Klasifikasi Jalan
Klasifikasi Jalan
Jalan adalah saranan transportasi yang sangat dibutuhkan manusia untuk menuju suatu
wilayah yang terpisahkan oleh jarak. Pada dasarnya jalan dapat diklasifikasikan menurut:
1. Fungsi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pngumpul/pembagi dengan ciriciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri oerjalanan
jarak dekat,kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Kelas Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan erkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban
lalu lintas dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat pada gambar dibawah
Sumber : http://matakuliahteknik.blogspot.com/2010/04/klasifikasi-jalan.html
disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
1. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat
kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang
menghubungkan antara Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya
sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.
Karakteristik Jalan Arteri Primer
Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)
kilometer per jam (km/h).
Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.
Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung minimal
500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan harus di atas 1000 m2,
dengan pemanfaatan untuk perumahan.
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi
dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik).
Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka pada
jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk
kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).
b) Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga
disebut sebagai jalan protokol.
Ciri Jalan Arteri Sekunder :
Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
antar kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua,
dan jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga
puluh) km per jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan melalui
jalan ini.
Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya.
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.
3
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak dizinkan
pada jam sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem sekunder yang
lain.
Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan
yang lebih rendah.
c) Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan
kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan
berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
Ciri jalan Kolektor Primer :
Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.
Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat
puluh) km per jam.
Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya.
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam
sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan
lambat lainnya.
d) Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
Ciri Jalan Kolektor Sekunder :
Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km per jam.
Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.
4
Sumber : http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/05/jenis-jenis-jalan-arteri-kolektor-dan.html
Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan satu kesatuan sistem terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki.
5
Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi
sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiri
yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung
fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang
selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.
Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan. Fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam
satu hubungan hirarki.
Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai
pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya.
Fungsi sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.
Kepala Daerah Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah Kotamadya yang bersangkutan.
Penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder sebagai jalan Kotamadya
dilakukandengan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
e. Jalan Khusus
Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh
instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.
Penetapan status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi/badan
hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
KRITERIA YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MENETAPKAN
KLASIFIKASI FUNGSI JALAN
1. Jalan Arteri Primer
a. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam.
d. Lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 8 meter.
e. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas regional. Untuk
itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, dan lalu
lintas lokal, dari kegiatan lokal (Gambar 5).
f. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan
melalui jalan ini.
g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. J arak antar jalan
masuk/akes langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.
h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.
j. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan
yang lain.
k. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.
2. Jalan Kolektor Primer
a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
8
Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan
pada jam sibuk.
j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
k. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri
primer.
l. Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
i.
3.
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
i.
kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu.
ii.
antar kawasan sekunder kesatu.
iii.
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
iv.
jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
(tiga puluh) km per jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan
melalui jalan ini.
Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak
dizinkan pada jam sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
i.
enter kawasan sekunder kedua.
ii.
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
b. Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) km per jam.
c. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
d. Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah pemukiman.
e. Lokasi parkir pads badan jalan-dibatasi.
f. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
g. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem
b.
c.
d.
e.
Sumber : http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/panduan353.pdf
10
Sumber : http://azwaruddin.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-jalan-raya-menurut.html
11
13