Anda di halaman 1dari 29

Pengertian BBM subsidi adalah bahan bakar minyak yang diperuntukan

kepada rakyat yang telah mengalami proses subsidi. Dan pengertian dari
subsidi itu sendiri secara umum adalah sebuah bantuan keuangan yang
diberikan sebuah badan (dalam hal ini oleh pemerintah) kepada rakyat atau
sebuah bentuk usaha seperti perusahaan yang dilakukan dengan untuk
melakukan beberapa tujuan. Tujuan tersebut seperti halnya meningkatkan
daya beli konsumen terhadap sebuah produk tersebut atau untuk membantu
sebuah usaha yang mengalami kemunduran sedangkan usaha tersebut
menjadi tumpuan hidup banyak orang.

Dengan demikian dalam hubungannya dengan bahan bakar minyak, hal


serupa juga diterapkan oleh pemerintah pada produk BBM yang dikonsumsi
masyarakat. Dari sini kita dapat mengatakan bahwa pengertian BBM
subsidi adalah bahan bakar minyak yang dijual kepada rakyat dengan harga
dibawah harga bahan bakar dunia karena sudah mendapatkan bantuan dana
melalui potongan harga sebelum BBM tersebut sampai ke tangan konsumen.
Potongan biaya tersebut termasuk dalam proses pengolahan minyak mentah
hingga proses distribusi bahan bakar minyak ke tangan konsumen. Hal ini
dilakukan oleh pemerintah karena BBM dinilai sebagai salah satu komoditas
primer yang harus diberikan subsidi agar daya beli masyarakat dapat
ditingkatkan.

Selain BBM subsidi, juga terdapat BBM non-subsidi yang tidak mendapatkan
bantuan dana dari pemerintah dengan konsekuensi harganya yang lebih
mahal. Meskipun begitu beberapa jenis bahan bakar minyak non-subsidi
memang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding BBM subsidi. Yang perlu
diperhatikan disini adalah mengenai fokus sasaran BBM subsidi. Pemerintah
memberlakukan kebijakan BBM subsidi sebenarnya ditujukan untuk rakyat
dengan kemampuan daya beli yang rendah, dalam hal ini mereka yang
berada di level ekonomi bawah. Namun nyatanya konsumen dari BBM
subsidi masih ada juga yang berasal dari kalangan mampu bahkan beberapa
kendaraan kepemerintahan juga tak jarang masih ada yang menggunakan
bahan bakar subsidi tersebut. Berikut tadi info mengenai pengertian BBM
subsidi.

Pertamina Atur BBM Bersubsidi Agar Cukup hingga Akhir Tahun


Metrotvnews.com, Jakarta: Pertamina memilih mengendalikan
penyaluran BBM bersubsidi dengan cara mengatur alokasi volume BBM
bersubsidi untuk masing-masing SPBU dan lembaga penyalur lainnya.
Pengaturan itu sesuai kebijakan pemerintah, agar kuota BBM bersubsidi
tersedia sampai akhir tahun.

"Apabila alokasi harian BBM bersubsidi di SPBU sudah terserap masyarakat


pada hari itu, merupakan konsekuensi logis jika penyaluran BBM bersubsidi
disesuaikan dengan sisa kuota yang telah ditetapkan dalam UU APBN-P
2014," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali
Mundakir, dalam siaran pers, Senin (25/8/2014).

Dengan pengaturan ini, sangat diharapkan pengertian dan kesadaran


masyarakat pengguna mobil pribadi mulai membiasakan diri menggunakan
BBM nonsubsidi. Pengendalian BBM subsidi telah dilakukan terhitung sejak
18 Agustus 2014.

"Untuk tetap menjamin ketersediaan BBM di masyarakat, Pertamina


menyediakan BBM non subsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus,
Pertamina Dex, dan Solar nonsubsidi," jelasnya.

Masyarakat diminta tidak perlu panik karena Pertamina selalu menyediakan


BBM Non Subsidi apabila kuota di SPBU sudah habis pada hari tersebut.

Pertamina juga menyediakan layanan panggilan bagi masyarakat yang ingin


mengetahui ataupun memberi informasi perihal pendistribusian BBM di
wilayahnya. Masyarakat bisa menghubungi Pertamina Contact Center di
nomor telepon 500 000, pesan pendek (sms) 0815 950 0000, dan email
pcc@pertamina.com.

Hari ini, masyarakat di sejumlah daerah kebingunan karena stok BBM


bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) cepat habis.
Kelangkaan BBM bersubsidi dirasakan warga di sejumlah SPBU beberapa
kota di Jawa Tengah.

Nur Kholis, salah seorang pegawai di SPBU di daerah Blondo, Kecamatan


Mungkid, Kabupaten Magelang, mengatakan, habisnya stok BBM karena
berkurangnya volume BBM yang diterima. Dia mengaku pengiriman dari
Pertamina tidak lancar.
Akibatnya, sejak kemarin, pihaknya terpaksa menghentikan penjualan solar
karena tidak menerima pasokan solar dari Pertamina.

"Sore ini, Pertamina akan mengirim tapi volumenya berkurang, dari biasanya
16 ton per hari menjadi delapan ton per hari," kata dia kepada Media
Indonesia, hari ini.

(Jco) Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan


yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi
diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu
industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena
operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya
atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh
(seperti dalam subsidi upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong
penjualan ekspor; subsidi di beberapa bahan pangan untuk
mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan subsidi
untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada
produksi pangan.[1]

Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau


penghalang perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik
yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu
pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar.[2] Bantuan keuangan dalam
bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi
juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti
perorangan atau lembaga non-pemerintah.
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax,
seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan
minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif
dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama
kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98
karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu,
Pertamax memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Premium. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang
diproduksi setelah tahun 1990, terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic
converters (pengubah katalitik). Keunggulan Pertamax[sunting |
sunting sumber]

Bebas timbal.

Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari
Premium.

Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax bisa menerima tekanan


pada mesin berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja dengan
optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang
menggunakan Pertamax lebih maksimal, karena BBM digunakan secara
optimal. Sedangkan pada mesin yang menggunakan Premium, BBM
terbakar dan meledak, tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala
inilah yang dikenal dengan 'knocking' atau mesin 'ngelitik'.

Premium

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan


yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang
paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina
dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Premium merupakan BBM dengan oktan
atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk
kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti:
mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga
disebut motor gasoline atau petrol.

Kelemahan Premium

Dari sisi lingkungan, Premium masih memiliki kandungan logam berat


timbal yang berbahaya bagi kesehatan.

Dari sisi teknologi, penggunaan Premium dalam mesin berkompresi


tinggi, akan menyebabkan mesin mengalami knocking atau ngelitik.
Sebab, Premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar dan meledak
tidak sesuai dengan gerakan piston. Knocking menyebabkan tenaga
mesin berkurang, sehingga terjadi inefisiensi.

Dari sisi finansial, knocking yang berkepanjangan menyebabkan


kerusakan piston. Sehingga kendaraan bermotor harus diganti
pistonnya.

Pertamax

Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina dengan RON atau
oktan 92. Pertamax, seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari
pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat
aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama kali
diluncurkan pada tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur
MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, Pertamax memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertamax
direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 1990,
terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan Electronic
Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).

Keunggulan Pertamax

Bebas timbal.

Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari
Premium.

Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax bisa menerima tekanan


pada mesin berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja dengan
optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang
menggunakan Pertamax lebih maksimal, karena BBM digunakan secara
optimal. Sedangkan pada mesin yang menggunakan Premium, BBM
terbakar dan meledak, tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala
inilah yang dikenal dengan knocking atau mesin ngelitik.

Pertamax Plus

Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina dengan


RON atau oktan 95. Pertamax Plus, seperti halnya Pertamax dan Premium,
adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi, dihasilkan dengan
penambahan zat aditif dalam proses pengolahannnya di kilang minyak.
Pertamax Plus merupakan bahan bakar yang sudah memenuhi standar
performa International World Wide Fuel Charter (IWWFC). Pertamax Plus
adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki rasio kompresi
minimal 10,5, serta menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection
(EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers,
dan catalytic converters.

