Anda di halaman 1dari 60

JAKARTA Pertamina resmi menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis baru

denganresearch octane number (RON) 90, yakni pertalite, di ratusan stasiun


pengisian bahan bakar umum (SPBU). Pertalite dijual dengan harga promo
Rp8.400 per liter.
Dari kadar oktan dan harga, pertalite diposisikan di antara premium, pertamax,
dan pertamax plus. Untuk mengingatkan kembali perbedaan empat jenis bahan
bakar tersebut, berikut ulasan mengenai karakteristik beberapa jenis BBM yang
dipasarkan di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun Litbang Okezone.
Premium
Premium atau biasa disebut bensin merupakan BBM jenis distilat yang memiliki
warna kekuningan yang jernih. Premium mengandung RON 88, paling rendah di
antara tiga jenis BBM kendaraan bermotor yang dipasarkan di Indonesia.
Sebagai BBM dengan nilai oktan paling rendah, premium mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu:
1. Dari aspek teknologi, penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi
akan menyebabkan knocking. Premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar
dan meledak tidak sesuai gerakan piston. Knocking menyebabkan tenaga mesin
berkurang sehingga terjadi pemborosan atau inefisiensi.
2. Dari aspek keuangan, knocking berkepanjangan mengakibatkan kerusakan
pada piston sehingga komponen tersebut lebih cepat diganti.
3. Menggunakan tambahan pewarna.
4. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah besar.
5. Produksi premium lebih banyak komponen lokal.
Pertamax
Pertamax merupakan BBM yang dibuat menggunakan tambahan zat aditif.
Sekadar diketahui, pertamax pertama kali diluncurkan pada 1999 sebagai
pengganti premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan.
Pertamax sangat disarankan digunakan pada kendaraan bermotor yang
diproduksi setelah 1990, terutama kendaraan yang menggunakan
teknologi electronic fuel injection(EFI) dan catalytic converters (pengubah
katalitik). Pertamax dijual di pasaran dengan harga lebih tinggi dibandingkan
premium.
Sebagai BBM yang dijual dengan harga pasaran lebih tinggi dari premium,
pertamax memiliki beberapa keunggulan, yakni:
1. Bebas timbal.
2. Nilai atau kadar RON 92, lebih tinggi dari premium.

3. Pertamax dapat menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi sehingga


dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang
menggunakan pertamax lebih maksimal.
4. Ditujukan untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar beroktan tinggi
dan tanpa timbal.
5. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding
premium.
Pertamax Plus
Pertamax plus merupakan jenis BBM yang telah memenuhi standar performa
International World Wide Fuel Charter (IWWFC). Pertamax plus biasanya
digunakan pada kendaraan yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta
menggunakan teknologielectronic fuel injection (EFI), variable valve timing
intelligent (VVTI), VTI, turbochargers, dan catalytic converters.
Beberapa keunggulan BBM jenis pertamax plus, yaitu:
1. Bebas timbal.
2. RON 95, lebih tinggi dari pertamax.
3. Pertamax plus bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi
sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Penggunaan BBM
lebih optimal dibanding premium dan pertamax.
4. Bisa membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve, dan ruang
bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan, serta mampu
melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat mencegah karat dan korosi
pada saluran dan tangki bahan bakar.
5. BBM ini ditujukan untuk kendaraan berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.
6. Toluene sebagai peningkat oktannya.
7. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding BBM
lain.
Pertalite
Pertalite merupakan BBM baru yang diluncurkan Pertamina di akhir Juli untuk
memenuhi Surat Keputusan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 313 Tahun 2013 tentang Spesifikasi BBM RON 90. Dari sisi
teknologi, sebenarnya kendaraan roda empat di Indonesia rata-rata bisa
mengonsumsi BBM RON 90-92.
Beberapa keunggulan pertalite versi Pertamina adalah:
1. Lebih bersih ketimbang premium karena memiliki RON di atas 88.
2. Dibanderol dengan harga lebih murah dari pertamax.

3. Memiliki warna hijau dengan penampilan visual jernih dan terang.


4. Tidak ada kandungan timbal serta memiliki kandungan sulfur maksimal 0,05
persen m/m atau setara dengan 500 ppm.
Perbedaan antara Premium, Pertalite, dan Pertamax...
Jumat, 24 Juli 2015 | 16:11 WIB

Stanly/OtomaniaBBM Pertalite sudah muali tersedia di 101 SPBU


BERITA TERKAIT
Pertalite Sokong Era Euro III
Jatah Terbatas, Tak Semua SPBU Jual Pertalite
Jenis Kendaraan yang "Berhak dan Tepat" Konsumsi Pertalite
Harga Pertalite Ternyata Sementara, Ada Kemungkinan Naik
305
94
1
49
Jakarta, Otomania Konsumen saat ini dihadirkan pilihan bahan bakar yang
makin beragam. Tidak sedikit pengguna BBM Pertamina yang masih bingung
antara Premium, Pertalite dan Pertamax. Ketiga varian tersebut punya beda

oktan yang tipis (Premium : 88, Pertalite : 90, Pertamax : 92). Lantas bagaimana
membedakan performa ketiganya.
Menurut Tri Yuswidjajanto, Dosen Teknik Mesin ITB yang juga menjadi tim peneliti
Pertalite sebelum diluncurkan, sebenarnya spesifikasi RON 90 sudah ada sejak
lama, dan harus memenuhi beberapa kriteria.
Spek sudah jadi keputusan teknis, harus diikuti. Premium adalah bahan bakar
yang tidak ada aditif. Sementara Pertalite ada aditif khusus, yang tentu tidak
secanggih dan serumit pada Pertamax maupun Pertamax Plus, kata Yus seperti
diberitakanKompasOtomotif, Jumat (24/7/2015).
Bensin yang layak digunakan minimal memiliki syarat durable. Bensin tidak
boleh menimbulkan gangguan macam apa pun dalam jangka waktu tertentu.
Premium memenuhi syarat ini. Gradeselanjutnya adalah Irit. Di sinilah Pertalite
bermain.
Tagline Melaju Lebih Jauh bukan pepesan kosong. Kami sudah mencoba, dan
memang bisa menghemat antara 10 persen hingga 16 persen dibandingkan
premium. Memang akan lebih mahal saat bertransaksi, namun coba hitunglah
jarak yang bisa ditempuh, baru bisa merasakan manfaat tekno ekonominya,
kata Yus.
Ditambahkan Yus, dalam pengujian, didapati Pertalite juga lebih bersih. Injektor
tak cepat logging, katup tak lekas kotor, dan ruang bakar minim ngelitik. RON
90 seperti Pertalite tidak sekadardurable, tapi harus memenuhi kriteria
ekonomis, kata Yus.
Lalu kriteria ketiga adalah performa. Kalau ingin mendapatkan kriteria ini, Yus
menyarankan tidak boleh nanggung. Pakai bensin RON 92 atau 95.

Pertalite, Premium, atau Pertamax? Ini Perbedaannya!


By Hawke -

Jul 25, 2015

Share on Facebook

Tweet on Twitter

Pertalite, Premium, atau Pertamax?


Pertalite baru saja diluncurkan di beberapa SPBU di Indonesia kemarin (24/7)
dengan harga promo atau harga perkenalan, yaitu Rp. 8.400. Pertalite ini
merupakan bahan bakar baru yang dikeluarkan oleh Pertamina dengan nilai
oktan 90.
Sebelumnya Pertamina telah memiliki beberapa jenis bahan bakar untuk
kendaraan pribadi, yaitu Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus. Bahan bakar
Premium merupakan BBM yang disubsidi oleh pemerintah yang diperuntukkan
masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan untuk masyarakat yang
mampu, diarahkan untuk menggunakan bahan bakar Pertamax maupun

Pertamax Plus yang harga per-liternya lebih mahal, namun lebih bagus untuk
kondisi mesin.
Dengan diluncurkannya produk BBM baru ini, apa yang membedakannya dengan
bahan bakar sebelumnya?
Nilai Oktan Berada di Tengah

Mulai Agustus, Kamu Wajib Daftar Online Untuk ke Luar Negeri


Baca Juga
Kualitas bahan bakar bisa dilihat dari nilai oktannya. Nilai oktan, atau bahasa
kerennya disebut dengan RON (Research Octane Number), merupakan bilangan
yang menunjukkan kompresi atau tekanan BBM terhadap mesin.
Semakin tinggi nilai oktan pada sebuah bahan bakar, semakin baik bahan bakar
tersebut untuk mesin. Bahan bakar yang memiliki nilai oktan tinggi bisa

mengurangi residu sisa hasil pembakaran, karena itu bahan bakar oktan tinggi
lebih ramah lingkungan.
Bahan bakar subsidi Premium memiliki nilai oktan 88, sedangkan untuk Pertamax
92 dan Pertamax Plus 95. Pertalite sendiri berada di tengah-tengah Premium dan
Pertamax, dengan nilai oktan 90.

Pertalite bakal gantikan Premium?!


Warna Cairannya Hijau Terang
Warna kuning pada bahan bakar Premium didapatkan dari pewarna tambahan,
sedangkan untuk Pertamax yang berwarna biru dan Pertamax Plus yang
berwarna merah mendapatkan warnanya bukan dari pewarna, melainkan warna
asli dari hasil pembakarannya yang lebih sempurna dan lebih baik.
Pertalite hadir dengan warna yang berbeda, yaitu hijau terang. Hasil
pencampuran antara Pertamax dengan Premium menghasilkan warna hijau
terang yang merupakan warna dari bahan bakar Pertalite.

Eits, tapi bukan ijo-ijo seger yang ini ya!


Lebih Murah dari Pertamax
Pertama kali diluncurkan pada hari Jumat lalu, Pertalite dijual dengan harga
Rp.8.300 hingga 8.500 per liternya. Namun dikatakan bahwa harga ini masih
merupakan harga promosi, sedangkan untuk harga jual aslinya pemerintah
belum mau membocorkannya.
Saat ini bahan bakar Premium yang sudah dicabut subsidinya dijual dengan
harga mulai dari Rp. 7.300 per liter. Sedangkan untuk Pertamax harga yang
dipatok adalah Rp. 9.300 di wilayah Jakarta dan sekitarnya, dan mencapai Rp.
21.700 di wilayah Papua.
Jika dilihat dari nilai oktannya, Pertalite bisa saja dijual lebih mahal dari Premium
tapi lebih murah dari Pertamax.
Baca: BBM Naik, Siapa Takut! Nih, 10 Kendaraan Alternatif Untukmu
Volume Penjualan Percobaan Pertalite

RPP E-Commerce Bakal Habisi Toko Online Indonesia?!


