Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH

GERHANA MATAHARI DARI KEMENTERIAN AGAMA RI

Jamaah Rahimakumullah,
Marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yaitu istiqamah dalam mengerjakan
segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan demikian,
mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta
mendapat keridhaan Allah SWT di dunia dan di akhirat.
Jamaah Rahimakumullah,
Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 190-191:




Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan
Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka
peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran:190-191).

Hanya ulil albaab (orang-orang yang berfikir dengan iman) yang mau merenungi
makna gerhana dan mengambil hikmahnya. Gerhana kadang tampak
menakutkan. Secara perlahan matahari menjadi gelap sebagian, lalu selama
beberapa saat matahari berada pada fase gelap total, dan kemudian secara
perlahan kembali pada wujudnya yang cemerlang. Seolah matahari dimakan
sesuatu yang luar biasa. Saat siang sinar matahari tiba-tiba gelap. Muncullah
berbagai mitos di berbagai masyarakat. Sebagian masyarakat ada yang percaya
dengan mitos bahwa saat gerhana matahari dimakan raksasa sehingga orangorang memukul berbagai benda untuk mengusir raksasa itu. Dan itu dianggap
berhasil ketika matahari kembali benderang.
Sebagian masyarakat percaya juga dengan mitos yang mengaitkan gerhana
dengan pertanda buruk tertentu. Pada zaman Rasululah SAW, mitos itu pun
terekam di dalam beberapa hadits. Saat putra Rasululah SAW, Ibrahim, wafat
terjadi gerhana sebagian di wilayah Madinah. Orang-orang ada yang mengaitkan
kematian Ibrahim dengan kejadian gerhana. Namun Rasulullah SAW
membantahnya dan mengajarkan nilai-nilai tauhid untuk menyikapinya. Kalau
pun ada ketakutan yang muncul, takutlah kepada Allah yang menciptakan

gerhana, bukan takut kepada gerhananya atau mitos-mitos yang tak jelas
logikanya.
Di dalam hadits Ab Burdah dari Ab Ms Radhiyallhu anhu, dikisahkan
peristiwa gerhana di Madinah:
Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi Saw. langsung berdiri terkejut dan merasa
ketakutan kiamat akan datang. Beliau pergi ke masjid dan melakukan sholat
yang panjang berdiri, ruku, dan sujudnya. Setelah itu Nabi bersabda,

Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, di


mana keduanya tidak akan terjadi gerhanadisebabkan karena kematian atau
kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah
dan bersegeralah berdoa kepada Allah memohon ampunan-Nya, bertakbirlah
dan dirikanlah shalat dan bersedakahlah. (Muttafaq Alaihi)

Jamaah Rahimakumulah,
Ya, gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan
sains, kita bisa lebih banyak mempelajari ayat-ayat-Nya di alam ini. Gerhana
memberi banyak bukti bahwa alam ini ada yang mengaturnya. Allah yang
mengatur peredaran benda-benda langit sedemikian teraturnya sehingga
keteraturan tersebut bisa diformulasikan untuk prakiraan. Allah berfirman:


Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang. (QS Ibrahim:33)

Matahari dan Bulan beredar pada orbitnya masing-masing, bagaimana bisa


menyebabkan gerhana? Pada awalnya orang-orang menganggap bumi diam,
bulan dan matahari yang mengitari bumi dalam konsep geosentris. Kemudian
berkembang pemahaman matahari yang diam sebagai pusat alam semesta,
benda-benda langit yang mengitarinya, dalam konsep heliosentris. Bulan dan
Matahari juga dianggap punya cahayanya masing-masing. Tetapi Al-Quran
memberi isyarat, bahwa walau terlihat sama bercahaya, sesungguhnya bulan
dan matahari berbeda sifat cahayanya dan gerakannya. Allah SWT berfirman:


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan


yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus:5).

