Darcy (Milidarcy)
Dikatakan 1 darcy apabila suatu fluida dengan kekentalan (viscosity) 1 centipoise pada temperatur
68 F = 20 C bergerak dengan laju 1 cm perdetik di bawah gradient tekanan 1 atm percm
(tepatnya adalah 1,034 cm air pada temperatur yang sama). Pengukuran cara ini biasanya di pakai
oleh para ahli teknik perminyakan. 1 Darcy = 1000 milidarcy.
Kecepatan aliran
Dikatakan 1 unit permeabilitas bila air dengan kekentalan 1 centipose bergerak 1 cm perdetik
dibawah tekanan gradient 1 atm (100%). Laju air ini sama dengan yang didefinisikan poleh Darcy,
tetapi gradient tekanan yang dipakai 1 : 1 bukan 1,034 : 1 . Pengukuran ini umumnya dipakai para
ahli bidang teknik sipil, teknik geologi dan mekanika tanah.
Unit Meinzer
Disebut 1 unit permeabilitas apabila air bergerak 1 gallon perhari pada temperatur 60 F = 15,5C
mengaliri seluas 1 sqft pada tekanan 1 atm. Cara ini dipakai oleh para ahli hidrologi dan teknik sipil
Amerika. Dari hasil percobaan para ahli diperoleh permeabilitas beberapa material seperti terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkiraan permeabilitas beberapa material
No.
Description of ground
Permeability Unit
Darcy
Meinzer
cm/det
0,0001
0,0018
9.7 x 10-8
0,001
0,018
9.7 x 10-7
0,5
4.8 x 10-4
4. Silt or clay, silt, fine sand. Few water well in less permeable
ground
18
9.7 x 10-4
5. Silt or clay, silt, fine sand. Few water well in less permeable
ground
36
19.4 x 10-4
500
9.100
0,48
1.250
22.750
1,2
Perhitungan debit air tanah biasanya dilakukan pada kondisi pengontrolan air tanah yang sulit di
atasi. Persamaan Thiem sering digunakan untuk menghitung debit air tanah yang dasar
perhitungannya adalah pengurangan air dalam akuifer. Asumsi-asumsi yang terlibat dalam
persamaan ini adalah bahwa aliran air bersifat steady, merata baik kearah horizontal maupun
radial didalam akuifer, isotropis dan walaupun terjadi penyebaran air kearah horizontal, tetapi
tidak mengurangi penetrasi terhadap sumur. Persamaan (1) adalah persamaan Thiem dan
illustrasi pada Gambar 2 memperlihatkan sebagian parameter yang digunakan dalam persamaan
tersebut.
Q=
K 2 m (S1- S2 )
. (1)
C log 10 (R/r)
Dimana :
Variable
Keterangan
MEINZER
DARCY
Q
Laju aliran
gallon/menit
ml/det
K
Permeabilitas
Meinzer
Darcy
M
Ketebalan penjenuhan rata-rata dari
feet
cm
akuifer yang diukur melalui
2 titik
pengamatan
R
Jari-jari titik pengamatan
Dapat diukur dengan satuan
yang jauh dari sumur
sejenis karena hasilnya hanya
merupakan perbandingan
R
Jari-jari sumur atau titik pengamatan
terdekat
C
Konstanta
528
2,3
Viskositas
centipoise
centipoise
S1
feet
Atm
S2
feet
Atm
3. PENYALIRAN
Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metoda atau teknik penanggulangan air
pada tambang terbuka. Telah diuraikan sebelumnya bahwa teknik penyaliran bisa bersifat
pencegahan atau pengendalian air masuk ke lokasi penambangan. Perusahaan cenderung
menggunakan salah satu cara saja dengan pertimbangan biaya tanpa mengurangi keselamatan
kerja Namun, hal penting yang perlu mendapat perhatian serius adalah memprediksi kapan cuaca
ekstrim terjadi, yaitu di mana aliran air tanah dan air limpasan sangat membahayakan front
penambangan. Ketika pengambilan keputusan untuk memilih salah satu cara penyaliran saja
tanpa memperhitungan kondisi cuaca ekstrim, maka bila terjadi banjir di dalam front penambangan
semuanya akan sia-sia dan biaya pun akan membengkak. Oleh sebab itu kondisi cuaca pada
tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas penambangan dan apabila hal ini sudah
diperhitungkan sebelumnya, maka front penambangan akan terhindar dari kondisi yang
membahayakan karyawan maupun peralatan.
Sedangkan sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka open pit dengan syarat lokasi
penambangan harus mempunyai lembah tempat membuat sumuran dan adit agar air dapat keluar.
Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila situasinya
memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang akan menampung air
sementara sebelum dipompakan ke permukaan atau diaiirkan ke sistem adit. Pada dasamya
pembuatan parit ini cukup mudah clan pula murah. Gambar 5 memperlihatkan ilustrasi sistern parit
pada tambang terbuka open cast.