Baca Juga
Pemerintah optimis Pertalite akan terjual habis pada hari pertama peluncurannya
di beberapa SPBU tertentu di Indonesia. Berdasarkan data penjualan bahan
bakar harian untuk jenis Premium dan Pertamax, pada penjualan percobaan ini
pemerintah menyediakan Pertalite sebanyak 8 ribu kiloliter untuk setiap SPBU.
Data yang dimiliki oleh Pertamina menunjukkan bahwa penjualan harian untuk
bahan bakar Premium adalah 70-80 ribu kiloliter, sedangkan untuk Pertamax
mencapai 8 ribu kiloliter setiap harinya.
Selama masa percobaan ini, Pertamina hanya akan menyediakan Pertalite di
beberapa SPBU terpilih, yaitu sebanyak 68 SPBU di Jakarta dan sekitarnya, 2
SPBU di Bandung, dan 30 SPBU di Surabaya. Sedangkan untuk kebutuhan di

jalan tol, Pertamina mempercayakan 33 SPBU yang tersebar di rest area untuk
menjual Pertalite.
Agar semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan bahan bakar baru ini,
pemerintah membatasi pembelian Pertalite untuk setiap kendaraan pribadi yaitu
maksimal tiga liter untuk motor, dan 10-20 liter untuk mobil.

Perbedaan Kualitas BBM Pertalite, Premium, dan Pertamax


Posted by CB Magazine on Saturday, July 25, 2015 | Featured, Otomotif

Pertamina Resmi Luncurkan BBM jenis baru Pertalite. Harga Promo Rp8.400.
Kualitasnya di atas Premium. Apa bedanya dengan jenis BBM lain?

CB Magazine -- PT Pertamina (Persero) secara resmi meluncurkan bahan bakar


minyak (BBM) jenis baru berkadar oktan 90, Pertalite di 103 Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU). Selama masa uji pasar, Pertalite dibanderol dengan
harga promosi Rp Rp 8.400 per liter.
Diberitakan CNN Indonesia, peluncuran perdana Pertalite dilakukan manajemen
Pertamina di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7).

Pertalite memiliki kualitas yang lebih baik untuk kendaraan masyarakat di


Indonesia, apalagi bila dibandingkan dengan bensin premium.
Menurut VP Coorporate Communication PT Pertamina, Wianda Pusponegoro,
Pertamina akan memberikan harga promo bagi Pertalite pada saat diluncurkan.
Diskon harga ini merupakan strategi menjaring minat masyarakat untuk beralih
dari Premium ke Pertalite.
Harga jual BBM berkadar Ron 90 ini dipastikan tidak lebih murah dari pada
Pertamax, namun tak lebih mahal dibandingkan dengan Premium.
"Harganya Rp 8.400 per liter, dengan kualitas yang kita tawarkan spesifikasinya
lebih tinggi dengan Ron 90," ujar Wianda.

Perbedaan Pertalite dengan Jenis BBM Lain

Berdasarkan data yang dihimpun Litbang Okezone, berikut ini perbedaan


Pertalite dengan jenis BBM lain.
Premium
Premium atau bensin berwarna kekuningan yang jernih. Premium mengandung
RON 88, paling rendah di antara tiga jenis BBM kendaraan bermotor yang
dipasarkan di Indonesia.
Kelemahan premium a.l. penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi
akan menyebabkan knocking yang menyebabkan tenaga mesin berkurang
sehingga terjadi pemborosan atau inefisiensi.
Premium menggunakan tambahan pewarna, menghasilkan NOx dan Cox dalam
jumlah besar, dan produksi premium lebih banyak komponen lokal.
Pertamax
Pertamax sangat disarankan digunakan pada kendaraan bermotor yang
diproduksi setelah 1990, terutama kendaraan yang menggunakan teknologi
electronic fuel injection (EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).

Pertamax memiliki beberapa keunggulan, yakni bebas timbal, nilai atau kadar
RON 92, lebih tinggi dari premium, dapat menerima tekanan pada mesin
berkompresi tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston,
serta enghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding
premium.
Pertamax Plus
Pertamax plus merupakan jenis BBM yang telah memenuhi standar performa
International World Wide Fuel Charter (IWWFC). Pertamax plus biasanya
digunakan pada kendaraan yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta
menggunakan teknologi electronic fuel injection (EFI), variable valve timing
intelligent (VVTI), VTI, turbochargers, dan catalytic converters.
Beberapa keunggulan BBM jenis pertamax plus, yaitu bebas timbal, RON 95,
lebih tinggi dari pertamax, bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi
tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. , bisa
membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve, dan ruang bakar
yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan, serta mampu melarutkan
air di dalam tangki mobil sehingga dapat mencegah karat dan korosi pada
saluran dan tangki bahan bakar.
BBM Pertamax Plus ditujukan untuk kendaraan berteknologi tinggi dan ramah
lingkungan. Toluene sebagai peningkat oktannya. Menghasilkan NOx dan Cox
dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding BBM lain.
Pertalite

Kualitas Pertalite ada di atas Premium dan di bawah Pertamax. Beberapa


keunggulan pertalite versi Pertamina adalah:
1. Lebih bersih ketimbang premium karena memiliki RON di atas 88.
2. Dibanderol dengan harga lebih murah dari pertamax.
3. Memiliki warna hijau dengan penampilan visual jernih dan terang.
4. Tidak ada kandungan timbal serta memiliki kandungan sulfur maksimal 0,05
persen m/m atau setara dengan 500 ppm.

Saat pertama kali diluncurkan, banyak pengendara penasaran dan mencoba


jenis BBM Pertalite ini. Bisa dikatakan, dengan harga pertengahan antara
Premium dan Pertamax, Pertalite bisa menjadi jenis BBM favorit karena ada di
kelas "menengah".

Biasa Pertamax? Jangan Pindah ke Pertalite!


Kendaraan mobil dan sepeda motor yang biasa menggunakan Pertamax tidak
disarankan beralih ke Pertalite.

Dilansir Tempo, sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) otomotif menyarankan


para konsumen dan pemilik kendaraan yang menggunakan mesin berkompresi
tinggi, atau di atas 10:1, tidak beralih ke bahan bakar minyak jenis baru
Pertalite.

Alasannya, penurunan oktan bakal mengganggu kinerja mesin --mesin jadi tak
bertenaga akibat pembakaran yang kurang sempurna.*

BlogOtive - Pertalite adalah BBM jenis baru dengan RON yang lebih tinggi yakni
90. dengan kehadirannya, Pertalit memiliki kelebihan dan perbedaan dibanding
Premium.
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan kualitas standar Bahan Bakar untuk
Kendaraan umum di Indonesia saat ini adalah dengan menghadirkan BBM jenis
baru yakni Pertalite, Pemerintah juga menerapkan regulasi baru untuk kendaraan
agar bisa berstandar Euro 3, seperti diketahui bahwa kualitas bahan bakar
Indonesia sebelumnya masih berstandar Euro 2 sementara negara lain terutama
negara-negara Eropa sudah menerapkan standar Euro 3 sejak dahulu.
Dengan hadirnya Pertalite, tentu akan membawa perubahan-perubahan untuk
banyak aspek terutama untuk dampak pada kendaraan, beberapa perubahan
Pertalite dibandingkan dengan Premium yang akan coba BlogOtive berikan.
Selain perubahan, Pertalite juga memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan
Premium dan terutama soal Harga, dimana Harga Pertalit dijual dengan Rp 8400
per Liter untuk promo, dan normalnya Rp 8700/L namun masih berkemungkinan
bisa naik.

Himbauan menggunakan Pertalite oleh Pertamina.


Berikut adalah Perbedaan beserta Kelebihan Pertalite dibandingkan Premium
secara Umum:
Oktan (RON) Premium 88 sementara Pertalite 90-92.
Perbedaan yang pertama adalah nilai oktan atau juga bisa disebut RON
(Research Octane Number), semakin tinggi Oktan semakin baik pula kualitas
bahan bakar. Dengan ini memunculkan perbedaan-perbedaan dan kelebihan

tersendiri diantaranya
Dengan Pertalite maka mesin lebih irit, jika Premium bisa menempuh 11 Km/L
maka dengan Pertalit bisa menempuh antara 12 hingga 15 Km/Liter.
Menggunakan Pertalite mesin lebih awet, Premium adalah jenis bahan bakar
dengan Oktan terendah dan menggunakan tambahan pewarna.
Kelebihan Pertalite Lebih ramah lingkungan, diketahui dengan bahan bakar
Premium dapat menghasilkan NOx dan COx berjumlah besar.
Dapat disimpulkan bahwa Kelebihan Menggunakan bahan bakar jenis Pertalite
memberikan dampak lebih baik dibandingkan menggunakan jenis Premium ,
namun pernedaan keduanya adalah Harga yang lebih mahal Rp 1000 atau Rp
1300.
Itulah da Perbedaan Pertalite dan kelebihanya dibandingkan Premium, Pertalite
melengkapi varian jenis bahan bakar di Indonesia, dimana Pertalite ditempatkan
di atas Premium (ron 88/90-92) namun dibawah Pertamax (90-92/92-95
termasuk Pertamax Plus).

PT Pertamina (Persero) saat ini memasarkan beberapa jenis BBM bensin untuk
kelas konsumen berbeda antara lain Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus,
serta Pertalite yang belum lama ini diluncurkan oleh Pertamina. Lalu, apa
perbedaan diantaranya?
Berikut perbedaan antara Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus.
1. Premium
RON (Research Octane Number) : 88
warna cairan: kuning
penggunaan: untuk mesin kendaraan tua atau modern dengan kompresi mesin
rendah hingga maksimal sekitar 1:9,5
kekurangan:
belum mengandung zat Additif untuk membersihkan ruang bakar mesin
belum mengandung Ikatan Carbon seperti Oliffin, Aromatik, dll
menghasilkan gas NOx dan COx dalam jumlah yang banyak yang
berakibat kurang ramah lingkungan
sangat rentan dengan pencemaran udara yang berakibat pada pemanasan
global apabila kondisi mesin kendaraan tidak mendapat perhatian, oleh karena
itu Amerika dan Eropa telah melarang penggunaan jenis bahan bakar spesifikasi
ini pada tahun 2010
pada dasarnya kompresi mesin di atas 1:9,0 tidak disarankan menggunakan
Premium, namun masyarakat tetap memilih Premium karena faktor harga yang
murah, sebagai akibatnya performa mesin tidak maksimal dan pembakaran BBM
cenderung tidak sempurna sehingga menghasilkan polusi udara
kelebihan:
harganya paling murah, sehingga menjadi favorit bagi masyarakat
kabar baiknya, sejak 2006 Pemerintah memberi batasan standar mutu
Premium menjadi tanpa logam Timbal, sehingga lebih ramah lingkungan
dibanding sebelumnya
2. Pertalite
RON (Research Octane Number) : 90
warna cairan: hijau
penggunaan: untuk mesin kendaraan modern dengan kompresi mesin rendah
hingga maksimal 1:10,0
kekurangan:
masih menghasilkan gas NOx dan COx dalam jumlah yang kurang bersahabat
dengan lingkungan
kelebihan:
sudah mengandung zat Additif corrotion inhabitor (anti
karat), detergency (pembersih kerak Carbon pada ruang bakar mesin),
dan demulsifier (penjaga kemurnian BBM dari air)
bebas logam Timbal dan logam lainnya

