Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah masalah kekurangan gizi, khususnya bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Rendahnya taraf kehidupan penduduk Indonesia menyebabkan sulitnya
pemenuhan kebutuhan protein, terutama protein hewani. Walaupun demikian, sumber protein
nabati yang harganya lebih terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat juga belum
dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini mengusahakan pengolahan
kedelai sebagai salah satu sumber protein nabati menjadi susu kedelai untuk memenuhi
kebutuhan gizi seluruh lapisan penduduk Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perlakuan pada proses blanching dan
konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu susu kedelai serta mempelajari interaksi antara
perlakuan pada proses blanching dengan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu susu
kedelai. Dengan demikian dapat diketahui kondisi optimum dalam pembuatan susu kedelai.
Metode penelitian ini adalah pembuatan susu kedelai dengan memvariasikan perlakuan pada
proses blanching menggunakan air panas dan uap. Variabel lain yang divariasikan dalam
penelitian ini adalah konsentrasi natrium bikarbonat pada saat perendaman kedelai, yaitu 0,1 %
b/b; 0,3 % b/b; 0,5 % b/b; dan 0,7 % b/b. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar
protein, padatan jumlah, pH, dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik pada proses blanching adalah
menggunakan air panas, sedangkan konsentrasi natrium bikarbonat terbaik saat perendaman
adalah 0,5 % b/b. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perlakuan pada proses
blanching dan konsentrasi natrium bikarbonat mempengaruhi kadar protein dan padatan jumlah
susu kedelai.
PENDAHULUAN
Protein merupakan bahan pembangun tubuh utama dan terpenting yang dibutuhkan makhluk hidup
untuk pertumbuhan, perkembangan, dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Sumber protein dapat diperoleh
dari bahan nabati dan hewani. Kebutuhan rata-rata protein penduduk Indonesia menurut standar yang
diizinkan adalah 55 g/hari untuk setiap orang, terdiri atas 43 g protein nabati dan 12 g protein hewani
[Winarno, 1984; Widya Karya Pangan, 1983]. Rendahnya taraf kehidupan penduduk Indonesia menyebabkan
sumber protein hewani bermutu tinggi tidak terbeli oleh golongan masyarakat ekonomi lemah. Untuk
menanggulangi masalah kekurangan protein ini diusahakan pemanfaatan sumber daya alam dari bahan nabati
untuk membuat makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Salah satu sumber protein nabati yang kaya protein adalah kedelai dan merupakan sumber protein
yang paling murah di dunia, disamping menghasilkan minyak dengan mutu yang baik. Kedelai banyak
mengandung unsur dan zat-zat makanan penting, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
serat. Jenis olahan kedelai yang lazim dikenal di Indonesia adalah tempe, tahu, oncom, kecap, dan susu
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
G-13-1
kedelai. Semua produk tersebut merupakan hasil fermentasi dari kedelai, kecuali susu kedelai. Susu kedelai
merupakan minuman bergizi tinggi yang sudah dibuat di Cina sejak abad ke-2 SM. Susu kedelai dibuat dari
hasil ekstrak kacang kedelai dengan air. Kadar protein susu kedelai hampir sama dengan susu sapi, yaitu 3,5
4 % b/b.
Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak dikonsumsi manusia, diperlukan beberapa
persyaratan berikut :
a. Bebas dari rasa langu
b. Bebas antitripsin
c. Memiliki stabilitas koloid yang mantap
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perlakuan pada proses blanching dan konsentrasi
natrium bikarbonat terhadap mutu susu kedelai serta mempelajari interaksi antara perlakuan pada proses
blanching dengan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu susu kedelai.
