Anda di halaman 1dari 29

BIOGRAFI

Nama

Chairil Anwar

Tempat, Tanggal Lahir

Medan, 26 Juli 1992

Jenis Kelamin

Laki laki

Agama

Islam

Istri

Hapsah Wiraredja

Anak

Evawani Alissa

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Suku Bangsa

Minangkabau

Pendidikan

Hollandsch-Inlandsche School
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)

Beberapa Karyanya

Karya Terkenal

1943
Ajakan
Aku
Aku Berada Kembali
Aku Berkisar Diantara Mereka
Doa
Hampa
Kenangan
Kesabaran
Kepada Peminta-minta
Krawang Bekasi
Merdeka
Nisan
Rumahku
Yang Terampas dan Yang Putus
Aku
Krawang Bekasi

Meninggal

28 April 1949

Nurul Aini X4

Chairil

Anwar (lahir

di Medan, Sumatera

Utara, 26

Juli 1922 meninggal

di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari
karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah
menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan
oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil

Anwar

mulai

mengenyam

pendidikan

di Hollandsch-Inlandsche

School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masapenjajahan Belanda. Ia
kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat
usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15
tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya
di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisipuisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisipuisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap
terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama
Asia Timur Raya.
Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati
tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan
tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan
Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani
Alissa, namun bercerai pada akhir tahun 1948.
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak
usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di
Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada
tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih
karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet
Bivak, Jakarta.
Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari
meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra
Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati
muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang
Putus".

Nurul Aini X4

Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi;


kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara
Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal
berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang
diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat.
Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam
Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi
dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Nurul Aini X4

Krawang Bekasi Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Taufik Ismail

Tempat, Tanggal Lahir

Bukit tinggi, 25 Juni 1935

Jenis Kelamin

Laki laki

Agama

Islam

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Pendidikan

SMP di Bukittinggi
SMA di Bogor
Whitefish Bay High School di Milwaukee,

Wisconsin, AS
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan,

Universitas Indonesia (Sekarang IPB)


International Writing Program, University of

Iowa, Iowa City, Amerika Serikat


Faculty of Languange and Literature, American
University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993

Beberapa Karyanya

1. Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)


2. Benteng, Litera ( 1966)
3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi)
(1972)
4. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
5. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
6. Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
7. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
8. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
9. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid
Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan
repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI),
Yayasan Ananda (1995)
Nurul Aini X4

10. Seulawah Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.),
Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa
Aceh (1995)
11. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (199 8)
12. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus
R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh.
Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), HorisonKakilangit-Ford Foundation (2001)
13. Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita
Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama
Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D.
Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra
Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford
Foundation (2002)
Karya terjemahan
1.

Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)

2.

Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)

3.

Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of
Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad),
Tintamas (1964)
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah

dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke


Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi,
SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 19561957 ia memenangkan
beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High
School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.
Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan,
Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun1963. Pada tahun 19711972 dan
19911992 ia mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City,
Amerika Serikat. Ia juga belajar pada Faculty of Languange and Literature, American
University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993. Karena pecah Perang Teluk, Taufiq pulang ke
Indonesia sebelum selesai studi bahasanya.

Nurul Aini X4

Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai kegiatan. Tercatat, ia pernah
menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (19601961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa
(19601962). Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (19631965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan
asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan
IPB (1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang
oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan
Florida. Ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri pada tahun 1964.
Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq
bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan
Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966). Sampai sekarang
ini ia memimpin majalah itu.
Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman
Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968). Di ketiga
lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur
TIM, dan Rektor LPKJ (19681978). Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq bekerja di
perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).
Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar
negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq
selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa
Trisakti, dan peristiwa Pengeboman Bali.

BIOGRAFI

Nurul Aini X4

Nama

W. S. Rendra

Tempat, Tanggal Lahir

Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935

Jenis Kelamin

Laki laki

Agama

Islam

Istri

:
1. Sunarti Suwandi
2. Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat
3. Ken Zuraida

Anak

:
1. Theodorus Setya Nugraha
2. Andreas Wahyu Wahyana
3. Daniel Seta
4. Samuel Musa
5. Clara Sinta
6. Yonas Salya
7. Sarah Drupadi
8. Naomi Srikandi
9. Rachel Saraswati
10. Isaias Sadewa
11. Mikriam Supraba.