Keunggulan Pertamax Plus

Bebas timbal.

Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari
Pertamax.

Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax Plus bisa menerima


tekanan pada mesin berkompresi tinggi. Sehingga dapat bekerja
dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang
menggunakan Pertamax Plus lebih maksimal, karena BBM digunakan
secara optimal. Sedangkan pada mesin yang menggunakan Premium,
BBM terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala
ini yang dikenal dengan knocking atau mesin ngelitik.

Bisa membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve,


ruang bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan dan
mampu melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat
mencegah karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar.

engertian Premium

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan
bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium merupakan BBM
dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara
BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya RON 88.
Adapaun spesifikasi dari premium itu sendiri adalah : menggunakan
tambahan pewarna dye, mempunyai Nilai Oktan 88, dan menghasilkan
NOx dan Cox dalam jumlah banyak.

Pengertian Pertamax

Pertamax adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax
dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannnya di kilang minyak. Selain itu, Pertamax memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan Premium.
Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah
tahun 1990, terutama yang telah menggunakan teknologi setara
dengan electronic fuel injection (EFI) dan catalytic converters
(pengubah katalitik).

Pengertian Solardex

Solardex adalah bahan bakar mesin diesel modern yang memenuhi
emisi gas buang EURO2
Memiliki performa tinggi dengan angka Cetane lebih dari 53,memiliki
kualitas tinggi dengan kandungan sulfur dibawah 300 ppm, memenuhi
unjuk kerja untuk mesin diesel teknologi terbaru (Diesel Common Rail
System), penggunaan lebih ekonomis, dikembangkan dengan
menggunakan aditif terbaru, sehingga membuat kinerja mesin
maksimal ekonomis dan lebih bertenaga.

Solardex mengandung beberapa additive dengan bahan dasar PIBSI
(Poly Isobutane Succinmides), yang bersifat Synthetic,metal free dan
halogen free. Aditif ini mengandung bahan anti foaming, anti corrosion
dan detergen.
Bila Kuota BBM Subsidi Habis, Berapa Harga Jual Bensin Premium Non
Subsidi?

Jakarta -PT Pertamina (Persero) akan tetap menjual premium di SPBU tapi
dengan harga keekonomian, apabila kuota BBM subsidi sebanyak 46 juta kilo
liter (KL) habis dan tidak bisa ditambah lagi. Harganya berapa?

Menteri ESDM Jero Wacik pernah mengungkapkan, harga produksi premium


saat ini adalah Rp 10.500 per liter dengan harga minyak mentah sekitar US$
105 per barel.
"Harga produksi premium atau premium harga keekonomian saat ini Rp
10.500 per liter," kata Jero saat pelepasan kendaan uji coba biodiesel 20% di
Kantor Kementerian ESDM beberapa waktu lalu.

Jero mengatakan, dengan harga premium keekonomian Rp 10.500 per liter


namun pemerintah menetapkan harga jual premium hanya Rp 6.500 per
liter.

"Artinya setiap liter premium disubsidi negara Rp 4.000 per liter,"


ungkapnya.

Wacana akan ada harga premium non subsidi di setiap SPBU mencuat,
karena jatah BBM subsidi yang ditetapkan 46 juta KL dalam APBN-P 2014
diprediksi tidak akan cukup sampai akhir tahun.

Jika tidak ada langkah apapun dari pemerintah, maka Pertamina akan
menjual BBM premium di SPBU dengan harga keekonomian.

(rrd/hen) "Yang Terbatas Itu Solar Subsidi, yang Nonsubsidi Belum Habis"

AKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik
menyatakan jika tidak ada langkah pengendalian dan penghematan Bahan
Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, kuota BBM subsidi yang sebesar 46 juta kilo
iter (kl) akan habis sebelum akhir tahun 2014.

Seperti diketahui, Pemerintah dalam hal ini Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi (BPH Migas) mengeluarkan Surat Edaran BPH Migas No. 937/07/Ka
BPH/2014 tanggal 24 Juli 2014 tentang pengendalian konsumsi BBM
bersubsidi yang di dalamnya ada enam instruksi.

"Menurut hitung-hitungan dari BPH Migas, Solar Subsidi akan habis pada
November, sedangkan Premium Subsidi habis 19 Desember 2014. Jadi pas
tanggal 20 Desember, Premium enggak ada lagi sudah habis. Padahal tinggal
20 hari lagi hingga akhir tahun," ucap Jero saat konferensi pers di Kantornya,
Jakarta, Selasa (5/8/2014).

Jero menambahkan, untuk itu langkah yang diambil pemerintah adalah salah
satunya adalah dengan tidak menjual solar subsidi di daerah Jakarta Pusat
mulai 1 Agustus 2014. Jero berharap dengan kebijakan ini bisa menekan
konsumsi hingga akhir tahun.

"Makanya kita hitung, supaya cukup sampai 31 Desember 2014. Kita


amankan dari 1 Desember ke 31 Desember itu harus cukup. Sehingga pas 1
Januari 2015 itu ada kuota baru, sudah tenang lah. Ini yang harus kita
hemat-hemat mana yang bisa dikendalikan," tegasnya.
Jero pun menegaskan hingga saat ini kuota BBM subsidi masih ada dan
masih bisa dibeli. Pengendalian yang dilakukan bukan berarti akan terjadi
kelangkaan atau habisnya BBM subsidi.

" Jangan persepinya akan habis, terjadi kelangkaan. Solar akan habis,
Premium habis. Yang terbatas itu solar dan premium subsidi akan habis
karena ada kuotanya. Tapi yang nonsubsidi belum habis," pungkasnya. (rzy)
Warga Antre BBM Non Subsidi di SPBU

ndosiar.com, Cirebon - (Senin : 25/08/2014) Dampak kebijakan


pembatasan bahan bakar premimum (bbm) bersubsidi, di sejumlah daerah
semakin meluas. Bahkan untuk mendapatkan bbm non subsidi seperti
Pertamax yang harganya dua kali lipat bbm bersubsidi, warga harus
mengantri. Yang lebih parah lagi, puluhan angkutan kota terpaksa tidak
dapat beroperasi lantaran tidak adanya pasokan Premium di hampir seluruh
SPBU.

Antrian panjang kendaraan di SPBU Ciptomangunkusumo Cirebon terjadi


Minggu pagi. Mereka mengantri untuk mendapatkan bbm non subsidi jenis
Pertamax dan Pertamax Plus. Kondisi ini terjadi selama empat hari ini, BBM
bersubsidi di Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka hilang selama
empat hari. Yang lebih memprihatinkan, sejumlah sopir angkot memilih tak
beroperasi akibat langkanya premium.

Sementara di SPBU lainnya, yang tampak justru tidak ada anttian kendaraan,
lantaran tidak ada stok bahan bakar yang bisa dijual. Sementara itu, di
Bangkalan, Jawa Timur, antrean juga terjadi sejumlah SPBU. Tak hanya mobil
dan motor, yang ikut antri, namun juga ratusan jerigen milik penjual bensin
eceren ikut berjajar rapi di SPBU.

Kesulitan mendapatkan bbm bersubsidi juga terjadi di Tegal Jawa Tengah.


Minggu pagi, warga saling berebut untuk mendapatkan bbm di SPBU, karena
kawatir tidak kebagian. Sementara sebagian lainnya, terpaksa membeli bbm
non subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus, karena tidak ada pilihan
lain.

Kondisi di sejumlah SPBU ini terjadi, setelah Pertamina melakukan


pembatasan bbm bersubsidi, dengan cara mengurangi pasokan hampir lima
puluh persen. (Tim

Antara BBM, Rakyat, dan Pemerintah, Apa Solusinya?


Sri Roswati25/08/2014 14:29 0 komentar dibaca : 703 |

ANTARA BBM, RAKYAT DAN PEMERINTAH, APA SOLUSINYA?

