nantinyya diletakkaan material
penutup
p lantai. Dahhulu materiall yang digunnakan untuk lantai adalah
h palupuah
yaitu pohon
p
samppir yang dipukul-pukull. Palupuahh yang dipu
ukul kasar
diletakk
kan di atas jariau
j
dan palupah yaang lebih haalus diletakkkan di atas
palupuaah kasar. Namun
N
perlahhan-lahan penggunaan
p
material paalupuah ini
mulai digantikan
d
oleh
o
papan dari kayu surian atauupun kayu dari
d
pohon
kelapa.
27
2
SutanMahm
mud,(wawancaara22Februari2010).
Universitas
s Indonesia
49
Gam
mbar 5.16 Strruktur utamaa dan struktuur lantai
Sumber : Nusyirwan, dkk. Arsitektuur Minangkaba
au Laporan KK
KL Departemenn Arsitektur
ITB, 1979 (dieedit)
Gambar
G
5.177 Lantai papaan dan paluppuah
Lengku
ungan-lengkuungan pada atap gonjonng juga dibuat dari struuktur kayu
dengan material pelapis
p
atapp yang berrupa ijuak. Ketebalan ijuak dan
man atap meembuat air hujan
h
akan laangsung jatuuh ke tanah. Selain itu,
kecuram
susunan
n ijuak yangg rapat nam
mun tetap meempunyai seela menjadi salah satu
alur sirk
kulasi udara.
Universitas
s Indonesia
50
Dindingg rumah ga
adang sendirri terdiri darri dua lapis yang dipisaahkan oleh
tonggak
k-tonggak teerluar. Sedanngkan materrial yang diggunakan unttuk dinding
terdiri dari
d
dua jennis yaitu paapan dan baambu yang dianyam yaang disebut
sasak bugih.
b
Kedua jenis mateerial ini digu
unakan padaa bagian din
nding yang
berbedaa. Papan diguunakan padaa lapisan din
nding bagian dalam di keeempat sisi,
pada laapisan luar dinding
d
bagiian depan dan
d dinding pembatas antarrbiliak.
Sasak bugih
b
digunaakan pada laapisan dindin
ng bagian luuar kedua siisi samping
dan belakang. Jendela sebagai bbukaan sirku
ulasi udara sserta pencahaayaan pada
dasarnyya hanya terddapat di dindding bagian depan. Dindding lainnya khususnya
dinding
g bagian belaakang (padaa biliak) tidakk dibuatkan jendela denngan alasan
untuk menjaga
m
privasi dan m
melindungi annak gadis yyang tinggall di rumah
gadangg.
Universitas
s Indonesia
51
g
terseebut merupaakan suatu
Keselurruhan wujudd arsitekturaal rumah gadang
kesatuaan yang ben
nar-benar m
merupakan pencerminan
p
n nilai-nilai kehidupan
Universitas
s Indonesia
52
28
S.Dt.(Datuak)Atiah,wakilketuaKerapatanAdatNagari(KAN)Sungayang,(wawancara22
Februari2010)
Universitas Indonesia
53
2. Pencarian bahan
Bahan atau material yang dianggap paling penting untuk membangun
rumah gadang adalah kayu untuk tonggak. Jenis dan kualitas kayu
yang akan dipakai sangatlah diperhitungkan karena terkait dengan
fungsinya sebagai struktur penopang utama dari rumah gadang yang
diharapkan dapat bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Di
Nagari Sungayang sendiri, jenis kayu yang umum dipakai untuk
tonggak adalah kayu juha (juar). Kayu ini biasa didapatkan di hutan
kawasan gunung Sago.
Pencarian bahan untuk tonggak merujuk pada saran dan pendapat dari
tukang tuo. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar sebatang
kayu dapat dijadikan tonggak, terutama tonggak tuo, antara lain,
a. pohon yang dipilih haruslah yang tumbuh dengan baik, dalam
artian daunnya rimbun dan tidak sedang dalam keadaan
berbunga;
Universitas Indonesia
54
55
secara bergotong
29
2
Dt.BagindoSinyato(wawaancara24februari2010)
S.Dt.(Datua
ak)Atiah,wakilketuaKerapaatanAdatNagaari(KAN)Sungaayang,(wawan
ncara22
Februari2010))
Universitas
s Indonesia
30
3
56
Perendaman
dilakukan
di
tabek
yang
mengandung
lumpur.
3. Pembangunan
Setelah kecukupan bahan dan ekonomi untuk membangun rumah
gadang dirasa sudah memadai, maka proses pembangunan siap untuk
dilaksanakan. Namun sebelum pembangunan rumah gadang benarbenar
dimulai,
hal
yang
terlebih
dahulu
dilakukan
adalah
31
S.Dt.(Datuak)Atiah,wakilketuaKerapatanAdatNagari(KAN)Sungayang,(wawancara22
Februari2010)
Universitas Indonesia
57
32
3
Dt.BagindoSinyato(wawaancara24februari2010)
Universitas
s Indonesia
58
Terkait dengan bentuk rumah gadang yang besar ke atas, lubanglubang pengunci ada yang tidak mengikuti kelurusan tonggak
melainkan agak miring dengan sudut kemiringan tertentu. Lubang
Universitas Indonesia
59
pengunci yaang miring iini dibuat paada semua toonggak kecuuali jajaran
tonggak pan
njang.