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Pendidikan

TK Marsudirini, Yayasan Kanisius.

SD s/d SMU Katolik, St. Yosef, Solo - Tamat pada tahun


1955.

Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan,


Universitas Gajah Mada, Yogyakarta - Tidak tamat.

kursus dengan fadli dzulikram

mendapat beasiswa American Academy of Dramatical


Art (1964 - 1967).

Nurul Aini X4

Beberapa Karyanya

Ballada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)


Blues untuk Bonnie

Empat Kumpulan Sajak

Sajak-sajak Sepatu Tua

Mencari Bapak

Perjalanan Bu Aminah

Nyanyian Orang Urakan

Pamphleten van een Dichter

Potret Pembangunan Dalam Puisi

Disebabkan Oleh Angin

Orang Orang Rangkasbitung

Rendra: Ballads and Blues Poem

State of Emergency

Meninggal

Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009

Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra); lahir di Solo, Jawa Tengah, 7


November 1935 meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun)
adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel
Teater di Yogyakarta pada tahun1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan
politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985.
Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.
Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu
Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada
sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah
penari serimpi di keratonmajapahit. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota
kelahirannya. Setelah menikah, ia pindah agama menjadi Islam.
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia
sudah
mulai
menunjukkan
kemampuannya
dengan
menulis
puisi, cerita
pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia
juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil
sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.

Nurul Aini X4

Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui
majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah
pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut
seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60an dan tahun 70-an.
"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan OrangOrang di Tikungan Jalan adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah
pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada
saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk
berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat
bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah
satu angkatan atau kelompok sepertiAngkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an.
Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya
bahasa Inggris, Belanda,Jerman, Jepang dan India.
Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam
International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry
Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York
Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry
Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur(1992), dan Tokyo Festival
Pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari
wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Theodorus
Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta.
Romantisme percintaan mereka memberi inspirasi Rendra sehingga lahir beberapa puisi yang
kemudian diterbitkan dalam satu buku "Empat Kumpulan Sajak".
Di kemudian hari pada tahun 1971 datanglah Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat
ditemani oleh kakaknya RA Laksmi Prabuningrat, keduanya adalah putri darah biru
Keraton Yogyakartamengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Rendra dan bergabung
dengan Bengkel Teater. Tak lama kemudian Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua,
dan Sito menerimanya. Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis
seperti mengenai masuknya Rendra menjadi Islam hanya untuk poligami. Tapi alasan yang
lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus
menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung
beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak
individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah
lebih dekat dari urat leher seseorang. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas
Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati
Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan
mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan
Mikriam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran
Maryam, Rendra diceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.

Nurul Aini X4

Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya, "Yang
Muda Yang Bercinta" ia dicekal pemerintah Orde Baru. Semua penampilan di muka publik
dilarang. Ia menerbitkan buku drama untuk remaja berjudul "Seni Drama Untuk Remaja"
dengan nama Wahyu Sulaiman. Tetapi di dalam berkarya ia menyederhanakan namanya
menjadi Rendra saja sejak 1975.

BIOGRAFI

Nama

Sutardji Calzoum Bachri

Tempat, Tanggal Lahir

Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941

Jenis Kelamin

Laki laki

Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941; umur 69
tahun) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri
melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas
Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat
kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison
dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.
Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu
perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan
dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.
Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading
International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di
Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga
memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.
Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan
diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World
(Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda:
Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven,
negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah
South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand.
O Amuk Kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bachri dari
periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas
pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Muhammad Yamin

Tempat, Tanggal Lahir

Sawahlunto, Sumatra Barat, 23 Agustus 1903

Jenis Kelamin

Laki-laki

Meninggal

Jakarta, 26 Oktober 1962

Muhammad Yamin lahir 23 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatra Barat, meninggal


