2 menit
Tentu saat ini kita tidak asing lagi dengan desa Wae Rebo di Flores, bentuk rumah adat
yang khas berada di antara pegunungan nan indah. Siapa sangka, saat pertama kali
ditemukan pada tahun 1997, rumah-rumah di desa ini telah mengalamai beberapa
kerusakan karena faktor usia. Baru pada tahun 2008, seorang arsitek Yori Antar
berkunjung ke desa Waerebo dan menginsiasi pembangunan rumah adat di sana yang
dikenal dengan nama gerakan Rumah Asuh.
Pembangunan Mbaru Niang Wae Rebo (Aga Khan Prize for Architecture)
Nama lengkap arsitek ini adalah Gregorius Antar Awal, yang lebih akrab disapa dengan
Yori Antar. Beliau lahir tanggal 14 Mei 1962. Yori Antar memiliki julukan pendekar
arsitektur nusantara karena fokusnya dalam melestarikan warisan arsitektur lokal. Pria
lulusan Arsitektur Universitas Indonesia ini pada tahun 1989 membentuk kelompok
Arsitek Muda Indonesia bersama kawan-kawannya. Arsitektur Muda Indonesia dikenal
sebagai kelompok yang memberi warna baru langgam arsitektur di Indonesia
khususnya di Jakarta pada masa itu. Tidak berhenti disana, sepak terjang Yori antar
terus bergulir. Kekhawatiran akan punahnya seni arsitekur lokal yang digeser oleh
megahnya bangunan modern, membuat Yori Antar semakin gigih menggali ilmu
arsitektur lokal, mendokumentasikan, juga membangun kembali arsitektur nusantara
yang berupa rumah-rumah adat yang terancam punah.
Yori Antar
(jawapos.com)
Maka sejak tahun 2008, Yori Antar membuat sebuah gerakan yang ia beri nama Rumah
Asuh. Gerakan tersebut mengajak para mahasiswa terpilih untuk belajar dengan para
pemangku dan masyarakat desa selama satu setengah bulan dalam membangun
rumah-rumah tradisional di pedesaan di tanah air.
Selain sebagai sarana belajar bagi mahasiswa dari jurusan arsitektur, program Rumah
Asuh yang didukung oleh para donatur/philantropis, akedemis, bersama masyarakat
setempat sudah berjalan di daerah Wae Rebo-Flores, beberapa rumah adat di Nias,
pembangunan kembali rumah-rumah di desa adat Ratenggaro, Wainyapu, dan Rumah
Budaya di Waetabula, Sumba Barat Daya dan Balai Pertemuan untuk Musyawarah
Adat Lobo Ngata Toro di Sulawesi Tengah ini juga menjadi sebuah proses
pembelajaran dan regenerasi diturunkannya ilmu membangun rumah tradisional
kepada generasi masa depan, baik secara metode lisan-tradisional antara para tetua
adat dan generasi muda penerus maupun metode tulisan-akademis.
Proses Pembangunan Mbaru Niang Wae Rebo (rumahasuh.co.id)
Misinya agar kekayaan arsitektur nusantara tetap terjaga kelestarian dan
keberlanjutannya dan dari segi pembelajaran masuk ke dalam kurikulum pendidikan
arsitektur diberbagai perguruan tinggi sambil membangun mindset baru. Diawali
dengan mengubah mindset generasi muda arsitektur dengan membidik ranah
pendidikan. “Ketika mindset berubah, maka kita akan menemukan betapa Indonesia
sangat menarik.”
Seluruh kegiatan yang dilakukannya adalah bagian dari proses reinventing Indonesia,
yang bertujuan untuk menemukan kembali akar budaya tradisional Indonesia yang
mulai terlupakan oleh masyarakat kini. Ibarat sebuah kumpulan puzzle yang siap
disusun dan dilengkapi untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Pembuatan Kayou di Kampung Suroba, Lembah Baliem, Papua (rumahasuh.co.id)
Panorama Proses Pembangunan Mbaru Niang Wae Rebo (Aga Khan Prize for
Architecture/designboom.com)