Gam
mbar 5.24 K
Kemiringan tonggak terhaadap sumbuu Y
Sumber : Makkalah seminar Arsitektur Pro
oses Rancang Bangun
B
Rumahh Tradisional
Minagkabau di
d Sumanik, Un
niversitas Bungg Hatta, 1995.
60
Universitas
s Indonesia
61
62
Pekejaan struktur utama dilanjutkan dengan prosesi batagak kudokudo yang meliputi pemasangan kuda-kuda sebagai rangka atap dan
pemasangan laeh tempat ijuk nantinya melekat. Material yang
digunakan untuk kuda-kuda adalah kayu sedangkan untuk laeh adalah
batuang yang dibelah. Laeh dieratkan pada rangka atap dengan
menggunakan tali ijuak yang juga digunakan untuk mengeratkan laeh
yang satu dengan lainnya.
Universitas Indonesia
63
Pekerjaan
pembangunnan
rumahh
gadang
dilanjutkan
n
dengan
p
pengerjaan lantai, muulai dari strruktur lantaai hingga pelapisnya.
ntai yang tterdiri dari balok-balokk yang diseebut jariau
Struktur lan
dikunci oleh
h balok yangg terletak dii atas rasuakk yang diseb
but sigitan.
Setelah balo
ok-balok lanntai ini selesai dipasang,, barulah lanntai dilapisi
dengan paluupuah haluii yang langssung diletakkkan di atas jariau
j
dan
p
palupuah
kaasa pada baggian atasnya. Jika lantai papan, papaan langsung
di atas jariaau.
S
lantai
Gaambar 5.30 Struktur
Pemasangan
n dinding beeserta bukaann seperti pinntu dan jendeela menjadi
tanda bahwa pengerjaann pembangu
unan rumah gadang suddah hampir
selesai. Pekkerjaan ini dilakukan setelah lanttai selesai dikerjakan.
d
Pemasangan
n dinding dim
mulai dari baagian dindinng lapisan luar.
Universitas
s Indonesia
64
Sebagai akses naik turun rumah, tangga menjadi bagian yang sangat
penting dari rumah gadang. Dengan berakhirnya pembuatan tangga,
selesailah keseluruhan proses pekerjaan pembangunan dan rumah
gadang pun siap untuk dihuni. Sebagai tanda bahwa rumah sudah siap
untuk dihuni, diadakanlah prosesi manaiki rumah.
5.1.4 Penggunaan
Rumah gadang selain merupakan tempat tinggal juga merupakan sebuah
institusi yang mengemban beberapa fungsi atau tujuan. Hal ini merupakan
konsekuensi dari rumah gadang sebagai fenomena budaya yang bentuk dan
organisasi ruangnya sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang
bersangkutan.
65
Gambar 5.32 Posisi lemari di bagian ujuang dan pangka bandua atau
labuah
Universitas Indonesia
66
Gam
mbar 5.33 Billiak yang dim
modifikasi, biasanya
b
diggunakan sebaagai kamar
penganttin
udukan suma
ando atau suuami di rum
mah gadang ddianggap sebbagai tamu
Kedu
terhoormat. Sebagai tamu, sewaktu-wakktu dalam kondisi
k
tertenntu seperti
terjad
di percekcookan atau peerceraian, sumandolah yang akan pergi dari
rumaah gadang. Sebagai tam
mu terhorm
mat, kehadiraan sumando
o di rumah
gada
ang sangat dihormati nam
mun saat ia bercerai
b
atauu istrinya meeninggal, ia
harus keluar dari rumah gaadang terseebut. Seoranng mamak ruumah juga
berhaak mengusirr sumando jjika tingkah lakunya diaanggap melaanggar tata
kram
ma.
Universitas
s Indonesia
67
membahas
penggunaan
rumah
gadang
sebagai
tempat
Universitas Indonesia
68
Di Nagari Su
ungayang pposisi duduuk saat beerlangsung perhelatan
perkaawinan adalah sebagai bberikut,33
a.
a Niniak mamak,
m
duduuk di area (1) dengan posisi mem
mbelakangi
halaman depan rumaah. Hal ini teerkait dengann fungsi niniak mamak
m rumah gaadang dan
yang akaan memperhhatikan situaasi di dalam
tingkah laku
l
setiap orang yang hadir teruttama sumando. Niniak
mamak adalah
a
setiapp orang yangg bergelar ddatuak. Jika marapulai
menyanddang gelar daatuak, ia juga akan duduuk di area ini.
b.
b Area dud
duk (2) adallah area dudduk di sekeeliling tongggak temban
dimana pada
p
setiap tonggak daapat duduk dua atau tiga
t
orang.
Orang yaang duduk ddi area ini adalah
a
para tungganai
t
yaang pandai
berbicaraa, dalam artiaan berpantunn adat. Selaiin tungganai, yang juga
duduk
di
tonggakk
temban
adalah
orrang
yang
bertugas
33
3
S.Dt.(Datua
ak)Atiah,wakilketuaKerapaatanAdatNagaari(KAN)Sungaayang,(wawan
ncara22
Februari2010))
Universitas
s Indonesia
69
70
5.1.5 Ruang
R
Pendu
ukung Kehiidupan Keseeharian Maasyarakat
1. Dappua
Dap
pua atau daapur merupaakan ruang masak berssama seluruh
h keluarga
yan
ng tinggal di
d rumah ggadang. Pennempatan ddapua biasan
nya sesuai
dengan keinginan keluarga kaum pemillik rumah gaadang karen
na memang
tidaak ada aturann baku yangg mengaturny
ya. Pada um
mumnya dapuua terpisah
darii rumah gadang, akan tetapi masih dalam jaarak yang berdekatan.
b
Nam
mun ada juuga dapua yyang ditemppatkan mennjadi kesatuan dengan
rum
mah gadang seperti yangg dijumpai di
d luar Nagaari Sungayanng yaitu di
rum
mah gadang kampai
k
nan ppanjang Naagari Balimbiang.
