Premium
1. Menggunakan tambahan pewarna dye
2. Mempunyai Nilai Oktan 88
3. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah banyak
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax,
seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi.
Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannnya
di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai
pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu, Pertamax memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Premium. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah
tahun 1990, terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic
fuel injection (EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).
Pertamax
1. Ditujukan untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar beroktan tinggi
dan tanpa timbal.
2. Untuk kendaraan yang menggunakan electronic fuel injection dan catalyc
converters.
3. Menpunyai Nilai Oktan 92
4. Bebas timbale
5. Ethanol sebagai peningkat bilangan oktannya
6. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah yang sangat sedikit dibanding BBM
lain
Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina. Pertamax
Plus, seperti halnya Pertamax dan Premium, adalah produk BBM dari pengolahan
minyak bumi, dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannnya di kilang minyak. Pertamax Plus merupakan bahan bakar yang
sudah memenuhi standar performa International World Wide Fuel Charter
(IWWFC). Pertamax Plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki
rasio kompresi minimal 10,5, serta menggunakan teknologi Electronic Fuel
Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers,
dan catalytic converters.
Pertamax Plus
Bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar. Semakin tinggi nilai CR pada
mesin artinya membutuhkan bensin bernilai oktan tinggi. Mesin berkompresi
tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat tekanan yang tinggi), yang akan
menjadi masalah adalah, ketika bensin terbakar lebih awal sebelum busi
memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin menyala
mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar
tersebut. Kita sering mendengar istilah Ngelitik (pinging/knocking) . Bagaimana
menggambarkan kejamnya ngelitik yang dirasakan piston? Ibarat telapak tangan
kita ditusuk-tusuk dengan paku, kira-kira begitu. Perlahan namun pasti membuat
piston seperti permukaan bulan dan bahkan bisa bolong.
Saat terjadi ngelitik, bensin tidak menjadi tenaga yang terpakai. Kerja
mesin tidak optimal. Kembali diulang, mesin yang CR nya tinggi, memerlukan
bensin yang lambat terbakar. Semakin tinggi nilai CR, bensin harus semakin
lambat terbakarnya (oktan tinggi). Jadi untuk teman-teman, cermati nilai CR
mesin mobil/motor kita, isilah bensin yang sesuai untuk mesin tersebut.
Kesimpulan:
- Dianjurkan mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi. (kecuali ada modifikasi
lain).
- Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin semakin lambat terbakar
(dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi).
- Semakin TINGGI nilai oktan, maka bensin lebih sulit menguap
(penguapan rendah)
- Bensin yang gagal terbakar (akibat oktan terlalu tinggi), bisa
menyebabkan penumpukan kerak pada ruang bakar atau pada klep.
Solusi Alternatif :
Banyak cara untuk menyiasati agar bisa menggunakan bensin Premium
pada mesin yang ber-CR tinggi, namun mesin tidak mengalami ngelitik, antara
lain:
- Menambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan ke tangki bensin)
- Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan (biasanya mengandung
timbal, tidak ramah lingkungan).
- Merubah derajat waktu pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih
lambat Retard).
MOTOR:
BAJAJ
Pulsar 135cc 9,8 : 1
Pulsar 180cc UG3 9,5 : 1
Pulsar 180cc UG4 9,5 : 1
Pulsar 200cc 9,5 : 1
Pulsar 220cc 9,5 : 1