harganya hanya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan Premium


RON 90 sangat cocok digunakan untuk mesin kendaraan komuter harian saat
ini
3. Pertamax
RON (Research Octane Number) : 92
warna cairan: biru
penggunaan: untuk mesin kendaraan modern dengan kompresi mesin hingga
maksimal 1:11,0 dan wajib digunakan untuk kompresi mesin di atas 1:10,0
kekurangan:
harganya yang lebih mahal dibanding Premium menjadikan Pertamax sebagai
BBM kelas ekonomi menengah ke atas
kelebihan:
mengandung zat Additif corrotion inhabitor, detergency, dan demulsifier
bebas logam Timbal dan logam lainnya
menghasilkan gas NOx dan COx dalam jumlah yang sedikit sehingga ramah
lingkungan
nilai RON yang tinggi mampu memberikan performa terbaik mesin
kendaraan modern
4. Pertamax Plus
RON (Research Octane Number) : 95
warna cairan: merah
penggunaan: untuk mesin kendaraan modern atau high
performance dengan kompresi mesin tinggi dan wajib digunakan untuk kompresi
mesin diatas 1:11,0
kekurangan:
memiliki harga paling mahal diantara BBM lainnya
hanya dijual di kota-kota besar dan beberapa SPBU saja
kelebihan:
memenuhi performance International World Wide Fuel Charter (WWFC)
mengandung zat Additif corrotion inhabitor, detergency, dan demulsifier
logam Timbal dan logam lainnya tidak terdeteksi
menghasilkan gas NOx dan COx dalam jumlah paling sedikit sehingga sangat
ramah lingkungan
nilai RON yang sangat tinggi mampu memberikan performa terbaik untuk
mesin kendaraan berkompresi tinggi hingga ekstrim seperti
motor/mobil sport dan kendaraan dengan high performance engine lainnya
Selain keempat produk BBM bensin diatas, Pertamina juga menjual jenis bensin
dengan spesifikasi tertinggi, yaitu:

5. Pertamax Racing
RON (Research Octane Number) : 100
warna cairan: hijau
penggunaan: untuk mesin kendaraan sport/balap dengan kompresi mesin
minimal 1:10,0 atau didesain hanya untuk kompetisi balap, performa terbaik
hanya dapat dirasakan untuk kompresi mesin di atas 1:11,0
kekurangan:
hanya dijual dalam bentuk kemasan 5, 10, dan 20 liter, serta 2 SPBU di Jakarta
harganya sangat mahal, sekitar Rp 40.000 50.000 per liter (dapat berubah
mengikuti harga minyak dunia) atau sekitar Rp 1,2 juta dalam bentuk kemasan
20 liter
kelebihan:
memenuhi standar federasi balap internasional: Federation International
Motor (FIM) dan Federation International Automobile (FIA), sehingga dapat
diekspor
tidak menimbulkan emisi yang membahayakan kesehatan mekanik, pembalap
dan penonton acara balap
dapat digunakan untuk mesin kendaraan sport/balap berkompresi ekstrim
hingga lebih dari 1:13,0

JAKARTA. Konsumen saat ini dihadirkan pilihan bahan bakar yang makin
beragam. Tidak sedikit pengguna BBM Pertamina yang masih bingung antara
Premium, Pertalite dan Pertamax. Ketiga varian tersebut punya beda oktan yang
tipis (Premium: 88, Pertalite: 90, Pertamax: 92). Lantas bagaimana membedakan
performa ketiganya.
Menurut Tri Yuswidjajanto, Dosen Teknik Mesin ITB yang juga menjadi tim peneliti
Pertalite sebelum diluncurkan, sebenarnya spesifikasi RON 90 sudah ada sejak
lama, dan harus memenuhi beberapa kriteria.
Spek sudah jadi keputusan teknis, harus diikuti. Premium adalah bahan bakar
yang tidak ada aditif. Sementara Pertalite ada aditif khusus, yang tentu tidak
secanggih dan serumit pada Pertamax maupun Pertamax Plus, kata Yus seperti
diberitakan KompasOtomotif, Jumat (24/7).
Bensin yang layak digunakan minimal memiliki syarat durable. Bensin tidak
boleh menimbulkan gangguan macam apa pun dalam jangka waktu tertentu.
Premium memenuhi syarat ini.
Grade selanjutnya adalah Irit. Di sinilah Pertalite bermain. Tagline Melaju Lebih
Jauh bukan pepesan kosong. Kami sudah mencoba, dan memang bisa
menghemat antara 10% hingga 16% dibandingkan premium. Memang akan lebih
mahal saat bertransaksi, namun coba hitunglah jarak yang bisa ditempuh, baru
bisa merasakan manfaat tekno ekonominya, kata Yus.
Ditambahkan Yus, dalam pengujian, didapati Pertalite juga lebih bersih. Injektor
tak cepat logging, katup tak lekas kotor, dan ruang bakar minim ngelitik. RON
90 seperti Pertalite tidak sekadar durable, tapi harus memenuhi kriteria
ekonomis, kata Yus.
Lalu kriteria ketiga adalah performa. Kalau ingin mendapatkan kriteria ini, Yus
menyarankan tidak boleh nanggung. Pakai bensin RON 92 atau 95. (Aris F
Harvenda)

Di tengah nilai tukar rupiah yang melemah, PT. Pertamina (Persero) secara resmi
meluncurkan Pertalite, varian baru produk Bahan Bakar Minyak (BBM) pada
hari ini. Metronews.com mewartakan (24/7/2015), PT. Pertamina (Persero)
optimis penjualan Pertalite akan laku keras. Menurut Direktur Pemasaran dan
Niaga Pertamina Ahmad Bambang sebagaimana diberitakan media tersebut,
telah disiapkan 5.000 kiloliter (kl) untuk masing-masing Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU) untuk persediaan 10 hari. Sesuai rencana, tes pasar
dilakukan serempak di tiga kota, di Surabaya, Jakarta, dan Bodetabek.
Sementara CNN Indonesia menyebutkan, untuk tahap awal Pertamina akan
melakukan uji pasar Pertalite dengan melakukan penjualan di 103 SPBU di
Jakarta, Bandung dan Surabaya, demikian kata Direktur Utama Pertamina, Dwi
Soetjipto (22/7/2015).
Memperhatikan berita tersebut, tampaknya PT. Pertamina (Persero), telah
melakukan diversikasi peroduk BBM untuk menggolkan pertalite sebagai
produk andalannya di masa depan. Dalam jangka panjang, Premium bersubsidi
itu tampaknya akan menghilang, dan digantikan dengan Pertalite non subsidi.
Kemungkinan BBM bersubsidi tinggal minyak tanah dan solar. Bahkan supplai
solar terutama di SPBU dalam kota kemungkinan akan berkurang, karena
kendaraan roda empat seperti truck jarang melewati jalur perkotaan. Jika
demikian halnya, Pertalite non subsidi yang mekanismenya diserahkan pada
pasar akan menjadi produk unggulan, sehingga beban subsidi Pemerintah
terhadap kebutuhan BBM semakin berkurang dan tidak membebani anggaran
Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini diuntungkan, ada efisiensi anggaran. Nah,
bagaimana dengan masyarakat sebagai konsumen BBM?
Untuk melihat perilaku konsumen BBM, acapkali dipengaruhi oleh preferensi
konsumen akan ragam pilihan produk dengan perolehan nilai guna (utilitas)
tertinggi yang akan konsumen dapatkan. Untuk itu, baiklah saya tampilkan tabel
perbandingan harga BBM baik yang bersubsidi maupun yang non subsidi yang
berlaku di pasar. Di Jawa Timur, menurut catatan batumedia.com, ragam harga
BBM pada bulan Juli 2015 tampak dalam tabel berikut:
Harga BBM Pada Bulan Juli 2015
JENIS BBM

HARGA LAMA HARGA BARU RON KETERANGAN

Minyak Tanah Rp 2.500

Rp 2.500

Premium

Rp 6.800

Rp 7.300

88

Pertamax

Rp 9.300

Rp 8.600

Pertalite
Solar

Rp 6.400

Rp 8.400
Rp 6.900

Sumber: diolah dari batumedia.com


Pertimbangan dari Segi Harga BBM dan RON

Bersubsidi

92

Subsidi dihapus (1/1/'15)


Non Subsidi

90 Non Subsidi
-

Bersubsidi

Berdasarkan tabel di atas, tampak harga Pertalite Rp 8.400/liter, harganya tidak


jauh berbeda dengan harga Pertamax Rp 8.600/liter, hanya terdapat selisih
harga sebesar Rp 200. Sementara harga Premium Rp 7.300 setelah dinaikkan.
Jika dibandingkan dengan harga Pertalite (Rp 8.400) yang hendak diberlakukan
sejak hari ini (Jumat, 24/7/2015), terdapat selisih harga sebesar Rp 1.100. Dilihat
dari sisi konsumen, tentu setiap konsumen akan memilih harga terbaik sesuai
dengan pendapatannya, setelah memperhatikan aspek harga dan manfaatnya.
Menyimak perilaku masyarakat pengguna BBM, saat selisih harga Pertamax tidak
jauh berbeda dengan Premium, sebelum muncul Pertalite, sebagian di antara
mereka lebih suka memilih Pertamax. Contoh tetangga saya, sebut saja Pak Iing.
Dia menuturkan pada saya, mobilnya meski cukup tua tetapi lebih sering diisi
Pertamax, termasuk sepeda motornya. Alasannya, selain harga Pertamax dengan
Premium tidak terlalu jauh waktu itu, Pertamax dipersepsikan lebih memberikan
nilai manfaat lebih. Pasalnya, menurut persepsi dia, mobilnya tidak mudah
ngadat, tarikannya kenceng, bahkan dirasakan lebih irit. Namun saat harga
Pertamax dianggap jauh lebih mahal dari pada Premium, tentu dia akan kembali
memilih Premium. Sayangnya, saat muncul Pertalite, ke depan kemungkinan
Premium akan menghilang secara berangsur-angsur dari SPBU.
Sebagaimana persepsi publik, semakin tinggi kadar oktan yang disebut RON
(Research Octane Number) yang terkandung dalam produk BBM, maka semakin
baik bagi kendaraan dan lingkungan. Namun hemat saya, publik belum tahu
persis apa perbedaan dampak RON 88, 90, dan 92 bagi kendaraannya, termasuk
saya. Namun publik meyakini, contoh kasus Pak Iing di atas (termasuk saya),
Pertamax diangap jauh lebih baik dibading Premium. Maka apabila ke depan
harga Pertalite tidak terlalu terpaut jauh dengan harga Premium (kecenderungan
harga Premium akan terus dinaikkan sesuai harga pasar dunia), maka publik
mesti memilih Pertalite atau Pertamax. Namun tampaknya, ke depan Pertalite
didesain agar menjadi pilihan utama masyarakat. Kemungkinan harga Pertamax
akan semakin menjauh dari Premium dan Pertalite. Hal ini semacam strategi
permainan harga, dan masyarakat bebas memilihnya. Kesimpulan sementara,
Pertalite akan menjadi pilihan utama masyarakat pengguna BBM, baik karena
alasan harga maupun persepsi atas sejumlah manfaat (utulitas) yang
diperolehnya.
Menurut penjelasan sebelumnya oleh Dirjen Minyak dan Gas Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Wiratmadja Puja, bahwa tidak ada penghapusan
premium atau BBM dengan RON 88, setelah dimunculkannya pertalite oleh PT
Pertamina. Jadi premium masih akan diproduksi untuk masyarakat (Viva.co.id,
20/4/2015). Artinya, Pertalite bukan pengganti Premium, tetapi merupakan
sebuah pilihan, sehingga Premium masih dipasarkan. Namun seperti
dikutip Liputan6.com, tersirat bahwa salah satu tujuan pemerintah
mengeluarkan varian baru Pertalite, adalah untuk menggantikan Premium dalam
jangka panjang. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Menko Bidang
Perekonomian, Sofyan Djalil, dalam media tersebut. Sasaran utamanya,
menghapus BBM berkadar oktan rendah atau kurang dari standar minimum,
seperti Euro dan standar lainnya. Alasannya, saat ini umur kilang minyak