Ayat ini bukan hanya mengungkapkan perbedaan sifat cahaya matahari dan
bulan, tetapi juga perbedaan geraknya. Perbedaan orbitlah yang menyebabkan
matahari tampak tidak berubah bentuknya, sedangkan bulan berubah-ubah
bentuknya sebagai perwujudan perubahan tempat kedudukannya (manzilahmanzilah) dalam sistem bumi-bulan-matahari. Kini sains bisa mengungkapkan
sifat gerak dan sumber cahaya bulan dan matahari.
Gerak harian matahari dan bulan, terbit di Timur dan terbenam di Barat, hanya
merupakan gerak semu. Karena sesungguhnya bumilah yang bergerak. Bumi
berputar pada porosnya sekali dalam sehari sehingga siang dan malam silih
berganti dan benda-benda langit pun tampak terbit dan terbenam, seperti
halnya matahari dan bulan. Sesungguhnya gerak yang terjadi bukan hanya bumi
yang berputar pada porosnya, tetapi juga matahari dan bulan beredar pada
orbitnya. Bulan mengorbit bumi, sementara bumi mengorbit matahari, dan
matahari pun tidak diam, tetapi bergerak juga mengorbit pusat galaksi. Cahaya
matahari berasal dari reaksi nuklir di intinya, sedangkan bulan berasal dari
pantulan cahaya matahari. Efek gabungan sudut datang cahaya matahari dan
sudut tampak dari permukaan bumi menyebabkan bulan tidak selalu tampak
bulat, tetapi berubah-ubah dari bentuk sabit ke purnama yang bulat, dan
kembali lagi ke sabit tipis seperti pelepah kering. Allah SWT berfirman,



Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami
tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada
dalam kegelapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan
bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah ia seperti bentuk pelepah yang tua. Tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan
masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yaasiin: 37-40).

Walau tampak matahari dan bulan berjalan pada jalur yang sama, tidak mungkin
keduanya bertabrakan atau saling mendekat secara fisik, karena orbitnya
memang berbeda. Perjumpaan bulan dan matahari saat gerhana matahari
hanyalah ketampakkannya, ketika matahari tampak terhalang oleh bulan yang
berada di antara matahari dan bumi. Dan pada saat gerhana bulan, bulan dan
matahari berada pada posisi yang berseberangan sehingga cahaya matahari
yang mestinya mengenai bulan, terhalang oleh bumi. Bulan purnama menjadi
gelap karena bayangan bumi.

Jamaah Rahimakumulah,
Sains menjelaskan fenomena yang sesungguhnya. Sains menghilangkan mitos
dan meneguhkan keyakinan akan kekuasaan Allah. Gerhana kita ambil
hikmahnya, bahwa Allah menunjukkan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya
dengan fenomena itu. Keteraturan yang luar biasa yang Allah ciptakan
memungkinkan manusia menghitung peredaran matahari untuk digunakan
dalam perhitungan waktu dan digunakan untuk memprakirakan gerhana. Mari
kita buktikan bahwa sains telah memprediksi gerhana pagi ini. Ketika kita
menyaksikan kebenaran prakiraan sains, bukan kebanggaan intelektual yang
kita tunjukkan melainkan ungkapan:
Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau
(dari segala kekurangan), maka (ampunilah segala kesalahan penjelahan
intelektual kami dan) peliharalah Kami dari siksa neraka.

Khutbah Kedua

Jamaah Rahimakumulah,
Allah SWT berfirman dalam surah al-Qiyamah ayat 6-12:

Dia bertanya, Kapankah hari kiamat itu?, Maka apabila mata terbelalak
(ketakutan), dan bulan pun telah hilang cahayanya, lalu matahari dan bulan
dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata, Ke mana tempat lari? tidak! Tidak
ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhan-Mu tempat kembali pada hari itu.

Setelah kita melaksanakan shalat gerhana dan merenungi hikmah di balik itu,
marilah kita akhiri khutbah ini dengan mohon ampunan dan mohon kekuatan
untuk menjejaki kehidupan kita selanjutnya.

, ,

Anda mungkin juga menyukai