METODOLOGI
Metode penelitian yang dilakukan adalah pembuatan susu kedelai dengan memvariasikan beberapa
variabel pada tahap-tahap tertentu. Prosedur pembuatan susu kedelai dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam
penelitian ini dilakukan penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Kedelai
Penyortiran
Perendaman dalam air
selama 8 jam
Tambahkan
NaHCO3
Pencucian dengan
air bersih
Pemanasan kedelai
selama 30 menit (blanching)
Penggilingan
dengan blender
air panas
G-13-2
Penelitian Pendahuluan
Hasil analisis mutu susu kedelai untuk mengetahui pengaruh pengupasan kulit ari kedelai dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisis mutu susu kedelai
Kriteria uji
Tidak kupas
Kupas
SNI 01-3830-1995
60
70
80
90
60
70
80
90
G-13-3
menurun akibat adanya denaturasi protein. Hasil analisis padatan jumlah terbaik yang sesuai standar SNI
diperoleh pada temperatur 80 oC. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa padatan jumlah dipengaruhi oleh
temperatur air pada proses penggilingan.
Analisis pH
Hasil analisis pH dapat dilihat pada Gambar 4.
Analisis pH
7
6.5
6
5.5
60
70
80
90
T = 80 oC
SNI 01-3830-1995
3.36
12
6.975
min 2.0
min 11.5
6.5 - 7.0
uap
2.5
airpanas
2
1.5
1
0.5
0.1
0.3
0.5
0.7
[N aH C O 3 ] (% b/b)
G-13-4
NaHCO3 yang ditambahkan, semakin kecil aktivitas antitripsinnya sehingga protein dalam kedelai semakin
tinggi.
Hasil analisis kadar protein terbaik yang sesuai standar mutu SNI dan memiliki stabilitas koloid yang
baik diperoleh pada proses blanching dengan air panas dan konsentrasi NaHCO3 0,5 % b/b. Hasil analisis
varian menunjukkan bahwa hasil analisis kadar protein dipengaruhi oleh perlakuan panas pada proses
blanching, konsentrasi NaHCO3, dan interaksi keduanya.
Analisis padatan jumlah
Hasil analisis padatan jumlah pada penelitian utama dapat dilihat pada Gambar 6.
Analisis Padatan Jumlah
12.5
12
uap
11.5
airpanas
11
10.5
10
9.5
0.1
0.3
0.5
0.7
[N aH C O 3 ] (% b/b)
pH
uap
airpanas
6.9
6.8
6.7
0.1
0.3
0.5
0.7
[N aH C O 3 ] (% b/b)
G-13-5
diambil sampel yang nilai pH-nya paling mendekati netral, yaitu susu kedelai dengan penambahan NaHCO3
0,5 % b/b yang menggunakan air panas pada proses blanching. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa
hasil analisis pH hanya dipengaruhi oleh konsentrasi NaHCO3.
Berdasarkan grafik pada Gambar 5, 6, dan 7, hasil analisis mutu susu kedelai yang sesuai SNI
diperoleh dengan menggunakan air panas pada proses blanching dan konsentrasi NaHCO3 0,5 % b/b.
Perbandingan hasil penelitian utama yang optimum dengan standar SNI 01-3830-1995 dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Perbandingan hasil penelitian utama dengan SNI 01-3830-1995
Kriteria uji
SNI 01-3830-1995
3.24
11.82
7
min 2.0
min 11.5
6.5 - 7.0
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mutu susu kedelai dari kedelai tanpa kulit ari lebih baik dibanding dari kedelai dengan kulit arinya
2. Temperatur air pada proses penggilingan mempengaruhi kadar protein dan padatan jumlah susu kedelai.
1. Temperatur air terbaik pada tahap penggilingan adalah 80 oC.
2. Kadar protein dan padatan jumlah susu kedelai dipengaruhi oleh konsentrasi NaHCO3, perlakuan panas
pada proses blanching, dan interaksi antara keduanya.
3. Nilai pH susu kedelai dipengaruhi oleh penambahan NaHCO3 pada saat perendaman.
4. Konsentrasi NaHCO3 terbaik saat perendaman kedelai adalah 0.5 % b/b.
5. Perlakuan panas terbaik pada proses blanching adalah menggunakan air panas (dengan perebusan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Koswara, S., (1992), Teknologi Pengolahan Kedelai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
2. Nelson, A.I., (1978), Whole Soybean Foods for Home and Village Use, INSOY Series No. 14.
3. Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih, (1996), Kedelai Budidaya dan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta.
4. Winarno, F.G., (1984), Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia, Jakarta.
G-13-6
(Susiana Prasetyo S)
G-13-7