26 Oktober 1962 di Jakarta. Dia menulis puisi dan lakon yang berlatar belakang sejarah serta
menerjemahkan sejumlah karya asing.
Dua buku puisinya masing-masing terdiri dari satu judul, Tanah Air (9 Desember
1922, berupa manuskrip di Pusat Dokumentasi H. B. Jassin) terdiri dari 30 bait dan tiap bait
terdiri 9 baris; Indonesia, Tumpah Darahku (26 Oktober 1928) terdiri dari 88 bait dan tiap
bait terdiri dari 7 baris.
Muhammad Yamin (dan Rustam Effendi) terkenal sebagai pembawa puisi berpola
soneta dari Belanda asli Italia itu ke Indonesia. Antara tahun 1920 1922, dia banyak
menulis lirik. Yamin sendiri banyak menulis soneta, tapi belum dibukukan.
Lakonnya, Ken Arok dann Ken Dedes (1934), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata...
(1932), Gajah Mada (1946), Pangeran Dipanegara (1950). Terjemahannya anatara lain :
Julius Caesar (1952) karya William Shakespeare, 1564-1616; Menantikan Surat dari Raja dan
Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga karya Rabindranath Tagore (1861-1941).
Sejumlah puisinya ada dalam antologi Pujangga Baru : Prosa dan Puisi (1963) susunan H. B.
Jassin. Beberapa puisinya yang terkenal yaitu Bukit Barisan, Gembala, Gubahan, Gamelan,
dan Perasaan.
Oleh beberapa pengamat dan peninjau sastra, Muhammad Yamin dianggap sebagai
pemula penyair dalam khasanah sastra Indonesia modern. Setelah dewasa dan matang, dia
terjun ke gelanggan politik dan tidak mencipta karya sastra lagi.

Nurul Aini X4

Bukit Barisan Muhammad Yamin

Hijau tampaknya Bukit Barisan


Berpuncak Tanggamus dengan Singgalang
Putuslah nyawa hilanglah badan
Lamun hati terkenal pulang
Gunung tinggi diliputi awan
Berteduh langit malam dan siang
Terdengar kampung memanggil taulan
Rasakan hancur tulang belulang
Habislah tahun berganti jaman
Badan merantau sakit dan senang
Membawakan diri untung dan malang
Di tengah malam terjaga badan
Terkenang bapak sudah berpulang
Berteduh selasih kemboja sebatang

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Sanusi Pane

Tempat, Tanggal Lahir

Muarasipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905

Jenis Kelamin

Laki laki

Agama

Islam

Saudara

Armijn Pane

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Beberapa Karyanya

Meninggal

Pagi
Kesadaran
Candi Mendut
Candra
Majapahit
Tanah Bahagia
Melati
Kembang Melati
Arjuna
Teratai

Jakarta, 2 Januari 1968

Sanusi Pane lahir 14 November 1905 di Muarasipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera


Utara, meninggal dunia 2 Januari 1968 di Jakarta. Dia pernah bekerja sebagai redaktur Balai
Pustaka, tapi lebih banyak aktif dalam lapangan pendidikan dan pengajaran di sekolahsekolah kebangsaan. Dia pun banyak bergerak di lapangan jurnalistik. Dia memimpin
majalah Timbul edisi bahasa Indonesia, 1932-1933.

Nurul Aini X4

Sanusi pernah melawat ke India (1929-1930) dan menghasilkan sekumpulan puisi


berjudul Madah

Kelana (1931).

Bukunya

yang

lain: Pancaran

Cinta (1926), Puspa

Mega (1927). Banyak perhatiannya tercurah pada sejarah. Lima lakonnya, empat di antaranya
berdasarkan sejarah di Jawa. Dua diantara judul itu dia tulis dalam bahasa belanda,
yaitu Airlangga (1928) dan Eenzame Garoedavlucht (1930). Tiga judul lainnya dalam bahasa
Indonesia: Kertajaya (1932), Sandhyakala ning Majapahit(1933), dan Manusia Baru (1940).
Karya sejarahnya: Sejarah Indonesia (1942) dan Indonesia Sepanjang Masa (1952). Dia pun
menerjemahkan karya sastra lama dari bahasa Kawi berjudul Arjuna Wiwaha (1948)
dan Bunga

Rampai

dari

Hikayat

lama (1946).

