Pengertian
Kontusio (memar), lebam, (bahasa Inggris: bruise, contusion) adalah suatu jenis
cedera pada jaringan tubuh, yang menyebabkan alirandarah dari sistem kardiovaskular
mengendap pada jaringan sekitarnya,disebut hematoma, dan tidak disertai robeknya lapisan
kulit
Kontusio adalah suatu jenis cedera pada jaringan biologis karena kerusakan kapiler
darah yang menyebabkan darah merembes pada jaringan sekitarnya yang biasanya
ditimbulkan oleh tumbukan benda tumpul.
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah
dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)
Kontusio merupakan salah satu bentuk dari trauma tumpul. Kontusio adalah suatu
injuri yang biasanya diakibatkan adanya benturan terhadap benturan benda keras atau
pukulan.
Kontusio adalah penggumpalan darah akibat pecahnya dindingpembuluh darah dapat
terjadi karena benturan, tapi ada juga yang terjadi tiba-tiba dan dapat hilang sendiri, disebut
purpura simplex.
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul (pukulan, tendangan
atau jatuh)
B. Penyebab
Kontusio ditimbulkan oleh trauma seperti tumbukan benda tumpul dan menimbulkan
rasa sakit walaupun pada umumnya tidak berbahaya. Kontusio yang disebabkan oleh cedera
akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, meskipun demikian luka memar di bagian
kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala. Kontusio dapat
menjadi bagian dari cedera yang luas misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor.
C. Gejala
Gejala umum akibat kontusio digambarkan seperti nyeri, bengkak, perubahan warna,
Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar satu minggu
kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas. Tindakan yang dapat
dillakukan untuk mengurangi nyeri dan untuk menghentikan perdarahan adalah kompres.
Kontusio dapat menimbulkan rasa sakit tapi umumnya tidak berbahaya. Kontusio
kadang dapat menimbulkan akibat serius, menyebabkan suatu bentuk yang lebih mengancam
jiwa yang dikenal dengan nama hematoma dan dapat pula dikaitkan dengan cedera lain yang
lebih serius misalnya patah tulang atau pendarahan dalam. Kontusio kecil mudah dikenali
karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera.
Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi
pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma
(Hartono Satmoko, 1993:191).
Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai
sedang sampai berat. Adapun kontusio yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku,
tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan kontusio
dan memungkinkan luka sayatan.
D. Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit.
Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak dibanding orang lain.
Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian
menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres,
atau terlalu lelah. Faktor usia juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua,
fungsi pembuluh darah ikut menurun.
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalamifagositosis dan didaurulang
oleh makrofaga. Warna biru atau unguyang terdapat pada kontusio merupakan hasil reaksi
konversi darihemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi
hemosiderin yang berwarna kecoklatan.
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir
dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan
kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada
purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu
atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu.
E. Manifestasi Klinis
1. perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil,
juga berhubungan dengan fraktur
2. nyeri, bengkak, dan perubahan warna
3. hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan arah
yang banyak
G. Penanganan
Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman
a. tinggikan daerah injury
b. berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian) untuk
vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman
c. berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-30 menit) 4
kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi
d. lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak
e. kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera kontusio adalah sebagai
berikut:
1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan lunak yang rusak.
3. Hindari bentura
Pengkajian.
a. Identitas pasien.
b. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat penyakit sekarang
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
Daerah mana yang mengalami trauma.
Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
e. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma
pada sistem muskuloskeletal lainnya
f. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
g. Pemeriksaan Fisik.
Inspeksi : Kelemahan, Edema, Perdarahan perubahan warna kulit, Ketidakmampuan
menggunakan sendi.
Palpasi : Mati rasa
Auskultasi
Perkusi
h. Pemeriksaan Penunjang
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah
tulang.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau
tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan
aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan
program pengobatan .
3.
Intervensi Keperawatan .
a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau
tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.
Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program
control nyeri.
Intervensi :
1.
INTERVENSI
Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan
RASIONAL
Membantu dalam menentukan kebutuhan
managemen nyeri dan keefektifan program.
Meningkatkan
aliran
balik
vena,
5.
6.
-
Kolaborasi :
INTERVENSI
Kaji tingkat mobilitas yang masih dapatdilakukan klien.
RASIONAL
Membantu dalam menentukan kebutuhan
bantuan mobilitas yang akan diberikan dan
keefektifan program.
2.
4.
INTERVENSI
Sokong
penggunaan
RASIONAL
mekanisme Penghentian mendadak rutinitas dan rencana
penyelesaian masalah.
memerlukan
mekanisme
penyelesaian
masalah.
2.
3.
Orang
lain
dapat
membentu
pasien
2.
RASIONAL
Memberikan pengetahuan dasar dimana
Meningkatkan
meningkatkan
kerja
pemahaman
sama
dan
dalam
komplikasi.
3.
Keuntungan
dari
terapi
obat-obatan
manajemen farmakoterapeutik
5.
bantu,misalnya tongkat,palang
naikkan .
DAFTAR PUSTAKA