(b).
(a).
Di Nagari Sun
ngayang senndiri penemp
patan dapuaa terpisah dari
d
rumah
gaddang. Dapuaa dibuatkan bangunan sendiri
s
di hhalaman deppan atau di
sam
mping rumah
h gadang. Unntuk dapua yang beradaa di sampingg, biasanya
dibuuatkan jembatan dari dappua menuju rumah gadaang.
Universitas
s Indonesia
71
G
Gambar
5.37 Dapua di haalaman depaan rumah
2. Suraau
Sejaatinya, setiapp rumah gaddang mempuunyai surau atau setidak
knya dalam
satuu kelompokk rumah gaadang di saatu kawasann terdapat satu
s
surau.
Biassanya surauu dibangun di area yan
ng dekat denngan sumbeer air yaitu
luraah. Oleh kareena itu, biasanya surau juga berada di
d kawasan lakuak.
l
Universitas
s Indonesia
72
Fun
ngsi utama surau adalaah sebagai tempat ibaddah. Tidak hanya itu,
men
nurut Dt. Atiiah surau jugga mengembban fungsi seebagai,
rumah buujang;
tempat mengaji
m
bagi anak-anak dan
d orang deewasa;
tempat melatih
m
anakk dan kamannakan dalam
m hal pidato adat, alua
pasamba
ahan, dan bella diri pencaak silat tradissional Minanngkabau;
Universitas
s Indonesia
73
Surau pada Jorong Sianau Indah ini masih digunakan sebagai tempat
yang berkaitan dengan ibadah seperti shalat dan mengaji oleh masyarakat
setempat namun beberapa fungsi lain dari surau tidak lagi dijalankan.
Surau tidak lagi menjadi rumah bujang karena laki-laki dewasa yang
Universitas Indonesia
74
3.
Lurah
Lurah merupakan lokasi dimana terdapat sumber air bagi sekumpulan
rumah gadang. Di lurah terdapat semacam mata air dengan kondisi air
yang memadai baik secara ketersediaan (kuantitas) maupun kualitas
seperti jernih, tidak berbau, dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
memasak. Jika rumah gadang dibangun di area punggungan seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, lurah berada di area yang lebih rendah
yang disebut oleh masyarakat Nagari Sungayang dengan sebutan lakuak.
Di lurah juga terdapat tempat mandi yang disebut dengan tapian dan
dipisahkan pengunaan antara perempuan dan laki-laki.
Walaupun lokasi lurah berada di tanah milik suatu kaum, lurah dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama oleh masyakat kampuang antara lain
untuk minum, mencuci, mandi, dan dialirkan ke surau untuk berwudlu.
Sedangkan untuk kegiatan buang air, masyarakat biasanya menggunakan
jamban yang juga berlokasi di sekitar area lakuak.
Lokasi sumber air yang berjauhan dari rumah ini bagi sebagian orang
apalagi masyarakat modern dianggap merepotkan dimana urang
kampuang harus berjalan kaki naik turun lakuak untuk bisa mendapatkan
air. Namun jika dilihat lebih jauh lagi, kondisi deperti ini memberikan
nilai tambah terhadap hubungan sosial antarmasyarakat. Banyak interaksi
yang bernilai positif yang dapat terjalin dari kegiatan mengambil air dan
berkegiatan di lurah. Kegiatan berjalan menuju lurah, mencuci dan
mengambil air yang sebagain besarnya dilakukan secara bersama adalah
Universitas Indonesia
75
Di Jorong
J
Siannau Indah, lookasi lurah berada di ddekat area peersawahan.
Posisi lurah berada pada laakuak yang secara topoggrafi lebih rendah
r
dari
areaa pemukimaan sehingga untuk men
ncapai sumbber air ini masyarakat
m
haruus melewati jalan menuurun yang cu
ukup terjal. A
Akan tetapi,, meskipun
sekaarang sudah
h ada beberrapa rumah yang memppunyai sum
mur sendiri,
kebiasaan mengambil air dan berkeggiatan MCK
K di lurah tetap
t
tidak
ditinnggalkan. Hal
H ini mennunjukkan bahwa
b
pola kehidupan tradisional
massyarakat maasih dipertahhankan sehinngga interakksi sosial seeperti yang
ditu
uliskan sebellumnya juga masih mem
mungkinkan untuk
u
terjadii.
Gam
mbar 5.41 Lookasi lurah di
d Jorong Sianau Indah
Universitas
s Indonesia
76
4.
Rangkiang
Rangkiang (lumbung) merupakan simbol kemakmuran bagi masyarakat
Minangkabau karena fungsinya yang terkait dengan penyimpanan bahan
makanan (padi) yang merupakan hasil panen dari sawah milik keluarga
kaum yang bersangkutan. Rangkiang dibangun setelah rumah gadang
dihuni oleh keluarga kaum yang bersangkutan. Proses pembangunannya
secara pekerjaan fisik hampir sama dengan pembangunan rumah gadang.