Sejumlah puisinya ada dalam antologi Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963) susunan H.B.
Jassin, beberapa puisinya yaitu Pagi, Kesadaran, Candi Mendut, Candra, dan sebagainya.

Nurul Aini X4

Pagi Sanusi Pane

Pagi telah tiba, sinar matahari


Memancar dari belakang gunung,
Menerangi bumi, yang tadi dirundung
Malam, yang sekarang sudahlah lari.
Alam bersuka ria, gelak tersenyum,
Berseri-seri, dipeluk si raja siang.
Duka nestapa sudah diganti riang,
Sebab Sinar Bahagia datang mencium.
Mari, O Jiwa, yang meratap selalu
Dalam rumahmu, turutlah daku.
Apa guna menangisi waktu yang silam?
Mari, bersuka ria, bercengkerema
Dengan alam, dengan sinar bersama-sama,
Di bawah langit yang seperti nilam.

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Ajip Rosidi

Tempat, Tanggal Lahir

Jatiwangi, Jawa Barat 31 Januari 1938

Jenis Kelamin

Laki laki

Agama

Islam

Istri

Fatimah Wirjadibrata

Anak

Hj. Nunun Nuki Aminten


Hj. Titi Surti Nastiti
H. Uga Perceka
H. Nundang Rundagi
H. Rangin Sembada
Hj. Titis Nitiswari

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Pendidikan

Beberapa Karyanya

Sekolah Rakyat 6 tahun di Jatiwangi (1950)


Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
Taman Madya
Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat).

Matahari

Hidup

Ingat Aku Dalam Doamu

Bayangan

Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen, 1955)

Nurul Aini X4

Ketemu di Jalan (kumpulan sajak bersama SM


Ardan dan Sobron Aidit, 1956)

Pesta (kumpulan sajak, 1956)

Di Tengah Keluarga (kumpulan cerpen, 1956)

Sebuah Rumah buat Haritua (kumpulan cerpen, 1957)

Perjalanan Penganten (roman, 1958, sudah


diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh H.
Chambert-Loir, 1976; Kroatia, 1978, dan Jepang oleh
T. Kasuya, 1991)

Cari Muatan (kumpulan sajak, 1959)

Membicarakan Cerita Pendek Indonesia (1959)

Surat Cinta Enday Rasidin (kumpulan sajak, 1960);

Pertemuan Kembali (kumpulan cerpen, 1961)

Kapankah Kesusasteraan Indonesia lahir? (1964; cetak


ulang yang direvisi, 1985)

Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan


sajak, bahasa Sunda, 1967);

Jeram (kumpulan sajak, 1970);

Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan


sajak, bahasa Sunda, 1967)

Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969)

Ular dan Kabut (kumpulan sajak, 1973)

AJIP ROSIDI (dibaca: Ayip Rosidi) lahir 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka,
Jawa Barat, Indonesia. Ia mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia,
kemudian telaah dan komentar tentang sastera, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku
atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastera Indonesia dan Sunda,
menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah,
berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik.