Indonesia sudah berumur 30 - 40 tahun, maka belum mampu mengeluarkan


produk yang memenuhi standar internasional itu, demikian dia memberikan
alasan.
Bagi pemilik kendaraan roda dua, tentu tidak akan membeli solar, pilihannya
hanya pada Premium, Pertalite atau Pertamax. Sementara bagi kendaraan roda
empat yang menggunakan solar, tentu hanya solar pilihannya. Para nelayan
yang menggunakan perahu bermotor dengan mesin diesel, juga akan tetap
membeli solar. Selama ini, sebagian besar kendaraan roda dua dan roda empat
umumnya berjenis bahan bakar Premium. Ketika harga premium semakin tinggi,
kemungkinan terbesar masyarakat memilih Pertalite atau Pertamax, terutama
untuk kendaraan generasi baru. Mengingat premium menyedot sebagian besar
stok BBM yang sebelumnya bersubsidi itu, ketika subsidinya dicabut dan hendak
dialihkan ke sektor yang lebih strategis (infrastruktur), maka pemerintah
berusaha mengotak atik bagaimana caranya memberikan pilihan baru selain
Premium, maka lahirlah Pertalite. Selain itu, ada alasan tuntutan standar oktan
yang ramah lingkungan.
Jika tes pasar Pertalite di tiga kota tersebut berhasil, akankah Pertalite mampu
menggeser Premium, sehingga lambat laun premium yang mayoritas digunakan
oleh pengendara motor baik roda dua maupun roda empat di Indonesia itu akan
lenyap dari pasar? Berdasarkan pertimbangan di atas, kiranya hal itu
kemungkinan besar akan terjadi. Namun sayangnya, pilihan ini membawa
konsekwensi bagi Indonesia yang lebih banyak mengekspor minyak mentah,
karena belum mampu mengolahnya sendiri menjadi produk jadi secara optimal
akibat ketersediaan kilang-kilang minyak dalam negeri yang terbatas. Akibatnya,
negeri ini masih harus lebih banyak mengimpor minyak olahan dari luar negeri.
Karena itu, masyarakat tidak perlu heran, saat volume Pertalite makin banyak
dipasarkan, kemungkinan besar masih impor dari luar negeri. Ketika nilai tukar
rupiah melemah, maka harga minyak impor akan menekan rupiah dan semakin
mendorong inflasi. Semoga, kondisi dilematis ini tidak berlarut-larut.
Sebagai masyarakat pengguna BBM, saya lebih suka jika produk BBM untuk
kendaraan roda dua dan roda empat yang sebagian besar berjenis Premium,
Pertalite atau Pertamax (kecuali untuk kendaraan berjenis solar), cukup ada satu
pilihan terbaik, sehingga memudahkan manajemen stok dan distribusi BBM ke
suluruh lapisan masyarakat. Katakanlah Pertalite atau apapun namanya dengan
kadar RON 90 saja, tetapi harganya cukup terjangkau masyarakat, misalnya Rp
8.000/liter.
Sembari menunggu pembangunan kilang-kilang baru agar negeri ini mampu
memproduksi dan mengolah BBM sendiri, harus dapat dipastikan bahwa unit
bisnis yang mengelola distribusi minyak itu tidak bocor ke tangan segilintir pihak
demi keuntungannya sendiri. Hal paling penting adalah, bahwa bumi dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, harus dapat digunakan sebesarbesarya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat itu sendiri, sebagai amanat
UUD 45.

Sungguh pun saat ini negeri kita masih dihadapkan pada masalah perekonomian
yang kinerjanya masih melambat memasuki kwartal II-2015, kita patut bersyukur
bahwa negeri ini tidak sampai kacau seperti Yunani atau negeri-negeri lainnya
yang secara ekonomi sangat menghawatirkan. Setidaknya, saat ini belum dapat
disimpulkan dengan baik apa yang akan terjadi, sebelum tes pasar Pertalite di
tiga kota diketahui hasilnya. Semoga maksud hati mencapai kemandirian bangsa
secara ekonomi semakin mendekati kenyataan, setidaknya dapat ditunjukkan
melalui tatakelola minyak dan gas yang berpihak pada kemakmuran bangsa dan
kesejahteraan rakyat.

Hasil Tes Pertalite Memuaskan, Harga Per Liter di Bawah Rp8.500


Ainto Harry Budiawan - 25 Juni 2015 07:10 WIB

Pertalite segera terdapat di SPBU-SPBU kota-kota besar. Antara/Wahyu Putro

Metrotvnews.com, Jakarta: Bahan bakar minyak (BBM) jenis baru dari Pertamina
yakni Pertalite, sempat tertunda waktu peluncurannya. Tapi perusahaan plat
merah tersebut memastikan Pertalite akan dijual tahun ini.
Hal ini dikatakan langsung oleh Muchammad Iskandar, Senior Vice President Fuel
Marketing & Distribution Pertamina, saat media gathering GAIKINDO Indonesia
International Auto Show (GIIAS) pada Selasa, 23 Juni di Jakarta.
"Saat ini riset Pertalite sudah selesai, tinggal kepastian saja kapan kita
akanlaunching. Yang jelas akan diluncurkan tahun ini, hasilnya pun memuaskan,"
katanya. Ia menambahkan, saat tes jalan, kendaraan dengan Pertalite punya
kemampuan lebih baik.
"Misalnya tes performa kendaraan mirip-mirip dengan Pertamax walau masih
lebih bagus Pertamax. Kemudian konsumsi bahan bakarnya juga lebih irit jika
dibanding pakai Premium, tapi masih di bawah Pertamax juga," katanya.

Iskandar menambahkan, tes jalan menggunakan Pertalite dilakukan pada mobil


dan sepeda motor. Begitu juga dengan sistem pengabutan bahan bakar yang
dipakai, dites pada kendaraan yang sudah injeksi dan masih karburator.
Kota-kota besar di pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya akan jadi
lokasi penjualan Pertalite untuk pertama kalinya. Harga Pertalite bakal mengikuti
harga pasar karena termasuk BBM non subsidi. Kabar beredar harganya akan di
bawah Rp8.500.
"Dari hasil survei yang dilakukan AC Nielsen, jika selisih harga antara Premium
dan BBM di atasnya tidak sampai Rp1.000, maka masyarakat akan beralih ke
BBM di atasnya. Contoh kasus waktu harga Premium sempat Rp8.500,
permintaan Pertamax naik 300 persen," beber Iskandar lagi.
Pertalite merupakan jenis BBM baru yang akan lebih sehat bagi mesin
kendaraan. Dengan research octane number (RON) 90, Pertalite akan leih sesuai
dengan mesin-mesin modern yang terpasang pada kendaraan saat ini.

Harga BBM Pertalite Tak Disubsidi


Lily Rusna Fajriah
Jum'at, 17 April 2015 10:59 WIB

Pertamina memastikan harga BBM baru pertalite yang rencananya akan


diluncurkan pada Mei 2015 tidak disubsidi. Foto: Dok/Isra Triansyah
A+ AJAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan harga bahan bakar minyak (BBM)
baru pertalite yang rencananya akan diluncurkan pada Mei 2015 tidak disubsidi.
Harga BBM jenis ini nantinya mengikuti fluktuasi harga minyak dunia, layaknya
pertamax.

Seperti diketahui, bulan depan perusahaan pelat merah migas tersebut akan
meluncurkan BBM pertalite sebagai pilihan baru untuk konsumen. Hal ini
lantaran, premium nantinya hanya akan dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) yang dilalui angkutan kota (angkot) sejenis mikrolet. (Baca: Mulai
Mei, Premium Hanya Dijual di Lokasi Ini).

"Yang regulatif kan premium. Kalau itu (Pertalite) sesuai strategi bisnis saja,
seperti pertamax," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad
Bambang saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Jumat (17/4/2015).

Menurutnya, langkah perseroan meluncurkan BBM pertalite tersebut bertujuan


untuk memberikan ragam pilihan BBM yang bisa digunakan konsumen. Saat ini,
BUMN migas tersebut memiliki empat jenis BBM, yaitu premium, pertamax,
pertamax plus, dan pertamax racing. (Baca: BBM Pertalite Akan Beredar di
Daerah Ini).

Dengan demikian, jika rencana peluncuran BBM pertalite itu benar-benar


terealisasi, Pertamina akan memiliki lima jenis BBM dengan keunggulan yang
berbeda-beda. "Kita kan ngasih pilihan ke masyarakat, mau barang murah tapi
kualitasnya bagus ada pertalite, mau lebih bagus lagi ada pertamax atau
pertamax plus, mau ngebut ada pertamax racing," jelas dia.

Bambang mengatakan, mengenai label yang akan disandangkan di BBM baru


tersebut, nama pertalite masih dimungkinkan untuk diubah dengan nama lain.

"Ya boleh nyebutnya pertalite. Atau nanti saya ganti saja dengan nama lain,"
tandasnya.

source: http://ekbis.sindonews.com/read/990536/34/harga-bbm-pertalite-takdisubsidi-1429243141

Ini Efek Mencampur Premium dan Pertamax!


