Anda di halaman 1dari 3

*********************************************************

Ini adalah prolog di film Gie yang dibacakan Nicholas Saputra. Bagi anda pengagum
karya-karya tulisan Soe Hok Gie, semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Tidak sedikitpun
ada niatan utuk membajak karya-karya Soe Hok Gie. Saya hanya berharap untuk bisa
berbagi dengan anda semua para pengagum karya Soe Hok Gie. Apabila ada kesalahan
dalam pengetikan, atau mungkin di perlukan koreksi yang dikarenakan perbedaan versi
film dengan bukunya, mohon dimaklum.

*********************************************************

GIE

Aku dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Ketika perang tengah berkecamuk di
Pasifik. Kira-kira pada umur 5 tahun aku masuk ke Sekolah Shinwa. Di SMP Strada dari
kelas 1 aku naik ke kelas 2.

Hari ini adalah hari dimana dendam mulai membatu. Nilai ulanganku 8, tapi oleh guruku
dikurangi 3. Aku tidak senang dengan itu.

Dendam yang disimpan lalu turun ke hati mengeras bagai batu. Sampai hari itu aku tidak
pernah jatuh dalam ulangan. Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang
terpandai di ulangan tersebut. Aku yakin aku yang terpandai dibanding seluruh kelas.

Kalau angkaku ditahan oleh model guru yng tak tahan kritik, aku akan mengadakan
koreksi habis-habisan. Aku tidak mau minta maaf.

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah!

Guru bukan dewa dan selalu benar dan murid bukan kerbau.

Kita generasi baru ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Kita akan
menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua. Kitalah generasi yang
akan memakmurkan Indonesia!

Yang berkuasa saat ini adalah orang-orang yang dibesarkan di zaman Hindia-Belanda
almarhum. Mereka adalah pejuang kemerdekaan yang gigih. Tapi kini mereka telah
mengkhianati apa yang diperjuangkan. Dan rakyat makin lama makin menderita. Aku
bersamamu orang-orang malang.

Siapa yang bertanggung jwab akan hal ini? Mereka! Generasi tua! Semuanya pemimpin-
pemimpin yang harus ditembak mati di Lapangan Banteng.

Cuma pada kebenaran kita bisa berharap, dan radio masih berteriak-teriak menyebarkan
kebohongan. Kebenaran hanya ada di langit, dan dunia hanyalah palsu. Palsu.
Sekolah SMA baru saja selesai. Semua kenangan-kenangan yang manis terbayang
kembali dan aku sadar bahwa semuanya akan dan harus berlalu. Ada perasaan sayang
akan kenangan-kenangan tadi. Aku seolah-olah takut menghadapi ke muka dan
berhadapan dengan masa kini. Dan masa lampau terasa nikmatnya. Tetapi aku
mempunyai kesadaran yang teguh bahwa let the dead be dead.

there are man and women are so lonely they believe, God too is lonely.

Kemarin dulu aku diminta menghadap Presiden Soekarno sebagai anggota delegasi
pemuda yang setuju asimilasi dan meminta restu pada beliau. Minta restu.

Baru-baru aku segan karena aku tidak punya pakaian, tapi dengan jas pinjaman akhirnya
aku pergi juga.

Aku pernah berbicara dengan temanku. Biasanya aku selalu berbeda pendapat dengan
dia. Menurut temanku, Soekaro mempunyai 3 aspek gelar seperti raja-raja tanah jawa.
Gelar politik. Presiden Soekarno adalah lanjutan raja-raja tanah jawa. Karena itu dalam
tindakan-tindakannya ia bersikap seperti raja-raja dahulu. Beristri banyak, mendirikan
keraton-keraton, dan lain-lain. Aku kira temanku ini banyak benarnya. Revolusi kini
adalah agama baru dan semboyan-semboyan manipol, sosialisme, demokrasi terpimpin,
dan lain-lain. Tidaklah lebih daripada doa-doa yang dikira mustajab. Aku rasa kita di
Indonesia sudah pada saatnya untuk berkata tidak pada Soekarno!

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada?
Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? Seolah-olah bila
kita membagi sejarah maka yang kita jumpai hanyalah pengkhianatan. Seolah-olah dalam
tiap ruang dan waktu kita hidup di atasnya. Ya! Betapa tragisnya. Hidup adalah
penderitaan kata budha. Dan manusia tidak bisa bebas dari padanya.

Bagiku kesadaran sejarah adalah sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai-nilai. Memang
hidup sperti ini tidak enak. Happy is the people without history kata Dawson dan
sejarawan adalah orang yang harus mengetahui dan menjalani hidup yang lebih berat

Politik partai dan golongan telah masuk kampus. Organisasi mahasiswa yang besar
seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, GMNI. Atau Himpunan Mahasiswa
Islam, HMI. Hingga yang terkecil.Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia,
PEMKRI. Bergerak dan berteriak atas nama golongan. Aku benar-benar tidak simpati.
Aku ingin melihat mahasiswa-mahasiswa jika sekiranya ia mengambil keputusan yang
mempunyai arti politis. Walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip
yang dewasa. Mereka harus berani mengatakan benar sebagai suatu kebenaran dan salah
sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas nama agama, ormas, atau
golongan apa pun.

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tapi
suatu saat, dimana kita tidak bisa menghindari diri lagi, maka terjunlah!
Manifesto politik gerakan pembaharuan.

Setelah kemerdekaan tercapai, kenyataan menunjukkan bahwa kita masih jauh dari
tujuan. Kita melihat dengan penuh kecemasan bahwa pemimpin Negara dan pemimpin
pemerintahan sekarang ini telah membawa bangsa dan Negara Indonesia kepada keadaan
yang amat mengkhawatirkan. Diktator perseorangan dan golongan yang berkuasa
bukanlah lagi bahaya di ambang pintu, tetapi telah menjadi suatu kenyataan.

Cara-cara kebijaksanaan Negara dan pemerintahan bukan saja bertentangan dengan azas-
azas kerakyatan dan hikmah musyawarah, bahkan menindas dan memperkosanya. Jelas
sudah bagi kita bahwa istilah demokrasi terpimpin dipakai sebagai topeng belaka. Justru
untuk menindas dan menumpas azas-azas demokrasi itu sendiri tiba saatnya bagi patriot
Indonesia untuk bangkit menggalang kekuatan dan bertindak menyelamatkan bangsa dari
jurang malapetaka.

Aku tak mau jadi pohon bambu, aku mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.

Dalam usahanya untuk menjatuhkan pengaruh kelompok anti komunis. Pemerintah


Soekarno membuat politik kenaikan harga. Sasarannya jelas, membuat rakyat panik dan
tidak lagi berfikir tentang penumpasan. Penumpasan PKI akan tetapi berfikir tentang
perutnya. Dan dalam suasana panik seperti ini, ABRI akan terjepit. Tidak bertindak
berarti menimbulkan chaos. Jika bertindak. ABRI akan dimusuhi rakyat. Organisasi-
organisasi mahasiswa telah menggabungkan diri dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia atau KAMI dan akan turun ke jalan dengan tiga tuntutan.

Sementara menurut pendapatku penggayangan PKI harus identik dengan perbaikan


ekonomi kalau rakyat Indonesia terlalu melarat. Maka secara natural, mereka akan
bergerak sendiri dan akan terjadi chaos, lebih baik kalau mahasiswa yang bergerak.

Barsambung…

(kayak sinetron ajah ya? He..he..)

Anda mungkin juga menyukai