Seperti diketahui, mesin kendaraan tidak akan berfungsi tanpa bahan bakar
minyak (BBM). Bensin merupakan salah satu jenis bahan bakar minyak
(BBM) yang sudah umum digunakan oleh kendaraan mobil dan motor di
Indonesia.
Ada tiga jenis bensin yang ditawarkan oleh pihak Pertamina selaku pengelola
minyak bumi dan gas milik negara yaitu Premium, Pertamax, dan Pertamax
Plus yang memiliki nilai oktan. Yang dimaksud dengan nilai oktan adalah
penilaian untuk titik bakar bensin ketika berada pada tekanan dan suhu
tertentu. Berdasarkan nilai oktan inilah, pemerintah membagi mesin ke
dalam BBM bersubsidi dan non subsidi. BBM bersubsidi ini dimiliki oleh
Premium yang memiliki nilai oktan 88, sedangkan BBM non subsisi ada pada
Pertamax dengan nilai oktan 92, dan Pertamax plus yang nilai oktannya 95.
Untuk itulah disarankan, bagi pemilik kendaraan memakai BBM non subsidi,
karena kelebihannya dalam melindungi mesin. Mesin kendaraan dapat
digunakan secara optimal karena energy yang dikeluarkan lebih besar. Selain
itu, berkat energi bergerak secara optimal, maka bensinpun lebih hemat
dalam hal pemakaian. Kentungan lain dari bahan bakar minyak non subsidi
adalah dapat merawat mesin dengan baik. Hal ini dikarenakan minimnya
residu atau kotoran hasil pembakaran sehingga tidak membuat mesin
menjadi berkerak lebih banyak. Kelebihan BBM non subsidi ini telah
memenuhi standar internasional dalam skala bahan bakar yang baik yaitu
BBM harus dapat memelihara fungsi mesin, melindungi mesin dari kerak
minyak, dan mampu mempertahankan sifat keaslian tipe bahan bakar untuk
kendaraan.
Jadi bijaklah dalam memilih mesin BBM yang terbaik, yaitu dengan beralih
menggunakan BBM non subsidi, walaupun harganya lebih mahal dari BBM
subsidi dari pemerintah, tetapi itu akan memelihara kelangsungan hidup
kendaraan Anda.
PT Pertamina (Persero) mulai mengatur kuota BBM bersubsidi guna
memastikan agar kuota Solar dan Premium cukup hingga akhir tahun sesuai
dengan amanat UU No.12 Tahun 2014 tentang APBN 2014.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir,
mengatakan bahwa berdasarkan APBN-P 2014, kuota BBM bersubsidi
dikurangi dari 48 juta KL menjadi 46 juta KL. Sesuai dengan amanat tersebut,
maka Pertamina harus melakukan pengaturan kuota per-harinya untuk
memastikan BBM bersubsidi cukup hingga akhir tahun 2014.
APBN-P 2014 telah menggariskan kuota BBM bersubsidi tidak boleh
melewati kuota yang telah ditetapkan. Dengan kondisi tersebut, maka hanya
ada dua pilihan, pertama yaitu menyalurkan BBM bersubsidi secara normal
dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun, yaitu
pertengahan November untuk Solar dan pertengahan Desember untuk
Premium, dan selanjutnya masyarakat harus membeli BBM non subsidi
hingga akhir tahun. Sementara Pilihan kedua adalah mengatur volume
penyaluran setiap harinya, sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga
akhir tahun, kata Ali.
Ali melanjutkan, secara teknis, Pertamina melakukan pengaturan BBM
bersubsidi secara prorata sesuai alokasi volume BBM bersubsidi untuk
masing-masing SPBU dan lembaga penyalur lainnya yang telah dilakukan
terhitung sejak 18 Agustus.
Untuk tetap menjamin ketersediaan BBM di masyarakat, Pertamina
menyediakan BBM non subsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus,
Pertamina Dex, dan Solar non subsidi, tambah Ali.
Dan terjadinya fenomena antrian dan disusul habisnya BBM bersubsidi di
SPBU, itu bukan merupakan kelangkaan BBM, tetapi konsekuensi dari
penyaluran BBM bersubsidi yang disesuaikan dengan kuota yang tersedia.
Adapun Stok BBM yang ada di Pertamina berada pada level di atas 18 hari
kebutuhan nasional.
Ali menjelaskan bahwa habisnya alokasi harian BBM bersubsidi di SPBU
adalah merupakan konsekuensi logis dari pengaturan penyaluran BBM
bersubsidi sesuai dengan sisa kuota yang telah ditetapkan dalam UU APBN-P
2014. Dengan pengaturan ini, sangat diharapkan pengertian dan kesadaran
masyarakat pengguna mobil pribadi untuk mulai membiasakan diri
menggunakan BBM non subsidi.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, sebagai satu-satunya
opsi untuk melonggarkan beban fiskal pada tahun depan, disarankan segera
dilakukan tahun ini. Alasannya, adalah tantangan perekonomian pada tahun
2015 akan lebih berat dibandingkan sekarang.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung memaparkan
dampak positif yang akan terjadi jika pemerintahan baru, pada tahun depan
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.
Seperti yang diketahui, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) 2015, subsidi energi yang terdiri dari listrik dan bahan bakar
minyak (BBM) sebesar Rp363,5 triliun atau naik 3,8 persen dibandingkan
2014 sebesar Rp 350,3 triliun
Sebenarnya adalah untuk menyeimbangkan pendapatan rakyat kita. Jadi
makin dia kaya pendapatan makin tinggi ini membuat gap makin tinggi nah
gap antara kaya miskin, ujar Chairul. Chairul menambahkan, dengan
adanya kenaikan harga BBM subsidi, maka pengeluaran golongan ekonomi
ke atas akan berkurang, oleh karenanya, uangnya harus digunakan untuk
membantu golongan ekonomi ke bawah.
Jadi akan lebih landai. Selain itu, infrastruktur harus ada dananya, tetapi
APBN hasil penghematan subsidi harus berpihak pada orang miskin. Tidak
hanya itu, nantinya dana pengalihan subsidi BBM ini bisa dialihkan ke sektor-
sektor lainnya yang perlu penambahan dana APBN. Arahnya pada
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pedesaan, pertanian, usaha kecil mikro.
Infrastruktur yang dasar. Kalau infrastruktur membangun airport,
membangun jalan tol, beri semua market mechanism, tidak boleh yang
bersifat komersial, yang itu harus oleh pasar artinya ada mekanisme pasar,
tidak boleh, pungkas Chairul.
Hal senada ini juga diungkapkan oleh Ekonom BCA, David Sumual, ia
mengatakan Idealnya memang soal harga BBM subsidi itu dibereskan oleh
pemerintah sekarang karena resiko ekonomi tahun depan lebih besar,
David lalu menghitung, dengan kenaikan hingga 40 persen, ada
penghematan sebesar Rp 40 triliun yang bisa disimpan. David juga
menambahkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun ini, sebenarnya
cenderung kondusif. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih diatas 5
persen. Selain itu, laju inflasi masih rendah, yakni dibawah 5 persen.
Kalau menunggu pemerintah baru memimpin dan kenaikan BBM baru
direalisasikan tahun depan, akan ada sejumlah tantangan berat yang harus
dihadapi. David mencontohkan ada potensi kenaikan suku bunga Bank
Sentral Amerika Serikat, The Federal. Artinya, ada peluang investor yang
sudah menanam modal di Indonesia sejak awal tahun keluar karena yield di
Amerika lebih menarik, ujar David.
Padahal investasi merupakan kunci utama untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kenaikan harga BBM pada tahun depan,
cenderung meningkatkan biaya investasi. Sebab, sudah ada kenaikan harga
gas dan harga listrik. Intinya, kalau bisa dibereskan tahun ini, tahun depan