Posted on Thursday, 16 April, 2015 | Akbarul JunaidiKanal : Mobil, Oto Guide
OTONITY.com Bahaya Mencampur Bensin dan Pertamax. Pada akhir bulan Maret
2015 kemarin pemerintah Indonesia kembali menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) jenis premium. Meskipun kenaikan yang diberikan tidak terlalu
besar namun cukup membuat masyarakat khawatir karena secara otomatis
harga kebutuhan pokok juga akan naik. Belum lagi bagi kendaraan besar seperti
mobil pasti semakin enggan untuk beralih ke BBM jenis premium yang memiliki
RON 88, padahal jenis tersebut sebenarnya tidak begitu bagus untuk mobil
apalagi keluaran terbaru karena membuat kualitas mesin menjadi menurun
sehingga membuat kenyamanan berkurang.
Sementara itu para pemilik kendaraan juga masih banyak yang enggan untuk
beralih ke pertamax karena harganya yang cukup memiliki selisih yang banyak
tiap liternya dari harga premium, untuk mengakali hal tersebut ada juga pemilik
mobil yang memilih mencampur bahan bakar premium dengan pertamax supaya
bisa mendapatkan hasil lebih bagus dengan harga relatif terjangkau.
Padahal terlalu sering mencampur bahan bakar tidak dianjurkan oleh pabrikan
karena ada beberapa faktor yang membuat usia mesin menjadi lebih pendek.
Salah satu alasan untuk tidak mencampur bahan bakar tersebut adalah karena
perbedaan oktan, misalnya saja premium bensin memilik RON 88 sedangkan
pertamax RON 92 dan pertamax Plus RON 95.

Jika pemilik membaca buku panduan yang diberikan oleh pabrikan sebenarnya
sangat tidak dianjurkan untuk sering gonta-ganti bahan bakar, selain itu juga
sudah tertera jenis BBM apa yang sesuai dengan mesin kendaraan tersebut.
Memang dari segi harga bahan bakar premium jauh lebih murah namun
Pertamax yang dibanderol dengan harga lebih mahal tentu saja memiliki banyak
kelebihan termasuk kualitas yang lebih baik.
Dengan memakai pertamax yang memiliki oktan lebih tinggi membuat mesin
lebih halus, responsif serta gas ruang bakar pun juga lebih ramah lingkungan.
Selain itu dengan pertamax membuat kendaraan enak dalam berakselerasi serta
tidak menimbulkan getar saat digunakan. Berbeda dengan menggunakan
premium yang secara oktan lebih rendah, selain membuat mesin tidak begitu
bagus biasanya bahan bakar jenis ini masih menyisakan kerak di dalam ruang
tangki sehingga bisa saja suatu saat kotoran tersebut menyumbat aliran bahan
bakar ke ruang pembakaran.
Sementara itu jika anda mencampurkan pertamax dengan premium meskipun
pada perbandingan 1:1 tetap saja ada sisi negatifnya, salah satunya adalah
membuat kualitas zat aditif yang terdapat pada pertamax menjadi jelek
sehingga tidak mampu bekerja secara maksimal. Memang jika secara nalar
menggunakan campuran pertamax dengan premium akan menghasilkan oktan
yang lebih baik dibandingkan hanya memakai premium dengan oktan RON 88
saja.

Sebagai saran jika memang terbiasa menggunakan pertamax lalu ketika ingin
mengisi kembali ke SPBU stok sudah habis lebih baik isi terlebih dulu memakai
premium sesuai dengan kebutuhan dan jika sudah menemukan SPBU yang
memiliki Pertamax segera isi kembali. Memang perlu kesadaran dari pemilik
mobil itu sendiri untuk bisa membiasakan memakai bahan bakar jenis pertamax
meskipun secara harga sebenarnya tidak terlampau jauh dibandingkan BBM
premium.
Memang cukup disayangkan ketika kita melihat mobil-mobil apalagi yang
keluaran terbaru memakai bahan bakar jenis premium, padahal jika mengalami
kerusakan biaya untuk memperbaikinya pun juga cukup mahal. Sedangkan
apabila sudah terbiasa memakai pertamax mesin pun menjadi lebih awet dan
hasilnya pun tentu saja lebih maksimal. Meskipun demikian tetap saja mobil
anda harus dilakukan perawatan secara rutin seperti kondisi oli, aki dan lain
sebagainya.

Harga dan Oktan Pertalite Diantara Premium dan Pertamax

Jakarta - Harga dan nilai oktan bensin baru Pertalite terkuak dari Focus Group
Discussion (FGD) BBM jenis baru bernama Pertalite dengan RON 90 (11/5) lalu.
Nilai oktannya ada di angka 90, di bawah Pertamax (92) dan di atas Premium
(88).
Angka oktan 90 dipilih bukan tanpa alasan. Yaitu untuk mengakomodir mereka
yang kendaraannya sudah harus menggunakan bahan bakar berkualitas baik
namun secara keuangan ingin tetap berhemat. Sehingga segmen 'kompromi'
antara harga dan kualiatas ini dirasa cocok dan memiliki segmen pasar cukup
tinggi.
Potensi pasar Pertalite cukup besar karena mayoritas kendaraan yang beredar di
Indonesia adalah motor dan mobil dengan kompresi 9:1 sampai 10:1 yang
membutuhkan bahan bakar dengan RON diatas 90.
"Yang masih mau mesin mobilnya lebih bersih, bertenaga tapi ada iritnya cocok
dengan bahan bakar ini," papar Ahli Sistem Pembangkit Daya-Perawatan Mesin
dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Ir. Tri Yuswidjajanto yang membantu
persiapan dan pengetesan teknis Pertalite.
Sedang harga pun ada di bawah Pertamax yang dijual Rp 8.800, tapi lebih mahal
dari Premium Rp 7.300. Rencananya, Pertalite akan dibanderol dengan estimasi
harga Rp 8.000-an.
"Sejak tahun 2012-2013 kita sudah siapkan bensin RON (Research Octane
Number) 90. Saat itu belum ada brand," jelasnya. "Lalu kenapa tertunda, karena
handicap harga. Saat itu gap-nya masih sangat jauh dengan Premium. Sehingga
kami menganggap momentumnya kurang pas," papar Iskandar.

Saat itu, Premium harganya Rp 6.500 sedang Pertamax ada di Rp 12 ribuan.


Sedang saat ini, selisih Premium dan Pertamax tidak terlalu jauh, Pertalite sendiri
akan berada diantara keduanya. (otomotifnet.com)

Apa Bahaya Kendaraan Pindah dari Pertamax ke Pertalite?


Pertamax memiliki RON 92, Pertalite 90.
Rabu, 22 April 2015 | 13:41 WIB
Oleh : Rendra Saputra

Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU, di Jakarta, Sabtu


(16/1/2015). (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)

VIVA.co.id - PT Pertamina (Persero) berencana menyediakan bahan bakar minyak


jenis baru, yakni Pertalite, dan akan didistribusikan secara bertahap mulai Mei
2015. Pertalite ini merupakan bensin berwarna hijau jernih yang dikatakan
Kementerian ESDM tanpa kandungan timbal.
Banyak pemilik kendaraan pun saat ini berniat mengganti bahan bakar
kendaraan mereka ke Pertalite, dengan alasan tanpa timbal, dan lebih ekonomis
dari sisi harga yang sedianya akan dijual Rp8.300 per liter.
Lantas, bagaimana efek mobil yang terbiasa mengkonsumsi Pertamax lalu
beralih ke Pertalite? Mengingat bensin jenis baru ini hadir tanpa timbal.
"Sebenarnya tidak masalah. Tetapi, semua harus mengacu pada kebutuhan
kendaraan yang telah tercantum di buku pedoman atau tangki bensin.
Kendaraan itu akan lebih baik jika mengkonsumsi bensin tanpa timbal, seperti
Pertamax. Tetapi jika Pertalite hadir tanpa timbal, tidak masalah," kata Kepala

Bengkel Plaza Toyota, Parman Suanda kepada VIVA.co.id, Rabu 22 April 2015.
Namun demikian, Parman menyatakan jika Pertalite akan lebih baik dari
Pertamax meski hadir tanpa timbal. Sebab, dari sisi RON-nya saja berbeda. Yang
pasti, kata dia, semua tergantung dari mesin mobil yang digunakan, lebih cocok
ke bensin jenis apa.
"Jika kompresi mobilnya tinggi, tentu akan berpengaruh. Konsumsi bensin akan
boros, mesin ngelitik, tarikan berat. Secara umum, performa akan sangat terasa.
Namun jika kompresi mobilnya rendah, tak masalah," kata Parman
menambahkan.
Sebaiknya, jika mobil dianjurkan untuk menggunakan RON tinggi, pilih saja
Pertamax atau Pertamax Plus. Karena dua jenis bensin itu menghasilkan
pembakaran yang lebih optimal. Artinya, semua mengacu pada buku pedoman
kembali."
Tetapi, jika kebutuhan minimalnya lebih tinggi dari itu, misalnya RON 95-98
(kerap terjadi di mesin kompresi tinggi atau turbo), maka penggunaan Pertalite
dikatakannya akan jadi berbahaya.