Hanya saja, pada pembangunan rangkiang tidak terdapat prosesi-prosesi
yang dilaksanakan pada pembangunan rumah gadang seperti menarik
tonggak tuo, mancacak paek dan batagak tonggak tuo.
77
r
teersebut adalaah,
Berrdasarkan peppatah di atass, tiga jenis rangkiang
34
3
Dt.MajoSettio,ketuaKANNagariSungaitarab,(wawan
ncara23Februari2010)
Universitas
s Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
80
kelembaban yang berasal dari tanah. Dinding dua lapis yang terdiri dari
papan dan tadia yang rapat serta posisi dinding yang mengerucut dari atas
ke bawah mampu memberikan perlindungan dari air hujan dan
kelembabannya.
Meskipun
demikian,
celah-celah
dinding
dapat
Universitas Indonesia
81
Gam
mbar 5.47 Pootongan yanng menunjuk
kkan ruang ddalam dan jannjang pada
rangkiaang
Universitas
s Indonesia
82
35
Y.B.Mangunwijaya,WastuCitra(Jakarta:PTGramediaPustakaUtama,1995),hal.29
Universitas Indonesia
83
Jika dip
perhatikan suusunan rumaah gadang seperti
s
di Joorong Sianauu Indah ini,
maka akan
a
terlihaat suatu poola keteraturran rumah yang meng
gikuti arah
tertentu
u. Sebagian pendapat
p
meengatakan baahwa orientaasi rumah gaadang yang
pada akhirnya
a
meenjadi pola susunan kelompok
k
rrumah gada
ang adalah
membelakangi jalaan. Pendapatt tersebut dihubungkan
d
n dengan alaasan untuk
melinduungi anak gadis
g
dari godaan oraang luar. N
Namun, padaa dasarnya
orientassi rumah gaadang bukann ditentukann oleh posisii jalan melaainkan oleh
Universitas
s Indonesia
84
posisinyya terhadap gunung merrapi sebagai area daratann yang lebih tinggi. Hal
ini dibu
uktikan di beeberapa kaw
wasan di Nag
gari Sungayaang ini terdaapat rumah
gadangg yang tidak membelakanngi jalan.
r
gadaang yang m
membujur kee arah gunuung merapi ini bukan
Posisi rumah
merupaakan gambarran penghorrmatan terhhadap gununng tersebut melainkan
merupaakan salah satu
s
responn masyarakaat Minangkaabau terhadaap kondisi
alam. Gunung
G
Merapi hanya m
merupakan seebuah gununng dengan daataran kaki
gununggnya yang laandai namunn mempuny
yai lembah ddan pungguungan yang
menyebbar di sekeliilingnya. Koondisi seperrti ini dikaittkan dengann aliran air
hujan yang
y
mengaalir dari dataaran yang leebih tinggi ke dataran yang lebih
rendah. Oleh karenna itu, rumahh gadang dib
bangun mem
mbujur ke arrah gunung
agar aiir kucuran atap
a
dapat langsung mengalir
m
ke dataran di bawahnya
sehinggga tidak terjaadi genangann air.
Gamb
bar 5.49 Daeerah landaiann Gunung Merapi
M
di Kabbupaten Tan
nah Datar
Sum
mber : Inventarrisasi Potensi W
Warisan Buday
ya Luhak Tanaah Datar, 2002 (diedit)
Universitas
s Indonesia
85
86
Pergeseran cara hidup ini, jika ditinjau lebih lanjut, ternyata justru merupakan
dampak dari cara hidup di rumah gadang. Hal ini terjadi saat rumah gadang
sebagai tempat tinggal bersama keluarga kaum, dinilai tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan ruang dari kaum yang bersangkutan ketika jumlah mereka
semakin bertambah. Tidak tecukupinya kebutuhan ruang privat oleh biliak yang
tersedia di rumah gadang membuat anggota keluarga kaum ada yang mendirikan
rumah baru. Rumah baru yang didirikan bukan merupakan rumah gadang atau
rumah yang bersifat komunal namun berupa rumah pribadi bagi keluarga inti
mereka, termasuk suaminya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya satu
keluarga kaum hanya mendirikan satu rumah gadang, satu sandi yang
menunjukkan satu asal usul. Pengecualian terjadi saat keluarga kaum sepakat
untuk memecah kaum karena jumlah mereka yang sudah terlalu banyak. Pada
kondisi ini keluarga kaum pecahan dapat membangun rumah gadang baru.
Proses keluarnya anggota keluarga kaum dari rumah gadang berlangsung terus
selama keluarga kaum masih mempunyai keturunan dari sisi garis ibu sehingga
rumah tinggal yang bersifat pribadi akan semakin banyak didirikan. Di rumah
tinggal yang bersifat pribadi ini, masyarakat perlahan-lahan mulai memenuhi
kebutuhan seperti air bersih secara pribadi pula dengan membuat sumur air
sendiri. Dengan demikian, masyarakat yang melakukan kegiatan komunal seperti
mengambil air ke lurah menjadi berkurang. Selain itu di rumah baru yang
merupakan rumah pribadi, anak laki-laki baligh dan laki-laki dewasa yang tidak
36
SutanMahmud,BA(wawancara22Februari2010)
Universitas Indonesia
87
mempunyai istri mulai diperbolehkan menginap. Hal ini disebabkan karena pada
rumah pribadi tidak terdapat aturan seperti yang diterapkan di rumah gadang.
