Pedoman Kode Etik Hewan Coba
Pedoman Kode Etik Hewan Coba
penyakit dengan melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan
dan dengan melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai.
Pemeriksaan postmortem dilakukan bila ditemukan adanya penurunan produksi,
terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah
kematian, dan atas permintaan klien.
Pada umumnya ada 2 macam cara nekropsi yaitu : (1). Seksi lengkap, dimana
setiap organ / jaringan dibuka dan diperiksa. (2) seksi tidak lengkap, bila kematian /
sakitnya hewan diperkirakan menderita penyakit yang sangat menular/ zoonosis
( anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb ). Nekropsi harus dilakukan sebelum bangkai
mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6 8 jam setelah kematian.
PEDOMAN UMUM
A. Record / Catatan medis meliputi :
1. Anamnesa, meliputi : nama hewan, alamat , tanggal, waktu kematian,
sejarah penyakitnya ( berapa lama, gejala
klinis, pengobatan,
warna bulu ).
3. Gejala klinis: yang terjadi selama sakit/ sebelum mati ( diare, muntah,
lesu, nafsu makan dsb)
Pemeriksaan secara umum sebelum dilakukan bedah bangkai :
Kondisi umum : keadaan kulit / bulu, lubang alami , adanya ekto
parasit, warna mukosa, dsb.
Pemeriksaan keadaan luar secara umum : jenis hewan, kelamin, umur,
keadaan gigi, kondisi, kulit. Selaput mukoso mata, rongga mulut, bawah
lidah. Telinga, leher, perut, bagian dalam paha kemungkinana adanya vesikel,
atau lesi yang lain. Persendian, telapak kaki, pangkal ekor, sekitar anus, dan
alat kelamin serta ambing.
B. Tempat , untuk melakukan seksi, tempat harus dibersihkan
a. sehat, dekat dengan air yang. memadai / mengalir dan dekat dengan
tempat untuk mengubur.
C. Peralatan
Nekropsi dapat dilakukan sekalipun dengan alat yang minimal
(seadanya), yaitu:
pemotong tulang,
pinset,
gloves,
needle (20G, 1 inchi untuk koleksi sampel darah vena sayap, dan 1
inchi untuk koleksi sampel darah dari jantung),
black marker
kertas label.
Bila hendak mengkoleksi serum, dibutuhkan pula tube tempat koleksi
Tikus/mencit : kantus media orbita mata atau lewat vene lateral ekor
2. Cara eutanasi :
Tikus/mencit : dengan larutan eter ( dengan kaps yang dibasahi eter,
masukkan dalam suatu tempat yang sesuai besar hewan cobanya (toples),
kemudian tikus dimasukkan dalam tempat tersebut, ditunggu sampai mati ).
Kelinci : dengan cara emboli, injeksi intravena larutan jenuh Mg SO4.
Bisa dengan ditidurkan dengan cara, kapas yang telah diberi eter secukupnya,
masukkan kantong plastik, kemudian dihirupkan sedikit demi sedikit sampai
kelinci tertidur, terus dihisapkan sampai mati.
Untuk keperluan penelitian hendaknya dipersiapkan tujuan nekropsi,
dipersiapkan peralatan yang diperlukan , apakah untuk pemeriksaan
bakteriologi, virologi, pemeriksaan histopatologi, atau immunohistopatologi.
3. Prosedur nekropsi secara umum :
a. Untuk memudahkan , tikus dipreparir pada meja operasi, dengan
meletakan terlentang, supaya tidak bergeser, difiksasi pada telepak kaki
depan dan belakang dengan menyematkam jarum pentul/ paku kecil.
b. Pengeluaran organ sesuai keperluan si peneliti, organ apa yang
dikehendaki.
c. Dengan kepala jauh dari sekan, insisi dimulai dari dinding abdomen,
memotong kulit dan muskulusnya, irisan dilanjutkan kesisi kanan dan
kiri, terus kearah cranial, memotong costae sehingga rongga thorak
terbuka.
d. Selanjutnya diambil organ apa yang diperlukan .
Tujuan :
Mengetahui perubahan morfologi secara makroskopis / mikroskopis
dari
kausanya.
Sedang
untuk
keperluan
penelitian,
hasil
pemeriksaan
histopatologik apapun yang adalah yang akan dijadikan hasil dari penelitian
tersebut.
Hasil
nekropsi
dapat
secara
langsung
mengetahui
kausanya,
Cara :
Spesimen hendaknya diambil secepat mungkin, setelah kematian.
Keterlambatan dalam pengambilan spesimen (lebih dari 8 jam),
mengakibatkan autolisis sel-selnya. Setiap potongan spesimen, ambil jaringan
yang tampak patologis dan sehat, dipotong kurang lebih 1cm sampai 2cm,
1 : 10,
Dehidrasi
Alkohol 70%
Alkohol 80%
Alkohol 90%
Alkohol 96%
Alkohol absolut I
Alkohol absolut II
Alkohol absolut III
Xylol I
Xylol II
Xylol III
Paraffin I
Paraffin II
Paraffin III
Blocking
Mikroturn
Pewarnaan
Mounting
HE (4-10)
Eosin (3-8)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Butcher G.D , Richard D.M, 2003. Avian Necroppsy Techniques.
http://edist.ifas.edu.
2. Carlyle JT