jauh lebih baik. Lebih cepat lebih baik, tuturnya.
Belanja subsidi BBM, elpiji, dan BBN dalam Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara 2015 naik menjadi Rp 291,1 triliun. Anggaran tersebut
naik dibandingkan yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2014 sebesar Rp
246,5 triliun. Selain anggaran, volume BBM subsidi juga meningkat dari 46
juta kiloliter menjadi 48 juta kiloliter.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan peningkatan anggaran subsidi
ini karena adanya carry over anggaran subsidi tahun 2014 sekitar Rp 44-45
triliun. Chatib mengasumsikan rencana tersebut dengan tidak ada
penyesuaian harga BBM subsidi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan, Muhammad Chatib Basri, ia
mengatakan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah yang baru adalah
pengelolaan fiskal. Menurutnya, Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara 2015 disusun sesuai dengan baseline budget yang didasari besaran
pendapatan dan belanja negara serta pembiayaan anggaran yang tidak
banyak mengalami perubahan kebijakan.
Pemerintahan baru yang dipimpin Joko Widodo dan Jusuf Kalla diminta
segera memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang sudah
melambung tinggi. Apalagi BBM subsidi ini sudah salah sasaran. Sebesar 70
persennya, justru dinikmati pengguna kendaraan roda empat.
Pemerintah harus berani menghemat. Satu-satunya cara adalah menaikkan
harga BBM subsidi, kata dari Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia,
Sofjan Wanandi. Menurut Sofjan, dengan penghematan tersebut, anggaran
bisa dialihkan ke sektor infrastruktur. Selama ini, kata Sofjan,
terbengkalainya infrastruktur di darat dan laut telah melambungkan ongkos
produksi, baik di birokrasi maupun logistik. Agar orang mau masuk
berinvestasi di sini, maka harus diperbaiki oleh pemerintah Jokowi dan JK,
ujarnya.
Dan ini pendapat dari pengamat BUMN, Said Didu, Kalau mau, naikanlah
yang subsidi itu menjadi Rp.8.000, dengan segitu akan mendapat sekitar Rp
40 triliun, Menurut Said, waktu yang tepat untuk menaikan harga tersebut,
pemerintah dapat memulainya pada awal tahun 2015 atau pada Januari
tahun depan. Ini memang maksimal naiknya Rp 3.000, Kenaikan harus
dimulai dari awal tahun, bulan Januari, tambahnya.
Said Didu menambahkan, kenaikan harga BBM subsidi dapat dilakukan
dengan bertahap. Akan tetapi, momen atau waktu yang tepat untuk
menaikan tetap pada awal tahun 2015. Boleh awal tahun naik Rp 1.000,
tetapi pembatasan harus diperketat lagi, jangan seperti sekarang
pembatasan, tetapi tidak ada realisasinya sejak lima tahun lalu,
pungkasnya lagi.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara,
mengusulkan kenaikan harga bahan bakar minyak dilakukan dalam satu
tahap saja. Kenaikan harga BBM dalam satu tahap akan mempermudah
pemerintahan Jokowi mengatasi masalah seperti melonjaknya inflasi di awal
pemerintahan ketimbang menaikkannya dalam beberapa tahap, ujarnya.
Menurut Marwan, kenaikan harga BBM subsidi tidak bisa lagi ditunda. Sebab,
neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit, salah satunya karena
dipicu impor minyak yang sangat besar. Badan Pusat Statistik mencatat
impor minyak dan gas bumi Indonesia sepanjang semester I 2014 telah
mencapai US$ 3,3 miliar.
Tidak ada cara selain menaikkan harga BBM ditengah kebutuhan konsumsi
energi yang tinggi. Kalau ingin eksplorasi sumur baru, butuh waktu, biaya,
dan risiko yang besar, katanya.
Dan solusi yang diberikan oleh Kepala Ekonom Bank Central Asia David
Sumual, adalah pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo hanya punya
satu cara cepat untuk membuat ruang fiskal, yaitu memangkas subsidi
bahan bakar minyak. Namun jika Joko Widodo enggan melakukan hal
tersebut, David menyebut ada dua cara yang bisa dilakukan. Efisiensi
anggaran dan optimalisasi pendapatan, kata David.
Dua hal ini, kata David, dapat dilakukan pada anggaran yang bersifat tidak
wajib. Karena, anggaran yang wajib seperti kesehatan dan pendidikan
jumlahnya sudah diatur dalam undang-undang. Kalau kurang nanti bisa
diimpeach, kata dia.
Untuk optimalisasi pendapatan, David mengatakan, tidak bisa dilakukan
dengan segera. Musababnya, pendapatan non pajak dari komoditas dan
sumber daya alam juga tengah melemah. Pendapatan dari pajak, kata David,
juga tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Perubahan sistem pajak kan
butuh waktu lama, ujarnya.
Menurut David, pemangkasan subsidi bahan bakar minyak sebenarnya wajar
saja dilakukan asalkan sosialisasinya baik. Masyarakat harus diberi
pengertian apa dampaknya jika naik, dan tentunya harus disertai
pembangunan infrastruktur yang memadai, kata David.
David juga menambahkan, sayangnya, saat ini, kenaikan harga BBM tidak
lagi menjadi rasionalitas ekonomi saja, tetapi sudah bercampur dengan
kepentingan politik. Bargaining politik sudah tidak reasonable lagi untuk hal
seperti ini, katanya.
Seperti diketahui, di Amerika Serikat misalnya, harga bensin dipatok 3,9
dollar AS per USG atau 98 sent dollar AS per liter, atau setara dengan Rp
10.750 per liter. Pada level harga tersebut, kualitas BBM di Amerika Serikat
berada pada kategori 4 berdasarkan standard WWFC (World Wide Fuels
Charter). Untuk diketahui standar WWFC ini, digunakan untuk menggerakkan
kendaraan berstandar Euro 5. Sementara di Indonesia, premium dipatok
dengan harga Rp 6.500 per liter. Kualitasnya, kategori 1 pun tidak masuk
standar WWFC. Selama ini, penetapan harga BBM bersubsidi menggunakan
acuan MOPS (Mid Oil Plats Singapore) yaitu harga rata-rata menurut MOPS
ditambah dengan alpha sebagai profit margin bagi Pertamina. Di Malaysia,
harga BBM RON 95 atau setara Pertamax Plus senilai RM 2,1 atau setara
dengan Rp 7.000 per liter.
Di Singapura, harga BBM RON 92 sebesar Rp 8.754 per liter. RON 92 ini
diijinkan untuk digunakan pada kendaraan bermotor Euro 2.
Dan ditengah ketidak-jelasan kenaikan harga BBM, membuat BBM bersubsidi
menjadi susah untuk ditemukan. Dan terjadinya kekosongan berbagai jenis
BBM di sebagian SPBU, juga membuat dampak terjadinya kepadatan
kendaraan pada SPBU lainnya. Bahkan warga rela antre untuk mendapatkan
BBM, terutama untuk jalur pengisian BBM premium khusus sepeda motor,
puluhan sepeda motor rela antre untuk mengisi BBM.
Sejak BBM langka, terutama jenis Premium, di tingkat eceranpun, harganya
melambung hingga Rp 12 ribu per liter. Bahkan ada penjual bensin eceran
yang tidak menjualnya karena bensin itu dipakainya sendiri. Karena sulit
mendapatkan Premium, ada beberapa tukang ojek yang menaikkan tarif
ojeknya, dan banyak yang mogok ngojek karena sulit untuk mendapatkan
bensin.
Tidak hanya tukang ojek yang menaikkan tarifnya sejak bensin langka
ditemukan. Pengemudi angkutan umum juga banyak yang menaikkan
tarifnya sekitar 20 persen. Ini kata salah satu pengemudi Wajar kalau tarif
angkot naik, beli bensin saja harus antri 2-5 jam
Jadi pemerintah harus segera mengambil tindakan dalam hal ini, agar
masyarakat tidak menjadi semakin resah.