Disamping cara paritan, ada pula suatu cara untuk menampung air tambang, yaitu dengan
membuat sumur gali yang diperkuat oleh adukan semen. Sumur ini biasanya dimanfaatkan untuk
kepefluan penambangan, antara lain penyiraman jalan tambang, penyemprotan debu dan crushing
plant atau untuk keperluan perkantoran, perumahan dan workshop. Oleh sebab itu cara sumur gali
biasanya dilengkapi dengan media penjernih air baik kimiawi atau hamparan pasir dan ijuk.
Kapasitas sumur gali diperhitungkan berdasarkan debit air maksimum yang mengalir dadn
beberapa parit yang dibuat di lokasi tambang.
Tidak semua aliran air tanah pada suatu areal dapat tertutupi dengan cara ini. Pemilihan beberapa
lokasi yang selektif menjadi pekerjaan penting agar penggalian dan penyemenan (penimbunan
ulang) tepat sasarannya. Disamping itu card ini hanya dapat dikerjakan apabila ke dalaman akuifer
masih terjangkau oleh alat gah dan perfu diingat pula bahwa biayanya tidak sedikit.
a. Operational requirements
Material Preparation
Total water requirement
Water recycle
Water loss
Preparation plant operating time
Total usage rate
Water recycle
Water loss
Dust Control
Haul road requirement
Haul road length
Haul road requirement
= 7000 gpm
= 98%
= 2%
= 14 hrs/day; 240 dayslyr.
= 7000 x 14 x 60 x 240 = 1.4 x 109 gal/yr.
= 1.4 x 109 gal/yr x 0.98
= 1.37 x 109 gal/yr.
= Water uptake requirement
= 2.8 x 107 gaVyr.
= 1.17 x 105 gal/day
= 2 gal 1 linear ft 1 day
= 7800 ft
= 2 x 78000 x 240
= 3.7 x 106 gal/yr.
= 226
= 62 gallman/day
= 10 gal/man/day
= 226 x 72 x 240
= 3.9 x 106 gal/yr
TOTAL
d. Water Availability
Surface Water Sources
Source No. 1: A 3 sq mile drainage area
Source No. 2: A 1.2 sq mile drainage area
Average Runoff = 6 in. of precipitation per year
Surface Water Available = 4.2 sq mile x 640 acre/sq mile x 0.5 ft x
325829 gal 1 acre-ft
= 4.4 x 108 gaL/yr
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 12 22 Juli 2004
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang sama sebesar
angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit yang sama atau melampaui
adalah sebesar 40 %.
5. PERENCANAAN SALURAN TERBUKA
Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Catchment area/water divide
Catchment area adalah merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana batas
wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan
suatu poligon tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti
kecenderungan arah gerak air.
Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan
terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment tersebut. Pembatasan catchment area biasa
dilakukan pada peta topografi , dan untuk perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan
menggunakan peta rencana penambangan dan peta situsi tambang.
b. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke tempat
penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari Kirpich
Keterangan :
waktu terkumpulnya air (menit)
tc =
L =
Jarak terjauh sampai titik pengaliran (meter)
H =
Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)
c. Intensitas curah hujan
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung
berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
Keterangan :
Curah hujan rencana per hari (24 jam)
R24 =
t
=
Waktu konsentrasi, jam
I
=
Intensitas curah hujan (mm/jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hubungan Derajat dan Intensitas Curah Hujan
Derajat
Hujan
Hujan lemah
Hujan normal
Intensitas Curah
Hujan
(mm/menit)
0,02 0,05
0,05 0,25
0,25 1,00
Hujan deras
Hujan sangat
deras
> 1,00
Kondisi
Tanah basah semua
Bunyi hujan terdengar
Air tegenang diseluruh
permukaan dan terdengan bunyi
dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan,
saluran pengaira meluap
d. Jenis material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyerapan air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien
materialnya masing-masing. Koefisien tersebut merupakan para meter yang
menggambarkan hubungan curah hujan dan limpasan, yaitu memperkirakan jumlah air
hujan yang mengalir menjadi limpasan langsung dipermukaan. Koefisien limpasan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan dan lamanya hujan. Beberapa
perkiraan koefisien limpasan terlihat pada table 3.
Table 3. Beberapa harga koefisien limpasan
Kemiringan
Tutupan/jenis Lahan
C
< 3%
sawah, rawa
0,2
(datar)
Hutan, perkebunan
0,3
Perumahan
0,4
Hutan, perkebunan
0,4
3% - 15%
Perumahan
0,5
(sedang)
Semak-semak agak jarang
0,6
Lahan terbuka
0,7
Hutan
0,6
> 15%
Perumahan
0,7
(curam)
Semak-semak agak jarang
0,8
Lahan Terbuka daerah tambang
0,9
(Rudy Sayoga, 1993)
10
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Q = Debit rencana,(m3/det)
C = Koefisien material (Koeff. Limpasan)
I = Intensitas hujan rencana, mm/jam
A = Luas catchment area, ha
11
1. Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan rumus manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah
bentuk trapezium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam
perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut
keadaan daerah.