Pertalite Lebih Mahal dan Bagus Dibanding Premium, Tapi Lebih Murah Dari
Pertamax, Pilih Mana?
Selasa, 21 April 2015 00:33 WIB

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengisi bahan bakar jenis
Premium pada sebuah kendaraan di Kawasan Pejompongan, Jumat (17/4/2015).
Pemerintah masih mengkaji rencana PT. Pertamina (Persero) yang akan merilis
produk BBM baru bernama Pertalite sebagai pengganti Premium dengan kualitas
kadar oktan berkisar 90 hingga 91 per Mei 2015. TRIBUNNEWS/IRWAN
RISMAWAN
foto TERKAIT

Konsumsi Pengguna Pertalite Meningkat

Pertamina Siap Jual Bensin Baru Pertalite


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adanya wacana BBM jenis baru dari Pertamina
bernama Pertalite, membuat spekulasi terhadap masyarakat. Pasalnya dengan
kualitas BBM RON 90, masyarakat pengguna Pertamax bisa beralih
ke Pertalite yang harganya lebih murah.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soejipto menilai
tidak masalah. Karena tujuan utama Pertalitediproduksi untuk memberi pilihan
kepada masyarakat.
"Pilihan, konsumen boleh saja berpindah dari Pertamax kePertalite ya itu
dimungkinkan bebas, karena ini BBM umum tentu kualitas beda," ujar Dwi di
kantor Ditjen Migas, Senin (20/4/2015).
Dwi mengungkapkan meski ada Pertalite, pasokan BBM bersubsidi tetap dijaga
dan dipantau dengan baik. Karena pengurangan volume Premium adalah
kewenangan pemerintah.
"Premium akan dijaga seperti sekarang, itu wewenang pemerintah," ungkap Dwi.
Dwi menambahkan hingga saat ini Pertamina belum mampu memproduksi BBM
dengan jenis RON 92 yang banyak, seperti di luar negeri. Karena kilang milik
Pertamina baru sedikit yang bisa menghasilkan BBM dengan jenis RON 92.
"Kenapa tidak produksi saja RON92. Yang bisa baru Balongan, dan setelah
pertengahan taun ini Cilacap bisa RON92," kata Dwi.(Fajar Pratama)

Ini Keunggulan dan Kekurangan dari Bahan Bakar Baru Pertamina Pertalite
octa vernanda August 12, 2015 Berita Lain
Follow
OtoVaria.com Bahan bakar Pertalite mungkin sudah tidak asing lagi bagi anda,
namun sebagai informasi kembali untuk lebih jauh mengenal bahan bakar baru
ini, anda perlu menyimak ulasan mengenai keunggulan serta kekurangan dari
pertalite di bawah ini.
Pertalite merupakan jenis bahan bakar baru dari pertamina yang diklaim akan
menggantikan premium, Premium sendiri menjadi bahan bakar yang cukup
banyak di pergunakan oleh masyarakat Indonesia. Untuk harganya juga tidak
terlalu jauh dari Premium yakni Rp 8.400 per liter.
Keunggulan Pertamina Pertalite

kelebihan dan kekuranga pertamina pertalite


Lebih detailnya, Pertamina Pertalite memiliki keunggulan yang lebih dari
premium yakni memiliki jumlah RON sebesar 90-91, premium sendiri hanya
memiliki jumlah RON 88.
Sudah disebutkan jika Pertalite memiliki jumlah RON yang lebih tinggi dari
Premium sehingga diklaim mampu memberikan pembakaran yang lebih baik dari
Premium. Sehingga mampu menjaga kualitas mesin kendaraan anda serta ruang

bakar lebih bersin dan menjaga kualitas lingkungan karena kadar gas emisi yang
cukup rendah.
Meskpiun hanya berbeda 2 anggka dari Premium, Pertalite memiliki dapak positif
yang lebih terasa, karena konsumsi bahan bakar kendaraan menjadi irit dan
memiliki efek jangka panjang pada ketahanan mesin.
Kekurangan dari Bahan bakar baru Pertalite
Beralih pada kekurangannya, Pertalite tidak bisa digunakan untuk semua jenis
kendaraan, karena kendaraan yang digunakan oleh masyarakat indonesia lebih
banyak memiliki spec minimun RON 91-93.
Dengan kadar RON 90-91, Pertalite tidak bisa menggantikan bahan bakar untuk
kendaraan yang diharuskan menggunakan jumlah bahan bakar RON 92.
Oleh karena itu, banyak yang mengeklaim jika Pertamina Pertalite cocok
digunakan bagi pengguna bahan bakar yang sering mencampurkan premium
dan pertamax untuk mengisi kendaraannya.

Hal Positif dan Negatif dengan Hadirnya Pertalite

WELCOME TO MY THREAD

Quote:

HOT THREAD 27-07-2015

Alhamdulillaah...HT#1 setelah 25 Hari bergabung dengan KASKUS


Terimakasih Mimin, Momod, All Officer KASKUS dan Kaskuser Sejagad Indonesia
yang telah berkontribusi positif sehingga thread ini jadi HT

Spoiler for Check HT:

Serta Thanks juga buat yang udah kasih TS cendol


Spoiler for Cendol:

Quote:

repost not detected

Quote:HALO AGAN DAN AGANWATI, brother dan sister dimanapun berada , kali
ini ane mau berbagi tentang Hal Positif dan Negatif hadirnya Pertalite maaf kalau

,di

dulu yah gan

Quote:Ibarat software selalu memunculkan fitur fitur baru nan menawan untuk
dicoba dan perbaikan dari versi yang sebelumnya, jika terdapat bug itu wajar
karena itu diadakanlah update berkala untuk menutup celah-celah bug tersebut,
begitu juga halnya dengan pertalite yang hadir membawa angin segar ada
manfaat yang besar ada pula celah ketidaknyamanan, itulah dinamika kehidupan

HAL POSITIFNYA
Quote:Pertalite resmi hadir dan secara khusus diluncurkan sebagai alternatif
bahan bakar selain premium. Dengan kelas kualitas di atas premium, namun
dengan harga yang masih di bawah pertamax. Jelas bagi sebagian masyarakat
merupakan angin segar sebagai alternatif bahan bakar.
Pertalite yang untuk sementara masih disosialisasikan di SPBU di beberapa
daerah di Jakarta dengan kode '31' menawarkan beberapa kelebihan, sekaligus
kekurangan yang berada dalam satu paket. Dan otomatis hal tersebut akan jadi
wacana bagi masyarakat menengah ke bawah untuk menentukan moda
transportasi yang akan dipilih
Berikut ada 5 hal positif dari eksistensi Pertalite. Beberapa efek dari Pertalite
sebagai pertimbangan untuk memilih bahan bakar yang tepat bagi agan
sekalian. Mari disimak!
Spoiler for 1. Kualitas:

Quote:Kadar
oktan premium yang 'hanya' 88 secara teknis, tentu saja hanya akan
'recommended' untuk beberapa jenis kendaraan dengan kompresi di bawah

9,0:1. Walhasil, kendaraan dengan kompresi mesin di atas 9,0 dan kemudian
diberi minum premium, maka akan mengalami degradasi kualitas performa.
Pertalite hadir dengan oktan 90-91, memberikan alternatif bahan bakar yang
jauh lebih baik. Dan eksistensi non timbal memberikan kualitas kebersihan ruang
bahan bakar. Selain itu, oktan yang sesuai dengan kompresi mesin akan
membuat tarikan kendaraan jadi lebih enteng.

Spoiler for 2. Beban pada Impor:

Quote:Sudah jadi
rahasia umum bahwa beban impor dari premium sangatlah besar. Itulah kenapa
pemerintah seringkali menanggung beban impor sedemikian besar, sehingga
menuntut kebutuhan subsidi yang juga cukup besar. Dan Pertalite dikabarkan
memberi potensi untuk mengurangi beban impor.
Yang terjadi sampai dengan detik ini adalah bahwa kapasitas kilang premium di
dalam negeri mampu untuk memasok tidak lebih dari 40 persen dari kebutuhan,
terutama bahan bakar premium. Sementara impor mencapai 60 persen. Dan
pertalite diyakini bisa mengurangi kebutuhan impor tersebut.

Spoiler for 3. Alternatif:

Quote:Secara
performa dan kebutuhan, oktan 92 memang jadi alternatif terbaik bagi banyak
kendaraan dengan spesifikasi kompresi mesin 9,0:1 ke atas. Karena Pertamax
sendiri juga jadi salah satu bahan bakar yang punya kadar oktan setara dan
punya standar luar negeri.
Sementara di sisi lain, kebutuhan bahan bakar yang terjangkau, meskipun
dengan selisih ratusan rupiah saja akan sangat mempengaruhi kemampuan
ekonomis masyarakat yang menengah ke bawah. Pertamax secara harga lebih
mahal daripada premium. Pertalite memiliki harga yang lebih murah, namun
cukup untuk memenuhi standart EURO 4 bagi kendaraan.

Spoiler for 4. Produk Luar:

Quote:Beberapa
SPBU di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta milik Pertamina jadi
dipandang sebelah mata oleh masyarakat menengah ke atas, terutama para

pemilik mobil mewah yang lebih mengandalkan SPBU yang berasal dari luar
negeri. Yang dianggap memiliki kualitas lebih baik.
Sementara itu, Pertalite memberikan peluang bagi masyarakat menengah untuk
membuktikan bahwa kualitas bahan bakar yang satu ini punya kesetaraan dan
keseimbangan bahkan lebih 'affordable' bagi masyarakat. Selain itu, kebanggaan
bagi masyarakat Indonesia memiliki produk yang bisa dibanggakan di dalam
negeri sendiri.

Spoiler for 5. Dependensi:

Quote:Kenaikan
dan penurunan harga dari Premium seringkali membuat masyarakat kelas
menengah ke bawah jadi pontang-panting saat terjadi. Pada akhirnya,
masyarakat tersebut seperti 'menganakemaskan' bahan bakar dengan oktan 88
tersebut. Pada akhirnya premium semacam tidak tergantikan.
Keberadaan premium bagi masyarakat yang sehari-harinya menggunakan
Premium otomatis akan keberatan jika saat Premium harus digantikan dan
kemudian langsung diganti Pertamax. Pertalite akan memberikan alternatif
bahan bakar dengan kualitas lebih baik daripada Premium.

Quote:Kriteria Kendaraan yang Cocok Konsumsi Pertalite


Spoiler for Kendaraan:

Quote:Pertalite diluncurkan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan pengendara


yang menghendaki bahan bakar dengan pembakaran yang lebih baik namun
harga relatif terjangkau. Namun, ada beberapa kriteria kendaraan yang "berhak
dan pantas" minum bensin RON 90 itu.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam pengisian perdana Pertalite di
SPBU COCO 31.102.02 Jl Abdul Muis, Jakarta Pusat, menyebutkan beberapa
kendaraan yang disarankan mengisi bahan bakar jenis Pertalite.
"Pada dasarnya bensin ini dibuat untuk memenuhi spesifikasi teknologi
kebanyakan mobil-mobil masa kini. Seperti MPV kelas menengah, cocok
menggunakan Pertalite. Misalnya Avanza, Mobilio atau sepeda motor matik
seperti Mio atau Vario," kata Dwi.
Rasio kompresi
Namun lebih jauh, Tri Yuswidjajanto, Dosen Teknik Mesin ITB sebagai tim peneliti
Pertalite, mengatakan bahwa ada kriteria khusus, dilihat dari rasio kompresi
mobil atau sepeda motor.
"Menggunakan bahan bakar memang harus disesuaikan dengan rasio kompresi.
Terlalu rendah spek bahan bakar akan berkurang tenaganya, kalau terlalu tinggi
juga tidak maksimal," ujar Yus, panggilan Tri Yuswidjajanto.
Lebih detail, Yus mengatakan bahwa RON 88 hanya untuk kendaraan berasio
kompresi 9 ke bawah. Pertalite RON 90 untuk kendaraan berasio kompresi 9-10.
Di atas itu, 10-11, cocok pakai RON 92. Sedangkan rasio kompresi 11-12 lebih

pakai pakai RON 95.(Donny Apriliananda)


Sementara rata-rata rasio kompresi mobil atau sepeda motor saat ini ada di
kisaran rasio kompresi 9-11.

