Anda di halaman 1dari 6

TITRASI PENGENDAPANgh

Prinsip Argentometri
Titrasi-titrasi pengendapan tidak terlampau banyak dibandingkan dengan titrasititrasi redoks atau asam basa. Hal ini dikarenakan tidak ada indikator-indikator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi-titrasi endapan terbatas pada reaksireaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida.
Pada cara titrasi pengendapan, menggunakan larutan AgNO3 sebagai larutan
standar

disebut titrasi Argentometri.

Ag+ + X-

AgX(s)

Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk


mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan
besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi.
Berat ekivalen suatu zat yang turut serta dalam reaksi pengendapan adalah berat
zat tersebut yang dapat menghasilkan atau bereaksi dengan satu mol kation yang
univalent, mol kation yang divalent, 1/3 mol kation yang trivalent dst. Misal : berat
ekivalen Zn++ adalah mol Zn++ = x 65,38 gram = 32,69 gram Zn ++. Definisi ini
dapat menghasilkan berat ekivalen suatu senyawa yang lebih besar dari berat
molekulnya.
Cd++ + 4KCN

Cd(CN)4= + 4K+

Berat ekivalen ion Cd++ adalah mol Cd++ = x 112,4 gram = 56,2 gram. Karena 2
ekivalen Cd++ harus bereaksi dengan 2 ekivalen KCN, maka 2 ekivalen KCN adalah
sama dengan 4 mol KCN. Oleh karenanya 2 mol KCN adalah 1 gramekivalen = 2 x
65,11 = 130,22 gram.

1. Titrasi Argentometri dengan cara Mohr.


Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan digunakan suatu
indikator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi yang pertama sudah selesai.
Contoh yang dapat dikemukakan di sini adalah titrasi Mohr dari ion Cl - dengan ion Ag+.
Indikator yang dipakai adalah ion khromat. Pembentukan pertama dari endapan merah
Ag2CrO4 yang permanen diambil sebagai titik akhir titrasi.
Dengan sendirinya endapan indicator harus terbentuk pada titik ekivalensi atau
dekat titik ekivalensi. Ag2CrO4 mempunyai kelarutan lebih besar dari pada AgCl.
Kelarutan Ag2CrO4 = 0,4 x 10-5 mol/l , kelarutan AgCl = 1 x 10 -5 mol/l. Bila Ag+
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion Cl- dan sedikit ion CrO4= , maka
AgCl mengendap terlebih dahulu, Ag2CrO4 tidak akan terbentuk, kecuali bila
konsentrasi ion Ag+ meningkat sehingga harga Ksp Ag2CrO4 dilampaui. Umumnya
konsentrasi khromat yang digunakan adalah 0,005 sampai 0,01 M. Kesalahan yang
dibuat dengan konsentrasi demikian itu cukup kecil.
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan yang mempunyai pH di antara 6 sampai
10. Dalam suasana terlampau basa Ag2O terbentuk. Dalam suasana yang terlampau
asam konsentrasi CrO4= akan berkurang karena reaksi :
2H+ + 2 CrO4=

2HCrO4-

Cr2O7= + H2O

Penurunan konsentrasi CrO4= memberi akibat bahwa berlebih Ag+ yang


ditambahkan harus lebih banyak untuk memperoleh endapan Ag2CrO4. Ini akan
menyebabkan kesalahan besar. Garam bikhromat umumnya mempunyai kelarutan yang
agak besar.

Cara Mohr ini dapat digunakan untuk titrasi-titrasi Br- atau CN- dengan Ag+.
Tetapi untuk I- dan CNS-, titrasi Mohr ini tidak dapat dilakukan karena ion-ion tersebut
teradsorpsi oleh endapan. Ag+ tidak dapat dititrasi dengan ion Cl - secara langsung
dengan menggunakan CrO4= sebagai indicator. Hal ini dikarenakan endapan Ag2CrO4
hanya perlahan-lahan larut kembali pada titik ekivalen. Ini dapat diatasi bila berlebih
larutan Cl- ditambahkan dan kemudian baru dititrasi kembali dengan menggunakan
khromat sebanagi indicator.

2. Titrasi Argentometri cara Volhard.


Cara Volhard ini berdasarkan atas pengendapan AgCNS dalam larutan asam nitrat.
Sebagai indicator dipergunakan ion feri untuk menentukan CNS- yang berlebihan.
Ag+ + CNS-

