PATOLOGI IKAN
PCR (POLIMERASE CHAIN REACTION)
NAMA
NIM
KELOMPOK
ASISTEN
: NURLIA
: L221 13 025
: IV (EMPAT)
:1. MUH.CHAIDIR
2. ARINI TRI JAYANTI
3. AMRIANA
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan
dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat
molekuler sampai pengaruhnya pada setiap individu.Patologi merupakan subjek
yang selalu mengalami perubahan, penyempurnaan dan perluasan dalam
memahami
pengetahuan
tentang
penyakit.Patologi
bertujuan
utama
untuk
sintasan
pemeliharaan
tinggi
dan
Feed
Convertion
Ratio
Polymerase
Chain
Reaction
(PCR)
adalah
metode
untuk
amplifikasi
pengatur
siklus
termal
otomatis
(Perkin-Elmer/Cetus)
untuk
menempatkan reaksi sampai 30 atau lebih siklus denaturasi, anil primer, dan
polimerisasi. Setelah amplifikasi dengan PCR, produk ini dipisahkan dengan
elektroforesis gel poliakrilamida dan secara langsung divisualisasikan setelah
pewarnaan dengan bromida etidium (Mahmuddin. 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) terinfeksi bakteri vibrio atau tidak maka dilakukan praktikum
PCR (Polimerase Chain Reaction). Yang dimana PCR (Polymerase Chain Reaction)
merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro
pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida
I.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan PCR ini adalah untuk mengetahui udang yang positif atau
negative terinfeksi oleh bakteri Vibrio.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Subphylum
: Crustacea
Class
: Malacostraca
Order
: Decapoda
Suborder
: Dendrobranchiata
Family
: Penaeidae
Genus
: Litopenaeus
Species
: L. vannamei
II.2. Morfologi
Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang
vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan
Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama
membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white shrimp.
Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain, relatif
tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat tebar
tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat et
al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat mencapai 80 - 100 tingkat
kelulushidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3
gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Ukuran
tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram
dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan lambat yaitu 7 sekitar 1 gram/
minggu.
Udang
betina
tumbuh
lebih
cepat
daripada
udang
pemberian pakan dapat berupa pellet yang diberikan beberapa kali dalam satu hari.
Dari penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan beberapa kali sehari
memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada satu kali sehari.Udang vaname
membutuhkan pakan dengan 35% kandungan protein, lebih rendah dari pada yang
dibutuhkan oleh udang P.monodon dan udang P.japonicus. Jika digunakan pakan
dengan kandungan protein tinggi (45%), pertumbuhan cepat dan produksi tinggi
tetapi biaya mahal, sehingga lebih visibel dengan pakan protein rendah.Pakan yang
mengandung ikan dan cumi-cumi akan memacu pertumbuhan (Suryanto, 2009).
II.4. Siklus hidup
Secara alami udang vaname termasuk jenis katadromus, yaitu udang
dewasa hidup di laut terbuka
gonad (matur), kawin (mating) dan bertelur (spawning) berada pada perairan dengan
kedalaman sekitar 70 meter di Amerika selatan, tengah dan utara, dengan suhu 26 28C dan salinitas sekitar 35 ppt. Telur menetas dan larva berkembang di
laut
tersedia nutrien, air laut dengan salinitas dan suhu yang bervariasi dari pada di laut
terbuka. Setelah beberapa bulan di estuari, udang muda kembali ke lingkungan laut
menjauhi pantai, dimana aktivitas matur, mating dan spawning terjadi.
IV.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum PCR maka udang vannamei telah positif terinfeksi oleh
bakteri Infectious hypodermal and hematopoietic necrosis virus (IHHNV) karena
pada saat di dilakukan PCR ternyata muncul pita pada 300 bp yang menandakan
bahwa udang sampel tersebut telah positif terinfeksi oleh virus hypodermal and
hematopoietic necrosis virus (IHHNV). IHHNV pada tahun 1981 telah menyebabkan
mortalitas lebih dari 90% pada budidaya P. stylirostris di Hawai dan pada
P.vannamei dan P. monodon menyebabkan pertumbuhan menurun dan cacat yang
dikenal dengan runt deformity syndrome (RDS) (Lightner et al.1983).
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan
(amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh
dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah
yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan
DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo
yang bersifat semi konservatif (Idha dan Nirmalasari, 2007).
PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di
dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada
proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templat)
yang mengandung DNA-target (yang akan diamplifikasi) untuk pembentukan
molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan
sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer akan
mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak pada
awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan
menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon 3. Setelah kedua primer
menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan
kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan
nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester
antara OH pada karbon 3 dengan gugus 5 fosfat dNTP yang ditambahkan.
Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase ini
berlangsung dengan arah 53 dan disebut reaksi polimerisasi. Enzim DNA
polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan nukleotida
yang terdapat pada rantai DNA templat (Aninda, 2011).
DNA singkatan dari deoxyribonucleic acid, yaitu suatu molekul yang terdapat
dalam sel semua makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mulai dari bakteri sampai
manusia memiliki DNA. DNA dapat mereplikasi yaitu membentuk salinan dirinya
sendiri. Setiap untaian DNA berisi sekuens basis tertentu. Setiap basis juga
dihubungkan oleh molekul gula dan fosfat. Bila basis membentuk anak tangga
(horizontal), maka molekul gula dan fosfat membentuk bagian vertikal dari tangga
tersebut (Hedi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Idha Wijaya, Nirmalasari.2007.Analisis Kesesuaian Lahan dan Pengembangan
Kawasan Perikanan Budidaya di wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur. Institut
Pertanian Bogor.
Aninda. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi
Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha. Institut Pertanian Bogor.
Hedi sasrawan. 2012. DNA-Asam-Deoksiribonukleat.diakses pada tanggal 27
November 2015.
Suryanto Suwoyo.2009. Tingkat Konsumsi Oksigen Sedimen pada Dasar Tambak
Intensif Udang Vanname (Litopenaeus vanname). Institut Pertanian Bogor
Mahmuddin. 2010. Polymerase-Chain-Reaction-PCR. Diakses pada tanggal 19
November pada pukul 17.25 WITA.
Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Bina Adiaksara. Jakarta.
Santoso, D. 2006. Penerapan GAP (Good Aquaculture Practices) Pada Budidaya
Udang di Tambak. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP)
Budidaya Udang Vaname 6 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau
Situbondo
Suyanto, S.R., Mujiman. A., 2005. Budidaya Udang Windu. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wyban, J. A dan Sweeney, J. 1991 Intensif Shrimp Production Technology. Honolulu,
Hawaii, USA 96825.