Dengan demikian, penggunaan surau sebagai rumah bujang perlahan-lahan
ditinggalkan. Oleh karena fungsi surau sebagai rumah bujang mulai berkurang,
fungsi lainnya seperti penempaan jasmani dan rohani seperti pencak silat dan
mengaji bagi pemuda kampuang juga mulai berkurang karena pemuda yang
menghabiskan banyak waktu di surau juga mulai berkurang
Dari uraian tersebut, terlihat pengaruh yang terjadi saat rumah gadang tidak lagi
dapat memenuhi kebutuhan ruang tinggal bagi kaum pemiliknya. Pengaruh
tersebut berdampak hingga pemanfaatan ruang komunal di area perkampungan.
Meskipun pengaruh ini terasa dalam jangka waktu yang relatif lama namun
pengaruh tersebut sudah cukup memberikan dampak terhadap pergeseran cara
hidup masyarakat Minangkabau. Di rumah pribadi tidak lagi terjadi kegiatan
dengan kualitas kebersamaan seperti yang terjadi di rumah gadang. Fasilitas yang
tersedia di rumah pribadi juga mengurangi kualitas kebersamaan penggunaan
ruang-ruang komunal di dalam suatu perkampungan.
Hal seperti yang disebutkan di atas terus berlangsung sampai pada suatu titik
dimana masyarakat merasa sangat nyaman dan memilih tinggal di rumah pribadi
sehingga kemudian budaya tinggal di rumah gadang secara komunal mulai
ditinggalkan. Meskipun rumah gadang dinilai masih layak untuk ditinggali baik
secara ketahanan serta kecukupan ruang bagi beberapa keluarga inti, masyarakat
cenderung memutuskan untuk meninggalkan rumah gadang dan pindah ke rumah
pribadi sehingga suatu saat rumah gadang benar-benar akan kosong.
88
menginap
m
d rumah gaadang, juga sudah mulaai longgar. M
di
Mereka lebiih memilih
mengiap
m
di rumah gada
ang daripadaa di surau attau rumah bbujang karenna memang
yang
y
tinggall di rumah gadang
g
hanyaa keluarga innti mereka saja.
Pergeseran
P
b
budaya
masyarakat Minnangkabau seperti yang diuraikan di
d atas jelas
sangat mem
mberikan penngaruh padaa eksistensi rumah gaddang serta fuungsi yang
Universitas
s Indonesia
89
Jika ada masyarakat yang ingin membangun rumah gadang, mereka akan
membangun dengan status kepemilikan pribadi, bukan milik kaum. Begitu juga
dengan fungsi yang diemban rumah tersebut yang tidak lagi dapat dijalankan
sebagai unsur kelengkapan adat. Wujud arsitektur pun dimodifikasi sesuai dengan
keinginan pemilik dan tidak jarang sangat berbeda dengan rumah gadang yang
asli baik secara keruangan maupun wujud arsitrektural.
penulis
merumuskan
beberapa
elemen
arsitektur
vernakular
Minangkabau yang dapat dan tidak dapat dipertahankan seperti tercantum pada
tabel-tabel berikut.
Universitas Indonesia
90
Tabel 5.1 Elemen-elemen rumah gadang yang dapat dan tidak dapat
dipertahankan
Dapat dipertahankan
Tidak dapat dipertahankan
Elemen
Keterangan
Elemen
Keterangan
1. Atap gonjong Bagian ini masih 1. Struktur
asli Kayu untuk tonggak
digunakan
oleh
sulit
(tonggak kayu) sangat
&
pondasi didapatkan (langka)
masyarakat sebagai
digantikan oleh
atap pada bangunan
sandi
modern.
Atap
tonggak
beton.
gonjong dapat dibuat
Dengan
demikian
meskipun
tidak
pondasi
bangunan
dengan menerapkan
harus tertanam ke
dalam tanah.
konstruksi
asli
sehingga
memungkinkan untuk
tetap diterapkan.
2. Massa
Massa
bangunan2. Ijuak
sebagaiSulit
mendapatkan
bangunan
seperti ini juga bisa pelapis atap
ijuak dalam jumlah
besar ke atasditerapkan
banyak
sehingga
dengan
(trapesium
diantikan
dengan
sistem stuktur dan
konstruksi
modern,
terbalik)
seng.
seperti beton atau bata.
3. Panggung
Bentuk
panggung 3. Cara
membangun
tetap
dapat
tradisional
dipertahankan
(asli)
meskipun
dengan
modifikasi
seperti
kolong
yang
dimanfaatkan sebagai
ruang berkegiatan.
Penerapan
sistem
struktur
dan
konstruksi
yang
berbeda
berdampak
pada
proses
pembangunan
yang
berbeda pula. Tenaga
urang
kampuang
digantikan
oleh
pekerja ahli struktur
beton atau struktur
modern
lainnya.
Memungkinkan juga
untuk tidak adanya
tukang tuo dan segala
unsur ritual, teknis dan
adat yang berbau asli.
Universitas Indonesia
91
4. Ukiran
Meskipun
dalam 4. Fungsi sebagai
rumah tinggal
penelitian ini penulis
komunal
tidak
membahas
keluarga kaum
ukiran,
namun
menurut
penulis
ukiran
dapat
dipertahankan karena
meskipun
dinding
tidak lagi terbuat dari
kayu dan digantikan
beton/bata,
ukiran
dapat ditempelkan.