Quote:Daftar SPBU Pertalite DKI jakarta, Banten, Jabar dan Jatim


Spoiler for klik:

maaf gan udah kagak muat


sumber:Pertamina

, klik aja sumbernya ini

Quote:TESTIMONI DARI KASKUSER


Spoiler for Review:
Quote:Original Posted By sieg_hart10388
Review gan:
Ane baru test kemarin isi pertalite ini di daihatsu ayla.
Sebelumny ane peminum:
1. Shell Super: dari oktan sama dengan pertamax dan tarikan lebih enteng dan
irit.
2. pertamax : sama juga ma shell super. irit juga. lebih murah yg pasti
3. premium : ini kondisi darurat aja kalo lagi bokek, jadi isi ini. mesin kasar n
ngelitik aja bunyinya.
kemarin coba pertalite sihh, rasanya hampir sama dengan shell super dan
pertamax. dengan harga lebih terjangkau.
sekedar info si mungkin ga gitu berasa di ayla ane, soalny dari ke-3 jenis bensin
itu jarak tempuh mbl ini 1 : 15-an rata2.
sedikit dejavu pertalite kayak bensin supet TT jaman dulu itu yang ilang. terus
muncul lagi.
demikian review.

Quote:Review Pertalite di Bajaj Pulsar 135 LSmak wuttt


Cerita seorang kawan yang mereview BBM jenis baru Pertalite dengan RON 90
ini. Sebut saja namanya kang salim yang merupakan salah seorang sesepuh
komunitas P1CS (PULSAR 135 COMMUNITY SURABAYA (P1CS). Nah dengan kuda
tungganganya Pulsar 135 CC beliau mencoba memberikan review sekilas
mengenai Pertalite dengan harga promo Rp.8.400 ini. Sekilas katanya mak
wutttdan mesin gak mudah panas sepanas pake pertamax.
Nah berikut reviewnya yang di posting di grup facebook Komunitas P1CS
:Quote:Ane dah nunggu2 ni bensin kualitas international nyampe di SPBU
Indonesia, eeh muncul juga akhirnya, penasaran malam ini ane coba utk ngisi
PERTALite di SPBU TegalSari Surabaya, alhasil woooww luarr biasa, tarikan mesin
lebih mulusss wuutt2 tapi mesin ga mudah panas sepanas pake Pertamax n ga
mbrebet alias kasar2 dkit sprti pake Premium, pokoknya Reccomended dech ni
Bahan Bakar terutama buat Pulsar mulai dr type 135 keatas (kecuali 200 NS)
cukup dgn Rp. 8400,- anda bisa menikmati tarikan maksimum dgn motor
kesayangan anda
Sebagai informasi bahwa Pertalite memang kandungan RON berada ditengahtengah antara Premium dan Pertamax. Premium kandungan RON 88, Pertalite
kandungan RON 90 dan Pertamax kandungan RON 92. Atau bahasa kasarnya
Pertamax sama Premium dicampur maka akan ketemu Pertalite RON 90
HAL NEGATIFNYA
Quote:Pertalite yang untuk sementara masih disosialisasikan di SPBU yang
terletak di jalan tol menawarkan beberapa kelebihan, sekaligus kekurangan yang
berada dalam satu paket. Dan otomatis hal tersebut akan jadi wacana bagi
masyarakat menengah ke bawah untuk menentukan moda transportasi yang
akan dipilih.
Setelah sebelumnya, membahas hal positif dari Pertalite pada link ini, berikut
ada 5 hal negatif dari eksistensi Pertalite. Beberapa efek dari Pertalite akan
dihadirkan sebagai pertimbangan untuk memilih bahan bakar yang tepat.
Spoiler for 1. Harga Lebih Tinggi:

Quote:Tak
semudah membalikkan telapak tangan, karena eksistensi Premium sudah ada
sejak beberapa dekade belakangan. Hal ini membuat Premium jadi opsi pertama
dalam bahan bakar terutama kendaraan kelas menengah kebawah. Lantaran
demikian, harga Pertalite dirasa kurang ideal.
Dengan kisaran harga Pertalite mulai dari Rp 8.000,- sampai Rp 8.400,- per
Liternya, memang tidak ada selisih jauh dengan Premium. Tapi jika
diakumulasikan, harga tersebut juga akan mempengaruhi kantong pelanggan
yang berprofesi sebagai penyedia layanan transportasi seperti angkot.
Quote:Harga Promo Pertalite Diberlakukan 2 Bulan
Spoiler for Harga:
PT Pertamina (Persero) melakukan uji pasar bahan bakar minyak (BBM) varian
baru dengan RON 90, Pertalite, seharga Rp8.400 per liter dari harga sebenarnya
Rp8.700 mulai hari ini hingga dua bulan kemudian.
"Uji pasar dilakukan di 103 SPBU. Untuk wilayah Jakarta dan Bandung 40 SPBU,
rest area Jawa Barat 30 SPBU, serta Surabaya dan sekitarnya 33 SPBU," ucap
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto saat peluncuran Pertalite di SPBU
31.1.02.02 Jalan Abdul Muis, Jakarta, Jumat (23/07).
Menurut Dwi, Pertalite hanya diproduksi di kilang Balongan yang disalurkan
sebanyak lima kiloliter (kl) ke setiap SPBU. "Berdasarkan pengamatan selama ini,
terjadi peningkatan konsumsi bensin di atas Premium. Jika berhasil (uji pasar
Pertalite) maka Pertamina akan melakukan tahapan-tahapan berikutnya,"
ucapnya.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, setelah
masa uji pasar selesai, harga bensin Pertalite adalah Rp8.700. "Harga 8.400
adalah nilai break even point (BEP)," ucapnya pada kesempatan yang sama.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja meminta Pertamina agar
tidak mengurangi kuota bensin Premium seiringnya munculnya varian bensin
baru di masyarakat. "Jangan kurangi kuota Premium dengann adanya produk
ini," kata dia.

Spoiler for 2. Kenaikan Harga:

Quote:Belum
selesai sampai di harga bensin dan tarif angkutan umum saja, namun kenaikan
harga apabila kewajiban para pemilik angkutan umum dan motor serta mobil
beralih dari Premium ke Pertalite akan merambah ke jalur-jalur lainnya, seperti
kenaikan bahan pangan.
Terasa kurang logis, tapi jika diruntut balik, maka penggunaan harga baru saat
menggunakan Pertalite akan membuat biaya transportasi dan pengiriman
barang serta bahan pangan juga akan meningkat sesuai dengan kebutuhan para
penyedia jasa transportasi. Efek berantai tersebut akan sampai ke elemen yang
paling dasar, seperti kebutuhan makanan sehari-hari.

Spoiler for 3. Bahan Pertalite:

Quote:Pertalite
merupakan bahan bakar dengan kadar oktan yang lebih baik daripada Premium,
namun masih berada di bawah Pertamax, yakni pada angka 90-91. Hal ini
dianggap akan memenuhi standart Euro 4 yang telah diterapkan sebagai batas
aman dari emisi gas buang kendaraan.
Namun dikabarkan bahwa sebetulnya Pertalite bukanlah produk baru. Bisa jadi
merupakan campuran antara Pertamax dan Premium yang di-mix menggunakan
proses khusus sehingga terbentuk Pertalite. Artinya, produk yang sama sekali
tidak baru ini, memberikan kesan bahwa Pertalite merupakan hasil 'uji coba',
bukan dengan proses yang matang.(Namun Perlu digaris bawahi jangan ditelan
mentah-mentah kabar ini)

Spoiler for 4. Kecocokan:

Quote:Masyarak
at Indonesia dimudahkan sekali dengan eksistensi kendaraan roda dua murah.
Selain itu keberadaan jasa kredit mobil dan motor juga cukup banyak berada di

Indonesia. Namun terhitung hingga awal tahun 2013, dominasi motor cub, alias
bebek menyentuh angka lebih dari 50 juta unit dan berpotensi naik hingga 80
juta unit tahun 2015 ini, masih jauh lebih tinggi daripada motor sport
Selain itu dominasi angkutan kota dan mobil buatan di bawah 2005 juga jadi
fakta tersendiri. Yang berarti, bahwa kendaraan-kendaraan tersebut masih lebih
membutuhkan Premium daripada bahan bakar yang lainnya. Karena motor bebek
dan angkutan umum sudah lebih dari cukup untuk mengonsumsi Premium.

Spoiler for 5. Kedaruratan:

Quote:Pertalite
hadir dengan tawaran bahan bakar non timbal dengan kualitas jauh lebih baik
daripada Premium. Pertanyaannya, apakah di negara lain juga sudah
menerapkan hal yang sama? Sebagai contoh, Australia dan Amerika serikat
masih cukup banyak juga yang mengonsumsi bahan bakar dengan oktan 87
untuk mobil model lama di bawah tahun 2005.
Hal ini merupakan satu petunjuk bahwa negara lain-pun tidak terlalu terburuburu dalam menyesuaikan penggunaan bahan bakar. Pada akhirnya, satusatunya kondisi darurat dari penggunaan Pertalite adalah untuk mengurangi
beban dana negara yang membengkak gara-gara impor premium.

Quote:Jika Agan Bingung Pilih Premium, Pertamax, atau Pertalite? Ini Bedanya
Quote:Sebelum meluncurkan Pertalite, Pertamina memasarkan beberapa jenis
BBM untuk kelas konsumen yang berbeda. Premium sejatinya dipasarkan untuk
pengguna kendaraan umum dan sepeda motor yang membutuhkan BBM murah,
meski kurang ramah buat mesin. Sedangkan Pertamax dan Pertamax Plus

ditujukan untuk kendaraan pribadi kalangan kelas menengah ke atas.


Berikut ini beberapa hal yang membedakan antara Premium, Pertamax, dan
Pertalite.
Quote:1. Nilai oktan
Bilangan oktan atau research octane number (RON) adalah angka yang
menunjukkan kekuatan tekanan atau kompresi BBM terhadap mesin. Semakin
tinggi kadar oktan sebuah jenis BBM, efeknya terhadap kinerja mesin semakin
baik. Dengan BBM beroktan tinggi, residu atau kotoran sisa pembakaran pada
mesin bisa diminimalkan. Karena harganya paling murah, Premium memiliki RON
88, sedangkan Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing 92 dan 95. Pertalite,
selaku "produk penengah" antara Premium dan Pertamax, memiliki RON 90.
Quote:2. Warna cairan
BBM jenis Premium memiliki warna kuning cerah, yang berasal dari zat pewarna
tambahan (dye). Sedangkan Pertamax, yang berwarna biru kehijauan, dan
Pertamax Plus, yang berwarna merah, tidak menggunakan pewarna sehingga
pembakarannya lebih sempurna. Kini, Pertamina meluncurkan Pertalite, yang
berwarna hijau terang sebagai dampak pencampuran bahan Premium dengan
Pertamax.
Quote:3. Harga
Setelah subsidi BBM dicabut, harga Premium kini mencapai Rp 7.300 per liter.
Sedangkan harga Pertamax dipatok dari Rp 9.300 (Jakarta dan sekitarnya)
hingga Rp 21.700 (Papua) per liter. Namun Pertamina hingga kini belum
mengungkap harga jual yang jelas untuk Pertalite. Meski demikian, dalam
pernyataan kepada media di berbagai kesempatan, direksi Pertamina menyebut
Pertalite akan dijual Rp 8.300-8.500 per liter.
Quote:4. Volume penjualan
Berdasarkan perhitungan rata-rata harian dari Pertamina, tingkat konsumsi
Premium mencapai 70-80 ribu kiloliter, sedangkan Pertamax 8.000 kiloliter.
Untuk Pertalite, Pertamina akan menyalurkan 8 kiloliter BBM untuk setiap SPBU
selama masa percobaan.

