yakin dengan
1.
2.
Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau tidak.
Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3.
4.
Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan potensial.
5.
6.
Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya.
Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan tidak dilibatkan dalam
REVIEW/ tinjauan :
Dalam pengambilan keputusan, eksekutif maupun CEO suatu perusahaan perlu mempertimbangkan pendekatan etis
pengambilan keputusan yaitu:
Consequences, Utility
Duty, Rights, Justice
Virtue Expectations
Jika dijabarkan ketiganya, dapat dikatakan pertimbangan-pertimbangan dari ketiga pendekatan antara lain:
1. Well-offness/ Consequentialism :
Keputusan yang kan dibuat harus menghasilkan keuntungan lebih dari biaya yang dikeluarkan. Dalam kasus Apple, tidak
jelas apakah keputusan pengurangan harga menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau
sebaliknya.
2. Rights, Duty/ Deontology
Keputusan yang akan dibuat seharusnya tidak menyinggung hak daripada stakeholder termasuk pembuat keputusan.
Menurut perusahaan, perusahaan telah membuat keputusan yang benar. Akan tetapi ada pihak-pihak yang merasa mereka
tidak diperlakukan dengan adil dan bijak atas keputusan yang dibuat perusahaan yakni pelanggan awal yang membeli
produk perusahaan tersebut dengan harga tinggi.
3. Fairness/ Justice
Pembagian keuntungan dan beban harus adil. Menurut beberapa pelanggan dan pekerja, ada ketidakadilan dalam
keputusan yang diambil oleh perusahaan.
4. Virtue Expectations/ Virtue Ethics
Motivasi keputusan harus merefleksikan kualitas bagus yang diharapkan stakeholder. Bayak pelanggan merasa kecewa
dengan keputusan ini. Artinya, keputusan yang diambil sama sekali tidak merefleksikan kualitas bagus yang diharapkan.
Empat pertimbangan di atas harus memuaskan orang yang terkena dampak keputusan tersebut agar keputusan dapat
dipertimbangkan sebagai keputusan yang etis.
Namun, jika dilihat dari kasus perusahaan Apple yang dikaitkan dengan pertimbangan di atas, lebih banyak dampak
negatif yang dirasakan dari keputusan tersebut. Artinya, keputusan yang diambil oleh perusahaan Apple belum cukup
etis.
Jika dilihat dari pendekatan tradisional dengan 5 pertanyaan, yakni:
1.
Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau tidak seperti yang didiskusikan
sebelumnya.
2.
Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3.
Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
4.
Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan potensial.
5.
Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya
6.
Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan tidak dilibatkan dalam
keputusan ini, tapi akan berdampak negative dan signifikan jangka menengah dan jangka yang lebih panjang.
7.
Sangat tidak bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di masa depan yang
berpengaruh terhadap reputasi.
Menurut teori, jika terdapat lebih dari satu respon negative ketika lima pertanyaan tersebut diajukan, pe,buat keputusan
seharusnya merevisi kembali keputusan yang akan diambil untuk menghapus dampak-dampak negative yang akan timbul.
Jika revisi keputusan berhasil dan mengarah kea rah positif, maka keputusan yang diambil pun menjadi keputusan yang
etis,
Jika dilihat dari kasus perusahaan Apple, terdapat lebih dari satu respon negative atas pertanyaan yang diajukan. Dapat
disimpulkan bahwa keputusan yang diambil oleh Apple bukanlah suatu keputusan yang etis.
DAFTAR ISI
Daft .Richard L 2010, Era Baru Manajemen Stiven Robin, Salemba empat.Jakarta
http://meiribellasalita.blogspot.com/2013/07/kasus-kekecewaan-pelenggan-perusahaan.html
DISKRIMINASI HARGA
Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena
alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua perbedaan harga
mencerminkan diskriminasi harga.
Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh
konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya kenyataan bahwa
konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka perusahaan akan berusaha
merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan diskriminasi harga