indosiar.com, Jember - (Jumat : 29/08/2014) Pembatasan solar dan


premium bersubsidi oleh Pertamina memicu terjadinya kelangkaan BBM di
masyarakat. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pendagang bensin eceran
dengan menaikan harga bensin eceran hingga mencapai lebih dari 50 persen
dari harga SPBU.
Kendati dijual dengan harga yang cukup tinggi, namun warga tetap
mengantri membeli bensin premium dan pertamax di kios bensin eceran di
pasar Sabtuan, Kelurahan Tegal Besar, Jember.

Disini, harga bensin premium dijual dengan harga 12 ribu rupiah perliter.
Sedangkan bensin pertamax dijual dengan harga 15 ribu rupiah perliter.
Warga terpaksa membeli, karena tidak alternatif lain menyusul kelangkaan
BBM.

Sementara itu, di Blitar, Jawa Timur, pedagang bensin eceran di kota Blitar,
Jawa Timur menaikkan harganya dari tujuh ribu rupiah menjadi sepuluh ribu
rupiah per botol. Kendati mahal, namun warga terpaksa membeli, daripada
harus mengantri berjam jam di SPBU.

Sementara itu dampak pembatasan bbm, membuat belasan sepeda motor,


ditinggal di salah satu SPBU. Warga terpaksa meninggalkan sepeda motor
mereka, lantaran kehabisan bensin.

Warga berharap, pemerintah segera menambah pasokan bbm ke seluruh


SPBU, agar kesulitan ini tidak berlangsung lama. Sebelumnya, pemerintah
sudah menjamin, pasokan bbm akan kembali normal dalam satu hingga dua
hari ini. (Tim Liputan/Sup)

Apa Beda Bensin Premium, Pertamax dan Pertamax Plus ??

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan


yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang
paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina
dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Premium merupakan BBM dengan oktan
atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk
kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti:
mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain.

Premium
1. Menggunakan tambahan pewarna dye
2. Mempunyai Nilai Oktan 88
3. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah banyak
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax, seperti
halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi.
Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannnya di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan pada
tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang
berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, Pertamax memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertamax direkomendasikan
untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 1990, terutama yang telah
menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection (EFI) dan
catalytic converters (pengubah katalitik).

Pertamax
1. Ditujukan untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar beroktan
tinggi dan tanpa timbal.
2. Untuk kendaraan yang menggunakan electronic fuel injection dan catalyc
converters.
3. Menpunyai Nilai Oktan 92
4. Bebas timbal
5. Ethanol sebagai peningkat bilangan oktannya
6. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding
BBM lain

Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina. Pertamax


Plus, seperti halnya Pertamax dan Premium, adalah produk BBM dari
pengolahan minyak bumi, dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam
proses pengolahannnya di kilang minyak. Pertamax Plus merupakan bahan
bakar yang sudah memenuhi standar performa International World Wide Fuel
Charter (IWWFC). Pertamax Plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang
memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta menggunakan teknologi
Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI),
Turbochargers, dan catalytic converters.

Pertamax Plus
1. Telah memenuhi standart WWFC
2. BBM ini ditujukan untuk kendaraan yang bertehnologi tinggi dan ramah
lingkungan
3. Menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve
Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converters.
4. Tidak menggunakan timbal, alias tanpa timbal.
5. Mempunyai Nilai Oktan 95
6. Toluene sebagai peningkat oktannya
7. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding
BBM lain

Penjelasan Rasio Kompresi disini :


http://danangdk.blog.uns.ac.id/2010/...in-apakah-itu/

Motor kita baiknya diisi bensin apa ya? Ada pilihan bensin yaitu Premium,
Pertamax dan Pertamax plus yang merupakan produk Pertamina,
dan ada juga bensin jenis lain dari perusahaan asing seperti Shell dan
Petronas.

Mesin motor memerlukan jenis bensin yang sesuai dengan desain mesin itu
sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja yang
optimal. Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka / nilai oktan
(RON), misalnya Premium ber-oktan 88, Pertamax ber-oktan 92 dan
Pertamax Plus ber-oktan 95.

Tujuan mesin dibuat dengan perbandingan kompresi tinggi adalah untuk


meningkatkan efisiensi (irit bahan bakar) dan menurunkan kadar emisi.
Semakin tinggi angka oktan, maka harga per liternya pun umumnya lebih
tinggi. Namun belum tentu bahwa jika mengisi bensin ber-oktan tinggi pada
mesin motor kita, kemudian akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi
juga.

Dianjurkan mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi (kecuali ada modifikasi
lain). Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin semakin lambat terbakar
(dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi). Semakin TINGGI nilai oktan, maka
bensin lebih sulit menguap (penguapan rendah). Bensin yang gagal terbakar
(akibat oktan terlalu tinggi), bisa menyebabkan penumpukan kerak pada
ruang bakar atau pada klep.

Berikut daftar bahan bakar motor dan mobil sesuai rasio kompresi :

YAMAHA
Vega-R (9.3:1) Pertamax
Vega-ZR (9.3:1) Pertamax
Mio (8.8:1) Premium
Jupiter (9.0:1) Premium
F1ZR (7.1:1) Premium
RX-KING (6.9:1) Premium
YT 115 (7.2:1) Premium
RZR (7:01) Premium
Nouvo (8.8:1) Premium
Crypton (9.0 : 1) Premium
Yamaha Alfa (7.2 : 1) Premium
Yamaha RXZ (7.0 : 1) Premium

Jupiter-Z (9.3:1) Pertamax


Jupiter MX-135LC (10.9:1) Pertamax Plus
Scorpio-Z (9.5:1) Pertamax
VIXION (10.4:1) Pertamax/pertamax plus
Majesty 125 (11:01) Pertamax Plus
Scorpio (9.5:1) Pertamax

SUZUKI
Satria FU (10.2:1) Pertamax/pertamax plus
Shogun New FL125 Series (9.6 : 1) Pertamax
Shogun FD125 X (9,5 : 1) Pertamax
Thunder 125 (9.2 : 1) Premium/Pertamax
Spin 125 (9.6:1) Pertamax
SkyWave 125 (9.6 :1) Pertamax

KAWASAKI
Kawasaki Blitz R 53 mm x 50.6mm 111 cc 9.3 : 1 (Pertamax)
Kawasaki Athlete 56 mm x 50.6mm 124.6 cc 9.8 : 1 (Pertamax)
Kawasaki Ninja 250 62 mm x 41.2mm 2x 250 cc 11.5 : 1 (Pertamax Plus)
Kawasaki KLX 250 72 mm x 61,2mm 249cc 11 : 1 (Pertamax Plus)
Kawasaki Ninja RR 150 7.2 : 1 (Premium)
Kawasaki Kaze 9.3 : 1 (Pertamax)

HONDA
Honda GL 100 52 x 49.5mm 105.1 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda GL Max 56.5 x 49.5mm 124.1 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda GL Pro 61.0 x 49.5mm 144.7cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Supra 50.0 x 49.5mm 97.1 cc 8.8 : 1 (Premium)
Honda Tiger 63.5 x 62.2 mm 196.9cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Megapro 63,5 x 49,5 mm 156.7cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda CS-1 58 x 47,2 mm 124.7 cc 10.7 : 1 (Pertamax Plus)
Honda Supra PGM FI 52,4 x 57,9 mm 124.8cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Blade 50 x 55,6 mm 109.1 cc 9.0 : 1 (Premium)
Honda Vario 10, 7:1 (Pertamax Plus)
Honda CBR 150 R 11:1 ( Pertamax Plus)
Honda Beat 125 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Scoopy 108 cc 9.2 : 1 (Pertamax)
Honda Absolute Revo 110 cc 9 : 1 (Premium)

*sumber : majalah MotoDream

Mobil :

Suzuki
Swift 9,5:1 Pertamax
Grand Vitara 10,5:1 Pertamax Plus
Grand Escudo XL-7 9,5:1 Pertamax
Escudo 2.0 9,3:1 Premium/Pertamax
Escudo 1.6 9,5:1 Pertamax
Baleno 9,5:1 Pertamax
Aerio 9,5:1 Pertamax
APV 9,0:1 Premium/Pertamax
Karimun 8,8:1 Premium
Katana 8,8:1 Premium
Carry 1.5 8,9:1 Premium
Carry 1.0 8,9:1 Premium
Carry 1.3 9,0:1 Premium
Esteem 1.6 GT 9,5:1 Pertamax
Side Kick 8,9:1 Premium
SX-4 10,5:1 Pertamax Plus