Tabel 5. Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan
Bahan
Batu/cadas
Tanah gambut (peat)
Tanah berlapis beton
Tanah bagi saluran yang lebar
Tanah bagi parit kecil
Tanah berpasir lepas
Lempung berpori
G.
Sump (Kolam Penampung) merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk penampung air
limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan, serta dapat berfungsi sebagai
pengendap lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan atau dialirkan
kembali melalui saluran pelimpah. Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase
tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng
tambang. Ada dua sistem penyaliran tambang, yaitu :
12
1.
2.
13
b. Paralel
Kapasitas pemompaan ber tambah sesuai kemampuan debit masing-masing pompa namun
head tetap. Kemudian untuk menentukan kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu
diperhatikan
a. Penentuan daya pompa , dengan rumus :
Dimana :
P
Sg
Ht
Q
Ep
P = SG . Ht . Q
102 . Ep
= Daya pompa (kw),
= Specific gravity
= Head total sistem, (m),
= Debit pemompaan
= Efisiensi pompa
Dimana :
14
Diagram Moody
Dimana :
Re = Bilangan reynold
V = Kecepatan aliran, m/s
D = Diameter pipa, m
= masa jenis, kg/m3
= Viskositas, Ns/m2
Data viskositas :
Tabel 7. Viscosity of Water
Viscosity of Water
Temp
Absolute Viscosity
Kinematic Viscosity
C
Centipoises
Centistokes
SSU
ft/sec
0
1.79
1.79
33.0
0.00001931
10
1.31
1.31
31.6
0.00001410
15.56
1.12
1.12
31.2
0.00001217
21.11
0.98
0.98
30.9
0.00001059
26.67
0.86
0.86
30.6
0.00000930
29.44
0.81
0.81
30.4
0.00000869
37.78
0.68
0.69
30.2
0.00000739
48.89
0.56
0.57
30.0
0.00000609
60
0.47
0.48
29.7
0.00000514
71.11
0.40
0.41
29.6
0.00000442
82.22
0.35
0.36
29.5
0.00000385
100
0.28
0.29
29.3
0.00000319
Keterangan : 1 centistokes = 10-6 m2/sec 1 centipoise = 1 water (20oC)
15
Roughness
mm
0.0015
0.0015
0.015
0.05
0.1 to 1.0
0.15
0.26
Inches
0.00006
0.00006
0.0006
0.002
0.004 to 0.04
0.006
0.01
atau,
Hl = n . f . V2 / 2g
Dimana :
K=
Koefisien kekasaran pipa yang tergantung pada jari-jari belokan, diameter pipa dan
sudut yang dibentuk antara pipa dan bidang datar.
n =
Jumlah belokan
f =
0,964sin2/2 + 2,047 sin4 /2
=
Besar sudut belokan, 0
Q2 = Q1
Dimana :
H2
H1
Q1 = Debit pompa dari pabrik, m3/det
Q2 = Debit pompa setelah dikoreksi, m3/det
H1 = Head dr pabrik (blm dikoreksi), m
H2 = Head total perhitungan, m
16
Dimana :
Vt
G
SG
v
D
Sedangkan luas kolam pengendapan ditentukan dari volume total air tersuspensi dan kecepatan
partikel padatan tersebut untuk mengendap. Luas kolam pengendapan merupakan perbandingan
antara volume air total dengan kecepatan pengendapan, yaitu :
Dimana :
A
: Luas kolam pengendapan (m2)
Q
: Volume air yang ditampung (m3/dtk)
Vt
: Kecepatan partikel tersuspensi (m/dtk)
V.
KESIMPULAN
Sumber air tambang dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lapisan air bawah tanah
clan air limpasan (run-off).
Lapisan air bawah tanah mempunyai karakter yang spesifik, antara lain: bergerak atau statis
atau menderita tekanan yang sewaktu-waktu bisa menyembur ke permukaan bumi apabila di
bor.
Air limpasan adalah air yang nampak di permukaan bumi yang pengontrolannya relatif febih
mudah diperhitungkan dibanding air bawah tanah.
Karena tuntutan keselamatan clan kesehatan kerja serta untuk me-minimalkan biaya, maka di
dalam merancang sistem penyaliran terlebih dahulu harus dilakukan penelitian terhadap
karakteristik curah hujan agar dapat mengatasi curah hujan yang ekstrim.
Melihat sumber air yang- masuk ke dalam front tambang biasanya air limpasan maupun air
bawah tanah, maka penanggulangannya biasa dengan pengendalian (konvensional) atau
pencegahan (inkonvensional).
Dalam upaya memanfaatkan air tambang, perlu diperhitungkan jumlah pemakaiannya, baik
untuk keperluan operasional maupun non-operasional, sehingga pemanfaatannya optimal
17