Nurul Aini X4

Pendidikan formalnya SD di Jatiwangi (1950), SMP di Jakarta (1953) dan Tainan Madya di
Jakarta (tidak tamat, 1956), selanjutnya otodidak.
Ia mulai mengumumkan karya sastera tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah
terkemuka pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Indonesia, Zenith,
Kisah dll. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai dengan tahun 1983, Ajip
adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat
dalam 22 majalah).
Bukunya yang pertama, Tahun-tahun Kematian terbit ketika usianya 17 tahun (1955),
diikuti oleh kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, kumpulan esai dan
kritik, hasil penelitian, dll., baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, yang jumlahnya kl.
seratus judul.
Karyanya banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam
bungarampai atau terbit sebagai buku, a.l. dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang,
Perands,
Kroatia,
Rusia,
dll.
Bukunya
yang
dalam
bahasa
Sunda,
a.l. Kanjutkundang (bungarampai sastera setelah perang disusun bersama Rusman
Sutiasumarga,
1963), Beber
Layar! (1964), Jante
Arkidam (1967), DurPanjak! (1967), Ngalanglang K.asusastran Sunda (1983),Dengkleung
Dengdek (1985), Polemik Undak-usuk Basa Sunda (1987), Haji Hasan Mustapajeung
Karya-karyana (1988), Hurip
Waras! (1988), Pancakaki(1996), Cupumanik
Astagina (1997), Eundeuk-eundeukan (1998), Trang-trang Kolentrang (1999), dll.
Ia juga mengumpulkan dan menyunting tulisan tersebar Sjafruddin Prawiranegara (3
jilid) dan Asrul Sani (Surat-surat Kepercayaan, 1997). Ketika masih duduk di SMP men-jadi
redaktur majalah Suluh Pelajar (Suluh Peladjar) (1953-1955) yang tersebar ke seluruh
Indonesia.
Kemudian
men-jadi
pemimpin
redaksi
bulanan Prosa (1955), Mingguan (kemudian Majalah Sunda (1965-1967), bulanan Budaya
Jaya (Budaja Djaja, 1968-1979). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan
Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya
(1970-1973).
Bersama kawan-kawannya, Ajip mendirikan penerbit Kiwari di Bandung (1962),
penerbit Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964), Duta Rakyat (1965) di Bandung,
Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971), Girimukti Pasaka di Jakarta
(1980), dan Kiblat Buku Utama di Bandung (2000). Terpilih menjadi Ketua IKAPI dalam dua
kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979). Menjadi anggota DKJ sejak awal (1968), kemudian
menjadi Ketua DKJ beberapa masajabatan (1972-1981). Menjadi anggota BMKN 1954, dan
menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960). Menjadi anggota LBSS dan
menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih dalam
Kongres 1993), tapi mengundurkan diri (1996). Salah seorang pendiri dan salah seorang
Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), kemudian menjadi salah seorang pendiri dan Ketua
Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin
(1977).
Sejak 1981 diangkat menjadi gurubesar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku
(Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (19821996)
Nurul Aini X4

dan Tenri Daignku (1982-1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehi-dupan sastera-budaya
dan sosial-politik di tanahair dan terus menulis. Tahun 1989 secara pribadi memberikan
hadiah sastera tahunan Rancage yang kemudi-an dilanjutkan oleh Yayasan Kebudaya-an
Rancage yang didirikannya. Ajip penerima Hadiah Sastera Nasional 1955-1956 untuk puisi
(diberikan tahun 1957) dan 1957-1958 untuk prosa (diberikan tahun 1960). Tahun 1993 mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah RI. Tahun 1999 menerima Kun Santo Zui Ho Sho (The
Order of Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang sebagai
penghargaan atas jasajasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan IndonesiaJepang.
Setelah pensiun ia menetap di Pabelan, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia
masih aktif mengelola beberapa lembaga non-profit seperti Yayasan Kebudayaan Rancag
dan Pusat Studi Sunda.

Penghargaan dan Hadiah

1.

Dalam Kongres Kebudayaan tahun 1957 di Denpasar, mendapat Hadiah Sastera


Nasional untuk sajak-sajak yang ditulisnya tahun 1955-1956;
2.
Dalam Kongres Kebudayaan tahun 1960 di Bandung, mendapat Hadiah Sastera
Nasional untuk kumpulan cerita pendeknya yang berjudul SebuahRumah Buat Haritua;
3.
Tahun 1975 mendapat Cultural Award dari Pemerintah Australia;
4.
Tahun 1993 mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia;
5.
Tahun 1994, terpilih sebagai salah seorang dari Sepuluh Putera Sunda yang
membanggakan daerahnya.
6.
Tahun 1988, sejumlah sahabatnya di Bandung mengadakan peringatan Ajip Rosidi
50 Tahun al. dengan menerbitkan buku Ajip Rosidi Satengah Abad.\
7.
Tahun 1999 mendapat Kun Santo Zui Hoo Shoo (Order of the Sacred Treasure, Gold
Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang;
8.
Tahun 2003 memperoleh Hadiah Mastera dari Brunei;
9.
Tahun 2004 mendapat Professor Teeuw Award dari Belanda.
10.
Tahun 2005, Paguyuban Panglawungan Sastera Sunda (PPSS) di Bandung
menyelenggarakan acara dramatisasi, musikalisasi puisi, dan diskusi bukuAyang-ayang
Gung dalam rangka 67 Ajip Rosidi (31 Januari 2005);
11.
Tahun 2007 mendapat Anugrah Budaya Kota Bandung 2007.