Honda
Jazz I-Dsi 10,4:1 Pertamax/Pertamax Plus
Jazz V-Tec 10,1:1 Pertamax/Pertamax Plus
City I-DSi 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
City V-Tec 10,1:1 Pertamax/Pertamax Plus
Stream 1.7 9,5:1 Pertamax
Stream 2.0 9,4:1 Pertamax

Toyota
Starlet XL 1.000 cc 9,3:1 Premium/Pertamax
Starlet SE 1.3 9,5:1 Pertamax
Twin Cam 9,5:1 Pertamax
Great Corolla 9,5:1 Pertamax
Avanza 11:1 Pertamax Plus
Yaris 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Innova 2.0 9,8:1 Pertamax
Innova 2.7 9,7:1 Pertamax
Rush 10:1 Pertamax/Plus
Alphard 2400 cc 9.8 : 1 Pertamax
Alphard 3500 cc 10.8 : 1 Pertamax Plus

Nissan
X-Trail 2.0 9,9:1 Pertamax
Terano 8,3:1 Premium
Livina 1.5L 10,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Livina 1.8L 9,9:1 Pertamax
Sentra Genesis 9,3:1 Pertamax
Cefiro 9,5:1 Pertamax/Pertamax Plus

Daihatsu
Xenia EJ (vvti) 11:1 Pertamax Plus
Terios 10,0:1 Pertamax/Pertamax Plus
Taruna EFI 9,5:1 Pertamax/Pertamax Plus
Sirion 10,0:1 Pertamax/Pertamax Plus
Ceria 9,5:1 Pertamax

Mitsubishi
Eterna DOHC 9,8:1 Pertamax
Eterna SOHC 8,5:1 Premium
Lancer DOHC 10,5:1 Pertamax Plus

Dikutip dari berbagai Sumber (wikipedia dll.) Alasan BBM Tak Naik di 2014,
Tapi Tahun Depan

AKARTA - Partai Demokrat pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


(SBY) menyatakan tidak menyetujui kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM). Pasalnya, kenaikan tersebut akan memberikan dampak pada
masyarakat berpenghasilan rendah.
"Yang mengonsumsi BBM memang rakyat menengah ke atas, tetapi ketika
harga BBM tersebut dinaikkan 70-75 persen, yang kena imbasnya adalah
menengah ke bawah," jelas Juru Bicara Partai Demokrat Ikhsan Modjo dalam
diskusi Polemik Sindo di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

Dia mengatakan, hal inilah yang menjadi pertimbangan SBY, sehingga tidak
melakukan kenaikan harga BBM dalam waktu dekat. "Sampai di akhir masa
pemerintahan SBY 20 Oktober 2014 tidak akan ada kenaikan harga BBM,"
jelas dia.

Menurutnya, dalam pertemuan SBY dengan Jokowi di Nusa Dua, Bali, ada
beberapa pembicaraan seperti ruang fiskal, dan dampak sosial yang terjadi
karena kenaikan BBM.

"Jadi ini (kenaikan BBM) tidak pada konteks 2014 tapi 2015, tapi media yang
membuat harus naik 2014, padahal persoalan dalam masalah migas,
masalah bauran energi, masalah goverment atau masalah hubungan institusi
itu juga banyak, masa semuanya fokus pada BBM," tutur dia.

"Kenapa tidak menyusun cara untuk pindah ke gas dan lain-lain, ini yang
harus dipikirkan bersama jangan semata-mata selalu kenaikan harga BBM,"
tutupnya. "Cepat atau Lambat Harga BBM Akan Naik". (Foto: Dok Okezone)
JAKARTA - Tim Jokowi siap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),
dengan melihat kondisi APBN Indonesia sekarang ini.

Demikian dikatakan oleh anggota DPR komisi VII dari Fraksi PDIP Effendi M
Simbolon dalam acara diskusi Polemik Radio Sindo Trijaya, bertajuk Bola
Panas BBM, di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

"Kami ingin meluruskan kalaupun dinamika di minggu terakhir begitu hot


mengenai subsidi BBM saat ini wajar. Kalau dilihat perjalanan sangat banyak.
banyak menyangkut hajat hidup orang banyak ini," ujarnya.

Dirinya mengatakan, dahulu ketika pemerintahan era Megawati, PDIP pernah


menaikan harga BBM sebanyak dua kali. Sebab menyesuaikan harga
internasional. "Tapi kenaikan itu tidak cukup mengatasi permasalahan itu
sendiri," jelasnya.

Dirinya juga menambahkan, dalam mengatasi BBM bisa melakukan berbagai


cara dengan melihat kepentingan masyarakat banyak.
"Kenaikan yang ketika itu bukan posisi yang tepat dan bukan salah satu cara.
Kita masih punya cara-cara negosiaai pengaturan. Karna persoalan BBM
tidak berdiri sendiri tapi adalah satu dari item yang banyak," jelasnya.

Kenaikan BBM, lanjut dia, tidak bisa ditunda-tunda lagi. Cepat atau lambat
kenaikan BBM memang hal yang pasti dilakukan.

"Sehingga tinggal tunggu waktu saja menambah beban subsidi BBM. Karena
tidak ada upaya melakukan terobosan-terobosan. Subsidi semakin
membengkak. Kami mencoba untuk realistis dan tetap konsisten. Kami siap
memosisikan sebagai pemerintahan transparan," tutupnyaRAPBN 2015 Tak
Beri Banyak Harapan pada Jokowi

AKARTA - Pemerintah terus mendapat tekanan dari besarnya subsidi energi


dari tahun ke tahun. Akibatnya, fraksi yang tadinya menolak kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) kini harus berhadapan dengan masalah tersebut.

Anggota Komisi VII DPR dari fraksi PDIP Effendi Simbolon mengatakan, dalam
setiap pengambilan keputusan selalu mengikuti dinamika ekonomi yang
sedang berkembang. Oleh karena itu, PDIP terus menyatukan pendapat dari
semua anggotanya untuk mendapat jalan keluar yang terbaik.

"Kita ini kan ada yang di fraksi, ada yang di DPP, dan itu kita mengikuti
dinamika yang berkembang, dinamikanya kita serap dan wacana ini terus
kita diskusikan," ujarnya saat ditemui dalam diskusi Polemik Sindo di Warung
Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

Dia menjelaskan, interaksi tersebut yang menjadi dasar PDIP dalam


mengambil keputusan dan memusyawarahkannya. Pandangan ini diambil,
setelah proyeksi belanja negara pada 2015 keluar.

"Andaikan RAPBN 2015 ini sudah memberikan kepastian atau minimal


mendekati kepada harapan, sesuai dengan apa yang menjadi visi misi pak
Jokowi, saya kira tidak terlalu banyak kita melakukan perdebatan di publik,
jadi ini kita kan sudah menuju ke era tranAKARTA - Baru-baru ini Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menemui Presiden terpilih Joko Widodo
untuk membicarakan perihal bahan bakar minyak (BBM). Selain
membicarakan masalah energi tersebut, Jokowi juga membicarakan perihal
anggaran negara.

Ketua DPP Demokrat Ikhsan Modjo mengatakan, pertemuan Jokowi dan SBY
di Nusa Dua Bali bukan hanya bicara tentang kenaikan harga BBM saja.
Namun membicarakan ruang fiskal negara.
"Bicara tentang ruang fiskal, bicara tentang dampak sosial yang terjadi
karena kenaikan BBM. Jadi ini tidak pada konteks 2014 tapi 2015, tapi media
yang membuat harus naik 2014," ujarnya usai ditemui dalam diskusi Polemik
Sindo di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

Dia mengatakan masalah migas yang merupakan masalah bauran energi,


hanyalah satu dari permasalahan yang ada. Padahal permasalahan institusi
lainnya juga sedang bermasalah. Sehingga seharusnya negara tidak fokus
pada harga BBM saja.

