Disus Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
I
PENDAHULUAN
tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi,
yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi domestik yang
lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga, menjadikan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Untuk mengurangi tingkat inflasi di Indonesia yang semakin meningkat, pemerintah banyak
melakukan upaya-upaya, salah satunya yaitu swasembada pangan ditahun 2017. indonesia
sebenarnya memiliki sarana dan prasarana lengkap dan dapat diandalkan untuk mendukung
swasembada pangan. Terutama dalam sektor pertanian, karena pembangunan sektor pertanian
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional semakin penting dan strategis.
Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional,
II
DESKRIPSI
2.1 Objek
Rencana pemerintah dalam meningkatkan Swasembada pangan khususnya untuk 3 jenis
produk pertanian meliputi padi, jagung, dan kedelai dalam 3 tahun. Serta menargetkan
pemenuhan kebutuhan daging dari produksi dalam negeri
2.2 Kondisi
Indonesia yang terkenal dengan sebutan negara agraris, negara yang kaya hasil alam dan hasil
bumi, dinilai belum kuat dalam hal bahan pangan. Indonesia masih mengalami
ketergantungan pangan dari luar (impor), bahkan diprediksi akan mengalami krisis pangan
pada 2017. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 hingga 1,5%, sementara luas lahan
pertanian tidak ada penambahan, dikhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis pangan
beberapa tahun ke depan. Akibat tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri,
Indonesia terpaksa impor. Ketergantungan pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain
sangat tinggi. Pada 2011, volume impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu dan
daging mencapai 17,6 juta ton senilai US$ 9,4 miliar. Defisit pangan 2011 sejumlah 17,35
juta ton dengan nilai US$ 9,24 miliar karena ekspor hanya 250 ribu ton dengan nilai US$ 150
juta.
Pada 2011, data Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan, impor beras Indonesia dari
sejumlah negara mencapai 2,75 juta ton dengan nilai US$ 1,5 miliar atau 5% dari total
kebutuhan dalam negeri. Sementara itu, volume impor kedelai 60% dari total konsumsi dalam
negeri sekitar 3,1 juta ton dengan nilai US$ 2,5 miliar, jagung 11% dari konsumsi 18,8 juta
ton dengan nilai US$ 1,02 miliar, gandum 100% dengan nilai US$ 1,3 miliar, gula putih 18%
dari konsumsi dengan nilai US$ 1,5 miliar, daging sapi 30% dari konsumsi dengan nilai US$
331 juta dan susu 70% dari konsumsi. Sedangkan angka impor bahan pangan pada 2012,
beras 1,8 juta ton, jagung 1,7 juta ton, kedelai 1,9 juta ton, gandum 6,3 juta ton, daging sapi
40,338 ton, tepung terigu 479,7 ribu ton, gula pasir 91,1 ribu ton, daging ayam 6.797 kg dan
garam 2,2 juta ton.
Data di atas menggambarkan dalam fase tiga tahun terakhir angka impor bahan pangan yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia masih tinggi, sehingga saat ini Indonesia berada pada
fase pangan stadium empat atau sudah dalam kondisi sangat mengkhawatirkan karena sudah
terlalu banyak mengimpor berbagai produk pangan. Produksi pangan yang tidak mencukupi
kebutuhan dalam negeri membawa Indonesia selalu dibanjiri bahan pangan impor. Kondisi
ini harus secepatnya dihentikan.
Pemerintahan baru kabinet kerja dihadapkan pada tantangan kebutuhan pangan nasional dan
permintaan internasional khususnya pangan pokok yaitu padi, jagung dan kedelai. Upaya
swasembada pangan merupakan tahapan untuk mencapai kedaulatan pangan. Tentu upaya
untuk mencapai 2 tahapan tersebut bukan hal yang mudah karena sektor pertanian pada saat
ini masih dihadapkan oleh berbagai masalah krusial yaitu (1) Lahan, (2) Infrastruktur, (3)
Benih, (4) Regulasi/Kelembagaan, (5) Sumber Daya Manusia, (6) Permodalan.
pencetakan lahan tanaman pangan khususnya padi, jagung, gandum, kedelai dll
4. Melakukan Diversifikasi pangan, agar masyarakat tidak dipaksakan utk bertumpu pada
satu makanan pokok saja (dlm hal ini padi/nasi), pilihan diversifikasi di indonesia yg paling
mungkin adalah sagu, gandum dan jagung (khususnya indonesia timur).
Jadi diversifikasi adalah bagian dr program swasembada pangan yg memiliki arti
pengembangan pilihan/ alternatif lain makanan pokok selain padi/nasi (sebab di indonesia
makanan pokok adalah padi/nasi). Salah satu caranya adalah dengan sosialisasi ragam menu
non padi/nasi.
1. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi kini mencapai 52% . Hanya irigasi baik
primer dan sekunder tidak tertangani dengan baik. Solusinya yang harus dilakukan
untuk menangani masalah ini yaitu skala prioritas perbaikan jaringan irigasi jadi
prioritas revolusi anggaran Kementan, termasuk dari APBN perubahan.
2. Terkait persoalan beni realisasi benih pada 2014 secara nasional kurang dari 20%
anggaran yang disediakan pemerintah tidak terserap baik oleh petani
3. Ketersediaan pupuk disusupi distributor pupuk ilegal hal ini terjadi di enam wilayah
produksi utama di Jawa tengah . Distributor illegal memasok petani dengan pupuk
non subsidi.
4. Penurunan jumlah pekerja rata-rata setiap tahun ada 500.000 rumah tangga petani
yang beralih profesi pada tahun 2003 berdasarkan data BPS ada sekitar 31 juta tenaga
kerja di sektor pertanian tetapi pada tahun 2013 hanya tinggal 26,5 juta .
5. Penyuluhan program-program pertanian belum optimal . Persoalan ada pada perhutani
yang bertugas meningkatkan peran penyuluhan dalam mendukung program-program
pertanian.
3. Pemerintah harus menjamin pasar bagi distribusi hasil produksi pertanian dengan
harga yang stabil dan sesuai. Sampai hari ini tidak ada satupun kebijakan pemerintah
yang menjamin proses pemasaran untuk hasil produksi pertanian. Akibatnya, untuk
beberapa hasil produksi pertanian yang bukan kebutuhan pokok, petani mengalami
kesulitan memasarkan produk mereka, sehingga harus menemui harga jual yang
murah atau bahkan tidak laku. Menjamin pemasaran hasil produksi pertanian saja
tidak cukup, kebijakan ini juga harus disertai dengan jaminan harga yang stabil dan
sesuai dengan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh petani. Sampai hari
ini,persoalan inipun masih menjadi kecamuk bagi petani, dimana terkadang petani
harus menjual hasil produksinya dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan ongkos produksi yang dikeluarkan. Akibatnya, tak jarang petani mengalami
kerugian besar pasca panen dan memilih untuk menjual lahannya.
efektif dan efisien. Sistem pertanian ini mengacu pada system budidaya yang ramah
lingkungan, dimana kelangsungan budidaya pertanian menjadi pertimbangan utama
dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, mengingat aktivitas budidaya
pertanian juga menyumbang gas emisi yang mampu merusak lapisan ozon.
Karenanya, Penekanan penggunakan pupuk organik dan melepaskan ketergantungan
pada bahan-bahan kimia menjadi fokus utama dalam system budidaya ini. Begitu pula
dengan pengendalian hama yang lebih ditekankan dengan memanfaatkan hewanhewan predator dalam menghalau hama tersebut.
5. Menggalakkan proses perluasan lahan budidaya pertanian pangan. Perluasan lahan
pertanian yang katanya telah dilakukan oleh pemerintah perlu ditinjau ulang
fungsinya. Jika swasembada pangan sudah menjadi program konkret, maka proses
perluasan lahan pertanian harus difokuskan pada fungsinya sebagai lahan tanaman
pangan, bukan yang lain. Mengingat,perluasan lahan pertanian yang dilakukan hari ini
justru digunakan untuk penanaman tanaman perkebunan yang mengakibatkan
Indonesia semakin tidak berdikari dalam hal pangan. Karena semodern apapun teknik
budidaya pertanian tidak akan pernah mencapai swasembada pangan jika tidak
disertai dengan perluasan lahan produksi.
6. Menghentikan atau membatasi penanaman tanaman perkebunan. Dalam
rangkaperluasan lahan produksi tanaman pangan maka pemerintah harus membatasi
perluasan lahan untuk tanaman perkebunan. Bahkan untuk beberapa usaha
perkebunan milik swasta lokal atau bahkan milik asing yang sering mengemplang
pajak atau bahkan tidak membayar pajak dan legalisasinya bermasalah lebih baik
ditutup karena tidak ada kontribusinya bagi negara dan hanya menguntungkan sepihak
saja.
