Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Cekungan Bali
MATA KULIAH : STRATIGRAFI INDONESIA

Disusun Oleh :

ASMORO PRIBADI DEWO


F1D213020

PRODI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016

ASMORO PRIBADI DEWO

I.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Bali-Flores basin terletak di bagian tenggara margin Sunda Shield. basin
adalah linear, dan membentuk depresi yang mendalam timur-barat yang
berorientasi tektonik menempati Sunda Timur kembali wilayah busur Indonesia
Timur.
Secara keseluruhan, wilayah busur belakang terdiri dari beberapa depresi
mendalam memanjang timur-barat yang menonjol, dari barat ke timur masingmasing termasuk Bali Basin, Lombok Trough, Basin Flores, dan Banda Basin.
Wilayah Pulau Bali merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik
Indonesia yaitu zona pertemuan lempeng tektonik, dimana lempeng IndoAustralia menyusup di bawah lempeng Eurasia secara konvergen. Proses
subduksi tersebut menghasilkan efek berupa struktur geologi sesar aktif di
wilayah Pulau Bali dan sekitarnya, sehingga Pulau Bali termasuk kategori
kawasan dengan tingkat aktifitas kegempaan yang tinggi. Berdasarkan keadaan
tektonik tersebut aktifitas kegempaan di daerah Pulau Bali sangat dipengaruhi
oleh dua generator gempabumi yaitu aktifitas subduksi lempeng dan aktifitas
sesar naik di belakang busur atau biasa disebut (Back Arc Thrust)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Bagaimanakah tatanan tektonik cekungan Bali ?

1.2.2

Bagaimanakah Stratigrafi Regional cekungan Bali ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mendeskripsikan tatanan tektonik cekungan Bali
1.3.2 Untuk mendeskripsikan Stratigrafi cekungan Bali
II.

Pembahasan
2.1 Tatanan Tektonik Cekungan Bali
Cekungan Bali adalah sempit (100 x 200 km), setengah lingkaran bentuk
(melihat dari South) cekungan, dengan kedalaman air secara bertahap
mendapatkan lebih ke Timur dengan kedalaman maksimum 1,5 km. cekungan
ASMORO PRIBADI DEWO

ini dibatasi di Utara oleh E-W tren Kangean-Madura Ridge yang ada sebagai
batas selatan Paparan Sunda dan membentuk lereng yang signifikan tetapi
bertahap ke Selatan.
Di Timur, Cekungan Bali menyatu dengan Lombok Trough, dan menuju
Selatan pulau vulkanik Bali berakhir lembah di lereng sangat curam. Menjelang
barat dari Cekungan Bali adalah perluasan timur Utara Jawa sedimen basin dan
Selat Madura wilayah depresi.
Basin menerima sedimen diangkut dari utara (Sunda Shelf), dari barat
(Selat Madura dan Timur Laut Jawa), dan terutama dari Selatan (Bali dan
Lombok pulau vulkanik). Itu struktur lipat-dorong tampaknya terkait dengan
Utara Jawa Tersier sedimen basin yang direpresentasikan sebagai sabuk lipat
dorong tanjung. diduga Pre-Tertiary reflektor (Kapur) ruang bawah tanah dari
Paparan Sunda dapat ditelusuri ke Utara cekungan marjin bawah KangeanSepanjang Ridge.
Kelanjutan melengkung dari bagian tenggara Sunda Shelf margin ke
bagian terdalam dari cekungan menunjukkan bahwa bantuan batimetri terbaik
dapat dijelaskan dengan membungkuk ke bawah dari kerak daripada turun
warping terkait dengan penipisan kerak (seperti halnya untuk Makassar
Baskom).
Deformasi terkonsentrasi di sepanjang sisi selatan Cekungan Bali
dibentuk sebagai kali lipat kompresi atau struktur diapir seperti disebut Lipat
Bali. Flip merupakan embrio untuk diapirism. Sebagian besar lipatan di daerah
ini mencakup bagian sedimen utuh dan tidak terpotong. elemen morfostruktural ini perbanyakan Barat lebih mungkin dari Flores Thrust Zone.
Lipatan yang lebih luas ke selatan menghasilkan sedikit fitur morfologi dan
mewakili sedikit jumlah konvergensi. Ke Barat Bali Fold kehilangan ekspresi
permukaan. Selat Lombok terletak Tenggara dari Basin Bali dan memisahkan
pulau Bali Timur dan Lombok Barat. Selat ini dikaitkan dengan NE-SW depresi
berorientasi yang mungkin terkait dengan keberadaan lintas busur patahan.