"Masalah hubungan institusi itu juga banyak, masa semuanya fokus pada
BBM. Kenapa tidak menyusun cara untuk pindah ke gas dan lain lain, ini
yang harus dipikirkan bersama jangan semata-mata selalu kenaikan BBM,"
tutupnya.
(mrt)sparansi," tutupnya. (mSubsidi BBM ibarat {Good Boy} dan {Bad
Boy}. (Ilustrasi foto: Okezone) JAKARTA - Pemerintahan baru yaitu Joko
Widodo dan Jusuf kala harus melakukan perubahan agar memperoleh dana
yang dapat dialokasikan terhadap rencana kerja di pemerintahan mereka
mendatang.

"Apakah dana itu diambil dari penerimaan atau dari pemangkasan belanja-
belanja negara, apapun ini harus menjadi perhatian," kata anggota Komisi XI
dari Fraksi Partai Golkar Harry Azhar Azis dalam diskusi Polemik Sindo di
Warung Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

Dia mengatakan, ke depan harus ada penggenjotan terhadap penerimaan


dana atau pun belanja negara dengan baik. "Apakah itu yang digenjot pajak,
digenjot cukai, digenjot penerimaan negara bukan pajak," jelasnya.

"Agar bisa tercapai kalau begitu tentu cara lain menghemat, kalau
menghemat berarti dipotong belanja, belanja subsidi dipotong salah satu
alternatif, belanja birokrasi dipotong salah satu lagi alternatif, belanja utang
dipotong juga alternatif lagi," tambah dia.

Namun, dia melihat solusi tersebut memiliki dampak negatif terhadap


masyarakat. Oleh karena itu, dia meminta pemerintah mendatang
mengambil sikap yang bijak dalam setiap keputusannya.

"Bila subsidi dipotong yang ribut itu rakyat, kalau belanja birokrasi dipotong
pegawai negeri, kalau kita potong belanja bayar utang dunia internasional
kita dari good boy menjadi bad boy. Tapi ya solusinya bisa kombinasi dari
alternatif itu atau dengan meningkatkan penerimaan semua tergantung
pemerintah," tutupnya. AKARTA - Permasalahan subsidi energi memang
belum menemukan solusi yang pasti. Pasalnya, kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) yang akan dilakukan oleh pemerintah kerap mendapat
penolakan.

Anggota Komisi VII DPR dari fraksi PDIP Effendi Simbolon mengatakan,
pihaknya akan terus mengkaji jalan alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah APBN negara selain menaikan harga BBM.

"Secara objektif kita perlu melakukan koreksi terhadap APBN ini yang
mengantarkan Indonesia ke era yang pro terhadap kesejahteraan
masyarakat," ujarnya saat ditemui dalam diskusi Polemik Sindo di Warung
Daun, Jakarta, Sabtu (30/8/2014).

Dia mengatakan, harus ada diskusi terbuka dalam melakukan penetapan


suatu kebijakan untuk perbaikan kesejahteraan rakyat, dan dalam
menanggapi suatu persoalan yang menyangkut masyarakat negara.

"Kita menuju ke perbaikan kesejahteraan rakyat, kita clear, tidak kemudian


kita berbungkus pada sesuatu. Kita harus lakukan koreksi, kita
menyampaikan, kita diskusi, kita tidak kemudian membungkusnya dalam
suasana tertutup, tapi terbuka," jelasnya.

Menurutnya, masyarakat harus tahu penggunaan APBN Indonesia yang


dinilai tidak produktif. Dengan demikian, maka dapat ditentukan langkah apa
yang diambil sebagai penyelesaiannya secara transparan."Kita tunjukan ke
masyarakat inilah postur anggaran kita yang dipakai untuk pembiayaan yang
tidak produktif," tutupnya. (mrt) AKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan jika tidak ada langkah pengendalian
dan penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, kuota BBM subsidi
yang sebesar 46 juta kilo iter (kl) akan habis sebelum akhir tahun 2014.

Seperti diketahui, Pemerintah dalam hal ini Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi (BPH Migas) mengeluarkan Surat Edaran BPH Migas No. 937/07/Ka
BPH/2014 tanggal 24 Juli 2014 tentang pengendalian konsumsi BBM
bersubsidi yang di dalamnya ada enam instruksi.

"Menurut hitung-hitungan dari BPH Migas, Solar Subsidi akan habis pada
November, sedangkan Premium Subsidi habis 19 Desember 2014. Jadi pas
tanggal 20 Desember, Premium enggak ada lagi sudah habis. Padahal tinggal
20 hari lagi hingga akhir tahun," ucap Jero saat konferensi pers di Kantornya,
Jakarta, Selasa (5/8/2014).

Jero menambahkan, untuk itu langkah yang diambil pemerintah adalah salah
satunya adalah dengan tidak menjual solar subsidi di daerah Jakarta Pusat
mulai 1 Agustus 2014. Jero berharap dengan kebijakan ini bisa menekan
konsumsi hingga akhir tahun.

"Makanya kita hitung, supaya cukup sampai 31 Desember 2014. Kita


amankan dari 1 Desember ke 31 Desember itu harus cukup. Sehingga pas 1
Januari 2015 itu ada kuota baru, sudah tenang lah. Ini yang harus kita
hemat-hemat mana yang bisa dikendalikan," tegasnya.

Jero pun menegaskan hingga saat ini kuota BBM subsidi masih ada dan
masih bisa dibeli. Pengendalian yang dilakukan bukan berarti akan terjadi
kelangkaan atau habisnya BBM subsidi.

" Jangan persepinya akan habis, terjadi kelangkaan. Solar akan habis,
Premium habis. Yang terbatas itu solar dan premium subsidi akan habis
karena ada kuotanya. Tapi yang nonsubsidi belum habis," pungkasnya. (rzy)
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan tidak
akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada masa
pemerintahannya.

Namun, Presiden terpilih Joko Widodo dan pasangannyaJusuf Kalla


menginginkan harga BBM mengalami kenaikan di masa pemerintahan SBY
agar tidak ada beban fiskal bagi pemerintahan mendatang.

Melihat permasalahan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai


kesimpangsiuran pemberitaan naiknya harga BBM subsidi atau tidak, akan
membuat efek negatif di pasar keuangan pasalnya menimbulkan ekspektasi
berkepanjangan terkait inflasi.

"Kita lihat nanti, kalau nggak segera dinaikkan, ekspektasi inflasi akan
berkepanjangan. Berita soal kenaikan BBM ini menggantung ke mana-mana,
itu mendorong bisnis tidak produktif," ungkap Kepala Departemen Penelitian
dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Gandjar Mustika di
kantornya, Jakarta, Jumat (29/8/2014).

Menurut Gandjar, hal ini dapat dilihat dari permasalahan tahun lalu yang
cukup lama menentukan kenaikan harga BBM bersubsidi sehingga berimbas
barang-barang sudah naik harganya.

Untuk itu, OJK lanjut Gandjar pemerintah dapat menaikkan harga BBM
bersubsidi agar tidak mengganggu sektor pasar keuangan. "Mudah-mudahan
tahun ini menaikkan harga BBM timely-nya tepat sehingga inflasi yang
berpengaruh ke sektor keuangan lebih mudah untuk dikalkulasi, berapa
besarannya sehingga akan mudah dikendalikan besaran tingkat bunganya,"
sebutnya.

Gandjar menyebut, jika pada tahun ini ada kenaikan harga BBM subsidi akan
ada penghematan anggaran sehingga tidak memberatkan fiskal dan defisit
anggaran semakin berkurang.

"Kalau dari BI, kenaikan Rp1.000 per liter inflasi itu bisa 1,2 persen. Tapi ada
penghematan. Rasanya makin cepat makin bagus. Fiskal juga defisit bisa
terkurangi. Bagi sektor keuangan tentunya kalau fiskal banyak bisa untuk
membiayai yang lain, ada efek multiplier, ekspansi kredit lebih luas, modal
makin kuat, NPL terkendali," pungkasnya. (rzy) AKARTA Kuota bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi yang sebesar 46 juta kiloliter (kl) dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014
diperkirakan akan habis sebelum Desember 2014.