5. Fungsi
sebagai unsur
kelengkapan
adat
Potensi
untuk 5. Pembagian
ruang
diselenggarakannya
acara-acara adat di
rumah gadang masih
ada sehingga fungsi
sebagai kelengkapan
adat
dapat
terus
dijalankan.
Pembagian
ruang
menjadi
sulit
dipertahankan
saat
rumah
gadang
dibangun
secara
pribadi. Ruang-ruang
yang tercipta pada
akhirnya disesuaikan
denngan
selera
pemilik
pribadi
tersebut.
6. Fungsi
rangkiang
sebagai
lumbung
Masyarakat merasa
kesulitan menyimpan
padi di rangkiang.
92
menggunakannya
karena
seagian
masyarakat sudah
punya
secara
pribadi
b. Surau hanya sebagai
tempat
ibadah,
fungsi lain tidak
berjalan.
2. Citra
Rumah-rumah pribadi
perkampungan (tidak
menerapkan
yang dipenuhi arsitektur
rumah
gadang) muncul dan
oleh rumah
gadang dengan perlahan-lahan
arsitektur yang mengantikan
rumah
belum
gadang.
dimodifikasi
Pemerintah mendata rumah gadang yang masih berdiri, baik dalam kondisi yang
masih kokoh maupun yang sudah rusak. Dari data yang diperoleh, dipilih rumah
yang akan menjadi prioritas utama untuk dipugar terlebih dahulu. Pemilihan ini
didasarkan pada nilai sejarah dan tingkat kerusakan dari rumah yang
bersangkutan. Pemugaran dilakukan dengan meninjau bagian bangunan yang
rusak untuk kemudian diusahakan perbaikannya. Perbaikan sedapat mungkin
tidak mengganti elemen bangunan yang asli tersebut dengan elemen baru. Namun
Universitas Indonesia
93
Meskipun upaya pemerintah ini sudah nyata terlihat berjalan di bebera daerah di
Sumatera barat umumnya dan Tanah Datar khususnya, upaya ini masih perlu
ditingkatkan karena memang belum maksimal. Masih banyak rumah gadang yang
rusak atau hampir rubuh butuh perbaikan dan pemugaran, namun keterbatasan
dana dan sumber daya membuat upaya yang dilakukan menjadi terkendala. Di
sinilah seharusnya peran Pemerintah Daerah mengajak masyarakat untuk bekerja
sama dalam pelestarian rumah gadang.
Imbauan ini berhasil mengajak masyarakat untuk menerapkan atap gonjong pada
bangunan modern sehingga lahirlah bangunan gedung atau bangunan modern
dengan citra gonjong sebagai elemen dari wujud arsitektur vernakular
Minangkabau. Namun pada akhirnya atap gonjong pada bangunan modern
menjadi suatu perdebatan terkait kepantasannya secara arsitektural dan
penerapannya sendiri.
94
Universitas Indonesia
95
Menurut penulis, massa bangunan (panjang dan tinggi) yang hanya terdiri
dari satu lantai membuat komposisi atap gonjong secara keseluruhan
terhadap massa tersebut cukup seimbang. Hanya saja, penggunaan atap
gonjong pada bagian pintu masuk utama terkesan dipaksakan. Posisi pintu
masuk utama yang tidak berada di tengah muka bangunan membuat
komposisi atap gonjong pada bagian tersebut terlihat tidak seimbang. Pintu
masuk utama sebaiknya tidak menggunakan atap gonjong karena atap
bangunan secara keseluruhan sudah dapat mewakili citra arsitektur
Minangkabau jika memang hal itu ingin ditonjolkan.
Universitas Indonesia
96
Atap gonjong hanya digunakan pada area pintu masuk utama sedangkan
atap bangunan secara keseluruhan menggunakan atap miring dua arah
biasa. Menurut penulis, gonjong yang hanya ada pada bagian pintu
masuk utama ini terlihat hanya sebagai elemen tambahan tanpa ada
kesan menyatu dengan bangunan secara keseluruhan khususnya bagian
atap.
97
Dari sisi komposisi massa (panjang dan tinggi) bangunan dan atap,
bangunan ini terlihat cukup seimbang. Hanya saja, pengkombinasian
Universitas Indonesia
98
Sama halnya dengan kantor wali nagari, atap gonjong pada bangunan ini
juga terkesan sebagai elemen tambahan yang tidak menyatu dengan
elemen bangunan lainnya khususnya bagian atap secara keseluruhan
yang merupakan atap limas. Dari sisi komposisi, bangunan terlihat
Universitas Indonesia
99
cuk
kup seimbaang namun keberadaan
n atap gonjong yang dipaksakan
d
meembuat kmpoosisi secara kkeseluruhan
n terlihat ganj
njil. Menurutt penulis,
5. Ru
umah Bagonjjong
Baangunan ini merupakann rumah ting
ggal. Pemillik yang beersangkutan
berrusaha meneerapkan elem
men arsitekttur rumah ggadang padaa bangunan
ini namun denngan sistem struktur dann pembagiann ruang yanng berbeda.
Duua rangkiangg yang terdaapat di halam
man depan pun juga beerbeda dari
seg
gi struktur daan konstrukssi.