AgCNS

Fe3+ + CNS-

Fe(CNS)++ merah

Cara ini dapat digunakan untuk menentukan kadar Ag+ dengan larutan standar
CNS- , atau untuk penentuan ion Cl - dengan titrasi yang tidak langsung. Dalam hal yang
terakhir ini digunakan larutan standar AgNO3 berlebihan yang kemudian dititrasi
kembali dengan larutan standar CNS-. Anion-anion lain seperti Br- dan I- dapat dititrasi
dengan cara yang sama. Anion-anion lain yang berasal dari asam-asam lemah seperti
oksalat, karbonat dan arsenat dapat diendapkan dengan Ag + pada pH yang lebih tinggi,
karena garam-garam yang terbentuk larut dalam asam. Endapan kemudian disaring,
dilarutkan dalam asam nitrat dan Ag+ nya dititrasi dengan larutan standar tiosianat.
Titrasi Volhard ini banyak dipakai untuk ion Ag + dan Cl- karena titrasi ini dapat
dilaksanakan dalam suasana asam. Dan suasana ini justru diinginkan untuk mencegah

hidrolisa ion Fe3+ yang dipakai sebagai indicator. Cara titrasi lain untuk Ag + dan Clmenggunakan suasana hampir netral. Dalam suasana demikian, banyak kation-kation
lain yang turut mengendap dan mengganggu jalannya titrasi. Hanya ion Hg2+ merupakan
ion satu-satunya yang dapat mengganggu titrasi Volhard ini. Konsentrasi yang tinggi
dari kation-kation berwarna seperti Co2+ atau Cu2+ dapat mengganggu, karena
mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Anion NO2- juga menyebabkan kesulitan
karena bereaksi dengan ion CNS- dan menghasilkan warna merah.

Terdapat dua sumber kesalahan untuk titrasi langsung Ag+ dan CNS- :
1. Endapan AgCNS mengadsorpsi ion Ag+ dan menyebabkan titik akhir titrasi yang
terlampau cepat. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara mengocok agak kuat
bila sudah dekat mencapai titik akhir titrasi.
2. Perubahan warna yang menyatakan berakhirnya suatu titrasi disebabkan karena
penambahan CNS- berlebihan.
Dengan titrasi tidak langsung terjadi kesalahan-kesalahan yang lebih serius. Bila garam
perak mempunyai kelarutan yang lebih besar dari pada garam AgCNS, misalnya AgCl
mempunyai kelarutan lebih besar daripada AgCNS maka akan terjadi reaksi :
AgCl(s) + CNS-

AgCNS(s) + Cl-

Reaksi ini bergeser ke kanan, jadi CNS- bukan saja bereaksi dengan Ag+ berlebih yang
dititrasi kembali, tetapi juga turut bereaksi dengan AgCl. Akan tetapi reaksi ini dapat
dicegah dengan cara :
1. Menyaring endapan AgCl sehingga tidak mempengaruhi titrasi berlebih AgNO3
dengan CNS-.

2. Penambahan nitrobenzen yang melapisi permukaan endapan AgCl sehingga


mencegah bereaksinya AgCl dengan CNS-.
Untuk titrasi ion Br- dan I- dengan cara titrasi tidak langsung menurut Volhard tidak
akan terjadi kesulitan-kesulitan karena kelarutan garam AgBr sama dengan kelarutan
AgCNS dan kelarutan garam AgI justru jauh lebih kecil.

Indikator Adsorpsi.
Bila suatu zat organic teradsorpsi pada permukaan suatu endapan, maka dapat
terjadi perubahan struktur zat tersebut. Warnanya dapat sangat berubah dan menjadi
lebih jelas. Gejala ini dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi pengendapan
dari garam-garam perak.

3. Titrasi Argentometri cara Fajans.


Fajans menerangkan, bahwa fluorecein dan derivat-derivat fluorescein dapat
digunakan sebagai indicator untuk titrasi Argentometri. Bila AgNO 3 ditambahkan ke
dalam labu titrasi yang mengandung larutan NaCl, maka endapan halus AgCl
mengadsorpsi pada permukaan ion-ion Cl- yang terdapat berlebihan dalam larutan. Ionion Cl- ini membentuk lapisan adsorpsi primer, yang menyebabkan partikel-partikel
AgCl bermuatan negatip. Muatan negatip ini menarik ion-ion positip dari larutan yang
membentuk lapisan adsorpsi sekunder.
AgCl - ClLapisan primer

M+ berlebih Cllapisan sekunder

Bila ditambahkan lebih banyak ion Ag+ sehingga berlebihan, maka ion-ion Ag+
menggantikan kedudukan ion Cl- pada lapisan primer. Partikel-partikel AgCl sekarang
mempunyai muatan positip dan menarik anion-anion yang membentuk lapisan sekunder.
AgCl - Ag+
Lapisan primer

XLapisan sekunder

Fluorescein, merupakan asam organic lemah dapat ditulis HFl. Bila Fluorescein
ditambahkan ke dalam labu titrasi, maka anion Fl- tidak teradsorpsi pada endapan AgCl,
selama ada ion Cl- berlebih. Tetapi bila ion Ag+ berlebih , maka ion Fl- sekarang tertarik
oleh endapan yang bermuatan positip.

AgCl - Ag+

Fl-

Endapan sekarang berwarna merah dan dapat digunakan sebagai indicator.

-----------------yulina----------------

Anda mungkin juga menyukai