XCD 125cc 9,5 : 1
HONDA
Astrea Grand 9 : 1
Beat CW 9,2 : 1
Beat FI CBS 9,2 : 1
Beat FI CW 9,2 : 1
Kharisma 125D 9 : 1
Kharisma X 9 : 1K
irana 9 : 1
Legenda 9 : 1
Mega Pro CW 9,1 : 1
Mega Pro Std 9,1 : 1
NSR 6,8 : 1
PCX 10,6 : 1
Revo CW ABS 9,1 : 1
Revo FIT 9,1 : 1
Revo Std ABS 9,1 : 1
Revo Techno AT 9,1 : 1
Scoopy 9,2 : 1
Sonic 11 : 1
Spacy Helm-In PGM-FI 9,2 : 1
Spacy Helm-In SW 9,2 : 1
Supra 8,8 : 1
Supra Fit 9 : 1
Supra X 125 CW 9 : 1
Supra X 125 Helm-In PGM-FI 9,3 : 1
Supra X 125 Std 9 : 1
Tiger CW 9 : 1
Tiger Revo CW 9 : 1
Vario CW 10,7 : 1
Vario Techno 125 PGM-FI 11 : 1
Vario Techno 125 PGM-FI CBS 11 : 1
Vario Techno NCBS 11 : 1
Win 9 : 1
KAWASAKI
Athelete 125cc 9,8 : 1
Blitz 9,5 : 1
Blitz R 9,3 : 1
D-Tracker 150cc 9,5 : 1
D-Tracker 250cc 11 : 1
Edge R 9,5 : 1
Edge VR 9,5 : 1
ER 6 N 10,8 : 1
Kaze R 9,3 : 1
KSR 110 9,5 : 1
Ninja 150 L 6,9 : 1
Ninja 150 N 6,9 : 1
Ninja 150 RR 7,2 : 1
Ninja 150 RR SE 7,2 : 1
Ninja 150 SS 6,8 : 1
Ninja 250 R 11,3 : 1
Ninja 250 SE 11,3 : 1
Ninja 650 11,3 : 1
MINERVA
CBR 150 9,5 : 1
GTR 170 10 : 1
MadAss 125 9,3 : 1
MadAss 125 XX 9,3 : 1
Megelli 250 M 11,1 : 1
Megelli 250 R 11,1 : 1
Megelli 250 RE 11,1 : 1
Megelli 250 RV 11,1 : 1
Megelli 250 S 11,1 : 1
Naked 250 10,2 : 1
R 150 VX 9,2 : 1
SuperMoto 250 10,2 : 1
X-Road 150S 9,2 : 1
SUZUKI
Hayate 125 9,6 : 1
Nex UD 110 EE 9,4 : 1
Satria F 150 10,2 : 1
Satria FU 10,2 : 1
Satria HIU 94 7 : 1
Shogun 110 9,3 : 1
Shogun 125 9,5 : 1
Shogun 125 SP 9,5 : 1
Shogun Axello 125 NR 9,6 : 1
Shogun Axello 125 NR SR 9,6 : 1
Shogun Axello 125 R 9,6 : 1
TVS
Apache RTR 160 9,5 : 1
Apache RTR 180 9,5 : 1
Neo XR CW 9,35 : 1
Neo XR Disc 9,35 : 1
Neo XR SW 9,35 : 1
RockZ CW 9,3 : 1
RockZ DD 9,3 : 1
RockZ SW 9,3 : 1
Tormax 150 11,3 : 1
YAMAHA
Byson 9,5 : 1
Crypton 9 : 1
F1 ZR 7,1 : 1
Fino Classic 8,8 : 1
Fino Fashion 8,8 : 1
Fino Sporty 8,8 : 1
Force FI 9,3 : 1
Jupiter MX 10,9 : 1
Jupiter MX CW AC 10,9 : 1
Jupiter MX CW MC 10,9 : 1
Jupiter Z 9,3 : 1
Jupiter ZX CW 9,3 : 1
Jupiter ZX SE 9,3 : 1
Lexam 9,3 : 1
Majesty 125 11 : 1
Mio 8,8 : 1
Mio CW 8,8 : 1
Mio CW SE 8,8 : 1
Mio J CW FI 8,8 : 1
Mio J CW FI Teen 8,8 : 1
Mio J FI 8,8 : 1
Mio Soul 8,8 : 1
Mio Sporty CW 8,8 : 1
Nouvo 8,8 : 1
RX King 6,9 : 1
RXS 7,2 : 1
RXZ 7 : 1
RZR 7 : 1
Scorpio 9,5 : 1
Scorpio Z 9,5 : 1
Scorpio Z CW 9,5 : 1
Soul GT 8,8 : 1
Vega R 9,3 : 1
Vega R DB 9,3 : 1
Vega ZR 9,3 : 1
Vega ZR DB 9,3 : 1
V-Ixion 10,4 : 1
V-Ixion SE 10,4 : 1
Xeon 10,9 : 1
YT 115 7,2 : 1
MOBIL
Suzuki
Swift
9,5:1
Pertamax
Grand
Vitara
10,5:1
Pertamax
Grand
Escudo
XL-7
9,5:1
Escudo
2.0
Escudo
9,3:1
1.6
Plus
Pertamax
Premium/Pertamax
9,5:1
Pertamax
Baleno
9,5:1
Pertamax
Aerio
9,5:1
Pertamax
APV
9,0:1
Karimun
Premium/Pertamax
8,8:1
Katana
Premium
8,8:1
Premium
Carry
1.5
8,9:1
Premium
Carry
1.0
8,9:1
Premium
Carry
1.3
9,0:1
Premium
Esteem
1.6
GT
Side
Kick
SX-4
10,5:1
9,5:1
8,9:1
Pertamax
Pertamax
Premium
Plus
Honda
Jazz
I-Dsi
10,4:1
Pertamax/Pertamax
Plus
Jazz
V-Tec
10,1:1
Pertamax/Pertamax
Plus
City
I-DSi
10,5:1
Pertamax/Pertamax
Plus
City
V-Tec
10,1:1
Pertamax/Pertamax
Plus
Stream
1.7
9,5:1
Pertamax
Stream
2.0
9,4:1
Pertamax
Toyota
Starlet
XL
Starlet
1.000
cc
SE
1.3
Twin
Cam
Great
Corolla
Avanza
9,3:1
9,5:1
Pertamax
9,5:1
Pertamax
9,5:1
11:1
Yaris
Premium/Pertamax
Pertamax
Pertamax
10,5:1
Plus
Pertamax/Pertamax
Plus
Innova
2.0
9,8:1
Pertamax
Innova
2.7
9,7:1
Pertamax
Rush
Alphard
Alphard
10:1
2400
3500
cc
cc
Pertamax/Plus
9.8
10.8
:
:
1
Pertamax
Pertamax
Plus
Nissan
X-Trail
2.0
Terano
Livina
Livina
9,9:1
8,3:1
1.5L
10,5:1
1.8L
Pertamax
Premium
Pertamax/Pertamax
9,9:1
Plus
Pertamax
Sentra
Genesis
Cefiro
9,3:1
9,5:1
Pertamax
Pertamax/Pertamax
Plus
Daihatsu
Xenia
EJ
Terios
Taruna
Sirion
(vvti)
11:1
10,0:1
EFI
Pertamax
Pertamax/Pertamax
9,5:1
10,0:1
Ceria
Pertamax/Pertamax
Pertamax/Pertamax
9,5:1
Plus
Plus
Plus
Plus
Pertamax
Mitsubishi
Eterna
DOHC
9,8:1
Pertamax
Eterna
SOHC
8,5:1
Premium