Pen
nulis tidak dapat melakkukan obserrvasi yang lebih lanjutt ke dalam
ban
ngunan kareena bangunann ditinggal merantau
m
oleeh pemiliknyya sehingga
dik
kunci dan tiidak bisa dimasuki oleh
h orang luarr. Namun berdasarkan
b
pen
ngamatan daari luar, dapaat disimpulkkan bahwa baagian bawahh bangunan
yanng harusnyaa merupakann kolong, diffungsikan seebagai ruang
g kegiatan.
Haal ini terlihaat dari adaanya jendelaa pada bagiian tersebutt. Menurut
infformasi dari masyarakatt yang tinggaal di sekitar bangunan, pembagian
ruaang di lantai atas pun tiddak mengikutti kaidah rum
mah gadangg.
b
seebagai rumaah tinggal dan
d wujud
Meeskipun banngunan ini berfungsi
arssitektural diuupayakan unntuk menyeruupai rumah gadang, nam
mun sistem
Universitas
s Indonesia
100
Universitas Indonesia
101
Menurut Dt. Bandaro Sati, salah seorang yang ikut dalam rapat
perencanaan pembangunan Istano Baso Pagaruyuang yang pertama pada
kurang lebih sekitar 35 tahun silam di Bukittinggi, latar belakang
pembuatan bangunan ini adalah adanya keinginan untuk mengenang
masa kejayaan Kerajaan Pagaruyuang dengan mereka ulang wujud
istana raja Kerajaan Pagaruyung. Pada dasarnya, tidak ada bukti sejarah
apapun yang dapat menjelaskan dan menggambarkan dengan pasti
bagaimana bentuk bangunan istana tersebut. Bentuk bangunan seperti ini
dipilih karena dianggap merupakan representasi dari arsitektur
Minangkabau yang merupakan kawasan dimana Kerajaan Pagaruyuang
tersebut berdiri.
102
yanng dianggap
p sebagai tonggak tuoo. Pada tonnggak ini, dilekatkan
ton
nggak tuo yaang benar-benar kayu yang
y
diambil dari banguunan istana
yanng sebelumn
nya terbakarr. Hal ini meerupakan bentuk perlakuuan khusus
terhhadap tongggak tuo sebaggai pangulu dari keselurruhan tonggaak.
(a)..
(b).
Gambarr 5.60 (a). Toonggak tuo & (b). Tongggak dilapisi kayu
k
Universitas
s Indonesia
103
Gambar
G
5.611 Sandi banggunan secaraa artifisial
Gamb
bar 5.62 Ranggkiang padaa Istano Basaa Pagaruyuanng
104
2. Geedung Nasionnal
Sallah satu ban
ngunan denggan arsitektuur modern yaang mengguunakan atap
gon
njong di Kabupaten
K
T
Tanah
Datarr adalah Gedung Nasiional yang
dirrencanakan akan diresm
mikan padaa bulan Junni 2010. Gedung
G
ini
meerupakan geddung serbagguna, oleh kaarena itu ruaang yang adda di dalam
ged
dung dibiark
kan lepas beegitu saja, kecuali
k
ruanng yang terkkait dengan
sisttem utilitas.
Universitas
s Indonesia
105
(a).
(b).
(c).
Gambar 5..65 Tampak Bangunan (a). Sampingg, (b). Depan
n & (c).
Belakaang
Sumber
S
: Konsu
ultan Teknik dan
d Lingkungan
n Hidup PT Em
mtujuh Sarana Konsultan,
Padanng
106
den
ngan peneraapan sistem
m truss. Unttuk lengkunngan pada
bubungan
gon
njong digunnakan pipa besi yang dibentuk m
melengkung, sedangkan
maaterial atap yang
y
digunakkan adalah seeng.
b
geedung serbaaguna tidak
Meenurut penuulis, meskipuun sebuah bangunan
harrus menciriikan arsitekktur vernakkular daerahh yang berrsangkutan,
pen
nerapan ataap gonjong pada bangunan ini lebih dapaat diterima
dib
bandingkan penerapan ppada beberap
pa bangunann sebelumny
ya. Hal ini
dissebabkan kaarena kompposisi massaa bangunan dengan attap terlihat
seiimbang. Sellain itu, jikka dilihat daari tampak depan dan belakang,
terlihat massa bangunan
b
yaang seolah-oolah mengikuuti garis leng
gkung atap
gon
njong sehinggga keduanyya terlihat sellaras.
Gam
mbar 5.66 Geedung Rektoorat Universiitas Andalass
Universitas
s Indonesia
107
Berdasarkan uraian tersebut terlihat beberapa penerapan atap gonjong yang dinilai
kurang tepat dan terkadang dipaksakan. Atap gonjong sering kali hanya menjadi
unsur tambahan yang terkesan tidak menyatu dengan bangunan. Meskipun
material yang digunakan pada atap gonjong berbeda dengan aslinya, hal ini tidak
menjadi esensi dari
Melihat beberapa contoh seperti yang dijelaskan di atas, seharusnya ada aturan
atau setidaknya pertimbangan yang matang mengenai bagaimana penerapan atap
gonjong pada bangunan modern baik dari segi komposisi maupun kepantasannya.
Hal ini disebabkan karena atap gonjong bukan merupakan wujud arsitektural yang
dengan begitu saja terbentuk melainkan merupakan suatu hasil dari proses
berbudaya yang sangat panjang. Oleh karena itu, penghargaan terhadap nilai-nilai
budaya juga harus disertai dengan penghargaan terhadap elemen arsitektural
sebagai produk budaya. Jika penerapan atap gonjong tidak depertimbangkan
dengan baik dari kedua sisi tersebut, dikhawatirkan di masa yang akan datang
penerapan atap gonjong pada bangunan gedung atau bangunan modern akan lebih
salah kaprah lagi. Hal ini lebih lanjut dapat mengikis nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalam unsur arsitektur tersebut.