Habisnya ini dikarenakan pemangkasan kuota BBM bersubsidi yang


dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dicabut kembali oleh pemerintah.
Pasalnya, hal tersebut menimbulkan antrean panjang di seluruh SPBU.

Assistant Manager External Relation Marketing Operation Region 3 Pertamina


Milla Suciyani mengatakan, pihaknya akan menjalankan penyaluran BBM
bersubsidi sesuai kuota yang ditentukan oleh pemerintah dan DPR.

"Yang pasti Pertamina sebagai operator/badan usaha menyalurkan BBM


subsidi sesuai kuota. Yang dari 48 juta kl menjadi 46 juta kl," ucap Milla
kepada Okezone, Jumat (29/8/2014).

Guna menjaga agar kuota BBM bersubsidi tidak habis hingga akhir 2014,
Pertamina melakukan cara yakni pengendalian dengan memangkas
pengiriman BBM bersubsidi di SPBU. Namun, hal tersebut tidak dilakukan lagi
seiring permintaan pemerintah yang mencabut kebijakan itu.

"Kita melepas lagi kuota BBM subsidi sesuai seperti biasanya, sudah
normalisasi," sebutnya.

Menurut Milla, jika benar BBM bersubsidi akan habis sebelum Desember
2014, Pertamina menyerahkan semuanya kepada pemerintah sebagai
pengambil keputusan.

"Kita kembalikan ke pemerintah, handling-nya gimana. Itu urusan


pemerintah, apakah kuota ditambah, bujet subsidi ditambah. Apakah
harganya dinaikkan itu domainnya pemerintah. Kita sebagai badan penyalur
yang ditugasi pemerintah akan menyalurkan BBM subsidi sesuai kuota yang
sudah ditentukan," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Pemasarandan Niaga Pertamina Hanung Budya


mengatakan, jika tidak terjadi pengendalian, konsumsi BBM bersubsidi akan
mengalami kelebihan sebesar 1,3 juta kl.

"Secara garis besar itu akan terjadi over 1,3 juta kiloliter (kl)," kata Hanung.
(wdi) AKARTA - Masyarakat dihebohkan dengan berbagai isu mengenai
Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu terakhir ini. Mulai dari kebijakan
pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, rencana pemerintah menaikkan
harga BBM bersubsidi, hingga kelangkaan BBM bersubsidi.

Namun tidak banyak yang tau apa keuntungan bagi Indonesia jika harga
BBM dinaikkan. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza
Adityaswara mengatakan, ada empat keuntungan yang bisa didapatkan
negara jika harga BBM bisa disesuaikan.

Pertama, adalah membantu penurunan defisit Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN). Menurutnya, salah satu yang menyebabkan
direvisinya APBN 2014 adalah karena pembengkakan yang terjadi pada
subsidi BBM.

"Defisit yang besar kan butuh pembiayaan artinya pemerintah harus utang
lebih besar, memang solusinya harus ada penyesuaian harga," kata Mirza di
Gedung DPR, Rabu (27/8/2014).

Kemudian yang kedua, jika harga BBM disesuaikan bisa menurunkan beban
impor. Mirza menyebutkan, saat ini biaya yang diperlukan untuk impor BBM
setiap minggu sekitar USD3,7 sampai USD4 miliar.

"BBM itu membebani impor karena konsumsi bbm meningkat maka impor
meningkat. Impor BBM itu Tiap minggu USD3,7 miliar sampai USD4 miliar, itu
besar dan itu kan menggunakan devisa, salah satu cara untuk menurunkan
impor BBM memang harus ada penyesuaian harga BBM," jelas dia.

Hal berikutnya adalah penyesuaian harga BBM bisa menurunkan utang luar
negeri. Mirza menilai, impor BBM saat ini membuat utang luar negeri jangka
pendek untuk membiayai impor meningkat.

"Kalau konsumsi BBM turun, utang luar negeri juga turun," tambahnya.

Saat ini, lanjut dia, yang menikmati subsidi BBM adalah mereka yang
memiliki kendaraan. Padahal manfaatnya bisa digunakan untuk
pembangunan infrastruktur transportasi umum.

Jadi tiga hal yang bisa terbantu adalah penurunan defisit APBN, penurunan
impor dan penurunan utang luar negeri, keempat dana subsidi BBM bisa
dialokasikan ke hal lain," tukas Mirza. (wAKARTA - Masyarakat dihebohkan
dengan berbagai isu mengenai Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu
terakhir ini. Mulai dari kebijakan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi,
rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, hingga kelangkaan
BBM bersubsidi.

Namun tidak banyak yang tau apa keuntungan bagi Indonesia jika harga
BBM dinaikkan. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza
Adityaswara mengatakan, ada empat keuntungan yang bisa didapatkan
negara jika harga BBM bisa disesuaikan.

Pertama, adalah membantu penurunan defisit Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN). Menurutnya, salah satu yang menyebabkan
direvisinya APBN 2014 adalah karena pembengkakan yang terjadi pada
subsidi BBM.

"Defisit yang besar kan butuh pembiayaan artinya pemerintah harus utang
lebih besar, memang solusinya harus ada penyesuaian harga," kata Mirza di
Gedung DPR, Rabu (27/8/2014).

Kemudian yang kedua, jika harga BBM disesuaikan bisa menurunkan beban
impor. Mirza menyebutkan, saat ini biaya yang diperlukan untuk impor BBM
setiap minggu sekitar USD3,7 sampai USD4 miliar.

"BBM itu membebani impor karena konsumsi bbm meningkat maka impor
meningkat. Impor BBM itu Tiap minggu USD3,7 miliar sampai USD4 miliar, itu
besar dan itu kan menggunakan devisa, salah satu cara untuk menurunkan
impor BBM memang harus ada penyesuaian harga BBM," jelas dia.

Hal berikutnya adalah penyesuaian harga BBM bisa menurunkan utang luar
negeri. Mirza menilai, impor BBM saat ini membuat utang luar negeri jangka
pendek untuk membiayai impor meningkat.

"Kalau konsumsi BBM turun, utang luar negeri juga turun," tambahnya.

Saat ini, lanjut dia, yang menikmati subsidi BBM adalah mereka yang
memiliki kendaraan. Padahal manfaatnya bisa digunakan untuk
pembangunan infrastruktur transportasi umum.

Jadi tiga hal yang bisa terbantu adalah penurunan defisit APBN, penurunan
impor dan penurunan utang luar negeri, keempat dana subsidi BBM bisa
dialokasikan ke hal lain," tukas Mirza. (wdi)di) JAKARTA Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) blak-blakan mengungkapkan alasannya tidak
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal tersebut
disampaikan oleh SBY melalui akun pribadinya di laman Youtube yang baru
dibuat hari ini, Jumat 29 Agustus 2014.

Dalam wawancara singkat di jejaring sosial tersebut, SBY membeberkan


bahwa pemerintahan yang dipimpinnya selama 10 tahun terakhir sudah
beberapa kali memangkas harga BBM bersubsidi.

"Masalah subsidi BBM selalu dihadapi dari satu pemerintahan ke


pemerintahan yang lain. Bagi negara yang menganut sistem kapitalistik,
subsidi itu tidak disukai. Tapi, saya berpendapat lain. Di Indonesia masih ada
saudara-saudara kita yang miskin, yang daya belinya rendah," jelas dia.
Dia mengungkapkan, ada plus dan minus dari kenaikan harga BBM. Dampak
negatif itu yang SBY khawatirkan.

"Pemerintah yang saya pimpin beberapa kali melakukan kenaikan harga


BBM, naikkan tarif listrik, pangkas anggaran. Tahun 2013, harga BBM kita
naikkan, rata-rata 33 persen. Tahun ini menaikkan TDL, Pertamina juga
naikan elpiji 12 kg," jelas dia.

"Pemerintah tahun ini juga melakukan pemotongan anggaran dalam jumlah


yang signifikan. Kita minta pemotongan Rp100 triliun, akhirnya dikurangi
Rp43 triliun. Dan, akhirnya defisit bisa kita turunkan," ungkap SBY. (wdi)

Anda mungkin juga menyukai