ASMORO PRIBADI DEWO

2.2 Stratigrafi Regional Cekungan Bali


Kondisi geologi regional cekungan Bali dimulai dengan adanya kegiatan di
lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan
breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan
oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang
berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus.
Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas
permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang
menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang

lainnya.

Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang
lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa
bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah.
Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara
ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh
jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan

gunung

api

lebih

banyak

terjadi

di

daratan,

yang

menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua
kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera
Batur,

Pulau

Bali

masih

mengalami

gerakan

yang

menyebabkan

pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke


permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang UtaraSelatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.
Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih
muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

ASMORO PRIBADI DEWO

Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam Dena


(2012), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur
miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan yaitu:

1. Formasi Ulakan
Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari
stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan
sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung
Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu. Bagian atas formasi
ulakan adalah formasi Surga terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir.
Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai
Surga.

Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit

menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam


(20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan,
dengan litologi yang mirip.
2. Formasi Selatan
Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar
berupa batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta,
(1995) tebalnya berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara
7-10o . kandungan fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus,
Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan berumur Miosen. Selain di
semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida.
3. Formasi Batuan Gunung api Pulaki
ASMORO PRIBADI DEWO

Kelompok batuan ini berumur pliosen, merupakan klompok batuan beku


yang umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya
terbatas di dekat Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api,
tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat
sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur, setidaknya sebagian dapat
dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas yang terdapat di kaki
pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara, dapat dianggap
sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas mencapai 470 C
dan bau belerang agak keras.
4. Formasi Prapatagung
Kelompok batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di
ujung barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat
pula batu pasir gampingan dan napal.
5. Formasi Asah
Kelompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke
timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri
dari breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava,
obsidian. Batuan ini umumnya keras

karena perekatnya biasanya

gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjjukan


rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir
halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana
pengendapan laut.
6 . Formasi batuan gunungapi kuarter bawah
Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung
api. berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat
pulau Bali ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan
tufa. Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit,
semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi
Jemberana.

Berdasarkan

kedudukannya

terdapat

sedimen

yang

mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya


merupakan kegiatan gunung api daratan.
Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit rendah
yang

merupakan

trumbu

terbentuk

pada alas

konglomerat

ASMORO PRIBADI DEWO

dan
5

diatasnya

menimbun

longgokan kedalam formasi Palasari, suatu

bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.


7. Formasi batuan gunungapi kwarter
Kegiaan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah
kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut
menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur,
batuan gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung,
batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan

batuan

gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang


dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya
hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di
dalam Kaldera Batur.

ASMORO PRIBADI DEWO

Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony
Purnomo, (2010).
Kala Geologi
Kwarter

Formasi
Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,
tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur
Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung
Pohen, Gunung Sangiang, Gunung Lesung
Lava dari Gunung Pawon
Batuan dari gunung api Gunung Batukaru
Batuan gunung api Gunung Agung
Batuan gunung api Gunung Batur
Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur

Kwarter bawah

Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,


batu gamping terumbu
Batuan gunung api Gunung Sraya
Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan
Batur Purba
Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan
tufa dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk,

Pliosen

Gunung Patas, dan batuan yang tergabung


Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,
dengan isian rekahan bersifat gampingan
Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu
pasir gampingan,
Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi

Miosen Pleosen

Formasi Selatan: terutama batugamping

Miosen Tengah-Atas

Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir

Miosen Bawah-Atas

Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava,


tufa dengan sisipan batuan gampingan

ASMORO PRIBADI DEWO

III. Kesimpulan

Cekungan Bali berukuran sempit (100 x 200 km), setengah lingkaran bentuk
(melihat dari South) cekungan, dengan kedalaman air secara bertahap
mendapatkan lebih ke Timur dengan kedalaman maksimum 1,5 km.

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan


selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi
yang disisipi oleh batu gamping

Statigrafi regional cekungan bali terdiri dari beberapa formasi batuan


diantaranya (dari yang tertua - muda) : Formasi Ulakan, Formasi Selatan,
Formasi Batuan Gunung api Pulaki, Formasi Prapatagung, Formasi Asah,
Formasi batuan gunungapi kuarter bawah, Formasi batuan gunungapi kwarter,

ASMORO PRIBADI DEWO

Daftar Pustaka
Prasetyo, Hardi. 1992. The Bali-Flores Basin: geological transition from extensional to
subsequent compressional deformation : Marine Geological Institute.
Purnomo, Dony. 2010. Pulau Bali.Singaraja : Geografi USB.
http://uchanklageni.blogspot.co.id/2015/11/tektonik-pulau-bali.html

ASMORO PRIBADI DEWO

Anda mungkin juga menyukai