Universitas Indonesia
108
5.5 Rangkuman
Citra arsitektur vernakular Minangkabau memang sudah berubah dari kesatuan
utuh ke hanya penerapan atap gonjong. Hal ini merupakan dampak lebih lanjut
dari pergeseran budaya masyarakat Minangkabau terhadap arsitektur dan cara
berarsitektur asli. Upaya-upaya yang dilakukan untuk tetap melestarikan rumah
gadang dengan arsitektur yang masih asli memang sudah dilakukan, namun
belum cukup maksimal dan menyeluruh.
Universitas Indonesia
109
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Rumah gadang sebagai salah satu gambaran arsitektur vernakular Minangkabau
merupakan hasil dari poroses berbudaya yang sangat panjang. Nilai budaya yang
tergambar dalam pandangan dan cara hidup masyarakat Minangkabau
memberikan pengaruh terhadap arsitektur rumah gadang seperti aspek keruangan,
wujud arsitektural serta fungsi yang diemban masing-masingnya. Pandangan dan
cara hidup yang dianut serta dijalankan tersebut juga mempengaruhi pembentukan
ruang-ruang penunjang kehidupan lainnya.
Universitas Indonesia
110
Wujud arsitektural dengan massa dan bangunan seperti yag disebutkan di atas
mendapat pengaruh dari pandangan dan cara hidup masyarakat Minangkabau
yang berorientasi pada alam yang tergambar dalam ungkapan alam takambang
jadi guru. Bentuk massa ataupun bentuk atap yang tercipta merupakan
penyesuaian terhadap kondisi alam Minangkabau. Massa bangunan besar ke
atas meminimalkan tampias air hujan mengenai dinding, atap runcing dan
curam mempercepat laju air hujan jatuh ke tanah. Selain itu, wujud
arsitektural tersebut juga merupakan salah satu bentuk penyimbolan yang
mendapatkan inspirasi dari benda-benda alam atau kenangan sejarah yang
berharga.
3. Dari segi struktur, pondasi yang diterapkan pada rumah gadang disebut
pondasi sandi yaitu pondasi batu pipih yang diletakkan di atas tanah, di atas
batu pipih inilah tonggak-tonggak berpijak tanpa tertanam ke dalam tanah.
Material yang digunakan berasal dari alam dan diambil dengan melakukan
pemilihan yang seksama agar tidak merusak keseimbangan alam. Sambungan
elemen struktural dari rumah gadang menerapkan sistem lock and key serta
sistem pasak tanpa paku, sistem ini membuat konstruksi rumah gadang
menjadi tidak kaku. Penggunaan material yang berasal dari alam memberikan
suasana kenyamanan yang juga mampu menyesuaikan dengan kondisi alam.
Universitas Indonesia
111
lebih
jelas
saat
kita
masyarakat Minangkabau
melihat
perkampungan
lainnya
tradisional
Universitas Indonesia
112
6.2 Saran
Beberapa saran terkait dengan permasalahan yang penulis temui dalam penelitian
ini antara lain,
113
fungsi yang terkait dengan ruang bertempat tinggal dan unsur kelengkapan
masih dapat terus diupayakan kelestariannya. Jika hal untuk bertinggal secara
komnal di rumah gadang sulit untuk diupayaan, setidaknya fungsi sebagai
unsur kelengkapan adat harus tetap dijalankan. Acara-acara adat atau acara
resmi yang dapat dilakukan di rumah gadang hendaknya benar dilakukan di
rumah gadang. Lagi-lagi dalam hal ini Pemerintah Daerah dan masyarakat
harus aktif dalam upaya tersebut, sehingga rumah gadang yang ada pada
akhirnya tidak hanya menjadi monumen.
ditinggalkannya
penggunaan
fasilitas
ini,
setidaknya
pola
5. Penerapan atap gonjong pada bangunan modern atau bangunan lain selain
rumah gadang harus diperhatikan kepantasannya baik dari segi arsitektural
maupun dari segi nilai-nilai budaya. Hal ini salah satunya dapat dipantau
dengan imbauan Pemerintah Daerah yang bersama tokoh adat merumuskan
sejauh mana dan dalam konteks apa atap gonjong layak diterapkan pada
bangunan modern atau bangunan selain rumah gadang.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arnel, Asytar dkk. 1995. Makalah Seminar Arsitektur: Proses Rancang Bangun
Rumah Tradisional Minangkabau di Sumanik [skirpsi]. Padang: Universitas
Bung Hatta
Budhisantoso. 1991. Identitas Budaya dalam Karya Arsitektur. Dalam Eko Budihardjo
(Ed.). Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: IKAPI
Mangunwijaya, Y.B.. 1995. Wastu Citra: Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur
Sendi-Sendi Filsafatnya Beserta Contoh-Contoh Praktis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Mutia, Riza dkk. 2001. Rumah Gadanag di Pesisir Sutera Barat. Bagian Proyek
Pembinaan Permuseuman Sumbar
Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture. London: Pentice-Hall Inc.
114
Arsitektur Vernakular Minangkabau..., Gemala Dewi, FT UI, 2010