7. Penyelesaian konflik agraria. Petani harus diberikan akses seluas-luasnya untuk
berproduksi, oleh karenanya tanah sebagai modal dasar dalam budidaya pertanian
harus disediakan oleh pemerintah. Saat ini, tanahnya sudah ada tetapi persoalannya
tidak dipegang oleh petani melainkan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
perkebunan / tambang swasta milik lokal dan asing, yang dalam proses
penguasaannya mengalami konflik langsung dengan para petani itu sendiri, Mulai dari
perampasan tanah secara terang-terangan hingga penipuan dengan berkedok
penggadaian sertifikat atau mengajak bermitra dengan petani yang ujung-ujungnya
merampas paksa lahan-lahan rakyat. Konflik agraria ini terjadi hampir diseluruh
wilayah NKRI yang tentu diwarnai oleh insiden tragis yang tak jarang merenggut
jiwa. Oleh karena itu, swasembada pangan yang dicanangkan oleh Jokowi juga harus
berkorelasi dengan penyelesaian konflik agraria di Indonesia. Karena sekali lagi,
program swasembada pangan tanpa disertai perluasan lahan budidaya pertanian
pangan adalah omong kosong.
Ketujuh point diatas harus betul-betul ditepati sebagai modal dasar menuju swasembada
pangan. Selain itu kebijakan penghapusan raskin sama sekali tidak ada hubungannya dengan
swasembada pangan, karena kebutuhan akan bahan pangan murah masih sangat dibutuhkan
oleh rakyat indonesia ditengah kondisi perekonomian yang carut-marut.Kemudian, harus ada
pembenahan pola pikir pemerintah tentang kebijakan subsidi, bahwa jika dalam proses
pelaksanaannya tidak tepat sasaran maka yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah
merubah sistemnya dan melakukan pengawasan yang ketat agar menjadi tepat sasaran sesuai
fungsinya, bukan justru mencabut subsidinya, seperti subsidi pupuk yang sangat diharapkan
mampu meringankan ongkos produksi petani.
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia yang terkenal dengan sebutan negara agraris adalah negara yang kaya hasil alam
dan hasil bumi, dinilai belum kuat dalam hal bahan pangan. Indonesia masih mengalami
ketergantungan pangan dari luar (impor), bahkan diprediksi akan mengalami krisis pangan
pada 2017. Untuk menanggulangi ketergantungan import pemerintah melakukan upaya yaitu
dengan cara swasembada pangan untuk mencapai kedaulatan pangan. Swasembada pangan
yaitu mampu mengadakan sendiri kebutuhan pangan masyarakat dengan melakukan realisasi
dan konsistensi kebijakan tersebut. Rencana pemerintah dalam swasembada pangan ada
hambatan antara lain ; kerusakan infrastruktur, kurangnya benih,penurunan jumlah kerja dan
program pertanian belum optimal. Selain itu juga pemerintah mengadakan program antara
lain ; peningkatan kualitas budi daya pertanian dengan teknik modern, pemerintah menjamin
pemenuhan kebutuhan produksi pertanian, pemerintah harus menjamin pasar bagi distribusi
bagi pertanian, menerapkan sistem budi daya pertanian, menggalakkan proses perluasan
PERTANYAAN
1. Apa yang di maksud swasembada pangan ?
Jawab : Swasembada pangan yang berarti kita mampu untuk mengadakan sendiri
kebutuhan pangan masyarakat dengan melakukan realisasi dan konsistensi kebijakan
tersebut
2. Apa saja lima masalah besar terkait rencana swasembada pangan ?
Jawab :
a. belum optimalnya jaringan irigasi,
b. benih,
c. ketersediaan pupuk ,
d. tenaga kerja, dan
e. penyuluhan program-program pertanian.
3. Langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan dalam mencapai swasembada pangan?
Jawab :
a. Harus ada peningkatan kualitas budidaya pertanian dengan teknik yang lebih
modern
b. pemerintah harus menjamin pemenuhan kebutuhan produksi pertanian.
c. Pemerintah harus menjamin pasar bagi distribusi hasil produksi pertanian
d.
e.
f.
g.
4. Apa Akibatnya jika tidak ada satupun kebijakan pemerintah yang menjamin proses
pemasaran untuk hasil produksi pertanian?
Jawab : untuk beberapa hasil produksi pertanian yang bukan kebutuhan pokok, petani
mengalami kesulitan memasarkan produk mereka, sehingga harus menemui harga jual
yang murah atau bahkan tidak laku.
5. Salah satu program swasembada adalah menghentikan atau membatasi penanaman
tanaman perkebunan.Jelaskan !
Jawab : Dalam rangka perluasan lahan produksi tanaman pangan maka pemerintah
harus membatasi perluasan lahan untuk tanaman perkebunan. Bahkan untuk beberapa
usaha perkebunan milik swasta lokal atau bahkan milik asing yang sering
mengemplang pajak atau bahkan tidak membayar pajak dan legalisasinya bermasalah
lebih baik ditutup karena tidak ada kontribusinya bagi negara dan hanya
menguntungkan sepihak saja.