Test Bensin Pertalite bag.1, Punya Keunggulan Setara


Pertamax

Pertalite dengan oktan 90 dan aditif setara Pertamax namun dengan


harga lebih terjangkau, tentu saja menggoda untuk dicoba, bagaimana
performanya dibanding Premium dan Pertamax?
Jakarta - Sebelum melakukan pengujian, kita ulas dahulu apa keunggulan yang
ditawarkan Pertamina dalam Pertalite ini. Menu utama tentu saja oktan yang
terkandung 90, lebih tinggi dari Premium yang hanya 88 dan di bawah Pertamax
yang 92.
Oktan merupakan angka yang menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk
dikompresi atau ditekan, terang Tri Yuswidjajanto, dosen teknik mesin Institut
Teknologi Bandung (ITB). Semakin besar tekanan yang bisa diterima, tenaga
yang dihasilkan juga semakin besar, imbuhnya.
RON 90 menurut pria yang akrab disapa Yus ini, pas untuk mesin berasio
kompresi 9-10:1, Lebih sedikit masih ditoleransi, misal 10,4:1. Kalau lebih dari
itu tentu lebih baik pakai oktan 92, lanjutnya. Bila angka oktan sesuai dengan
rasio kompresinya, maka pembakaran yang terjadi bisa sempurna dan

menghasilkan tenaga maksimal.


Efek berantainya konsumsi bensin bisa lebih irit, karena dengan bukaan gas
yang sama, tenaga yang dirasakan lebih besar. Tak perlu betot gas dalam-dalam
sudah melaju kencang. Apa iya? Simak terus deh ya!
Bagaimana jika mesin dengan rasio kompresi sekitar 10:1 dikasih Premium?
Tentu saja timbul ngelitik, karena bahan bakar terbakar dengan sendirinya
terlebih dahulu karena tak kuat oleh tekanan, kemudian berikutnya baru ada
nyala api busi. Nah tumbukan gelombang pembakaran dari keduanya ini yang
menimbulkan bunyi ngelitik, lanjut Yus.
Bisa saja sebenarnya mesin berasio kompresi tinggi disetel agar bisa menenggak
bensin beroktan rendah dan tidak ngelitik, caranya dengan memajukan waktu
pengapian, dengan menggeser pulser. Hanya saja efeknya tenaga akan drop,
wanti Yus.
Bagaimana jika sebaliknya, bahan bakar yang digunakan punya angka oktan
lebih tinggi dari yang direkomendasikan? Maka pembakaran tak akan
sempurna, banyak sisa yang terbuang, imbuhnya lagi. Selain angka oktan,
kelebihan yang ditawarkan Pertalite adalah adanya kandungan aditif.
Jenis aditif yang digunakan sama dengan yang ada di Pertamax, terang Yanuar
Budi Hartanto, Commercial Retail Fuel Marketing Manager PT Pertamina
(Persero). Aditif itu meliputi demulsifier atau pengikat air, sehingga
kemurniannya selalu terjaga. Kedua ada detergency untuk membersihkan
saluran bahan bakar, klep sampai ruang bakar.
Dengan jangka waktu pemakaian yang sama, ruang bakar yang pakai Pertalite
lebih bersih daripada pakai Premium, terang Yus yang sudah melakukan uji
coba. Aditif yang ketiga ada corrosion inhibitor, gunanya untuk mencegah karat
di saluran bahan bakar dan tangki. (otomotifnet.com)

Test Bensin Pertalite bag.2, Bandingkan Power dan Torsi Dengan Premium

Dites pakai dynamometer Dynojet 250i milik Sportisi Motorsport

Jakarta - Tepatnya 24 Juli, Pertamina resmi memulai uji coba penjualan Pertalite,
bensin baru dengan spesifikasi oktan (RON) 90. Tentunya penasaran kan
bagaimana efeknya kalau motor kita menenggak bensin berwarna hijau yang
dijual Rp 8.400 ini?
Untuk membuktikan klaim pakai Pertalite mampu menghasilkan tenaga lebih
besar, OTOMOTIF melakukan pengujian langsung pakai dynamometer agar
terekam tenaga yang dihasilkan. Pengujian menggunakan Yamaha MX King 150
yang punya rasio kompresi 10,4:1, kondisi mesin standar pabrik. Pengetesan
pakai dynamometer Dynojet 250i milik Sportisi Motorsport di Rawamangun,
Jaktim.
Pengujian pakai 3 jenis bensin sekaligus, Premium, Pertalite dan Pertamax. Tiap
bahan bakar diuji dalam beberapa kali run sampai mendapatkan angka
maksimal. Agar tak terkontaminasi, tiap selesai satu jenis bensin, tangki dikuras
dengan disedot kemudian dihidupkan sampai mesin mati.
Lalu diisi bensin yang baru dan dihidupkan terlebih dahulu beberapa saat agar

efek bensin sebelumnya hilang. Baru kemudian diukur performanya. Percobaan


pertama pakai Premium. Tenaga maksimal yang dihasilkan 13,33 dk @ 8.650
rpm dan torsi 12,45 Nm @ 6.900 rpm.

Grafik hasil dyno, Pertamax paling bertenaga dan Pertalite di atas Premium
Brahmantio Prayogo, pemilik Sportisi yang membantu pengukuran memberikan
catatan, pakai Premium ketika gas dibuka terdengar ada ngelitik dan kenaikan
putaran mesin berat, Mesin juga terasa begitu panas, ujarnya.
Sementara setelah pakai Pertalite naik jadi 13,38 dk @ 8.650 rpm dan torsi 12,64
Nm @ 6.800 rpm. Kendati kenaikan performa maksimalnya beda sedikit, tapi di
rentang 4.700-7.400 rpm bedanya cukup besar. Dan ngelitiknya hilang, ujar
Bram, sapaan Brahmantio.
Bagaimana jika pakai Pertamax? Ternyata performa kembali naik. Tenaga
maksimal jadi 13,58 dk @ 8.500 rpm dan torsi 12,81 Nm @ 6.750 rpm. Dengan
bensin beroktan 92 ini, di semua rentang putaran mesin sangat terlihat jelas
bedanya dengan Premium. (otomotifnet.com)

Test Bensin Pertalite bag.3, Bandingkan Power dan Torsi


Dengan Premium

Jakarta - Enggak hanya tes di atas dynamometer, pengukuran akselerasi pakai


Racelogic pun kami lakukan. Apakah ada perbedaan? Pengujian menggunakan
Yamaha MX King 150 yang punya rasio kompresi 10,4:1, kondisi mesin standar
pabrik.
Pengukuran tiap jenis bensin dilakukan 5 kali dan diambil angka terbaik. Pertama
pakai Premium, kecepatan 100 km/jam ditempuh dalam waktu 14,3 detik,
sedang jarak 0-402 meter dilibas 19 detik.
Giliran pakai Pertalite kecepatan 100 km/jam angkanya sedikit menyusut jadi
14,1 detik saja, lumayan lebih cepat 0,2 detik. Sementara untuk 0-402 meter
18,8 detik, juga 0,2 detik lebih gesit. Terakhir tangki diisi Pertamax, ternyata
sesuai hasil angka di atas dyno, bikin MX King 150 melaju lebih cepat lagi.
Kecepatan 100 km/jam diraih hanya 13,8 detik dan jarak 402 meter ditempuh
18,6 detik. Sementara untuk top speed di trek 1 km tak berpengaruh, di
spidometer sama-sama dapat 128 km/jam. Untuk data lengkap simak tabel ya.

Konsumsi Bensin
Performa sudah diuji dengan 2 cara, bagaimana dengan konsumsi bensin? Untuk
mengetahuinya, pengetesan masih pakai Yamaha MX King 150, yang dipilih
bukan tanpa alasan. Selain rasio kompresi mesin masih bisa menenggak
Pertalite, MX King juga dibekali info pemakaian bensin di panel indikatornya,
sehingga berapa yang digunakan langsung bisa dipantau.
Rute yang dipakai untuk ketiga jenis bensin sama, yaitu dari Kebon Jeruk menuju
Ciputat lanjut ke Alam Sutra dan ke Ciledug lalu kembali ke Kebon Jeruk. Tester
hanya 1 orang agar cara berkendaranya sama, berpostur 173 cm 63 kg. Berapa
hasilnya? Ketika pakai Pertamax indikator menunjukkan angka rata-rata yaitu 2,4
lt/100 km yang artinya konsumsi bensinnya 41,67 km/lt.
Ganti pakai Pertalite ternyata sama saja, juga 2,4 lt/100 km. Terakhir pakai
Premium jadi 2,5 lt/100 km atau 40 km/lt. Berarti pakai Pertalite bisa menempuh
jarak lebih jauh tuh dibanding Premium. Perbedaan yang dirasakan, ketika pakai
Premium tarikan jadi sedikit lebih berat dan sayup-sayup terdengar bunyi
ngelitik, kendati tak sekencang ketika di atas mesin dyno.
Kesimpulan
Menggunakan Pertalite dengan RON 90, ternyata menjadikan performa Yamaha
MX King 150 yang berasio kompresi 10,4:1 bisa lebih baik daripada pakai
Premium, tenaga dan torsi lebih besar termasuk akselerasinya, kendati masih
kalah dengan Pertamax. Konsumsi bensinnya pun lebih baik dibanding pakai
Premium, malah bisa setara Pertamax.

Data test akselerasi (detik)


Premium
0-60 km/j : 4,8
0-80 km/j : 7,9
0-100 km/j : 14,3
0-100 m : 7,7
0-201 m : 11,9
0-402 m : 19
Pertalite
0-60 km/j : 4,7
0-80 km/j : 7,8
0-100 km/j : 14,1
0-100 m : 7,5
0-201 m : 11,7
0-402 m : 18,8
Pertamax
0-60 km/j : 4,7
0-80 km/j : 7,7
0-100 km/j : 13,8
0-100 m : 7,3
0-201 m : 11,5
0-402 m : 18,6

Anda mungkin juga menyukai