Di tahun 1980-an, para pemilik modal umumnya menggunakan jasa arsitek luar
negeri. Beberapa arsitek di Indonesia yang menyadari hal ini tergerak untuk membuktikan
kualitas sekaligus memunculkan gaya arsitektur yang menyesuaikan dengan konteks
budaya di Indonesia. Di sini lah forum diskusi Arsitek Muda Indonesia berperan sebagai
wadah untuk menampung semangat dan inspirasi di kalangan praktisi arsitektur. Kegiatan
AMI membantu para praktisi menemukan dan memunculkan kembali identitas arsitektur
Indonesia. Kegiatannya beruapa pameran arsitektur, aneka diskusi arsitektur, open house
mengenai perjalanan arsitektur, sayembaraserta berbagai kegiatan kerja sama dengan
institusi lain seperti Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Alhasil, para praktisi yang tergabung
dalam AMI terlihat memiliki identitas tersendiri melalui berbagai rancangannya.
Gambar potongan.
Sumber foto: buku Karya-karya Arsitek Muda Indonesia oleh Imelda Akmal hal. 41-43.
COBA HOUSE
Arsitek: Daniel Rianto Sandjaja.
Lokasi: Puri Candra Asri, Biaung, Bali.
Luas tapak: 190 m2.
Luas bangunan: 200 m2.
Tahun dibangun: 1999.
Coba house memiliki bentuk geometris yang menyesuaikan dengan iklim tropis di
Indonesia. Di dalam rumah ini sengaja disediakan ruang terbuka di tengah tapak
(inner courtyard) yang memiliki fungsi untuk mengatasi panas dari radiasi matahari
sekaligus sebagai pusat rumah. Bangunan yang serupa dengan real estat ini
menggunakan material utamanya dinding aci kasar, material roster semen, dan
lantai ubin PC berwarna putih. Rumah ini didesain polos namun arsitek tetap
memasukkan unsur lokal ke dalam rancangan. Sumber insipirasi dalam
perancangan rumah ini adalah Bale bengong Bali. Salah satu contoh penerapan
dari inspirasi tersebut adalah ruang-ruang di lantai dua saling berhadapan
menghadap courtyard yang terbuka lebar. Alhasil, ruang tersebut terkesan menjadi
luas baik secara visual maupun pengalaman di dalam ruangan.
BANGUNAN KOMERSIAL :
Perancangan pada bangunan komersial tentunya mempunyai tujuan yang berbeda dengan
merancang rumah tinggal. Penciptaan pengalaman arsitektural di dalamnya menjadi unsur
yang paling penting pada bangunan komersial. Salah satu cirinya adalah ruangan yang
didesain seefisien mungkin sebab ruangan-ruangan benar-benar dimanfaatkan di setiap
sentinya.
Bioskop Kemang dirancang khusus untuk studio yang memutar film-film secara
independen. Bioskop ini terletak di Kemang, Jakarta Selatan. Letaknya
tersembunyi di balik cafe, toko dan rumah-rumah. Para arsitek yang merancang
ini memunculkan identitas khas bangunan yaitu ciri independen. Identitas
tersebut ditampilkan dengan menggunakan material kaca transparan di luar
sehingga sirkulasi pergerakan pengunjung di tangga dan ramp terlihat. Begitu pun
dengan pencahayaan di dalam ruang bangunan ini. Kemudian, identitas bangunan
sebagai tempat hiburan ditampilkan juga dengan fasade gedung bioskop yang
memberikan space untuk ditempelnya poster-poster film serta finishing kolom yang
dicat warna-warni.
BANGUNAN RELIGIUS :
Bangunan religius sekarang ini terlihat berbeda dengan jaman sebelumnya. Tidak ada lagi
tanda-tanda di fasad bangunan yang sebagai identitas bangunan religius, seperti kubah
pada masjid ataupun atap runcing tinggi ke atas dan lonceng pada gereja. Bangunan
religius kini dirancang sesuai dengan perkembangan jaman namun tidak menghilangkan
simbol ataupun suasana ruang yang tercipta khusyuk dalam beribadah.
Masjid Asy Syuhada Trisakti (Jeffry Sandi dan Sukendro Sukendar Priyoso)
Sayembara merupakan salah satu platfrom yang membantu arsitek memunculkan ide-ide
dan inovasi terbaiknya. Bahkan melalui sayembara klien bisa mendapatkan rancangan
yang paling terbaik dibandingkan dengan cara menunjuk seorang arsitek untuk
mendesain.
Gereja Santa Maria Bintaro ( Adi Purnomo, Yori Antar, Theresia Astrid W.,
Robby K., Ricky K – Han Awal & Partners)
Sumber foto: buku Karya-karya Arsitek Muda Indonesia oleh Imelda Akmal hal. 134-
137.
Pada awalnya gereja Paroki Santo Matius tidak bisa menampung umat gereja yang
semakin banyak. Maka dari itu, sayembara perancangan gereja diadakan untuk
mencari sebuah karya untuk pembangunan gereja baru. Karya yang diharapkan
adalah karya yang mampu menyesuaikan dengan lokasi tapak. Lokasi tapak
berada di kawasan perumahan baru Kota Taman Bintaro Jaya, Jakarta. Tapak ini
merupakan lahan sisa bekas galian dan berada di sebelah jaringan kabel tegangan
tinggi. Pemenang sayembara yang terpilih menciptakan rancangan yang
mengefesiensikan ruangan pada bangunan serta membangun citra gereja yang
berbeda atau baru.
Pada fasade gereja dibuat menaikan lapangan rumput dari sisi depan ke
bangunan sisi belakang. Sisi depan dijadikan lahan parkir dan dibuat tertutup oleh
pohon-pohon. Ruang bawah pun jadi terlindungi dari jaringan kabel tegangan
tinggi. Rancangan ini menyamarkan bentuk gereja sehingga terkesan humble,
sederhana, serta bersahaja. Program tata ruang dibuat menerus dan menyempit
dari tapak yang besar menuju mimb atau altar. Hal ini bertujuan supaya umat
gereja terfokus pada altar dan lebih berkonsentrasi dalam beribadah.
1. Adi Purnomo
Sumber foto: goodreads.com
2. Andi Pratama
Sumber foto:
instagram.com/andipratam
3. Tan Tik Lam
4. Daliana Suryawinata
KESIMPULAN
Forum Arsitek Muda Indonesia terbentuk pada era 80-an, yang memiliki tujuan sama
untuk memunculkan karakter rancangan Indonesia dalam iklim tropis. Unsur lingkungan
lokal dan budaya di Indonesia dapat dijadikan sebagai gaya arsitektural tersendiri ataupun
bisa dipadukan dengan gaya modern yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Contoh perwujudannya adalah perancangan rumah tinggal, bangunan komersial dan
bangunan religius.