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Asrul Sani

Tempat, Tanggal Lahir

Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926 di

Jenis Kelamin

Laki laki

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Suku Bangsa

Minangkabau

Pendidikan

Fakultas Kedokteran Hewan IPB, 1955


University of Southern California, Amerika Serikat

Beberapa Karyanya

LAGU DARI PADA PASUKAN-TERAKHIR


KEKASIH YANG KELU
ELEGI

Asrul Sani lahir 10 Juni 1926 di Rao, Sumatera Barat. Tamat Fakultas Kedokteran
Hewan IPB, 1955. Ia pun pernah belajar dramaturgi dan sinematografi di University of
Southern California, Amerika Serikat, 1955-1957. Salah seorang pendiri Akademi Teater
Nasional Indonesia (ATNI), Jakarta. Pernah menjadi anggota dan salah seorang ketua Dewan
Kesenian Jakarta. Dia termasuk 10 anggota seumur hidup Akademi Jakarta.

Nurul Aini X4

Sejak 1966 menjadi anggota DPR/MPR sebagai wakil NU lalu Partai Persatuan
pembangunan, dia pun pernah lama duduk di Badan Sensor Film dan berulang kali menjadi
juri festifal film di pelbagai negara. Di bidang pers, kariernya pun panjang. Pernah di Suara
Bogor, Gema Suasana, Zenith, Gelanggang pada Siasat,memimpin majalah Abad
Muslimin, dan kolumnis Harian Kami.
Asrul Sani adalah penyair, eseis, cerpenis, penerjemah, pengarang lakon, pengarang
skenario film, sutradara lakon, dan sutradara film. Sejumlah karyanya sudah disalin ke dalam
pelbagai
bahasa
asing:
Inggris,
Belanda,
Jerman,
dan
Jepang.
Bukunya yang sudah terbit: Tiga Menguak Takdir, antologi puisi bersama Chairil Anwar dan
Rivai Apin (1950); Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat, kumpulan cerita pendek
(1972); Mantera, kumpulan puisi (1975). Sebuah eseinya ada dalam Sejumlah Masalah
Sastra susunan
Satyagraha
Hoerip
(1982).
Sekitar 20 skenerio film dia tulis dan10 judul film dia sutradarai, antara lain: Lewat
Jam Malam, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Tauhid, Salah Asuhan, Pagar Kawat
Berduri, Jembatan Merah, Bulan di Atas Kuburan, dan Apa yang Kau Cari,
Palupimemenangkan Hadiah I Festival Film Asia 1970 di Jakarta.
Asrul Sani dikenal sebagai salah seorang tokoh Angkatan 45 dalam sastra Indonesia.

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Sapardi Djoko Damono

Tempat, Tanggal Lahir

Surakarta, 20 Maret 1940

Jenis Kelamin

Laki laki

Istri

Wardiningsih

Pekerjaan

Penyair

Kebangsaan

Indonesia

Beberapa Karyanya

Karya Terkenal

Duka-Mu Abadi

Bandung (1969)

"Mata Pisau" (1974)

Perahu Kertas" (1983)

Aku Ingin
Hujan Bulan Juni
Pada Suatu Hari Nanti
Akulah si Telaga
Nurul Aini X4

Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 72 tahun)
adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang
menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955
dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya
yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia
menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak
tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas
Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru
besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan
"Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD
mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad
Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain
itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis
sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku
Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan
Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal

Nurul Aini X4

terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua
Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya
SDD.

Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Kumpulan Puisi/Prosa

"Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)

"Lelaki

Tua

dan

Laut"

(1973;

terjemahan

karya Ernest Hemingway)

"Mata Pisau" (1974)

"Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan


karya George Seferis)

"Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)

"Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)

"Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982,


Pustaka Jaya)

"Perahu Kertas" (1983)

"Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi


Putera II di Malaysia)
"Water Color Poems" (1986; translated by J.H.

McGlynn)
"Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko

Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)

"Afrika yang Resah (1988; terjemahan)

"Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari


Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan
David Broks)

"Hujan Bulan Juni" (1994)

"Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)

Nurul Aini X4

"Arloji" (1998)

"Ayat-ayat Api" (2000)

"Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)

"Mata Jendela" (2002)

"Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)

"Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)

"Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek


Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)

"Mantra

Orang

Jawa"

(2005;

puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

"Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko


Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)

"Kolam" (2009; kumpulan puisi)

Selain menerjemahkan beberapa karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam
bahasa Indonesia, Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawa
dan manuskrip I La Galigo. kobe

Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..

Nurul Aini X4

BIOGRAFI

Nama

Sutan Takdir Alisjahbana

Tempat, Tanggal Lahir

Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908

Jenis Kelamin

Laki laki

Pekerjaan

Penyair

Beberapa Karyanya

Menuju ke Laut
Layar Terkembang

Nurul Aini X4

Lahir 11 Februari 1908 di Natal, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Setamat HKS
Bandung (1928) dia ditempatkan di Palembang menjadi guru Schakelschool (Sekolah
Sambungan). Kemudian pindah ke Balai Pustaka sebagai redaksi kepala (1930). Sambil
bekerja (1937), dia mengikuti kuliah di Sekolah Hakim Tingga Jakarta, tamat 1942.
Dengan Amir Hamzah dan Arminj Pane, S. Takdir Alisjahbana mendirikan
majalah Pujangga Baru (1933). Majalah ini dianggap punya pengaruh besar bagi
pembaharuan kesusastraan Indonesia sebelum perang Dunia II. Di apun dianggap sebagai
"jiwa Pujangga Baru yang penuh dinamika Karena tulisan-tulisannya yang gembira
merambah jalan.
Dia menulis puisi, novel, esei, kritik, filsafat, dan menerjemahkan karya-karya asing.
Buku-bukunya yang sudah terbit: Tak Putus Dirundung Malang (1929),Dian Yang Tak
Kunjung
Padam (1932), Anak
Perawan
di
Sarang
Penyamun(1941), Tebaran
Mega (1936), Layar Terkembang (1936), Pembimbing ke Alam Filsafat (1945), Puisi
Baru (1946), Puisi Lama (1948), Tata Bahasa Baru Indonesia (1949), Dari Perjuangan dan
Pertumbuhan Bahasa Indonesia (1957), Grotta Azzura 3 jilid (1970), Perjuangan Tanggung
Jawab dalam Kesusastraan (1977), Kalah-Menang, Lagu Pemacu Otak(1978), dan lain-lain.
Terjemahannya: Nelayan di Lautan Utara (karya Pierre Loti), Nyanyian Hidup (karya
Khrisnhamurti), Kurban Manusia (1943, Karya Tadayoshi Sakurai) terjemahan bersama
Subadio Sastrosatomo. Takdir juga pendiri dan rektor Universitas Nasional, Jakarta; menjadi
anggota Akademi Jakarta. Dia pun mendirikan balai Seni Toyobungkah di Batur, Bali.

Menuju ke Laut - Sutan Takdir Alisjahbana

Kami telah meninggalkan engkau,


Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.
Ombak riak berkejar-kejaran
di gelanggang biru di tepi langit.
Pasir rata berulang di kecup,

Nurul Aini X4

tebing curam ditentang diserang,


dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.
Sejak itu jiwa gelisah
Selalu berjuang tiada reda.
Ketenagan lama serasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.
Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya.
Gegap gempita suara mengerang,
Dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti,
pekik dan tempik sambut menyambut.
Tetapi betapa sukanya jalan,
bedana terhembas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut, namun kembali tiada ingin
namun kembali diada angin,
ketenangan lama tiada diratap.
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.

Nurul Aini X4

Anda mungkin juga menyukai